Anda di halaman 1dari 25

PELAYANAN FARMASI KLINIK

Penelusuran Riwayat penggunaan dan rekonsiliasi obat

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ditetapkan antara lain dalam upaya
melindungi keselamatan pasien (patient safety) dari penggunaan obat yang tidak rasional.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dilakukan oleh apoteker meliputi kegiatan
pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan
pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat, salah satunya adalah
kegiatan rekonsiliasi obat.
Ruang Lingkup Pelayanan Farmasi Klinik antara lain adalah :
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di rumah sakit meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep;
2. Penelusuran riwayat penggunaan obat;
3. Rekonsiliasi obat;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. Konseling;
6. Visite;
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. Dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
12. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Care)

1. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
a. Pengertian
Kegiatan mendapatkan informasi yang akurat mengenai seluruh obat dan sediaan
farmasi lain, baik resep maupun non resep yang pernah atau sedang digunakan
pasien. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, keluarga/pelaku
rawat (care giver) dan dikonfirmasi dengan sumber data lain, contoh: daftar obat di
rekam medis pada admisi sebelumnya, data pengambilan obat dari Instalasi
Farmasi, obat yang dibawa pasien

b. Tujuan
1. Mendeteksi terjadinya diskrepansi (perbedaan) sehingga dapat mencegah
duplikasi obat ataupun dosis yang tidak diberikan (omission)
2. Mendeteksi riwayat alergi obat
3. Mencegah terjadinya interaksi obat dengan obat atau obat dengan
makanan/herbal/food supplement
4. Mengidentifikasi ketidakpatuhan pasien terhadap rejimen terapi obat
5. Mengidentifikasi adanya medication error, contoh: penyimpanan obat yang
tidak benar, salah minum jenis obat, dosis obat.
c. Pelaksana
Apoteker
d. Persiapan
1. Apoteker memahami SPO Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
2. Memahami riwayat obat di rekam medis pasien
3. Mempelajari obat pasien yang digunakan saat ini
4. Mempelajari Obat yang dibawa pasien
e. Dokumen yang diperlukan
1. Rekam medis
2. Salinan resep yang dibawa pasien (jika ada)
3. Resep pasien
4. Formulir/lembar catatan farmasi klinik (sesuai kebijakan di rumah sakit)
5. Formulir Rekonsiliasi Obat
f. Pelaksanaan
1. Memberi senyum, salam dan sapa kepada pasien/keluarga/care giver
2. Menanyakan kepada pasien/keluarga/care giver hal-hal sebagai berikut:
a. Jika rawat jalan: apakah pasien kunjungan sekarang adalah waktu kontrol
setelah rawat inap atau sedang periksa lebih dari satu dokter atau
melanjutkan resep obat yang baru diambil sebagian
b. Jika rawat inap: apakah pasien dirujuk dari pelayanan kesehatan lain atau
pasien kronis dari rumah yang mengalami home care atau pindahan ruang
rawat inap lain atau pasca operasi
3. Menanyakan kepada pasien/keluarga/care giver: obat yang sedang diminum,
obat yang bila perlu digunakan, nama obatnya, kekuatannya, cara
menggunakan, frekuensi menggunakan dalam sehari, untuk keluhan apa.
4. Menanyakan adakah keluhan setelah minum obat dan tindakan apa yang
dilakukan
5. Melakukan identifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien dengan menanyakan kebiasaan
minum jamu atau herbal atau food supplement
6. membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan obat;
7. melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
8. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD);
9. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat;
10. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
dengan menayakan kapan tidak minum obat dan alasannya
11. melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan;
12. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan;
13. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
14. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat dengan meminta pasien
memperagakan teknik penggunaanya
15. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan
minum obat (concordance aids);
16. mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter.

g. Dokumentasi
Dokumentasi menggunakan formulir rekonsiliasi obat/lembar catatan farmasi
klinik (sesuai kebijakan di rumah sakit).

