Anda di halaman 1dari 87

SNI ISO/IEC XXXX:202X

Standar Desain dan Kinerja Integrasi Simpul Transportasi Antar Moda


(Jalur Penghubung)

(ISO/IEC XXXX:202X, IDT)

ICS xx.xxx

1 dari 87
Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................................................ 2


Prakata .......................................................................................................................... 4
Pendahuluan.................................................................................................................. 5
Ruang Lingkup ............................................................................................................... 7
Acuan Normatif .............................................................................................................. 8
Istilah dan Definisi .......................................................................................................... 9
Ketentuan ................................................................................................................... 12
1. Prinsip ......................................................................................................... 12
1.1. Keterhubungan ......................................................................................... 12
1.2. Kemudahan .............................................................................................. 12
1.3. Keselamatan ............................................................................................ 12
1.4. Keamanan ................................................................................................ 13
1.5. Kenyamanan ............................................................................................ 13
1.6. Kesehatan ................................................................................................ 13
2. Standar Desain ............................................................................................ 14
2.1. Keterhubungan Jalur ................................................................................ 14
2.2. Ramp........................................................................................................ 17
2.3. Ubin Pemandu (Guiding block) ................................................................. 21
2.4. Informasi (signage) ................................................................................... 27
2.5. Jarak ........................................................................................................ 34
2.6. Lebar ........................................................................................................ 36
2.7. Pelindung Cuaca ...................................................................................... 40
2.8. Atraksi ...................................................................................................... 43
2.9. Fasilitas Penyeberangan (Crossing) ......................................................... 51
2.10. Hambatan ............................................................................................. 55
2.11. Penerangan .......................................................................................... 59
2.12. Keamanan Sosial .................................................................................. 61
2.13. Penanganan Close Space ..................................................................... 63
2.14. Penanganan Crowded Space/Close Contact Setting ............................ 65
2.15. Penanganan Kebersihan Elemen Publik ............................................... 68
2.16. Informasi Protokol Kesehatan ............................................................... 69
3. Standar Pelayanan ...................................................................................... 72

2 dari 87
4. Standar Kinerja Pelayanan Integrasi Simpul Transportasi Antar Moda ........ 75
4.1. Keterhubungan ......................................................................................... 75
4.2. Kemudahan .............................................................................................. 76
4.3. Keselamatan ............................................................................................ 78
4.4. Keamanan ................................................................................................ 80
4.5. Kenyamanan ............................................................................................ 81
4.6. Kesehatan ................................................................................................ 83
Bibliografi ..................................................................................................................... 86

3 dari 87
Prakata

Rancangan Naskah Akademis Konsep Standar Nasional Indonesia (RSNI) dengan


judul Standar Desain dan Kinerja Integrasi Simpul Transportasi ini dimaksudkan agar
ada standar secara nasional mengenai fasilitas jalur penghubung (interchange
facilities) yang harus disediakan untuk mendukung integrasi simpul transportasi agar
dapat mempengaruhi keputusan pengguna yang melakukan perpindahan antar
moda.
Rancangan Naskah Akademis Konsep Standar ini dipersiapkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Perhubungan, yang selanjutnya akan
diproses menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) sesuai prosedur dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta melalui konsensus dari para pemangku
kepentingan yang terkait dengan standar tersebut.

4 dari 87
Pendahuluan

Kepadatan penduduk di perkotaan besar mendorong tingginya mobilitas


masyarakatnya. Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan mendorong
masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Namun layanan angkutan umum
belum door to door service sehingga membutuhkan alihmoda, oleh karena itu
dibutuhkan pengembangan pelayanan transportasi antarmoda yang terintegrasi
dengan baik.
Kendala pengembangan pelayanan transportasi antarmoda adalah belum adanya
standar fasilitas jalur penghubung yang menghubungkan antara pintu kedatangan
dan keberangkatan antar simpul transportasi yang dapat digunakan sebagai
dasar/acuan agar kegiatan perpindahan moda yang dilakukan oleh pengguna dapat
berjalan dengan lancar dan menerus (seamless) sehingga mampu mereduksi waktu
perjalanan dan memberikan kemudahan, rasa aman serta nyaman selama
melakukan kegiatan tersebut tanpa mengabaikan aspek kesehatan.
Kawasan Perkotaan harus memiliki jalur penghubung integrasi simpul transportasi
yang standar agar terwujud koneksi jalur perpindahan moda yang baik, mudah,
selamat, aman, nyaman, dan sehat untuk digunakan oleh para pengguna

5 dari 87
Koneksi jalur perpindahan moda adalah jalur yang mewadai pergerakan pejalan kaki
dari satu titik simput transportasi menuju moda trasportasi lainya. Misalnya Stasiun
menuju Halte, Stasiun menuju Terminal, Bandara menuju Stasiun dan/atau Halte, dll.

6 dari 87
Ruang Lingkup

Tujuan penyusunan standar Desain dan Kinerja Jalur Penghubung Antar Fasilitas Alih
Moda (Bandara, Pelabuhan, stasiun KA, Halte Bus, Bus Stop, dll) yakni untuk
memberikan pedoman standar desain dan pedoman untuk mengukur tingkat
pelayanan dari fasilitas jalur penghubung bagi pengguna antarmoda angkutan umum.
Ruang lingkup penyusunan standar ini yaitu meliputi: keterhubungan, kemudahan,
keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kesehatan.

7 dari 87
Acuan Normatif

Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk
melaksanakan pedoman ini.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman teknis
fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2014 tentang Marka jalan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu-rambu
Lalu Lintas
SNI 03-2443-1991, Spesifikasi trotoar
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan
Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki
Peraturan Menteri PU PR No 14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan gedung
Permen PU, No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Peyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Surat Edaran Panduan Protokol Kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan
RI SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

8 dari 87
Istilah dan Definisi

Pada standar ini yang dimaksud dengan:


a. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
b. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.
c. Jaringan Pejalan Kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun
terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan
kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas pergantian
moda.
d. Ruas Pejalan Kaki adalah area yang diperuntukkan untuk pejalan kaki dan
fasilitas penunjangnya yang terdiri atas jalur bagian depan gedung, jalur pejalan
kaki, dan jalur perabot jalan.
e. Volume Pejalan Kaki adalah besaran jumlah pejalan kaki yang berada di jalur
pejalan kaki dalam orang per meter per menit.
f. Prasarana Jaringan Pejalan Kaki adalah fasilitas utama berupa jaringan yang
disediakan untuk pejalan kaki.
g. Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah fasilitas pendukung pada jaringan pejalan
kaki yang dapat berupa bangunan pelengkap petunjuk informasi maupun alat
penunjang lainnya yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan dan
keamanan pejalan kaki.
h. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keselamatan pejalan
kaki yang bersangkutan
i. Penyediaan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah pengadaan
dan/atau perwujudan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yang berguna
untuk menyediakan aksesibilitas dan mobilitas pejalan kaki.

9 dari 87
j. Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki adalah aktivitas
penggunaan fasilitas jalur pejalan kaki baik oleh pejalan kaki maupun pengguna
lain yang diperbolehkan.
k. Pejalan Kaki Berkebutuhan Khusus adalah pejalan kaki dengan keterbatasan
fisik, termasuk diantaranya penyandang disabilitas, orang tua, orang sakit, ibu
hamil, dan pengguna kursi roda.
l. Atraksi adalah sesuatu yang menarik perhatian (daya tarik) yang terdapat pada
ruang jalur pejalan kaki.
m. Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang.
n. Jalur Hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya
yang terletak di dalam ruang milik jalan maupun di dalam ruang pengawasan jalan.
o. Marka Jalan yang selanjutnya disebut Marka adalah suatu tanda yang berada
di permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau
tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta
lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah kepentingan lalu lintas.
p. Penyeberangan adalah fasilitas yang menghubungkan antarruang pejalan kaki
yang berseberangan.
q. Ramp adalah salah satu sarana bagi penyandang keterbatasan fisik yang ada di
jalur pejalan kaki pada titik-titik perubahan level lantai dengan kelandaian tertentu
atau mendatar yang terletak pada ruas atau jalan yang direncanakan baik untuk
lalu lintas kendaraan maupun untuk jalur pejalan kaki.
r. Guiding Block adalah elemen yang dipasang dilantai yang memudahkan tuna
netra untuk bergerak dari satu titik ke titik berikutnya.
s. Penanda adalah papan informasi yang biasanya diletakkan di antara jalur pejalan
kaki dan badan jalan.
t. Perabot Jalan adalah salah satu sarana pendukung jalur pejalan kaki yang
penyediaannya disesuaikan dengan fungsi kawasan. pan informasi yang biasanya
diletakkan di antara jalur pejalan kaki dan badan jalan.

10 dari 87
u. Jalur Pemandu adalah bagian dari jalur pejalan kaki yang berfungsi memandu
tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan ubin pengarah dan tekstur ubin
peringatan terhadap situasi di sekitar jalur yang bisa membahayakan tuna netra.
v. Crossing (persimpangan) adalah konflik yang terjadi antara pejalan kaki dengan
moda angkutan lain sehingga dibutuhkan fasilitas penyeberangan.
w. Close contact adalah kondisi ruang dengan potensi adanya orang-orang yang
berdekatan (close contact setting) pada jarak kurang dari standar kesehatan yang
ada.
x. Closed Space adalah ruang tertutup atau ruang dengan sirkulasi udara kurang
baik yang tidak memenuhi standar kesehatan penularan virus dan bakteri.
y. Elemen Publik adalah elemen-elemen pada ruang jalur pejalanan kaki yang dapat
disentuh atau digunakan oleh umum (orang banyak).

11 dari 87
Ketentuan

1. Prinsip
1.1. Keterhubungan
• Keterhubungan dan kemenerusan antara tempat satu dengan tempat yang
lain, melalui jalur pedestrian yang terencana atau yang menjamin pejalan
kaki secara mudah, aman, dan nyaman untuk melewatinya dalam suatu
kawasan.

• Ketersediaan jalur pejalan kaki dibutuhkan secara menerus sehingga pejalan


kaki dapat dengan mudah menuju titik tujuan.

1.2. Kemudahan
• Kemudahan akses fisik penguna/pejalan kaki termasuk bagi masyarakat
disabilitas dalam menuju titik tujuan. Jalur memiliki elemen yang memberikan
kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk bergerak dari satu titik ketitik
berikutnya. Elemen utama adalah ramp dan guiding block. Ramp diperlukan
untuk kemudahan bagi penggunan kursi roda sedangkan guiding block
adalah elemen kemudahan bagi tuna netra.

• Meminimalkan perubahan level, dan hindari tangga jika memungkinkan. Jika


perubahan level tidak dapat dihindari maka dibuat semudah mungkin.

