naik. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan
kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan
kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007
terdapat 83.714 kasus.
Karena itu pula, Djoko memberi apresiasi atas PP yang ditandatangani Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 April 2012 yang merupakan peraturan
pelaksanan dari pasal 87 UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang
mewajibkan semua pemberi kerja melaksanakan SMK3, terutama perusahaan yang
mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat
potensi kecelakaan yang lebih tinggi akibat karakteristik proses kerja.
ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat Indonesia, yaitu dampak
6.000 kasus kecelakaan kerja terjadi setiap hari dan berakibat fatal. Di
dari setiap 100.000 tenaga kerja. Disamping itu, kerugian yang harus
lebih tinggi dibandingkan negara industri yaitu US$ 1.25 triliun, atau sama
2007 angka kecelakaan kerja yang terjadi mencapai 83.714 kasus, dan 2
(http://apindo.or.id).
(Pambudi, 2013).
H.W. Heinrich dengan Teorii Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2, yaitu:
a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja. Contohya
adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi
peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
b. Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang
ergonomis. Unsafe condition ini contohnya adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang pengap,
pencahayaan kurang, terlalu bising, dan lain-lain.
Selanjutnya Frank Bird mengembangkan teori Heinrich tersebut. Frank Bird menggolongkan
penyebab terjadinya kecelakaan adalah sebab langsung (immediate cause) dan faktor dasar (basic
cause). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung menyebabkan terjadinya
kecelakaan tersebut, misalkan terpeleset, kejatuhan suatu benda, dan lain-lain. Sedangkan penyebab
tidak langsung adalah merupakan faktor yang memicu atau memberikan kontribusi terhadap
terjadinya kecelakaan tersebut. Misalnya tumpahan minyak yang menyebabkan lantai licin, kondisi
penerangan yang tidak baik, terburu-buru atau kurangnya pengawasan, dan lain-lain. Meskipun
penyebab tidak langsung hanyalah sebagai penyebab atau pemicu yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan, namun sebenarnya hal tersebutlah yang harus dianalisa secara detail mengapa faktor
pemicu tersebut dapat terjadi.
Disamping faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, teori-teori modern memasukkan faktor sistem
manajemen sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Ketimpangan dan kurangnya
perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, Pemantauan dan pembinaan menyebabkan terjadinya
multiple cause sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut ILO, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut:
Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk
Terjepit
Gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu
Terkena arus listrik
Terkena bahan-bahan bernahaya/radiasi
Patah tulang
Dislokasi ( keseleo )
Regang otot (urat)
Memar dan luka dalam yang lain
Amputasi
Luka di permukaan
Geger dan remuk
Luka bakar
Keracunan-keracunan mendadak
Pengaruh radiasi
Lain-lain
Kepala
Leher
Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.
Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun
1992-2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar
Berdasarkan data yang diperoleh dari database ASEAN OSHANET dan ILO
pertanian menduduki tempat kedua atau ketiga terbesar dibanding industri lain. Kecelakaan akibat
pestisida pada petani sering terjadi. Mereka dapat
mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau
muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
Pestisida dalam bentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke
dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit (Girsang, 2009). Gangguan kulit
akibat kerja yang sering dijumpai yaitu dermatitis kontak. Laporan di seluruh
dunia tentang epidemiologi penyakit kulit akibat kerja dalam berbagai bidang
sakit di Indonesia tahun 2008 dengan golongan sebab sakit penyakit kulit dan
kasus baru (Kemenkes, 2009). Tahun 2011 penyakit kulit dan jaringan subkutan
menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di
48.576 kasus baru (Kemenkes, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kulit
iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,
kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang
memadahi (Harahap, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Suhelmi, La Ane dan
Manyullei (2014), melaporkan bahwa petani rumput laut yang mengalami keluhan
gangguan kulit sebanyak 46, 2% responden dan yang memiliki higiene tidak baik
Data yang didapat dari laporan morbiditas pasien rawat jalan Puskesmas
Cawas 1 pada bulan Desember 2014 terdapat sebanyak 349 jumlah kunjungan
dengan diagnosa penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya. Penyakit kulit dan
jaringan subkutan lainnya menduduki peringkat ke-5 dalam daftar 10 besar
kunjungan pasien menjadi 446 dan menduduki peringkat ke-3 dalam daftar 10
seperti gatal-gatal, kulit merah, dan lecet. Data dari Balai Pengobatan Kelurahan
gangguan kulit. Mayoritas pasien yang mengalami keluhan gangguan kulit bekerja
sebagai petani. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari rasa gatal ringan sampai
nyeri pada daerah yang gatal. Dampaknya sangat dirasakan saat musim tanam dan
musim panen tiba. Menurut tenaga kesehatan setempat, sebagian besar penyakit
kulit disebabkan karena lingkungan sawah yang penuh dengan segala macam
kotoran, penggunaan pestisida serta pola kebersihan petani yang kurang baik.
Praktik kebersihan diri tidak diperhatikan oleh para petani, sebab kegiatan di
menjaga kebersihan diri. Pengamatan yang dilakukan pada saat jam makan siang,
didapatkan sebagian besar petani menggunakan air ledeng yang mengalir dari
sungai yang kotor untuk membersihkan diri sebelum istirahat untuk makan siang.
Beberapa diantaranya juga menggunakan pakaian yang sama pada saat pergi ke
sawah pada hari berikutnya. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa
Klaten.
B. PERUMUSAN MASALAH
pola kebersihan diri dengan terjadinya gangguan kulit pada petani padi di
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Klaten.
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
keperawatan dermatologi.
2. Manfaat Praktis
a. Petani
penyakit kulit, sehingga tidak ada keluhan gangguan kulit pada petani.
b. Bagi Peneliti
c. Instansi Terkait
E. KEASLIAN PENELITIAN
Labuhan Tahun 2012. Hasil uji chi-square variabel umur (p=0,000), variabel
yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil
(p=0,000). Variabel yang tidak berhubungan adalah masa kerja (p=0,188) dan
Pekerja dengan menaiki gondola beraktifitas di bagian luar sebuah gedung bertingkat di Jakarta,
Selasa (23/4/2013). (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Tweet
VIVA.co.id - Di balik suksesnya pembangunan Bandara Kuala Namu,
Jembatan Suramadu dan jalan tol Cikampek - Palimanan, serta proyek
besar lainnya, tersimpan fakta jika angka kecelakaan terhadap para buruh
konstruksi cukup besar.
Kondisi semakin miris lantaran hanya ada sekira 1.500 pengawas untuk
mengawasi pekerjaan inrastruktur yang diselenggarakan oleh sekira 175
ribu perusahaan konstruksi.
“Pekerja konstruksi itu masa kerjanya terbatas tapi kondisi kerjanya berat.
Saat hujan mereka berhenti ngecor, tapi hujan berhenti jam satu malam
pun mereka justru harus mulai kerja,” ujarnya.
Menakertrans: Angka Kecelakaan Kerja Masih
Tinggi
Selasa, 15 Januari 2013 12:32 WIB
Supervisor
Jakarta - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans)
Muhaimin Iskandar mengakui bahwa tingkat kecelakaan kerja di
Indonesia masih cukup tinggi dan berbagai ancaman keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) didalam proses produksi masih terjadi
terutama di sektor jasa konstruksi.