h. Evaluasi
Jumlah pasien yang dilakukan penelusuran riwayat penggunaan obat

2. Rekonsiliasi Obat
a. Pengertian
Proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat (resep dan nonresep) yang
sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci, termasuk dosis dan frekuensi,
sebelum masuk RS dan membandingkannya dengan resep/instruksi pengobatan
ketika admisi, transfer dan discharge, mengidentifikasi adanya diskrepansi dan
mencatat setiap perubahan, sehingga dihasilkan daftar yang lengkap dan akurat. (The
Institute for Healthcare Improvement, 2005)

b. Tujuan
1) memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
4) Mencegah kesalahan penggunaan obat (omission, duplikasi, salah obat, salah
dosis, interaksi obat)
5) Menjamin penggunaan obat yang aman dan efektif
c. Manfaat
Pasien terhindar dari kesalahan penggunaan obat
d. Pelaksana
1) Apoteker
2) Dokter
e. Persiapan
1) SPO Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
2) SPO rekonsiliasi obat
f. Kertas kerja atau formulir
1) Formulir Rekonsiliasi Obat
2) Resep/instruksi pengobatan
3) rekam medis/catatan profil obat pasien
g. Pelaksanaan
1) Rekonsiliasi obat saat admisi
a) Melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat. (Lihat kegiatan
“Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat”)
b) Melakukan konfirmasi akurasi riwayat penggunaan obat dengan cara
memverifikasi beberapa sumber data (rekam medis admisi sebelumnya,
catatan pengambilan obat di apotek, obat yang dibawa pasien)
c) Membandingkan data Obat yang pernah/sedang digunakan pasien sebelum
admisi dengan resep pertama dokter saat admisi. Apakah terdapat
diskrepansi (perbedaan). Jika ditemukan perbedaan, maka apoteker
menghubungi dokter penulis resep
d) Melakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep apakah:
a. Obat dilanjutkan dengan rejimen tetap
b. Obat dilanjutkan dengan rejimen berubah
c. Obat dihentikan
e) Mencatat hasil klarifikasi di Formulir Rekonsiliasi Obat Saat Admisi
f) Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan
Berikut contoh petunjuk teknis rekonsiliasi:
a) Rekonsiliasi obat saat admisi ditulis dalam tabel rekonsiliasi obat di
halaman terakhir formulir Rekonsiliasi (Lampiran 11)
b) Rekonsiliasi obat diisi oleh dokter/apoteker yang menerima pasien, paling
lambat 1x24 jam setelah pasien dinyatakan dirawat inap
c) Penggunaan obat sebelum admisi diisi dengan memilih tidak atau ya
dengan memberikan tanda “√”. Jika pasien menggunakan obat sebelum
admisi maka pengisian dilanjutkan ke kolom rekonsiliasi obat saat admisi.
d) Rekonsiliasi obat saat admisi/transfer ruangan meliputi obat resep dan non
resep, herbal maupun food supplement yang digunakan sebulan terakhir
dan masih dipakai saat masuk rumah sakit.
e) Kolom rekonsiliasi obat saat admisi meliputi:
(1) Kolom Nama Obat
Kolom nama obat diisi dengan nama dan bentuk sediaan obat yang
digunakan oleh pasien sebelum admisi. Obat yang tidak diketahui
namanya saat admisi tetap harus ditulis sesuai keterangan
pasien/keluarga pasien. Kolom nama obat TIDAK ditujukan untuk
obat-obat di luar sediaan obat yang digunakan pasien sebelum admisi.
(2) Kolom Dosis
Kolom dosis diisi dengan dosis obat yang akan diberikan diikuti
dengan satuan berat atau unit yang sesuai dengan daftar singkatan.
Misalnya: 500 mg, 250 mg, 10 unit.
(3) Kolom Frekuensi
Kolom frekuensi diisi dengan berapa kali dan jumlah obat yang
diberikan dalam 24 jam (contoh: 2x½, 3x1).
(4) Kolom Cara Pemberian
Kolom cara pemberian diisi dengan PO (per oral), IV (intravena), IM
(Intramuskular) atau Subkutan.
(5) Waktu Pemberian Terakhir
Waktu pemberian terakhir diis i dengan tanggal terakhir obat
diberikan.
(6)Kolom tindak lanjut diisi dengan memilih salah satu yang sesuai
dengan memberikan tanda “√” :
I. Lanjut aturan pakai sama, pilih ini jika aturan pakai saat
dirawat sama dengan saat sebelum admisi.
II. Lanjut aturan pakai berubah, pilih ini jika aturan pakai saat
dirawat berbeda dengan saat sebelum admisi.
III. Stop, pilih ini jika obat dihentikan penggunaan saat dirawat.
(7) Kolom Perubahan Aturan Pakai
Kolom perubahan aturan pakai diisi jika aturan pakai obat berubah
saat admisi
f) Instruksi obat baru meliputi obat substitusi sebelum admisi dan obat baru
yang digunakan saat perawatan dituliskan pada formular instruksi
pengobatan.
g) Lakukan review rekonsiliasi obat saat admisi ketika pasien akan pulang.
2) Rekonsiliasi Obat Saat Transfer
Kegiatan yang dilakukan apoteker pada rekonsiliasi obat saat transfer antar ruang
rawat adalah membandingkan terapi obat pada formular instruksi pengobatan di ruang
sebelumnya dengan resep/instruksi pengobatan di ruang rawat saat ini dan daftar obat
yang pasien gunakan sebelum admisi. Jika terjadi diskrepansi, maka apoteker
menghubungi dokter penulis resep di ruang rawat saat ini. Hasil klarifikasi dicatat di
Formulir Rekonsiliasi Obat Saat Transfer.