• Memaksimalkan rute langsung, hindari perubahan arah jika memungkinkan.

• Kemudahan akses informasi bagi pengguna/pejalan kaki termasuk bagi


masyarakat disabilitas dari suatu titik ke titik lainnya atau sebaliknya.
informasi berupa tanda, arah, peringatan yang di desain dengan jelas, mudah
dilihat, dapat mempermudah penggunan jalur.

1.3. Keselamatan
• Standar Keselamatan Fisik dengan prinsip seamless pergerakan dan
menghindari hambatan jalur pedestrian.

• Standar Keselamatan mobilitas, menghindari konflik atau crossing pejalan


kaki dan moda transportasi lain

12 dari 87
1.4. Keamanan
• Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya/ancaman seperti pencurian,
dan ancaman lainya

• Elemen yang dapat mengurangi resiko ancaman bagi bejalan kaki adalah
penerangan terutama untuk kegiatan malam hari. Penerangan dapat
mengurangi resiko adanya tindak criminal terhadap pejalan kaki.

• Elemen lainnya adalah aktivitas lain pada jalur pejalan kaki. Aktivitas lain
seperti pertokoan, aktivitas sosial lain menjadi salah satu elemen
pengawasan social bagi pejalan kaki. Keberadaan aktivitas lain pada jalur
pejalan kaki dapat meminimalkan resiko tindak criminal.

1.5. Kenyamanan
• Meminimalkan jarak. Kenyamanan Waktu tempuh. Kesesuaian standar jarak
nyaman yang ditempuh oleh pejalan kaki

• Kenyamanan Dimensi/standar lebar jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki


yang memiliki lebar sesuai standard dapat memberikan keleluasaan bagi
pengguna jalur.

• Kenyamanan teduhan. Kualitas teduhan atau proteksi terhadap hujan dan


panas.

• Kenyamanan visual. Kualitas pelayanan bagi pejalan kaki yang terkait


dengan amenitas (fasilitas pendukung pejalan kaki seperti kakilima yang
tertata, pertokoan, taman-taman, public art dll.) yang tidak mengganggu
kelancaran orang berjalan

1.6. Kesehatan
• Kesehatan mengenai close-contact setting akan terpenuhi apabila ruang
yang tersedia memberi kesempatan dan menghimbau penggunanya untuk
menjaga jarak aman penularan virus.

• Kesehatan mengenai closed spaced akan terpenuhi apabila ruangan


memiliki konsep open space (terbuka) atau setidaknya memiliki sirkulasi
udara baik sesuai ketentuan yang dianjurkan.

13 dari 87
• Resiko penularan juga terdapat pada elemen publik yang sering disentuh
oleh orang banyak.

• Kebutuhan terhadap informasi mengenai penanganan penularan virus


dibutuhkan pada setiap jalur pejalan kaki yang dilewati.

2. Standar Desain
2.1. Keterhubungan Jalur
a. Definisi:
Keterhubungan jalur penghubung berkaitan dengan sistem penghubung
secara keseluruhan, dari titik keberangkatan pejalan kaki sampai titik tujuan.
Kemenerusan jalur pejalan kaki disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Prinsip:
1) Ketersediaan jalur penghubung yang terencana untuk mewadai
pergerakan dari titik berangkat sampai titik tujuan
2) Jenis jalur penghubung dibagi menjadi:
a) Sidewalk
Sidewalk merupakan ruas pejalan kaki yang berada di tepi jalan
hingga tepi terluar kavling/persil baik yang ditinggikan maupun tidak.
b) Jalur Penghubung untuk pejalan kaki di Bawah Tanah
Jalur penghubung pejalan kaki di bawah tanah merupakan jalur
pejalan kaki yang terletak di ruang bawah tanah. Akses keluar-masuk
jalur pejalan kaki di bawah tanah harus terhubung dengan jalur
pejalan kaki di permukaan tanah.
c) Jalur penghubung pejalan kaki di atas tanah
Jalur penghubung pejalan kaki di atas permukaan tanah merupakan
jalur pejalan kaki yang terletak di ruang atas permukaan tanah. Jalur
pejalan kaki di atas permukaan tanah tidak terputus dalam sistem
jaringan pejalan kaki dan dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pergantian jalur yang berbeda.

14 dari 87
c. Ukuran dan detail penerapan
 sidewalk

Gambar 1 jenis jalur penghubung sidewalk

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di
Kawasan Perkotaan

 Jalur Penghubung untuk pejalan kaki di Bawah Tanah

15 dari 87
Gambar 2 Jenis Jalur Penghubung di bawah tanah

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di
Kawasan Perkotaan

 Jalur penghubung pejalan kaki di atas tanah

16 dari 87
Gambar 3 Jenis Jalur Penghubung di atas tanah

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di
Kawasan Perkotaan

2.2. Ramp
a. Definisi

17 dari 87
Ramp merupakan fasilitas yang disediakan untuk memudahkan bagi
pengguna jalur yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas, seperti:
Lansia, disabilitas pengguna kursi roda maupun alat bantu jalan lainnya.
Pemasangan ramp pada jalur yang memiliki beda ketingggian
b. Prinsip:
1) Kemiringan ramp dengan rasio kelandaian yang dianjurkan 1:12 atau
sama dengan 8%.
2) Lebar ramp minimum 1,5 meter dan luas minimum 2,25 m2;
3) Alinemen jalan dan kelandaian jalan mudah dikenali oleh pejalan kaki
antara lain melalui penggunaan material khusus;
4) Menghindari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselaran
seperti jeruji dan lubang;
5) Permukaan jalan tidak licin
6) Jalur yang landai harus memiliki pegangan tangan setidaknya untuk
satu sisi tangan mempunyai kelebihan sekitar 0,3 meter;
7) Pegangan tangan harus dibuat dengan ketinggian 0,8 meter diukur dari
permukaan tanah dan panjangannya harus melebihi anak tangga
terakhir;
8) Ramp diletakkan di setiap persimpangan, prasarana ruang pejalan kaki
yang memasuki pintu keluar masuk bangunan atau kaveling, dan titik-
titik penyeberangan

c. Ukuran dan detail penerapan

18 dari 87
Gambar 4. Kemiringan Jalur Pejalan Kaki

Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

Gambar 5. Kebutuhan Ruang Gerak Minimum Pejalan Kaki Berkebutuhan Khusus

Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

19 dari 87
Gambar 6. Sudut kemiringan maksimal ram pada jalur

Sumber: Peraturan Menteri PU PR No 14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan Kemudahan


Bangunan gedung

Gambar 7. Sudut kemiringan maksimal ram pada jalur

Sumber: Peraturan Menteri PU PR No 14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan Kemudahan


Bangunan gedung

20 dari 87
d. Preseden

Gambar 8. Penerapan ramp pada jalur pejalan kaki yang dapat mempermudah
pengguna di 2nd Avenue street , Manhattan

Sumber: https://www.nycstreetdesign.info/geometry/pedestrian-ramp

Gambar 9. Penerapan ramp pada jalur pejalan kaki yang dapat mempermudah
pengguna di city of San Fransisco

Sumber: http://www.wherethesidewalkstarts.com/2013/07/curb-ramp-guidance-from-feds.html

2.3. Ubin Pemandu (Guiding block)


a. Definisi
Bagi pengguna jalan dengan kebutuhan khusus (tunanetra dan/atau memiliki
gangguan penglihatan), dibutuhkan informasi khusus yang dapat memandu
pengguna untuk berjalan.

21 dari 87
b. Prinsip
1) Ubin pengarah (guiding block) bermotif garis berfungsi untuk
menunjukkan arah perjalanan.

2) Ubin peringatan (warning block) bermotif bulat berfungsi untuk


memberikan peringatan terhadap adanya perubahan situasi
disekitarnya.

3) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus
dipasang dengan benar sehingga dapat memberikan orientasi yang jelas
kepada penggunanya.

4) Jalur pemandu harus dipasang diantaranya:

 di depan jalur lalu-lintas kendaraan;


 di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas
persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai;
 di pintu masuk/keluar Bangunan Gedung untuk kepentingan umum
termasuk terminal transportasi umum atau area penumpang; dan
 pada sepanjang jalur pedestrian.
5) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus
dibuat dari material yang kuat, tidak licin, dan diberikan warna yang
kontras dengan warna ubin eksisting seperti kuning, jingga, atau warna
lainnya sehingga mudah dikenali oleh penyandang gangguan
penglihatan yang hanya mampu melihat sebagian (low vision).

6) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block)


dipasang pada bagian tepi jalur pedestrian untuk memudahkan
pergerakan penyandang disabilitas netra

22 dari 87
c. Ukuran dan detail penarapan

Gambar 10 Tipe Blok Peringatan


Sumber: SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

Gambar 11 Tipe Blok Pengarah


Sumber: SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

Gambar 12 Susunan ubin pemandu pada belokan


Sumber Permen PU no 30 tahun 2006

23 dari 87
Gambar 13 Prinsip perencanaan jalur dengan ubin pemandu
Sumber : Permen Pu no 30 tahun 2006

24 dari 87
Gambar 14 Penempatan Ubin Peringatan pada Pelandaian Trotoar dengan lebar
minimal “strip” ubin peringatan adalah 600 mm
Sumber: SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

Gambar 15 Penempatan Ubin Peringatan pada Pelandaian Pulau Jalan


Sumber: SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

Gambar 16 Penempatan Ubin Peringatan pada Ujung Lapang Penyebrangan


platform dengan lebar minimal “strip” ubin peringatan adalah 600 mm
Sumber: SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

25 dari 87
d. Preseden

Gambar 17 Penggunaan ubin pemandu pada jalur


Sumber: https://www.researchgate.net/figure/8-Guidance-and-Directional-Tactile-
Pavers_fig8_273948314/download

Gambar 18 Penggunaan ubin pemandu pada jalur


Sumber: https://www.alburycity.nsw.gov.au/news/2020/aug/tactile-indicators-to-help-vision-impaired

26 dari 87
2.4. Informasi (signage)
a. Definisi
Signage dirancang untuk mengomunikasikan tempat, arah, dan informasi
pada satu lingkungan. Mengutip dari Permen PU No. 3 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pejalan Kaki, papan informasi terletak di luar ruang bebas jalur
pejalan kaki, pada titik interaksi sosial, dan pada jalur pejalan kaki dengan
arus padat. Papan informasi disediakan sesuai kebutuhan, serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi dan tidak
menimbulkan efek silau.
b. Prinsip
1) Informasi (signage) harus memfasilitasi arah :
 Dari bangunan ke bangunan
 Dari fasilitas publik utama
 Dari fasilitas publik transit seperti stasiun MRT, halte bus.
 Jalan keluar dari jalur
2) Signage yang baik adalah signage yang dapat mengarahkan
penumpang tanpa penumpang merasa bingung atau kesulitan mencari
arah. Visualisasi yang seragam dan netral untuk memudahkan
penumpang mengenali signage dan tidak bingung karena perubahan
visualisasi.
3) Lokasi penempatan signage:
 Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandangan tanpa
penghalang
 Pencahayaan yang cukup
 Tidak mengganggu arus (pejalan kaki) dan sirkulasi
4) Signage dibagi menjadi 3 kategori:
a) Identifiction signs (signage identitas) diletakkan pada setiap pintu
masuk bangunan, tanda merupakan tanda pengenal bangunan
yang terlihat jelas. Papan identitas ini akan membantu pejalan
kaki untuk memastikan tujuan mereka.

