Anda di halaman 1dari 4

KESIMPULAN

Rasanya sudah umum diketahui bahwa penyebab masalah gizi adalah


multifaktor, yang utamanya melibatkan faktor pendidikan, ekonomi, keamanan,
pengendalian pertumbuhan penduduk, perbaikan sanitasi, keadilan sosial bagi
perempuan dan anak-anak, kebijakan dan praktik yang benar terhadap lingkungan dan
produktivitas pertanian. Sehubungan dengan itu, untuk dapat menuntaskan masalah
gizi tentunya dibutuhkan satu program terintegrasi yang terkait dengan semua faktor
tersebut.

Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pemah
tuntas ditanggulangi di dunia. Selagi penanggulangan masalah gizi kurang belum dapat
dietasi timbul era transisi giziyang meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit kronis
sehingga masalah gizi menjadi makinrumit.

Bila suatu negara berkembang secara ekonomi dan kcersediaan makanan meningkat,
biasanya kejadian kurang gizi akan menurun sedangkan masalah kesehatan kronis seperti
penyakit jantung, diabetes dan hipertensi cenderung Peningkatan tersebut tampaknya
berkorelasi erat dengan obesitas, tingginya asupan asam lemak jenuh, p'adahnya asupan sayur
dan buah, rendahnya tingkat aktivitas fisik, serta diadopsinya pola hidup dan kebiasaan
makan ala negara Barat. Akumulasi massa lemak yang berlebihan pada masa lanjut
kehidupannya akan menempatkan anak tersebut pada peningkatan risiko terjadinya
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya. Walaupun penyakit infeksi seperti malaria
dan tuberkulosis masih dominan sampai tahun 2025, kejadian penyakit kronis terkait pola
hidup Barat akan terus berkembang.

Masalah gizi sering merupakan kelanjutan dari masalah kelaparan. Kelaparan


sering membuat orang menjadi memikirkan dirinya sendiri terkait kebuhrhan akan makanan
untuk melangsungkan kehidupan, sehingga sering menyebabkan perilaku yang tidak etis
seperti mencuri dan melukai orang lain hanya unhrk mendapatkan makanan. Di Indonesia,
masalah kelaparan memang tidak separah di So-malia, Sudan, ataupun Bangladesh, namun
masih ditemukan masalah kurang kalori protein (KKP) terutama pada anak balita,
kurang zat besi terutama pada perempuan dewasa, kurang yodium dan kurang vitamin A
serta kekurangan zat gizi lainnya seperti zink. Akibat terkait dari masalah tersebut adalah
anak-anak di Indonesia berisiko untuk sering terkena penyakit infeksi yang berut, mengalami
gangguan per-tumbuhan atau gagal tumbuh dan mengalami kebutaan.3-6. Mengapa
kelaparan dan masalah gizi-kurang dapat tedadi? Kelaparan dan masalah gizi, utamanya
masalah kurang kalori-protein sebetulnya tidak perlu terjadi di negara manapun. Sistem
pertanian yang baik harusnya memiliki kapasitas unhrk menghasilkan makanan yang cukup
untuk setiap individu. Orang akan kelaparan dan kurang gizi karena miskin. Kemiskinan itu
dibuat oleh manusia sendiri, antara lain praktik diskriminasi terhadap perempuan terutama
dalam kesempatan untuk pendidikan dan peluang kerja wabah HIV/AIDS,
mempermasalahkan perbedaan rasial, pemerintah yang korupsi. Faktor-faktor lainnya adalah
sumber air yang tidak aman, tingkat pendidikan yang rendah, distribusi bahan pangan yang
tidak merata, tidak adanya kesempatan untuk bekerja dan produktivitas pertanian yang
rendah sehingga pada akhirnya akan berkontribusi terhadap masalah kurang gizi.

Dari aspek kelompok dalam penduduk, perempuan dewasa dan anak-anak perempuan
merupakan kelompok yang berisiko terkena kurang gizi karena pada masyarakat tertentu
secara kultural lebih mementingkan alokasi makanan lebih pada laki-laki dewasa dan anak
laki-laki. Bila hanya sedikit makanan yang tersedia dalam rumah tangga, maka sisa makanan
yang diperuntukkan bagi perempuan dewasa dan anakperempuan mungkin tidakmencukupi
untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhannya. Di banyak negara yang sedang
berkembang, diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang pendidikan dan pekerjaa4
keluarga berencana, dan kekerasan terhadap perempuan telah menempatkan perempuan
dalam risiko tinggi untuk mengalami kurang gizi dan memiliki kualitas hidup yang rendah.

Untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi, sudah
banyak program yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program ralementasi
gizi melalui pemberian makanan maupun produk seperti pil besi dan vitamin A, program
fortifikasi bahan makanan seperti fortifikasi yodium pada garam maupun fortifikasi besi pada
tepung.
SARAN

Ada hubungan erat antara kurang gizi dengan kualitas sumber daya generasi penerus.
Pembentukan otak anak berlangsung sejak dalam kandungan (masa janin) sampai anak
berusia dua tahun. Kurang gaiyangterjadi pada anak sebelum otaknya terbentuk secara
lengkap (masa janin sampai usia 2 tahun) akan memberi efek negatif dalam perkembangan
fungsinya secara menetap. Pemberian makanan untuk penanggulangan masalah gizi yang
dialaminya tersebut hanya dapat memperbaiki pertumbuhan fisik dan kesehatan anak
saja.Selain itu, ada hubungan erat antara kurang gizi dengan infeksi. Kurang gizi akan
memperlemah sistem kekebalan tubuh serta meningkatkan kemungkinan dan keparahan
terkena infeksi. Secara simultan, infeksi yang berulang (yang tersering adalah diare) akan
menyebabkan dan/atau memperparah masalah kurang gizi. Kondisi sanitasi yang buruk,
tercemarnya sumber air dan tidak tersedianya tempat penyimpanan makanan yang aman akan
meningkatkan penyebaran penyakit infelsi yang akan mengakibatkan kurang gizi. Banyak
kematian balita terkait dengan kurang kaloriprotein dan infeksi secara bersamaan.

Pemberian nutrisi yang baik dan benar pada anak, perlu diperhatikan beberapa hal
lain yang akan menunjang seluruh proses konsumsi seseorang yaitu : kebersihan, pengolahan
yang tepat sehingga enak dimakan serta suasana menyenagkan ketika makan dalam
menyusun menu hendaknya diperhatikan hal-hal s ebagai berikut : a). Kombinasi rasa yaitu
asin, manis, asam, pahit, pedas, jika disukai, b). kombinasi warna hidangan yaitu warna
merah, hijau, coklat, kuning, dsb, c). variasi kering atau berkuah banyak, seperti sup, sayur
asam maupun sedikit kuah seperti tumis, sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan
goreng kering, tempe, d). variasi bentuk potongan, yaitu persegi panjang, tipis, bulat, dan
sebagainya, e). variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik
pengolahan yang digoreng, dan direbus dan lain sebagainya, sehingga memberikan
penampilan, tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan tersebut. Sebaiknya dihindari adanya
penaggulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu (Ranti, 1999).

Memelihara dan menjaga kesehatan dan status gizi anak balita agar cerdas dan
tumbuh kembang yang baik. Mencerdaskan kesadaran masyarakat untuk menerapkan kaidah
kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya dengan
meningkatkan pengetahuan kesehatan gizi pada kader dan anggota Pondok Gizi Budarzi.
Meningkatkan pengetahuan teknik pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi
dan bervariasi sehingga tercipta ketahanan pangan. Meningkarkan keterampilan kader dalam
menangani masalah gizi buruk atau kurang. Membudayakan kebersamaan dalam mengatasi
masalah gizi dan kesehatan anak balita (Ranti, 1999).

Disamping itu, rendahnya praktik pemberian ASI akan meningkatkan penyebaran


infeksi terutama karena kontaminasi air yang digunakan untuk mempersiapkan susu formula.
Selain mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, ASI juga mengandung zat yang
melindungi bayi dari terkena infeksi.Sebaliknya, kurang vitamina (KvA) dan KKPpada anak
berperan penting dalam penyebaran dan keparahan infeksi. Anak dengan KVA akan lebih
mudah meninggal misalnya karena campak dibandingkan dengan anak yang cukup vitamin A

Anda mungkin juga menyukai