3) Rekonsiliasi Obat Saat Pasien Akan Dipulangkan (Discharge)


Kegiatan rekonsiliasi obat saat pasien akan dipulangkan adalah membandingkan
daftar obat yang digunakan pasien sebelum admisi dengan obat yang digunakan 24 jam
terakhir dan resep obat pulang. Jika terjadi diskrepansi, maka apoteker menghubungi
dokter penulis resep obat pulang. Hasil klarifikasi dicatat di Formulir Rekonsiliasi Obat
Saat Discharge.

h. Evaluasi
Persentase rekonsiliasi obat yang dilakukan

i. Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:


a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan digunakan pasien,
meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan
dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian, Obat yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan.
Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat
pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang
dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.Semua Obat yang
digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan
proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula
terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan Resep.

c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.


Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
1. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja;
2. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti; dan
3. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi Obat.

d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi Obat yang diberikan.

Data pada proses rekonsiliasi obat dicatat pada formulir rekonsiliasi obat. Kesimpulan
rekonsiliasi obat yaitu: pengobatan tidak dilanjutkan, pengobatan dilanjutkan pada saat pasien
masuk RS dengan perubahan regimen; dan diskrepansi pengobatan antara profil pasien
sebelum rawat inap dan hasil wawancara pasien. Proses rekosiliasi obat merupakan tanggung
jawab apoteker rumah sakit agar pengobatan pasien rawat inap dilakukan secara rasional.
Namun demikian karena keterbatasan jumlah apoteker, maka rekonsiliasi obat juga dibantu
oleh perawat dan dokter
Contoh form/lembar rekonsiliasi
RUMAH SAKIT
SARI ASIH
Formulir Rekonsiliasi Obat

Tql. Lah r
No. Rk\

Tgl A. Daftar obat yang Keparahan reaksi alergi (• )


menyebabkan alergi
Tidak
Berat Sedanc Ringan Bentuk Reaksi
Tahu

I idak tahu acta aleigi


Tidak ada alergi
B. Daftar Obat
(Obat yang dikonsumsi di rumah, termasuk yang diresepkan, vitamin, herbal, dll)
Waktu Alasan/ Dilanjutkan pada Dilanjutkan pada
No Obat-obatan Dosis " fi lndikasi saat rawat inap saat pulang *
rian Obat ?
I @ id0k Ya ED idak
a E*I «I‹1k E EN idak
Ya
@Ya E*]Tidak Ya EgTidak
@Ya @TicIak CdYa @Tidak
l_JYa L_JT«4ak L_lYa L_ITidak
Ya Ti‹lak Ya WTidak
Ya Ti‹lak u_jYa I_jTidak
@Ya @TirIck Ya Tidak
@Ya @Ti‹Iak Ya @ IidaX
Ya @ h‹Iak C Ya Eglidak
Ya @ h‹lak Ya Ed lidak
Y+ Ti‹lak mYa Tidak
Ya @Ti‹Ick C Ya EgTidak
@Ya @Ti‹Iak Ya Tid‹k
EZYa UTI(T4k Ya EgTidak
Ya Tilak i_jYa L_jTidak
EZYa @Tid‹k Ya L Tidak

Seat n›i tidak mengkonsunlsi obat C"g hlenJha ’.'a


ohat dari iumah

Tgl. : Jam :
P‹ sien .'’ XeIu‹1rga Nam‹\
RSUD Fh-of. Dr. M ARGONO SOEKARIO PURWOKERTO RM
INSTALASI FARMASI
NOT : ...................................................................... COU1Of' RM :

Tgl lahirfUni ur : ......................... BB : ........... kg: TB : ............. cm: Kamar : ....................................