27 dari 87
b) Directional signs (signage petunjuk arah) memberikan petunjuk
arah ke fasilitas dan bangunan terkait. Rambu petunjukan arah ini
dapat berupa overhead, wall-mounted, dan floor mounted
signage.
Penempatan rambu petunjuk arah harus ada pada :
 Pada setiap persimpangan dimana pejalan kaki harus
membuat keputusan untuk memilih jalan.
 Sepanjang lorong panjang (diantara persimpangan), rambu
petunjuk arah tambahan harus disediakan untuk memberikan
kepastian.
 Rambu petunjuk arah harus berurutan dan terus berlanjut di
sekitar ruang atau jalan yang memiliki persimpangan tidak
jelas.
c) Information Sign, Mengacu pada informasi bangunan yang
memperlihatkan :
 Layout denah lantai
 Daftar fasilitas dan area komersial
 Sirkulasi vertikal, seperti tangga, eskalator, dan lift.
Tanda informasi diletakkan di bagian stategis bangunan untuk
kemudahan navigasi pejalan kaki.
c. Ukuran dan detail penerapan

Gambar 19 Perletakkan signage berdasarkan kebutuhan pengguna


Sumber: the desain of pedestrian network

28 dari 87
Gambar 20 Perletakkan papan identitas

Sumber: J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

Gambar 21 Perletakkan Directional Sign (Rambu Petunjuk Arah)


Sumber: J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

Gambar 22 Perletakkan rambu petunjuk arah


Sumber: J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

29 dari 87
Gambar 23 Perletakkan Information Sign
Sumber: J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

d. Preseden

Gambar 24 contoh signage identifikasi pada NS12 Canberra MRT Station


Sumber : https://railtravelstation.com/ns12-canberra-mrt-station-newest-mrt-station-on-the-
north-south-line/

30 dari 87
Gambar 25 Contoh Signage petunjuk di Halte Transjakarta Bank Indonesia
Sumber: Pedoman Integrasi Antarmoda ITDP

Gambar 26 Contoh Directional Sign


Sumber: J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

31 dari 87
Gambar 27 Contoh signage informasi peta
Sumber: http://www.paulhillsdon.com/2010/01/24/wayfinding-signage-the-next-leap-forward-
for-downtown/

32 dari 87
Gambar 28 Ilustrasi Titik Penempatan Papan Panduan Pintu Keluar
Sumber: Interchange Signs Standard, Transport for London

Gambar 29 Ilustrasi Titik Penempatan Papan Panduan Pintu Keluar


Sumber: Interchange Signs Standard, Transport for London

33 dari 87
2.5. Jarak
a. Definisi
Jarak tempuh pejalan kaki dipengaruhi dari berbagai faktor yang merupakan
bagian dari karakteristik pejalan kaki. Hal-hal yang memengaruhi jarak
jauhnya berjalan kaki yaitu:
 Motif
Motif yang kuat dalam berjalan kaki memengaruhi orang untuk berjalan
lebih lama dan jauh. Contohnya, orang dengan motif berbelanja dapat
berjalan kaki selama lebih dari 2 jam dengan jarak tempuh hingga 2,5 km
tanpa disadari sepenuhnya oleh orang tersebut.
 Kenyamanan yang dipengaruhi cuaca dan jenis aktivitas
Cuaca yang buruk akan mengurangi keinginan untuk berjalan kaki. Di
Indonesia dengan kondisi iklim tropis, dengan cuaca panas, orang hanya
ingin menempuh jarak sejauh 400 m, sedangkan untuk aktivitas
berbelanja membawa barang, keinginan berjalan tidak lebih dari 300 m.
 Ketersediaan fasilitas kendaraan umum
Ketersediaan fasilitas kendaraan umum yang memadai dalam hal
penempatan penyediaannya akan mendorong orang untuk berjalan lebih
jauh dibandingkan dengan tidak ada fasiltias secara merata.
 Pola guna lahan dan kegiatan
Berjalan di pusat perbelanjaan terasa lebih menyenangkan sampai
dengan jarak 500 m. Lebih dari jarak ini diperlukan fasilitas lain yang
dapat mengurangi kelelahan orang berjalan, misalnya ada tempat duduk
dan kios makanan/minuman.
b. Prinsip
 Pada pengembangan kawasan transit atau Transit-Oriented
Development (TOD), jarak pejalan kaki untuk mencapai titik transit
dan/atau titik tujuan tidak lebih dari 400 m atau setara dengan waktu
tempuh 10 menit.

34 dari 87
c. Ukuran dan detail penerapan

Gambar 30 Skema Pengembangan Kawasan Transit


Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyediaan Jaringan Pejalan Kaki di
Perkotaan
d. Preseden

Gambar 31 Contoh skema pengembangan jarak antar moda


Sumber: http://www.mto.gov.on.ca/english/transit/supportive-guideline/regional-mobility-planning.shtml

35 dari 87
Gambar 32 contoh skema pengembangan jarak antar moda North Santa Rosa
Station
Sumber: https://www.srcity.org/DocumentCenter/View/16989/Large-map-of-transit-connections-to-North-
SMART-station?bidId=

2.6. Lebar
a. Definisi
Kebutuhan Ruang Pejalan Kaki Berdasarkan Dimensi Tubuh Manusia.
Dimensi tubuh yang lengkap berpakaian adalah 45 cm untuk tebal tubuh
sebagai sisi pendeknya dan 60 cm untuk lebar bahu sebagai sisi
panjangnya. Berdasarkan perhitungan dimensi tubuh manusia, kebutuhan
ruang minimun pejalan kaki adalah
 Tanpa membawa barang dan keadaan diam yaitu 0,27 m2.
 Tanpa membawa barang dan keadaan bergerak yaitu 1,08 m2; dan
 Membawa barang dan keadaan bergerak yaitu antara 1,35 m2 – 1,62 m2.

36 dari 87
b. Prinsip
1) Jalur pejalan kaki setidaknya berukuran lebar 1,8 hingga 3,0 meter atau
lebih untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan dalam kawasan
yang memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi.
2) Penyediaan prasaran jaringan pejalan kaki juga didasarkan pada jenis
penggunaan lahannya.
Tabel 1. Lebar Jaringan Pejalan Kaki Sesuai dengan Penggunaan Lahan

Lebar Minimum Lebar yang


Penggunaan Lahan
(m) Dianjurkan (m)
Perumahan 1,6 2,75
Perkantoran 2 3
Industri 2 3
Sekolah 2 3
Terminal/stop bis/TPKPU 2 3
Pertokoan/perbelanjaan/hibur
2 4
an
Jembatan, terowongan 1 1
Keterangan: TPKPU = Tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum
Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

3) Dalam hal kebutuhan pejalan kaki melampaui ketentuan lebar minimum,


maka lebar jalur pejalan kaki (W) dapat dihitung berdasarkan volume
pejalan kaki rencana (P) yaitu volume rata-rata per menit pada interval
puncak.
W = (P/35) + n
Keterangan :
P = Volume pejalan kaki rencana (orang per menit per meter)
W = Lebar jalur pejalan kaki (meter)
n = Lebar tambahan (meter)

37 dari 87
c. Ukuran dan detail penerapan
Tabel 2 Kebutuhan Ruang Gerak Minimum Pejalan Kaki

Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

Gambar 33 Kebutuhan Ruang Per Orang secara Individu, Membawa Barang, dan
Kegiatan Berjalan Bersama
Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

38 dari 87
Gambar 34 Kebutuhan Ruang pada jalur
Sumber : Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki

d. Preseden

Gambar 35 Jalur yang digunakan pejalan kaki dengan lebar disesuaikan kebutuhan
Sumber: Active design: Shaping the sidewalk experience. NYC. 2013

39 dari 87
Gambar 36 Jalur yang digunakan pejalan kaki dengan lebar disesuaikan kebutuhan
Sumber: Public Transport Interchange Design Guideline. 2013. Auckland Transport

2.7. Pelindung Cuaca


a. Definisi
Peneduh adalah pelindung jalur dari cuaca baik panas maupun hujan.
Fasilitas peneduh merupakan salah satu faktor yang dapat memenuhi
kenyamanan jalur integrasi.
b. Prinsip
1) Fasilitas peneduh dapat berupa peneduh buatan ataupun alami yang
erfungsi sebagai pelindung cuaca bagi pejalan kaki. Jenis fasilitas
peneduh yaitu pepohonan, kanopi atau bangunan.
 Fasilitas peneduh pepohonan:
Pepohonan dapat befungsi sebagai peneduh pada jalur integrasi.
Jenis Pepohonan yang dapat digunakan sebagai peneduh adalah
sebagai berikut:

40 dari 87
Tabel 3. Contoh jenis vegetasi untuk jalur

Sumber: Permen PU, No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Peyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.

 Fasilitas peduh kanopi


Peneduh kanopi terbuat dari beberapa elemen sesuai dengan
kebutuhan.
c. Ukuran dan detail penerapan

Gambar 37 Kebutuhan Ruang Per Orang secara Individu, Membawa Barang, dan
Kegiatan Berjalan Bersama
Sumber : Permen PU, No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Peyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan

41 dari 87
Gambar 38 Standar Dimensi Pelindung Cuaca Jalur Pejalan Kaki
Sumber: LTA Singapore, 2018

42 dari 87
d. Preseden

Gambar 39 Contoh Pelindung Cuaca Jalur Pejalan Kaki


Sumber: Jakarta NMT Vision And Design Guideline. 2007. ITDP

2.8. Atraksi
a. Definisi
Atraksi pada jalur pejalan kaki berkaitan dengan kualitas pelayanan bagi
pejalan kaki yang terkait dengan amenitas (fasilitas pendukung pejalan kaki
seperti kakilma yang tertata, pertokoan, taman-taman, public art, dan lain-
lain) yang tidak menganggu kelancaran orang berjalan (seasmless
pergerakan).
b. Prinsip
 Atraksi tidak menganggu fungsi utama prasarana pejalan kaki.
 Atraktivitas ruang jalan mempengaruhi kenyamanan, elemen yang
termasuk kedalam atraktivitas antara lain vegetasi dan urban
furniture.
 Atraksi (daya tarik) pada jalur pejalan kaki akan menyediakan
lingkungan dimana orang dapat merasa nyaman dan terdorong untuk
menggunakan ruang jalan tersebut.

