10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam - Compress
10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam - Compress
Islam
1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam
sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam
suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal
cinta di antara mereka. Subhanallah.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak
lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah,
Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu.
Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin
menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah
dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil
tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu
kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak
pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar
mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan.
Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia
menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis
mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi.
Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia
perasaan semacam itu,"
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas
cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta
yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu
bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu
sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih
tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"
3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling
mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada
akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka
berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah
ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali.
Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan
ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik
sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi
walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah
memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat
Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi
Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau
memang telah menantikannya sejak lama.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami
Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul
menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau
menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada
keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona
kematangan.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih
terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan
isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam
bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau
melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan
Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan
kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan
firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan
apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada
mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka.
Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya
sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Subhanallah.
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja'
bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia
sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-
Nakha'.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta
dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah
tangan.
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju
dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat
maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah
padam kobaranya.'
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab
aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak
melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar
kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan
kesungguhanmu dalam ibadah."
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu
di surga. Luar biasa. AllahuAkbar.
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang
memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu
Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu
Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu
menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa
hormat,
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang
mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu
Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan
cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah
perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia
langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia
melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan
segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata
"Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa
meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali
aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
"Assalamualaikum...."
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan
pak tua". tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus
bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus
membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun
tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar
bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari
berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun
dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja
selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu
permintaanku lagi."
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan
lumpuh, apakah kau mau?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan
yang di dalam sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli
tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta
dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas
didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya
sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-
tempat yang maksiat."
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha
takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit
ulasan tentang cinta mereka
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh
dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah
tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara
ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu
kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah
kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat
bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah
seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja.
Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya
kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas
memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan
dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf
ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak
menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir
di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata
bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah
kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga
disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya
meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf
kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan
kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”