RPD : ...........................................................................
O Pâ P : .................................................. Diagnosis : ...............................................................................
Merokok • ....... hafanlg/lir: Xopi •..........gelasrbr. Lainnya •

Ofisf oleh Apoieker yang trim:e»'of-


INSTALA Si FARBA SI
LEMBAR RMAYAT PEHGGUNAAN OBAT
Kasus 1 asma pada anak

Deskripsi
Seorang anak bernama Aj Thompson, kaukasia, berumur 12 tahun datang ke bagian gawat
darurat dengan eksaserbasi akut asma. Setibanya di sana, dia telah berusaha bernapas.
Temuan awal termasuk kecepatan pernapasan 35x/menit, denyut jantung dari 96 denyut /
menit, pembacaan oxymetry pulse dari 90%, suhu 39,3 ° C, hidung kembang kempis, dan
mengi. Ia juga mengalami eksasebasi asma dimana terdapat dahak purulent dan berwarna
kuning pada saat batuk.

Sejarah Penyakit
Pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas selama dua hari dan telah menderita
riwayat asma selama 10 tahun. Pasien memiliki kepatuhan obat yang buruk dan tidak
memiliki tindak lanjut rawat jalan selama empat tahun terakhir. Meskipun menderita batuk
dan sesak nafas di siang hari dan malam hari, ia hanya menggunakan Ventolin inhaler untuk
meredakan gejalanya. Dia juga memiliki riwayat rhinitis alergi dan menggunakan semprot
hidung rhinocort aqua®. Riwayat keluarga pasien juga positif (ibu dan saudara
perempuannya) untuk rinitis alergi. Aj memiliki Riwayat alergi terhadap obat golongan sulfa
dan bulu binatang.

Analisa Laboratorium
Gas darah arteri (ABG) menunjukkan hari 1 SMRS :
 TB/BB : 150 cm/40 kg
 pH: 7,40,
 tekanan karbon monoksida (pCO2): 30 mmHg,
 tekanan oksigen (pO2): 60 mmHg,
 natrium bikarbonat (HCO3-): 20,4 mEq / l.
 X-ray dadanya menunjukkan hiperinflasi tanpa bukti adanya infiltrasi paru atau
pneumotoraks
 Elektrokardiogram (ECG) menunjukkan takikardia sinus.
 Probe oxymetry pulse masih membaca di bawah 90%,
 pasien mengalami kekurangan udara dan angina pektoris setelah terapi broncodilator.
 Karena pasien mengalami angina pectoris memeriksa CKMB (creatine kinase-MB)
dan Troponin I, dan keduanya normal
 Leukosit : 15.500 /uL
 LED : 56 mm/ menit
Perawatan dan Tindak Lanjut
Pada hari 1 di IGD ia mendapatkan Oksigen 2 L/menit diberikan segera dengan masker
reservoir. Dia diberi beberapa perawatan nebulizer dengan ventolin setiap 20 menit selama
satu jam; dia juga diberi agen antikolinergik (ipratoprium bromide inhalasi 3 kali sehari) dan
kortikosteroid oral (prednisone 1 mg/kgbb/hari). Selama tinggal di IGD rumah sakit pasien
hanya merasa sedikit lebih baik; tingkat pernapasannya menjadi 28x napas / menit, dan detak
jantungnya 90 kali / menit.

Keesokan paginya Karna mengi masih bisa dideteksi, jadi dokter memutuskan untuk
melanjutkan nebulasi ventolin setiap jam. Dia juga menerima oksigen tetapi tidak diberikan
bersama nebulasi Ventolin. dan, setelah dua jam, pasien mengalami nyeri dada retrosternal
kompresif tanpa perubahan intensitas saat bernapas atau menerapkan tekanan lokal. Ini terjadi
sekitar 10 menit setelah menerima dosis terakhir dari nebulisasi ventolin. Pasien menjadi
gelisah dan tachypneic dan menjerit kesakitan. Detak jantungnya adalah 110 detak / menit,
dan tekanan darahnya 130/90; Meskipun tidak memiliki sianosis sentral yang signifikan,
pulse oxymetry menunjukkan saturasi oksigen sebesar 89% ketika pasien menerima oksigen
tambahan dengan masker reservoir, dan wheezes ekspirasi terdengar di seluruh dada. Karena
demam dan batuk yang purulent saat itu dokter juga memberinya injeksi amoksisilin 500 mg
3 x 1 ampul

Analisislah :
1. Mengapa terjadi nyeri dada setelah pemberian nebulasi Ventolin? Apa tindakan yang
harus dilakukan?
2. Karena kondisi pasien tidak menunjukkan perbaikan, dokter merekomendasikan
pemberian magnesium sulfat dengan infus intravena (IV), setujukah anda sebagai
farmasisnya ? berikan alasan………
3. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada pasien
dari rumah ke IGD diatas….

4. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi
form/lembar penelusuran Riwayat pengobatan pasien dan rekonsiliasi di RS:’[

Kasus asma
Riwayat penyakit
Margaret, seorang ibu separuh baya dengan umur 52 tahun, memiliki TD 165 cm, BB 53 kg.
datang ke unit gawat darurat diantar oleh putranya dengan keluhan sesak napas, mengi, hidup
mampet dan batuk produktif yang bertambah berat pada malam hari. terutama pada saat udara
semakin dingin. Selain itu ia mengeluh memiliki sakit kepala berat akhir akhir ini sehingga ia
mengkonsumsi aspirin 3 x sehari untuk mengurangi sakitnya. Ia juga merasakan lemas dan
tidak bisa tidur dimalam hari.
Riwayat pengobatan
Obat yang digunakan Ny.M selama ini adalah asetaminofen 500 mg, bila mengalami
sakit kepala dan diresepkan dexamethason 0.5 mg tablet dan Butasal® (masing-masing 3 X
sehari) sejak frekuensi sesak nafasnya meningkat. Kombinasi terapi anti asma ini mulai
dikonsumsi sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini. Sebelumnya, Ny. M sejak kecil
didiagnosa mengidap asma dan saat remaja bila serangan sesak nafas menyerang, Ny.M
mengkonsumsi aminofilin tablet dengan dosis dan frekuensi sesuai. Ny M memiliki alegi
terhadap telur dan antibiotik gol penicillin..
DATA DASAR
Jenis kelamin : wanita
Agama : islam
Alamat : jalan mawar no 56 yogyakarta
Masuk RS : 21 juni 2014

Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita di bangsal mawar RSUD sleman pada tanggal 21 juni 2014
pukul 13.00 WIB

Keluhan Utama : sesak nafas, mengi, batuk

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sering Sakit kepala berat akibat bisnis rumah makannya yang bangkrut semenjak 2 bulan
terakhir yang diobati dengan aspirin. Apa bila ia merasakan stress berat maka sesak napasnya
sering menyerang namun akan berhenti setelah mengkonsumsi aminophilin. Jika bepergian ia
menggunakan ventolin inhaler 2 puff jika mengalami serangan mendadak.

Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2008 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik.
o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2011 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik
o Riwayat Hipertensi yang ter kontrol teratur dengan kaptopril
o Pegel linu yang diobati dengan reumasal
o Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita hidup bersama suami dan Memiliki 2 orang anak yang sudah mandiri. Ia sedang
mengalami kesulitan keuangan akibat usahanya yang sedang mengalami kebangkrutan dan
hutang yang menumpuk. Ia juga sering bepergian karena usahanya tersebut hingga sering
merasa kelelahan. Ny M masih mengkonsumsi pil KB sebagai alat kontrasepsinya walaupun
ia sudah masuk masa pre menapouse. Ia menggunakan obat KB andalan.

Hasil pemeriksaan
pemeriksaan Tanggal 21 jun Tanggal 23 jun
TB/BB 150 cm/ 48 kg 150 cm/ 48 kg
N 90 85
T 37˚C 37˚C
RR 35 x/mnt 30 x/mnt
TD 155/ 110 mmHg 150/95 mm Hg
FeV1 65 % 88%
SaO2 90% 92%
GDS 150 145
Kol total 143 145
Hb 11,5 g/dl 11,6 g/dl
Kultur bakteri + +
As urat 7,2 7
leukosit 17.000 16.500

Pengobatan yang diperoleh di bangsal

obat H H H
ar ar ar
i i i
ke ke ke
1 2 3

O2 2 L/m kanul ˅ ˅

Infus
˅ ˅
RL
Amino
philin
1
˅ ˅
ampul/
500 ml
RL
Salbutamol 3 x 2
˅ ˅
mg
Dexam
ethaso
˅ ˅
n3x1
tab
Captop
ril 3 x
˅ ˅
12,5
mg
Paraset
amol 3 ˅ ˅
x 1 prn
Antaci
d3x1 ˅ ˅
tab
Cefota
xime
inj 1 ˅ ˅
gram 2
x1
Combi
vent 3
˅ ˅
x 1 2
puff

Pertanyaan :
1. Kumpulkan informasi tentang penyakit asma Ny M?
2. Analisis terapi apakah drp yang terjadi ?
3. Sudah sesuaikah terapi yang diperoleh Ny M?
4. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada
pasien dari rumah ke bangsal diatas….

5. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi
form/lembar penelusuran Riwayat pengobatan pasien dan rekonsiliasi di RS
Kasus 3 COPD/PPOK

Deskripsi
Bapak Herman, 65 tahun, suku jawa, dilarikan ke rumah sakit akibat batuk berdahak
kehijauan yang terus menerus, demam dan sesak napas yang tidak mereda setelah diberikan
diberikan 2 puff beclometason inhalasi.

Riwayat pernapasan: Riwayat rmeokok 80 bungkus per tahun, berhenti tahun lalu. Dia telah
mengalami batuk kering, batuk tidak produktif selama enam bulan terakhir. Mengalami asma
saat anak-anak akibat terpapar asap bekas pembakaran kayu dan asap memasak saat bekerja
di restoran milik keluarga saat masih kecil. Akhir-akhir ini, dia merasakan nyeri dada, sesak
napas dan batuk yang meningkat ketika bepergian atau bekerja yang melelahkan.

Riwayat keluarga: Ayah mengalami emfisema, meninggal pada usia 69 tahun, ibu
meninggal karena kanker payudara pada usia 62 tahun. Kakek meninggal pada usia 57 tahun,
nenek meninggal dalam usia 40 tahun karena bunuh diri. Ke empat anaknya telah dewasa,
hidup mandiri dan sehat.

Sejarah penyakit:
COPD, hipertensi (dikontrol oleh diet), DM
Alergi: turunan penisilin dan cephalosporin
Riwayat Gangguan pernapasan sebelumnya: Rawat inap selama enam hari bulan desember
lalu karena eksaserbasi akut PPOK dengan bakteri pneumonia yang membutuhkan intubasi
24 jam dan ventilasi mekanis
.
Pengobatan dirumah

Obat Saat Ini: Prednisone 10 mg 2 x/hari. Ibuprofen 400mg BID prn (perkiraan dia
mengambil dua per hari bila panas/demam), berotec® 3x 1-2 puff/hr, ia juga meminum
Suplemen Diabetes Tiens (Shutang + Diacont) 1 x sehari

Psikis: Pada wawancara di pusat Rehabilitasi Paru-paru, ia tampak acak-acakan, bingung,


hanya mengenakan baju kaus dan celana piyama serta sandal kamar tidur. Dia ditemani oleh
istri dan putri yang tampil rapi, bersih dan berpakaian bagus. Pasien menyatakan, “dokter,
anda tidak dapat melakukan apa pun untuk membantu saya. Saya ikut di sini hanya karena
mereka istrinya karena sebelumnya Ia tidak pernah keluar rumah sejak keluar dari rumah
sakit desember lalu. Tetapi Istri menyatakan, "Dia berjalan sedikit di luar dengan cucu-cucu
kami pada hari Minggu lalu dan kehabisan nafas, dia hampir pingsan. Tapi sepertinya pasien
lupa akan hal itu. Pasien sangat kebingungan dan disorientasi

Pada tanggal 27 agustus 2014 ia masuk kerumah sakit dan diletakkan pada bangsal cendana
pada pukul 14.00 siang hari. Dan telah dilakukan beberapa pemeriksaan terkait keadaanya.

Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Tanggal 27 agustus


(SMRS)
TB/BB 180 cm/ 75 kg
N 110
T 39,2˚C
RR 30 x/mnt
TD 150/ 88 mmHg
FeV1 70 %
SaO2 75 %
GDP 215
Kol total 280 mg/dl

HDL 30 mg/dl
Kultur bakteri +
Leukosit 18.500

Pengobatan yang diberikan dokter Di rumah sakit mulai awal masuk :


obat H H H H
a a a a
r r r r
i i i i
k
k e k k
e e e
2
1 3 4
IVFD RL 25 tts/menit ˅ ˅
O2 2L / min ˅ ˅
Salbutamol sulfate 2.5 mg 3 x 1 ˅ ˅
Prednison 10 mg tiap 6 jam ˅ ˅
berotec® 3x 1-2 puff/hr ˅ ˅
Injeksi ciprofloksasin IV ˅ ˅
Diazepam 2 mg x 1 ˅ ˅
HCT 25 mg x 1 ˅ ˅
angioten® 50 mg x1 ˅ ˅
cimetidin 2x1 (amp) ˅ ˅
ambroksol tablet 1 x 1 ˅ ˅
Parasetamol 1g 2x 1 ˅ ˅

Pertanyaan :

1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh bapak herman selama
di rumah sakit?
2. Kumpulkan seluruh data yang harus anda gunakan dalam PTO!
3. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada pasien
dari rumah ke bangsal diatas….

4. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi
form/lembar penelusuran Riwayat pengobatan pasien dan rekonsiliasi di RS
Kasus keracunan

Keracunan alkohol
Deskripsi
seorang pasien pria berusia 48 tahun menyatakan bahwa dia telah menggosok kakinya dengan
alkohol yang didenaturasi selama 3 hari terakhir karena rasa sakit di kedua kakinya. Ia
menggosoknya tanpa aturan dan tanpa mengetahui dosis dan efek samping methanol. pada
hari ke-3 Pasien datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan gejala kehilangan
penglihatan mendadak. Setelah pemeriksaan neurologis dan pengamatan yang mendetail,
tidak ditemukan patologi organik untuk menjelaskan hilangnya penglihatan. Setelah anion
gap metabolic acidosis tinggi ditemukan dalam analisis gas darahnya, pemeriksaan yang lebih
menyeluruh diambil, dan ditemukan bahwa pasien telah menggosok kakinya dengan alkohol
didenaturasi selama 3 hari terakhir.
Pasien dianggap mengalami keracunan metanol, dan dia dirawat di unit perawatan intensif
toksikologi untuk penyelidikan dan pengobatan lebih lanjut. Dosis muatan awal 10 ml / kg
etil alkohol 10% diberikan secara intravena, dan dosis pemeliharaan 1,5 mL / kg / jam
dimulai. Selain itu, setelah 15-mg / kg dosis awal fomepizole juga diberikan. Ditemukan
asidosis metabolik dalam analisis gas darahnya.
Selama pemeriksaan mata, ketajaman visual pada 1 meter adalah pada tingkat penghitungan
jari. Ini diterjemahkan ke dalam hilangnya visi sekitar 99%. Pasien, memiliki tingkat metanol
darah 38 mg / kg, perawatan dengan hemodialisis dilakukan karena asidosis dan kehilangan
penglihatan. Selain pemberian etil alkohol dan fomepizole, NaHCO3, dengan dosis 1 Eq / kg,
untuk memperbaiki asidosis dalam analisis gas darah dan perlu ditambahkan pengobatan
untuk penangkal methanol ke perawatan selama 1 bulan, berdasarkan saran dari konsultan
oftalmologi.
Setelah dinyatakan membaik dan terjadi perbaikan pada penglihatan maka pasien dinyatakan
pulang dengan membawa as folat dan vitamin B6..
Pertanyaan :
1. Pengobatan untuk penangkal methanol apa yang dapat anda sarankan untuk rawat jalan?
2. Bagaimanakah efek folat dan piridoksin dalam intoksikasi keracunan methanol
3. Bagaimana mekanime antidotumnya dalam menawar racun methanol?
4. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada pasien dari
dari bangsal rumah sakit untuk menuju pulangdiatas….

5. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi form/lembar
penelusuran Riwayat pengobatan pasien dan rekonsiliasi di RS

COPD/PPOKS

DESKRIPSI
seorang pria dengan inisial BR berusia 74 tahun yang datang ke klinik obat keluarga dengan
istrinya mengeluh sesak nafas dan demam. Mereka baru saja pindah ke daerah itu dan telah
merencanakan untuk datang ke klinik minggu depan untuk mendaftar sebagai pasien baru
berlangganan. Karena timbulnya gejala sesak napas, istri BR menelepon dan datang ke klinik.
Istrinya membawa catatan Medik dari klinik dokter sebelumnya.
Gejala BR saat ini adalah: Tidak dapat berbicara dalam kalimat penuh selama beberapa jam
terakhir per menit, Batuk produktif tetapi tidak diketahui warna dahak, Terdengar mengi
sejak semalam, sesak dada ringan, Dyspnea.
Istrinya mencatat tidak ada perubahan mental dan batuk memburuk di pagi hari, batuk
produktif dengan dahak abu-abu, kehabisan nafas jika dia berjalan lebih dari 10 kaki, dan
memiliki episode mengi jika dia sakit (misalnya dengan infeksi saluran pernapasan atas).