43 dari 87
 Aktivitas yang diperkenankan sekitar jalur pejalan kaki bersepeda,
interaksi sosial, kegiatan usaha kecil formal (KUKF) dan tempat
makan café atau restoran, pameran, penyediaan jalur hijau
(peneduh), dan penyediaan sarana pejalan kaki (perabot jalan), dan
jaringan utilitas (tiang listrik, gardu, kabel, dll), fungsi sosial dan atau
ekologis
Ketentuan pemanfaatan ruang jaringan jalan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Ketentuan pemanfaatan ruang jaringan jalan

Aktivitas Lain yang Kriteria Persyaratan Pemanfaatan Tipologi


Diperbolehkan
Bersepeda  Lebar badan jalan tidak  Jalur pejalan kaki di sisi
memungkinkan jalur sepeda jalan
dikembangkan di badan jalan  Jalur pejalan kaki di sisi
 Jalur pejalan kaki memiliki lebar air
minimal 5 meter yang digunakan  Jalur pejalan kaki di
untuk bersepeda memiliki lebar kawasan perdagangan/
maksimal 3 meter, atau memiliki perkantoran (arcade)
perbandingan antara lebar jalur  Jalur pejalan kaki di RTH
pejalan kaki dan lebar area
bersepeda 1:1,5
 Pada umumnya kecepatan
bersepeda adalah 10-20 km/jam.
Bila kecepatan minimum yang
diinginkan melebihi 20 km/jam,
maka lebar jalur bersepeda dapat
diperlebar 0.6 meter hingga 1.0
meter dengan tidak mengganggu
sirkulasi pejalan kaki
Interaksi Sosial  Tidak mengganggu sirkulasi  Jalur pejalan kaki di atas
pejalan kaki tanah
 Dilengkapi sarana penunjang  Jalur pejalan kaki di
terutama pada area yang kawasan perdagangan/
diterapkan sebagai tempat perkantoran (arcade)
istirahat bagi pejalan kaki  Jalur pejalan kaki di RTH

44 dari 87
Aktivitas Lain yang Kriteria Persyaratan Pemanfaatan Tipologi
Diperbolehkan
Kegiatan Usaha Kecil  Jarak bangunan ke area  Jalur pejalan kaki di sisi
Formal (KUKF) dan twmpat beradagang adalah 1,5 – 2,5 jalan (trotoar)
makan café atau restoran meter, agar tidak menganggu
sirkulasi pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki memiliki lebar
minimal 5 meter yang digunakan
untuk area berjualan memiliki
lebar maksimal 3 meter, atau
memiliki perbandingan antara
lebar jalur pejalan kaki dan lebar
area berdagang 1:1,5
 Terdapat organisasai/Lembaga
yang mengelola keberadaan
KUKF
 Pembagian waktu penggunaan
jalur pejalan kaki jenis KUKF
tertentu, dperkenankan di luar
waktu aktif gedung/bangunan di
depannya
 Dapat menggunakan lahan privat
 Tidak berada di sisi jalan arteri
baik primer maupun sekunder
dan kolektor primer dan/atau tidak
berada di sisi ruas jalan dengan
kecepatan kendaraan tinggi
Aktivitas Pameran di Ruang  Jalur pejalan kaki memiliki lebar  Jalur pejalan kaki di sisi
Terbuka minimal 5 meter yang digunakan jalan (trotoar)
untuk area pameran memiliki
lebar maksimal 3 meter, atau
memiliki perbandingan antara
lebar jalur pejalan kaki dan lebar
area pameran 1:1,5. Dengan
asumsi pengunjung pameran
memanfaatkan separuh lebar
jalur pejalan kaki yang ada.

45 dari 87
Aktivitas Lain yang Kriteria Persyaratan Pemanfaatan Tipologi
Diperbolehkan
Mempertimbangkan keselamatan
pengunjung
 Tidak berada di jalan arteri baik
primer maupun sekunder dan
kolektor primer dan/atau tidak
berada di ruas jalan dengan
kecepatan kendaraan tinggi
Aktivitas Penyediaan Jalur  Luasan/lebar jaringan pejalan  Sisi luar atau dalam
Hijau (peneduh) kaki memungkinkan untuk prasarana pejalan kaki
aktivitas ini  Di samping maupun di
 Ditempatkan di ruang bebas jalur atas ruang bebas
pejalan kaki prasarana pejalan kaki
Aktivitas Penyediaan  Luasan/lebar jaringan pejalan  Sisi luar atau dalam
Sarana Pejalan Kaki kaki memungkinkan untuk prasarana pejalan kaki
(perabot jalan) dan Jaringan aktivitas ini  Di bawah maupun di atas
Utilitas (tiang listrik, gardu,  Ditempatkan di ruang bebas jalur ruang bebas prasarana
kabel, dll) pejalan kaki pejalan kaki
 Dapat ditempatkan di jalur hijau
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

c. Ukuran dan Detail Penerapan

Gambar 40 Lebar Minimum Jalur Sepeda dengan Pejalan Kaki Tanpa Bangunan di
Kedua Sisinya
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

46 dari 87
Gambar 41 Lebar Minimum Jalur Sepeda dengan Pejalan Kaki dengan Bangunan
pada Sisi Pejalan Kaki
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

Gambar 42 Lebar Minimum Jalur Sepeda dengan Pejalan Kaki dengan Bangunan
pada sisi Jalur Sepeda (Khusus pada Area di mana Pejalan Kaki Membutuhkan
Akses pada Pemberhentian Kendaraan Umum)
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

47 dari 87
Gambar 43 Lebar Minimum Jalur Sepeda dengan Pejalan Kaki dengan Bangunan
pada Kedua Sisi
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

Gambar 44 Lebar Minimum Jalur Sepeda dengan Pejalan Kaki dengan Bangunan
pada Sisi Pejalan Kaki dan Pemisah antara Jalur Sepeda dengan Jalan Raya
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

48 dari 87
Gambar 45 Visualisasi Jarak pada Jalur Pejalan Kaki yang Dimanfaatkan oleh
Kegiatan Pendukung
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

Gambar 46 Visualisasi Jarak Jika Ada Pameran Outdoor pada Jalur Pejalan Kaki
Sumber: Permen PU No. 3 Tahun 2014

49 dari 87
d. Preseden

Gambar 47 Atraksi pada ruang jalur pejalan kaki berupa pertokoan


Sumber: http://www.newurbanism.org/images/318_CapriSts.jpg

Gambar 48 Atraksi pada ruang jalur pejalan kaki berupa public art
Sumber: https://shmaal.com

Gambar 49 Atraksi pada ruang jalur pejalan kaki berupa public art
Sumber: https://grahamprojects.com/publicart/

50 dari 87
Gambar 50 Atraksi pada ruang pejalan kaki berupa jalur hijau (tanaman dan
pepohonan)
Sumber: https://www.stantec.com/content/dam/stantec/images/ideas/blogs/005/why-planting-urban-
trees-1.jpg

2.9. Fasilitas Penyeberangan (Crossing)


a. Definisi
Fasilitas penyeberangan (crossing) pada jalur pejalan kaki berkaitan
dengan penyediaan elemen pendukung jalur pejalan kaki berupa fasilitas
penyeberngan pada titik yang terdapat konflik (crossing) antara pejalan kaki
dan moda transportasi lain.
b. Prinsip
1) Penyediaan sarana penyeberangan untuk menghindari konflik (crossing)
antara pejalan kaki dengan moda transportasi lain.
2) Sarana penyeberangan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
pejalan kaki pada ruang jalur pejalan kaki.
3) Jenis penyeberangan dbibagi menjadi:
a) Penyeberangan Sebidang merupakan fasilitas penyeberangan bagi
pejalan kaki yang sebidang dengan jalan
 Penyeberangan zebra
Penyeberangan zebra merupakan fasilitas penyeberangan bagi
pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberikan
batas dalam melakukan lintasan. Ketentuan penyediaan
penyeberangan zebra yaitu sebagai berikut:
- Terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa atau dengan alat
pemberi isyarat lalu-lintas;

51 dari 87
- Pemberian waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi
satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas
persimpangan pada persimpangan yang memiliki lampu
pengatur lalu lintas; dan
- Apabila terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa alat
pemberi isyarat lalulintas, maka kriteria batas kecepatan
kendaraan bermotor adalah <40 km/jam.
 Penyeberangan pelikan
Fasilitas untuk penyeberangan pejalan kaki sebidang yang
dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lalu lintas.
Ketentuan penyediaan penyeberangan pelikan yaitu sebagai
berikut:
- Terletak pada ruas jalan dengan jarak minimal 300 meter dari
persimpangan; atau
- Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas
kendaraan >40 km/jam.
b) Penyeberangan Tidak Sebidang
Penyeberangan tidak sebidang merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki yang terletak di atas atau di bawah permukaan
tanah.
 Jembatan penyeberangan
Jembatan penyeberangan merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki yang terletak di atas permukaan tanah dan
digunakan apabila:
- Penyeberangan zebra tidak dapat diadakan;
- Penyeberangan pelikan sudah menganggu lalu lintas
kendaraan yang ada;
- Ruas jalan memiliki kecepatan kendaraan yang tinggi dan
arus pejalan kaki yang cukup ramai; dan/atau
- Ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan
kaki yang cukup tinggi.

52 dari 87
- Ketentuan pembangunan jembatan penyeberangan harus
memenuhi kriteria:
- Keselamatan dan kenyamanan para pemakai jembatan
serta keamanan bagi pemakai jalan yang melintas di
bawahnya;
- Penempatannya tidak mengganggu kelancaran lalu lintas;
dan
- Estetika dan keserasian dengan lingkungan di sekitarnya.
 Terowongan
Terowongan merupakan fasilitas penyeberangan bagi pejalan
kaki yang terletak di bawah permukaan tanah dan digunakan
apabila:
- Jembatan penyeberangan tidak dimungkinkan untuk diadakan;
- Lokasi lahan memungkinkan untuk dibangun di bawah tanah.
Ketentuan pemilihan lokasi penyeberangan tidak sebidang
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Mudah dilihat serta dapat dijangkau dengan mudah dan aman;
- Memiliki jarak maksimum 50 m dari pusat kegiatan dan
keramaian
- Serta pemberhentian bus; dan/atau
- Memiliki jarak minimum 50 m dari persimpangan jalan.
- Jalur yang melandai harus disediakan untuk seluruh tempat
penyeberangan bagi pejalan kaki baik di atas jalan maupun di
bawah jalan. Jika diperlukan, maka dapat disediakan tangga
untuk mencapai tempat penyeberangan. Apabila tidak tersedia
cukup ruang untuk ini, maka disarankan menggunakan lift.