Riwayat Medis / Bedah


Gagal jantung setelah infark miokard pada usia 68 tahun
PPOK (pada 2 L oksigen rumah)
Hipertensi
Appendektomi

Riwayat Keluarga
Ayah meninggal karena infark miokard pada usia 59 tahun (diabetes, hipertensi, perokok),
Ibu hidup (fibrilasi atrium, gagal jantung), Saudara kandung yang sehat

Riwayat Sosial
Menikah selama 30 tahun, 3 anak
riwayat merokok (berhenti setelah MI), tidak/Tanpa alkohol dan tidak menggunakan obat
terlarang
Riwayat penggunaan Obat / Alergi
 Lisinopril 20 mg dua kali sehari
 Metoprolol 50 mg dua kali sehari
 Spironolactone 25 mg setiap hari
 Furosemide 40 mg sehari
 Salmeterol / fluticasone 50/500 bubuk kering inhaler (DPI) satu puff inhalasi dua kali
sehari
 Tiotropium DPI satu tutup terhirup setiap hari
 Albuterol / ipratropium metered dose inhaler (MDI) atau larutan untuk nebulasi setiap
6 jam sesuai kebutuhan
 Levalbuterol MDI dua tiupan setiap 4 hingga 6 jam sesuai kebutuhan
 Oksigen rumah
 Alergi : makanan yang mengandung kacang kacangan

Riwayat Penyakit

Setidaknya tiga eksaserbasi dalam 12 bulan sebelum masuk RS ini, Komorbiditas medis
(terutama iskemia jantung, gagal jantung, pneumonia, diabetes mellitus, atau gagal ginjal atau
hati), Dukungan sosial yang buruk, PPOK awal yang berat (rasio FEV1 / FVC kurang dari
0,70 dan FEV1 kurang dari 50 persen dari yang diperkirakan), Kurangnya terapi oksigen di
rumah
Setelah menanyakan istrinya, dokter menemukan bahwa ia telah mengalami 5 eksaserbasi
pada tahun lalu, tiga di antaranya diobati dengan antibiotik dan steroid oral (amoxicillin x2,
doksisiklin x1 saja), Tidak ada rawat inap dalam 6 bulan terakhir

Pemeriksaan Fisik
Ekokardiogram dengan EF 25% , Spirometri dengan FEV1 35% diprediksi tidak berubah
secara signifikan setelah diberikan bronkodilator inhalasi. Ia tidak dapat menentukan kapan
vaksin pneumokok terakhir dan vakinai flu diberikan

Tanda Vital: BP 128/74; P 68, RR 32; Ht 5 ft 6 in; £ 122 lbs; T 39,8 °C


Oral: Tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap, mengi terdengar, waspada dan
berorientasi mengi terdengar, tidak menggunakan otot aksesori, Kuku: ada noda tar, Dada:
peningkatan anteroposterior (AP) diameter; mengi difus ke auskultasi, Jantung: teratur, tidak
ada murmur.
X- ray dada menunjukkan hiperinflasi dan pneumonia lobus kanan bawah. Dokter
melanjutkan pengobatan gagal jantungnya sesuai rejimen dosisnya di rumah , Tidak perlu
menghentikan beta-blocker kardioselektif

Analisa Blood Gas Darah hari 1


PH 7,2 – 7,45
PO2 4,7 (11-15 kPa),
PCO2 8 (4,6-6 kPa),
HCO3 30,0 (22-26),
SaO2 70 (95-98),
FEV1 82 %
Glukosa normal

Pengobatan yang di dapat di IGD hari 1


oksigen 2-3 L/menit melalui canula
Duoneb (R) setiap 20 menit 4 x sehari
Prednisone 5 mg 3 x 1
Salbuven 3 x 1
Ceftriaxone inj 2 x 1 ampul

Analisislah:
1. Berdasarkan informasi ini dan temuan x-ray dadanya, dapatkah merekomendasikan
pengobatan copd nya? Beri pilihan obat yang digunakan dengan alasannya
2. Sesuaikah antibiotic yang diberikan pada pasien jika ia jiga terdeteksi pneumonia?
3. Kumpulkan informasi yang lengkap pada pasien diatas….
4. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada pasien
dari rumah pada saat masuk IGD….

5. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi
form/lembar penelusuran Riwayat pengobatan pasien dan rekonsiliasi di RS

Anda mungkin juga menyukai