53 dari 87
c. Ukuran dan detail penerapan

Gambar 51 penerapan jenis penyebrangan


Sumber: survey 2020

54 dari 87
d. Preseden

Gambar 52 Penyeberangan sebidang berupa penyeberangan zebra


Sumber: survei pengamatan, 2020

Gambar 53 Penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan penyeberangan


Sumber: https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-5161890/

2.10. Hambatan
a. Definisi
Hambatan pada jalur pejalan kaki berkaitan dengan seamless pergerakan
dan menghindari hambatan pada jalur untuk mengurasi resiko terhadap
kecelakaan.
b. Prinsip
1) Area diantara tepi trotoar (kerb line) dan batas jalur pejalan kaki dapat
dibagi menjadi empat zona :
 Kerb zone (zona tepi trotoar)

55 dari 87
 Furniture and planting zone (zona furnitur dan vegetasi)
 Footway clear zone (ruang bebas pejalan kaki)
 Frontage zone (zona sisi muka bangunan)
2) Penyediaan Zona Furniture pada jalur pejalan kaki di luar ruang bebas
jalan (ruang pejalan kaki tanpa hambatan di sepanjang jalan).
3) Ruang pejalan kaki yang bebas dari benda-benda baik permanen
maupun sementara dan memenuhi standar mininum lebar ruang bebas
(footway clear zone).
4) Perletakkan vegetasi dan street furniture yang terkoordinasi sehingga
tidak menimbulkan masalah bagi pejalan kaki, pengguna kursi roda dan
tuna netra, pada zona bebas pejalan kakai (Footway clear zone).
Perletakan jenis street furniture berdasarkan ukuran dapat dibedakan
menjadi:
 Lebar 0,5 – 1 meter
Street furniture yang dapat diletakkan pada lebar ini adalah barrier
(pengaman), bollard, lampu penerang jalan, tempat duduk, tempat
sampah, dan kantilever halte bus dengan kursi.
 Lebar 1 – 1,6 meter
Street furniture yang dapat diletakkan pada lebar ini adalah box
telepon dan furniture berukuran besar lainnya. Parkir sepeda juga
dapat diletakkan dengan posisi 45 derajat dari pinggir trotoar. Pada
lebar ini juga dapat diletakkan tempat duduk dan vegetasi
(pepohonan atau tanaman).
 Lebar 1,6 – 2 meter
Pada lebar ini dapat diletakkan parkir sepeda dengan posisi 90
derajat dari pinggir trotoar, kios (Pedagang Kaki Lima), bus shelter
dengan setengah atau full panel dan vegetasi (pepohonan atau
tanaman).
5) Permukaan jalur pejalan kaki harus diperkeras dan halus, juga diberi
batasan fisik berupa kurb.

56 dari 87
6) Permukaan jalur pejalan kaki memiliki kriteria permukaan dapat
menyerap air, tidak licin, stabil dan perawatan yang relatif mudah.
c. Ukuran dan Detail Penerapan
 Pembagian zona pada jalur

Gambar 54 Empat zona pada jalur pedestrian


Sumber: http://plangate.no/areal-transport/london/Streetscape/8%20-%20streetscape-guidance-
2009-street-furniture-108.pdf

Gambar 55 Visualisasi pembagian zona jalur pejalan kaki


Sumber: https://www.blogto.com/city/2012/01/revisiting_the_urban_design_streetscape_manual/

57 dari 87
 Jenis permukaan

Gambar 56 Trotoar dengan Bahan Perkerasan Aspal


Sumber: SK Direktorat Perhubungan Darat No. 43 Tahun 1997

Gambar 57 Trotoar dengan Bahan Perkerasan Beton


Sumber: SK Direktorat Perhubungan Darat No. 43 Tahun 1997

d. Preseden

Gambar 58 Street furniture berupa parkir sepeda


Sumber: http://www.flickr.com/photos/16nine/4046289506/

58 dari 87
Gambar 59 Perletakan vegetasi yang tidak mengganggu ruang gerak pejalan kaki
Sumber:https://i1.wp.com/www.streetsblog.org/wpcontent/uploads/2007/12_03/houston_trees.jpg?w=510&crop=0%
2C0px%2C100%2C327px

Gambar 60 Street Furniture berupa bollard


Sumber: https://media.marshalls.co.uk/image/upload/d_no-image_bucaqf.jpg/81485c0c-7ccc-4385-92c1-
8ef70e365b54.jpg

2.11. Penerangan
a. Definisi
Penerangan pada jalur pejalanan kaki berkaitan dengan eleme publik yang
memberi penerangan yang cukup pada ruang jalur pejanan kaki untuk tujuan
keamanan.
b. Prinsip
1) Memungkinkan pejalan kaki dapat melihat bahaya seperti permukaan
yang tidak rata, hambatan, dan benda-benda lainya, sehingga pejalan
kaki dapat mengorientasikan diri untuk menemukan bagian yang lebih
baik

59 dari 87
2) Meningkatkan keamanan pejalan kaki dari ancaman tindak kriminalitas
yang berpotensi terjadi.
3) Penataan jalur pejalan kaki harus mempertimbangkan aspek keefektifan
pencahayaan seperti, letak pohon, pagar, dan elemen lainnya.
4) Penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak
antar lampu penerangan yaitu 10 meter.
5) Lampu penerangan dibuat dengan tinggi maksimal 4 meter serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan
beton cetak.

c. Ukuran dan detail penerapan

Gambar 61 Ilustrasi Penerangan


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.

Gambar 62 penerangan untuk jalur pejalan kaki


Sumber: Jakarta NMT Vision and Guideline. 2007. ITDP

60 dari 87
d. Preseden

Gambar 63 Penerangan pada jalur pejalan kaki


Sumber: https://safety.fhwa.dot.gov/roadway_dept/night_visib/lighting_handbook/

Gambar 64 Penerangan pada jalur pejalan kaki


Sumber: http://www.seravalli.com/gallery/benjamin-franklin.htm

2.12. Keamanan Sosial


a. Definisi
Keamanan sosial pada jalur pejalan kaki berkaitan dengan aktivitas lain pada
jalur pejalan kaki (dapat berupa pertokoan atau aktivitas sosial lain) sebagai
elemen pengawasan sosial untuk meminimalisir resiko tinda kriminal.
b. Prinsip
1) Pengawasan berupa aktifitas sosial pada jalur pejalan kaki untuk
meningkatkan keamanan pejalan kaki (meminimalisir tindak kriminal).
2) Mengaktifkan sisi muka bangunan

61 dari 87
3) Penambahan bangunan dan atau kios yang dapat dilihat pejalan kaki
disisi banguanan yang pasif (dinding mati).

c. Ukuran dan Detail Penerapan

Gambar 65 Ilustrasi pengawasan lewat muka bangunan yang aktif


Sumber : Design Guidelines for Pedestrian-Oriented Business Districts, The City of Kirkland, Washington

d. Preseden

Gambar 66 Contoh aktivitas disekitar ruang jalan berupa toko/komersial


Sumber: Jakarta NMT Vision and Guideline

62 dari 87
Gambar 67 Contoh aktivitas disekitar ruang jalan berupa toko/komersial
Sumber: active design: Shaping the sidewalk experience. 2013. NYC

2.13. Penanganan Close Space


a. Definisi
Penanganan Close Space pada jalur pejalan kaki berkaitan dengan ventilasi
udara pada ruang jalur pejalan kaki. Open space (ruang yang terbuka)
dengan sistem penghawaan alami memiliki resiko yang lebih kecil terhadap
penularan bakteri dan virus.
b. Prinsip
1) Meningkatkan suplai udara dan ventilasi exhaust (increase air supply and
exhaust ventilation).
2) Menggunakan banyak penghawaan alami (use more window airing).
3) Menghindari adanya resirkulasi udara (no use of recirculation).
4) Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk ruangan
5) Pembersihan filter AC secara berkala.
6) Untuk mechanical system, tingkatkan presentasi udara dari luar dengan
menggunakan mode economizer pada pengoperasian HVAC dan sebisa
mungkin sampai 100%. Sebelum menginagkat kan presentasi udara dari
luar, pastikan kemamuan kapabilitas sistem HVAC terhadap kontrol suhu
dan kelembapan
7) Meningkatkan total pasokan aliran udara ke ruang yang ditempati, jika
memungkinkan.

63 dari 87
8) Pertimbangkan untuk menjalankan sistem HVAC pada aliran udara
luar secara maksimum, selama 2 jam sebelum dan sesudah ruang
ditempati.
9) Matikan kontrol ventilasi yang mengurangi pasokan udara
berdasarkan suhu dan banyaknya orang.
c. Ukuran dan Detail Penerapan

Gambar 68 Skema aliran udara pada ruangan dengan berbagai jenis ventilasi yang
digunakan
Sumber : https://yourowngreenarea.com/covid-19-iaq-solutions-aiirs/ dan https://healthpolicy-
watch.news/wp-content/uploads/2020/07/aerosol-transmission.jpg

64 dari 87
d. Preseden

Gambar 69 Contoh penerapan ventilasi alami


Sumber : https://id.pinterest.com/pin/471892867184495046/

Gambar 70 Skema ventilasi alami


Sumber : https://www.designingbuildings.co.uk/w/images/2/2c/Schematic_section.jpg

2.14. Penanganan Crowded Space/Close Contact Setting


a. Definisi
Penanganan crowded space dan close contact setting pada jalur pejalan
kaki berkaitan dengan himbauan menjaga jarak aman sesuai dengan
standar kesehatan yang berlaku. Jarak aman artinya jarak mininum antar
pejalan kaki yang aman dari tetesan droplets penyebar virus.
b. Prinsip
1) Menjaga jarak sejauh 6 feet (±2 meter) berdasarkan asumsi dari
penyebaran COVID 19 dari orang yang terinfeksi ketika mereka batuk,
bersin, dan bicara.
 Pengaturan/pembatasan jumlah pengunjung/ penumpang.

65 dari 87
 Mengatur jam operasional agar tidak terjadi penumpukan
penumpang.
 Pada pintu masuk, agar penumpang/pengunjung tidak berkerumun
dengan mengatur jarak antrian minimal 1 meter. Beri penanda di
lantai atau poster/banner untuk mengingatkan.
2) Dalam hal stasiun/terminal/pelabuhan/bandar udara dilengkapi dengan
alat mobilisasi vertikal, lakukan pengaturan sebagai berikut:
 Penggunaan lift: batasi jumlah orang yang masuk dalam lift, buat
penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan
posisi saling membelakangi.
 Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur
untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada pekerja yang
berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur
tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk
turun.
3) Pengaturan pada semua tempat duduk yang ada di stasiun/ terminal/
pelabuhan/ bandar udara berjarak 1 meter, termasuk pada fasilitas
umum lainnya yang berada di area stasiun/ terminal/ pelabuhan/ bandar
udara seperti restoran, pertokoan dan lain lain.
4) Pengawasan mengenai kesehatan yang berkenaan dengan close-
contact setting, dapat berupa himbauan pengguna untuk menjaga jarak
aman penularan virus (2 meter).

66 dari 87
c. Ukuran dan Detail Penerapan

Gambar 71 Penyebaran virus lewat droplets


Sumber:https://issuu.com/djlewis72/docs/200622_manualphysicaldistancing_draft/4?ff&hideShareButton
=true&pageLayout=singlePage

Gambar 72 Jarak penyebaran droplet ketika batuk


Sumber :
https://cdn.shopify.com/s/files/1/1002/6536/files/Raimana_Jones_Caughed_droplets_grande.jpg?v=1585
605516

67 dari 87
d. Preseden

Gambar 73 pengaturan jaga jarak pada fasilitas umum


Sumber: https://www.newindianexpress.com/states/tamil-nadu/2020/apr/25/mind-the-gap-railway-
stations-to-ensure-social-distancing-after-lockdown-2135021.html
https://thewire.in/government/railways-migrant-workers

2.15. Penanganan Kebersihan Elemen Publik


a. Definisi
Penanganan kebersihan elemen publik pada jalur pejalan kaki berkaitan
dengan kebersihan elemen-elemn publik yang sering disentuh atau dipakai
oleh banyak orang. Pembersihan secara rutin mengurangi resiko penularan
bakteri dan virus lewat permukaan benda.
b. Prinsip
1) Mengurangi resiko penularan secara tidak langsung droplet menular
lewat barang-barang yang di sentuh pengguna terinfeksi.
2) Melakukan pembersihan rutin sehubungan dengan kebertahanan virus
pada permukaan benda.

68 dari 87
3) Pembersihan rutin pada eleman publik pada area umum yang sering
disentuh orang misalnya; handel pintu, railing, tombol lift, konter, meja,
dan alat-alat elektronik yang menggunakan touch screen.
4) Dalam Keputusan Menteri Kesehatan KMK No. HK. 01. 07- MENKES
382 Tentang Protokol Kesehatan Bagi masyarakat ditempat umum
disebutkan Stasiun/ terminal/ pelabuhan/ banda udara disebutkan bahwa
Higiene dan sanitasi lingkungan yakni memastikan seluruh area
stasiun/terminal/pelabuhan/ bandar udara bersih dan higienis dengan
melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala (paling sedikit tiga
kali sehari), terutama permukaan yang sering disentuh seperti pegangan
pintu dan tangga, toilet, tombol lift, troli, mesin atm, mesin check in,
peralatan yang digunakan bersama, area dan fasilitas umum lainya.

2.16. Informasi Protokol Kesehatan


a. Definisi
Informasi protokol kesehatan pada jalur pejalan kaki berkaitan pada
ketersediaan informasi dan himbauan untuk menjaga kesehatan dari
penularan bakteri dan virus baik dalam bentuk fisik maupun digital. Juga
berkaitan pada penyediaan sarana untuk menjaga kesehatan seperti tempat
cuci tangan/hand sanitizer.
b. Prinsip
1) Memasang media informasi untuk mengingatkan pekerja,
penumpang/pengunjung dan masyarakat lainnya agar mengikuti
ketentuan pembatasan jarak fisik, Mencuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir atau menggunakan handsanitizer serta kedisiplinan
menggunakan masker.
2) Pertimbangan utama pada fasilitas cuci tangan (baik permanen maupun
sementara) pada public space adalah sebagai berikut :
Pertimbangan Kesehatan
 Meminimalisir kontak pada kran dan tap sabun.
 Penggunaan kran dan wastafel yang mudah dibersihkan

69 dari 87
 Drainase air buangan
 Pemberian jarak free space minimum 1 meter apabila terdapat
beberapa sarana cuci tangan pada satu tempat.
Pertimbangan User Experience dan aksesibilitas
 Sarana cuci tangan dengan sabun yang memadahi dan mudah
diakses
 Sarana cuci tangan yang mudah digunakan.
 Adanya petunjuk lokasi sarana cuci tangan pakai sabun.
 Memasang informasi tentang edukasi cara mencuci tangan pakai
sabun yang benar.
 Menyediakan handsanitizer di tempat-tempat yang jauh dari
sarana cuci tangan pakai sabun.

c. Ukuran dan Detail Penerapan


 Penempatan informasi

Gambar 74 penempatan informasi


Sumber: Survey

70 dari 87
 Tipe sarana cuci tangan yang direkomendasikan untuk public space
dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 75 Tipe sarana cuci tangan untuk umum


Sumber : https://www.unicef.org/media/75706/file/Handwashing%20Facility%20Worksheet.pdf

d. Preseden

Gambar 76 Tempat cuci tangan dan himbauan kesehatan


Sumber: survei pengamatan, 2020

71 dari 87
Gambar 77 informasi berupa audio visula dan baner
Sumber: survei pengamatan, 2020

3. Standar Pelayanan
NO JENIS PELAYANAN URAIAN INDIKATOR TOLOK UKUR
KETERHUBUNGAN
1 Keterhubungan Jalur Keterhubungan dan kemenerusan Ketersediaan Persentase jalur
antara tempat satu dengan tempat pejalan kaki terdefinisi
yang lain, melalui jalur pedestrian yang menghubungkan
yang terencana atau yang antara kedatangan dan
menjamin pejalan kaki secara keberangkatan
mudah, aman, dan nyaman untuk antarmoda
melewatinya dalam suatu
kawasan.
KEMUDAHAN
2 Kemudahan fisik Kemudahan akses fisik Ketersediaan  Jika terdapat
(ramp, guiding block, penguna/pejalan kaki termasuk perbedaan level,
tangga, bagi masyarakat difabel dalam maka harus
eskalator/travelerator, menuju titik transit dari simpul difasilitasi dengan
lift) transportasi maupun sebaliknya. ramp portable atau
permanen dengan
kemiringan
maksimum 8%, Jika
terdapat perbedaan
jumlah lantai lebih
dari satu, maka
dianjurkan
penyediaan Lift
(elevator) dan/atau
eskalator/travelerator
sebagai akses
universal dan hindari
tangga jika
memungkinkan

72 dari 87
NO JENIS PELAYANAN URAIAN INDIKATOR TOLOK UKUR
 Tersedia guiding
block pada
sepanjang jalur
penghubung untuk
kemudahan akses
bagi tuna netra
3 Informasi (signage) Kemudahan akses informasi bagi Ketersediaan  Tersedia fasilitas
pengguna/pejalan kaki termasuk informasi angkutan
bagi masyarakat difabel dari suatu lanjutan berupa
Titik Simpul Transit ke Moda petunjuk arah lokasi
transportasi lainnya atau fasilitas alih moda
sebaliknya. dan papan nama
fasilitas alih moda
yang mudah
ditemukan dan jelas
terlihat pada zona-
zona kritis
(persimpangan, pintu
masuk, pintu keluar,
dll).
KESELAMATAN
4 Hambatan Standar Keselamatan Fisik Ketersediaan Tersedianya jalur
dengan prinsip seamless penghubung yang
pergerakan dan menghindari bebas dari hambatan
hambatan jalur pedestrian. seperti pohon, street
furniture, pedagang
kaki lima yang
menghalangi jalur
pedestrian.
5 Crossing Standar Keselamatan mobilitas, Ketersediaan tersedia jalur
menghindari crossing pejalan kaki pedestrian yang
dan moda transportasi lain. meminimalkan crossing
Jumlah perpotongan dengan dengan
/persimpangan sirkulasi pejalan kendaraan bermotor
kaki dengan sirkulasi kendaraan
bermotor yang memenuhi syarat
pengaturan crossing dan
keselamatan.
6 Pelindung Pejalan Standar Keselamatan mobilitas, Ketersediaan tersedia jalur
Kaki mengurangi risiko konflik pejalan pedestrian yang
kaki dan moda transportasi lain terlindung dari risiko
pada saat jalur pejalan kaki konflik dengan dengan
bersinggungan dengan jalan. moda transportasi lain
pada jalur pejalan kaki
yang bersinggungan
dengan jalan.

KEAMANAN
7 Penerangan Berfungsi sebagai sarana Ketersediaan Tersedia lampu
pendukung keamanan untuk penerangan khususnya
memberikan rasa aman bagi pada malam hari
pengguna jasa

73 dari 87
NO JENIS PELAYANAN URAIAN INDIKATOR TOLOK UKUR
8 Keamanan lingkungan Aspek keamanan dari jalur Ketersediaan  Tersedianya CCTV
sosial penghubung antar moda yang merekam
khususnya terkait dengan ada pengguna jalur
tidaknya upaya mereduksi resiko penghubung
gangguan keamanan pengguna  Tersedia petugas
melalui keamanan
potensi/suasana/layanan/rekayasa berseragam dan
lingkungan yang menjamin mudah dilihat
keamanan jalur pedestrian.
(Tingkat keramaian lingkungan,
adanya sistem keamanan
lingkungan dll)
KENYAMANAN
9 Jarak tempuh Kenyamanan jarak orang berjalan Jarak Jarak jalur penghubung
Waktu tempuh 400 meter atau
Waktu tempuh jalur
penghubung dari satu
titik ketitik lain 5 menit
10 Lebar Kenyamanan lebar jalur Lebar Persentase panjang
pedestrian bagi semua orang jalur penghubung yang
termasuk difabel memiliki lebar 1,6 – 3,0
meter (dua arah)
11 Teduhan / pelindung Kenyamanan berjalan dari aspek Ketersediaan  Persentase jalur
cuaca lingkungan. Teduhan atau proteksi Suhu penghubung yang
terhadap hujan dan panas memiliki fasilitas
teduhan atau
proteksi terhadap
panas dan hujan
 Suhu 180C - 300C
12 Atraksi Kenyamanan berjalan dari aspek Panjang jalur Persentase panjang
layanan bagi pejalan kaki (fasilitas penghubung yang jalur penghubung yang
pendukung pejalan kaki seperti tersedia layanan tersedia layanan
kakilima yang tertata, pertokoan, amenitas amenitas
taman-taman, public art, street
furniture dll.) yang tidak
mengganggu kelancaran orang
berjalan dari Titik Simpul Transit
ke titik transit atau sebaliknya.
KESEHATAN
13 Close contact Keterhubungan antara stasiun dan Panjang Persentase panjang
IPT, memiliki resiko yang rendah hubungan yang Jalur penghubung tidak
terkait Penularan Covid19. memungkinkan memiliki close contact
Konektivitas yang baik jika terjadinya "close setting, atau terdapat
semakin sedikit jalur koneksi antar contact". atau penanganan terhadap
moda memiliki kemungkinan Kontak antar close concact setting.
"closed contact " antar pengguna. pengguna jalur
penghubung
14 Closed space Keterhubungan antara stasiun dan Panjang karakter Persentase panjang
IPT, memiliki resiko yang rendah "closed jalur penghubung tidak
terkait Penularan Covid19. space/corridor" memiliki karakter “close
Konektivitas yang baik jika pada jalur space/corridor”, atau
menghindari adanya ruang pejalan penghubung terdapat penanganan
kaki penghubung yang bersifat sehingga terjadi terhadap “close
ventilasi yang space/corridor” seperti

74 dari 87
NO JENIS PELAYANAN URAIAN INDIKATOR TOLOK UKUR
"close space/corridor " (tanpa kurang baik dari adanya alat sirkulasi
ventilasi baik) koridor atau jalur udara.
penghubung antar
moda yang dikaji.
Misalnya ruang
yang tertutup atau
ruang yang
menyempit.
15 Elemen publik Kemudahan-kemudahan akses Ketersediaan  Tersedianya petugas
fisik, informasi, dan visual yang kebersihan untuk
menggunakan elemen-elemen membersihkan
publik (public items/feautires ) elemen publik
seperti tombol komputer, lift,
gagang pintu, pegangan tangga
atau railing escalator/travelerator
lain dll harus terjamin
kebersihannya, atau
menggunakan sistem sensor
tanpa sentuh
16 Informasi Kesehatan Jaminan adanya akses informasi Ketersediaan Tersedianya Informasi
yang memadai terkait Kesehatan
pemberitahuan protokol kesehatan (Visual/Audio) di jalur
covid19 (grafis maupun audio) penghubung
terkait 3 M--Menggunakan
Masker, Menjaga Jarak, dan
Mencuci Tangan.
17 Fasilitas Cuci Jalur penghubung yang sehat Ketersediaan Tersedianya Fasilitas
Tangan/Hand menyediakan fasilitas untuk Cuci Tangan di jalur
Sanitizer mencuci/membersihkan tangan penghubung
setelah kemungkinan menyentuh
beberapa elemen publik.

4. Standar Kinerja Pelayanan Integrasi Simpul Transportasi Antar Moda


4.1. Keterhubungan
4.1.1. Prinsip dan standar
Keterhubungan dan kemenerusan antara tempat satu dengan tempat
yang lain, melalui jalur pedestrian yang terencana atau yang menjamin
pejalan kaki secara mudah, aman dan nyaman untuk melewatinya dalam
satu kawasan.
4.1.2. Unit amatan
Jalur pedestrian/pejalan kaki yang menghubungkan simpul transportasi
dengan simpul transportasi lain atau Intermediate Public Transportation
(IPT). Pengamatan dilakukan terhadap jalur pedestrian, apakah

75 dari 87
terdefinisi (terencana) atau memenuhi syarat sebagai mobilitas pejalan
kaki.
4.1.3. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% dari jalur terdefinisi sebagai jalur pejalan
kaki
Baik (nilai 4) : 80% dari jalur terdefinisi sebagai jalur pejalan kaki
Cukup (nilai 3) : 60% dari jalur terdefinisi sebagai jalur pejalan kaki
Kurang (nilai 2) : 40% dari jalur terdefinisi sebagai jalur pejalan kaki
Jelek (nilai 0) : <20% dari jalur terdefinisi sebagai jalur pejalan kaki
4.2. Kemudahan
4.2.1. Kemudahan Akses Fisik
a. Prinsip dan standar
Kemudahan akses fisik pengguna/pejalan kaki termasuk bagi difable
dalam menuju titik transit moda lanjutan
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap kualitas jalur pedestrian dan ada tidaknya
fasilitas yang memenuhi syarat aksesibilitas bagi semua orang
termasuk bagi difabel (misal: ubin pengarah tuna-netra/guiding block
dan ramp pada jalur pedestrian)
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% kebutuhan ramp dan guiding block pada
jalur terpenuhi
Baik (nilai 4) : 80% kebutuhan ramp dan guiding block pada jalur
terpenuhi
Cukup (nilai 3) : 60% kebutuhan ramp dan guiding block pada jalur
terpenuhi
Kurang (nilai 2) : 40% kebutuhan ramp dan guiding block pada jalur
terpenuhi
Jelek (nilai 0) : <20% kebutuhan ramp pada jalur terpenuhi
4.2.2. Kemudahan Akses Informasi
a. Prinsip dan standar

76 dari 87
Kemudahan akses informasi bagi pengguna/pejalan kaki termasuk bagi
difable dalam menuju titik transit moda lanjutan
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap kejelasan, peletakan dan desain
penanda/signage serta petunjuk informatif yang memudahkan untuk
menemukan titik transit moda lanjutan
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% dari permasalahan kemudahan
mendapatkan informasi pada setting yang kritis terpenuhi/terselesaikan
oleh penanda informatif/signage
Baik (nilai 4) : 80% dari permasalahan kemudahan mendapatkan
informasi pada setting yang kritis terpenuhi/terselesaikan oleh penanda
informatif/signage
Cukup (nilai 3) : 60% dari permasalahan kemudahan mendapatkan
informasi pada setting yang kritis terpenuhi/terselesaikan oleh penanda
informatif/signage
Kurang (nilai 2) : 40% dari permasalahan kemudahan mendapatkan
informasi pada setting yang kritis terpenuhi/terselesaikan oleh penanda
informatif/signage
Jelek (nilai 0) : <20% dari permasalahan kemudahan mendapatkan
informasi pada setting yang kritis terpenuhi/terselesaikan oleh penanda
informatif/signage
4.2.3. Kemudahan Akses Visual
a. Prinsip dan standar
Kemudahan akses visual atau visibilitas bagi pengguna/pejalan kaki
dalam menuju titik transit moda lanjutan
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap desain titik transit yang mudah dikenali sebagai
penanda kawasan (landmark) atau penanda pengarah jalan belokan
(way finding) dalam jalur penghubung antara simpul transportasi dan
titik transit

77 dari 87
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% Bangunan Simpul Transportasi dan titik
Transit berlaku sebagai penanda kawasan yang mudah dikenali
(landmark) dan 100% elemen-elemen jalur dapat berlaku sebagai
pengarah (way finding) yang memudahkan orang untuk menemukan
simpul transportasi atau titik transit
Baik (nilai 4) : 80% Bangunan Simpul Transportasi dan titik Transit
berlaku sebagai penanda kawasan yang mudah dikenali (landmark)
dan 80% elemen-elemen jalur dapat berlaku sebagai pengarah (way
finding) yang memudahkan orang untuk menemukan simpul
transportasi atau titik transit
Cukup (nilai 3) : 60% Bangunan Simpul Transportasi dan titik Transit
berlaku sebagai penanda kawasan yang mudah dikenali (landmark)
dan 60% elemen-elemen jalur dapat berlaku sebagai pengarah (way
finding) yang memudahkan orang untuk menemukan simpul
transportasi atau titik transit
Kurang (nilai 2) : 40% Bangunan Simpul Transportasi dan titik Transit
berlaku sebagai penanda kawasan yang mudah dikenali (landmark)
dan 40% elemen-elemen jalur dapat berlaku sebagai pengarah (way
finding) yang memudahkan orang untuk menemukan simpul
transportasi atau titik transit
Jelek (nilai 0) : <20% Bangunan Simpul Transportasi dan titik Transit
berlaku sebagai penanda kawasan yang mudah dikenali (landmark)
dan <20% elemen-elemen jalur dapat berlaku sebagai pengarah (way
finding) yang memudahkan orang untuk menemukan simpul
transportasi atau titik transit
4.3. Keselamatan
4.3.1. Keselamatan Fisik
a. Prinsip dan standar

78 dari 87
Standar Keselamatan Fisik dengan prinsip seamless pergerakan dan
menghindari hambatan jalur pedestrian (Perhatikan juga keterkaitannya
dengan kemudahan akses fisik)
b. Unit amatan
Pengamatan kemenerusan permukaan dan kualitas jalur pejalan kaki.
Pengamatan ada tidaknya hambatan seperti pohon/street furniture/kaki
lima yang menghalangi jalur pedestrian
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur tidak ada gangguan kemenerusan
dan hambatan
Baik (nilai 4) : 80% jalur tidak ada gangguan kemenerusan dan
hambatan
Cukup (nilai 3) : 60% jalur tidak ada gangguan kemenerusan dan
hambatan
Kurang (nilai 2) : 40% jalur tidak ada gangguan kemenerusan dan
hambatan
Jelek (nilai 0) : <20% jalur tidak ada gangguan kemenerusan dan
hambatan
4.3.2. Keselamatan Mobilitas
a. Prinsip dan standar
Standar keselamatan mobilitas, menghindari konflik atau crossing
pejalan kaki dengan moda transportasi lainnya
b. Unit amatan
Jumlah perpootongan/persimpangan sirkulasi pejalan kaki dengan
sirkulasi kendaraan bermotor yang memenuhi syarat pengaturan
crossing dan keselamatan
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur tidak ada perpotongan sirkulasi/jalur
sebidang atau 100% mampu menyelesaikan permasalahan crossing
Baik (nilai 4) : 80% jalur tidak ada perpotongan sirkulasi/jalur sebidang
atau 100% mampu menyelesaikan permasalahan crossing

79 dari 87
Cukup (nilai 3) : 60% jalur tidak ada perpotongan sirkulasi/jalur
sebidang atau 100% mampu menyelesaikan permasalahan crossing
Kurang (nilai 2) : 40% jalur tidak ada perpotongan sirkulasi/jalur
sebidang atau 100% mampu menyelesaikan permasalahan crossing
Jelek (nilai 0) : <20% jalur tidak ada perpotongan sirkulasi/jalur
sebidang atau 100% mampu menyelesaikan permasalahan crossing
4.4. Keamanan
4.4.1. Keamanan lingkungan fisik
a. Prinsip dan standar
Standar keamanan lingkungan fisik
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap fasilitas keamanan khususnya malam hari
(penerangan, dll) pada jalur pedestrian
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur memiliki penerangan khususnya pada
malam hari
Baik (nilai 4) : 80% jalur memiliki penerangan khususnya pada malam
hari
Cukup (nilai 3) : 60% jalur memiliki penerangan khususnya pada malam
hari
Kurang (nilai 2) : 40% jalur memiliki penerangan khususnya pada
malam hari
Jelek (nilai 0) : <20% jalur memiliki penerangan khususnya pada malam
hari
4.4.2. Keamanan lingkungan sosial (street watching)
a. Prinsip dan standar
Standar keamanan lingkungan sosial (street watching)
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap aspek keamanan khususnya terkait dengan
potensi/suasana/layanan lingkungan yang menjamin keamanan jalur

80 dari 87
pedestrian. Tingkat keramaian lingkungan, adanya sistem keamanan
lingkungan)
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur memiliki jaminan keamanan berupa
suasana lingkungan (ramai dan ramah), layanan keamanan (satpam,
cctv, dll), fungsi pengawasan sosial lainnya
Baik (nilai 4) : 80% jalur memiliki jaminan keamanan berupa suasana
lingkungan (ramai dan ramah), layanan keamanan (satpam, cctv, dll),
fungsi pengawasan sosial lainnya
Cukup (nilai 3) : 60% jalur memiliki jaminan keamanan berupa suasana
lingkungan (ramai dan ramah), layanan keamanan (satpam, cctv, dll),
fungsi pengawasan sosial lainnya
Kurang (nilai 2) : 40% jalur memiliki jaminan keamanan berupa
suasana lingkungan (ramai dan ramah), layanan keamanan (satpam,
cctv, dll), fungsi pengawasan sosial lainnya
Jelek (nilai 0) : <20% jalur memiliki jaminan keamanan berupa suasana
lingkungan (ramai dan ramah), layanan keamanan (satpam, cctv, dll),
fungsi pengawasan sosial lainnya
4.5. Kenyamanan
4.5.1. Kenyamanan Jarak
a. Prinsip dan standar
Kenyamanan jarak orang berjalan kaki
b. Unit amatan
Kesesuaian standar jarak nyaman antara simpul transportasi dengan
titik transit alih moda (dalam meter dan menit berjalan). Standar jarak
jalur penghubung adalah 0-200 meter/waktu tempuh <5 menit
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : jalur dapat ditempuh dengan kecepatan normal
berjalan kaki <5 menit
Baik (nilai 4) : jalur dapat ditempuh dengan kecepatan normal berjalan
kaki 5-10 menit

81 dari 87
Cukup (nilai 3) : jalur dapat ditempuh dengan kecepatan normal
berjalan kaki 10 – 15 menit
Kurang (nilai 2) : jalur dapat ditempuh dengan kecepatan normal
berjalan kaki 15-20 menit
Jelek (nilai 0) : jalur dapat ditempuh dengan kecepatan normal berjalan
kaki >20 menit
4.5.2. Kenyamanan Lebar
a. Prinsip dan standar
Kenyamanan lebar jalur pedestrian bagi semua orang termasuk difabel
b. Unit amatan
Kesesuaian dimensi lebar jalur pejalan kaki
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur memiliki lebar 1.60 - 3.00 meter
Baik (nilai 4) : 80% jalur memiliki lebar 1.60 - 3.00 meter
Cukup (nilai 3) : 60% jalur memiliki lebar 1.60 - 3.00 meter
Kurang (nilai 2) : 40% jalur memiliki lebar 1.60 - 3.00 meter
Jelek (nilai 0) : <20% jalur memiliki lebar 1.60 - 3.00 meter
4.5.3. Kenyamanan dari aspek keteduhan
a. Prinsip dan standar
Kenyamanan berjalan dari aspek lingkungan (keteduhan)
b. Unit amatan
Kualitas teduhan atau proteksi terhadap hujan dan panas
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur memiliki teduhan/proteksi terhadap
hujan dan panas
Baik (nilai 4) : 80% jalur memiliki teduhan/proteksi terhadap hujan dan
panas
Cukup (nilai 3) : 60% jalur memiliki teduhan/proteksi terhadap hujan
dan panas
Kurang (nilai 2) : 40% jalur memiliki teduhan/proteksi terhadap hujan
dan panas

82 dari 87
Jelek (nilai 0) : <20% jalur memiliki teduhan/proteksi terhadap hujan
dan panas
4.5.4. Kenyamanan dari aspek layanan bagi pejalan kaki
(amenity/attractiveness)
a. Prinsip dan standar
Kenyamanan berjalan dari aspek layanan bagi pejalan kaki
(amenity/attractiveness)
b. Unit amatan
Kualitas pelayanan bagi pejalan kaki yang terkait dengan amenitas
(fasilitas pendukung pejalan kaki seperti rumah makan/kaki lima yang
tertata, pertokoan, taman, public art dll) yang tidak mengganggu
kelancaran orang berjalan dari simpul transportasi ke titik transit
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : 100% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik
jalur
Baik (nilai 4) : 80% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik jalur
Cukup (nilai 3) : 60% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik jalur
Kurang (nilai 2) : 40% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik jalur
Jelek (nilai 0) : <20% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik jalur
4.6. Kesehatan
4.6.1. Kesehatan dari aspek keterhubungan
a. Prinsip dan standar
Keterhubungan antara simpul transportasi dengan simpul transportasi
lain atau IPT=Intermediate Public Transportation), memiliki resiko yang
rendah terkait Penularan Covid19. Konektivitas yang baik jika semakin
sedikit jalur koneksi antar moda memiliki kemungkinan "closed contact
" antar pengguna, atau menghindari adanya ruang pejalan kaki
penghubung yang bersifat "close space/corridor " (tanpa ventilasi baik).
b. Unit amatan
Seberapa bagian dari panjang hubungan yang memungkinkan
terjadinya "close contact" atau kontak antar pengguna jalur pedestrian

83 dari 87
maupun adanya karakter "close space" sehingga terjadi ventilasi yang
kurang baik dari koridor atau jalur penghubung antar moda yang kaji
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : <20% jalur penghubung memiliki "close contact
setting" atau close space"
Baik (nilai 4) : 40% jalur penghubung memiliki "close contact setting"
atau close space"
Cukup (nilai 3) : 60% jalur penghubung memiliki "close contact setting"
atau close space"
Kurang (nilai 2) : 80% jalur penghubung memiliki "close contact setting"
atau close space"
Jelek (nilai 0) : 100% jalur memiliki layanan amenitas/daya tarik jalur
4.6.2. Kesehatan dari aspek kemudahan
a. Prinsip dan standar
Kemudahan-kemudahan akses fisik, informasi, dan visual yang
menggunakan elemen-elemen publik (public items/feautires ) seperti
tombol komputer, lift, gagang pintu, pegangan tangga atau railing
escalator/travelerator lain dll harus terjamin kebersihannya, atau
menggunakan sistem sensor tanpa sentuh. Jaminan adanya akses
informasi yang memadai terkait pemberitahuan protokol kesehatan
covid19 (grafis maupun audio) terkait 3 M-Menggunakan Masker,
Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan
b. Unit amatan
Pengamatan terhadap features atau elemen terkait kemudahan akses
fisik, kemudahan akses informasi, dan kemudahan visual yang
memungkinkan kontak antar individu baik langsung maupun tak
langsung melalui elemen publik seperti kursi, gagang pintu, dll.
c. Kriteria penilaian
Sangat Baik (nilai 5) : jika 100% elemen publik terjamin kebersihannya
dan adanya sistem yang mengurangi resiko penularan covid 19.

84 dari 87
Baik (nilai 4) : jika 80% elemen publik terjamin kebersihannya dan
adanya sistem yang mengurangi resiko penularan covid 19.
Cukup (nilai 3) : jika 60% elemen publik terjamin kebersihannya dan
adanya sistem yang mengurangi resiko penularan covid 19.
Kurang (nilai 2) : jika 40% elemen publik terjamin kebersihannya dan
adanya sistem yang mengurangi resiko penularan covid 19.
Jelek (nilai 0) : jika <20% elemen publik terjamin kebersihannya dan
adanya sistem yang mengurangi resiko penularan covid 19.

85 dari 87
Bibliografi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan
Permen PU No 03 tahun 2014 tentang Pedoman Pejalan Kaki
Peraturan Menteri PU PR No 14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan gedung
Permen PU, No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Peyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Surat Edaran Panduan Protokol Kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI
SE Menteri PUPR No. 02/SE/M/2018

J-Walk Wayfinding Signage Guidelines, Urban Redevelopment Authority (URA)

the desain of pedestrian network


Jakarta NMT Vision And Design Guideline. 2007. ITDP

Interchange Signs Standard, Transport for London

LTA Singapore, 2018

Active design: Shaping the sidewalk experience. 2013. NYC.


Public Transport Interchange Design Guideline. 2013. Auckland Transport

http://www.wherethesidewalkstarts.com/2013/07/curb-ramp-guidance-from-feds.html

https://www.nycstreetdesign.info/geometry/pedestrian-ramp

https://www.researchgate.net/figure/8-Guidance-and-Directional-Tactile-
Pavers_fig8_273948314/download
https://www.alburycity.nsw.gov.au/news/2020/aug/tactile-indicators-to-help-vision-
impaired
https://railtravelstation.com/ns12-canberra-mrt-station-newest-mrt-station-on-the-north-
south-line/
http://www.paulhillsdon.com/2010/01/24/wayfinding-signage-the-next-leap-forward-for-
downtown/

86 dari 87
http://www.mto.gov.on.ca/english/transit/supportive-guideline/regional-mobility-
planning.shtml
https://www.srcity.org/DocumentCenter/View/16989/Large-map-of-transit-connections-
to-North-SMART-station?bidId=
https://shmaal.com
https://grahamprojects.com/publicart/
https://www.stantec.com/content/dam/stantec/images/ideas/blogs/005/why-planting-
urban-trees-1.jpg
http://plangate.no/areal-transport/london/Streetscape/8%20-%20streetscape-guidance-
2009-street-furniture-108.pdf
REHVA (Rederation of European Heating, Ventilation, and Air Conditioning Associations)
dalam REHVA COVID-19 Guidance
Centers of Disease Control. Social Dictancing, Quarantine, and Isolation, CDC
https://www.unicef.org/media/75706/file/Handwashing%20Facility%20Worksheet.pdf
http://plangate.no/areal-transport/london/Streetscape/8%20-%20streetscape-guidance-
2009-street-furniture-108.pdf
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19-ventilation-and-
air-conditioning-in-public-spaces-and-buildings

87 dari 87

Anda mungkin juga menyukai