Anda di halaman 1dari 14

P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:

Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

ANALISIS DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DALAM


OPTIMALISASI COMPETENCE BABY CARE PADA IBU MUDA
MELALUI PENDEKATAN MATERNAL SENSITIVITY MODELS
BERBASIS KELUARGA

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies


among Early Mothers Using Family-based Maternal Sensitivity Models

Diyan Indriyani1, Susi Wahyuning Asih2


1,2
Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University Jember
Jalan Karimata 49 Jember
1
e-mail: dieindri@yahoo.com

ABSTRAK
Bayi merupakan kelaompok yang sangat rentan terhadap kondisi sakit, karena imunitas bayi masih
rendah. Perawatan bayi yang kurang tepat dapat menimbulkan bayi berisiko sakit. Petugas
kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu ibu muda dan keluarga dalam
optimalisasi perawatan bayi. Pendekatan penelitian berupa partisipatif (kualitatif) dan
Participatory Action Reseacrh (PRA). Tehnik pengumpulan data melalui Focus Group Discussion
(FGD) dan indept interview. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling.
Analisis data secara kuantitaf dan kualitatif. Penelitian menunjukkan jenis penyakit tersering pada
bayi adalah ISPA, diare dan febris. Ibu muda dan keluarga sudah memiliki perilaku baik dalam
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan saat bayi sakit, meskipun terdapat keluarga yang
datang terlambat, dan keluarga cenderung tidak melakukan follow up. Cakupan imunisasi sudah
memenuhi target, namun cakupan ASI Ekslusif masih tergolong rendah. Perawatan bayi berupa
memandikan bayi dan perawatan tali pusat cenderung diserahkan pada orang lain. Penyuluhan
kesehatan tentang perawatan bayi sudah dilakukan, hanya untuk topik tumbuh kembang dan
stimulasinya belum pernah diberikan. Petugas kesehatan disarankan memiliki rancangan program
yang lebih efektif dan terstruktur dalam membangun persepsi masyarakat tentang peraatan bayi,
termasuk melakukan pelatihan kader secara berkesinambungan agar kegiatan meja 5 pada
pelayanan Posyandu dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Dukungan, Petugas kesehatan, Competence Baby Care, ibu muda.

ABSTRACT

Infants are extremely vulnerable group to various pain conditions because their immunity system
is still low. The lack of proper baby care can cause the infants to be risky to illness. Health
officials play a very important role in helping early mothers and families in optimizing baby care..
It was applied in the form of participative(qualitative) and Participatory Action Research (PRA).
The data were collectedusing Focus Group Discussion (FGD) and indept interview on health
officials in both public health centers of Sumbersari and Sukorambi Jember. Purposive sampling
was used for the sampling techniques. The data were then analyzed both in quantitative and
qualitative methods.The findings confirmed that the most common diseases undergone by infants
were respiratory infections, such as diarrhea and febrile. Early mothers and families already had
good behaviors in the use of health care facilities when the baby was sick, although there were
some families who came late, and then they tend not to follow it up. Immunization coverage had
already met the target, but the exclusive breastfeeding was still relatively low. Baby care, such as
bathing and cord care, tend to be taken over to another one. Health education about baby care
had already done, but the topicof baby growth and development as well as the stimulation had
never been yet given. Discussion: It is suggested to the health officials to have more effective and
well structured program design in building public perception of baby care, including the training

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
114
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

of cadres on an ongoing basis so that the activities of table 5 on Maternal and Child Health
services can be improved.

Keywords: Support, health officials, baby care competencies, early mothers.

PENDAHULUAN sudah paham dan melakukannya.


Berdasarkan hasil penelitian ini juga
Kondisi kesehatan bayi sangat dimungkinkan bahwa untuk fase
memerlukan dukungan orangtua, selanjutnya dalam perawatan bayi saat
petugas kesehatan, masyarakat serta usia 1-12 bulan para ibu muda ini juga
pemerintah dalam optimalisasinya. masih memiliki kendala kompetensi
Status kesehatan bayi yang optimal akan dalam melakukannya. Berdasarkan
berkonribusi langsung terhadap status penelitian Andriani (2011) dinyatakan
derajat kesehatan suatu Negara. Hal ini bahwa pengalaman ibu muda dalam
karena parameter angka kematian bayi merawat bayi dipengaruhi oleh
(AKB) masih menjadi indikator derajat pemahaman ibu muda tentang peran ibu
kesehatan suatu Negara. muda sebagai orang tua.Peran tersebut
Kurangnya kompetensi ibu dilakukan dengan memperhatikan
muda dalam perawatan bayi berisiko kebutuhan dasar bayi dan mendukung
terhadap angka kesakitan bayi pertumbuhan serta perkembangan bayi
meningkat. Petugas kesehatan dalam hal (Eigner, 2015; Ozkan & Polat, 2011).
ini memiliki peranan penting dalam Tugas perkembangan seorang
memberikan pemahaman dan wanita dalam perannya sebagai ibu
pendampingan dalam optimalisasi muda untuk merawat bayinya menurut
kompetensi ibu muda dalam peran Duvall adalah; (1) ibu muda belajar
perawatan bayi. merawat bayinya dengan penuh
Pernyataan ini didukung oleh keyakinan, dengan cara ibu muda
penelitian Indriyani dan Asmuji (2014) mampu menguasai keterampilan
yang mendapatkan gambaran bahwa merawat bayinya, misalnya
kompetensi ibu muda nifas dalam hal memandikan, memberi makan,
memandikan bayi masih sangat kurang. melindungi, memahami keinginan bayi;
Seluruh responden mengatakan tidak (2) memberi kesempatan penuh bagi
ada yang berani memandikan bayi perkembangan bayi, dipengaruhi oleh
sebelum tali pusat lepas, bahkan pengasuhan ibu muda; (3) menerima dan
didapatkan kondisi tidak pernah menyesuaikan diri dengan ketegangan
memandikan bayi karena perannya dan tekanan saat menjadi ibu muda; (4)
sudah diambil alih oleh keluarga. berbagi tanggung jawab sebagai orang
Kompetensi ibu muda yang lain misal tua juga sebagai istri, merawat bayi
merawat tali pusat sebagian masih ada merupakan tanggung jawab yang harus
yang kurang paham, namun ibu muda dilaksanakan oleh ibu muda dan ayah;
yang sudah paham dalam perawatan tali (5) mempertahankan hubungan yang
pusat juga tidak pernah melakukan memuaskan dengan suaminya, menjaga
perawatan pada bayi yang kebersamaan keluarga; (6)
dilahirkannya. Adapun dalam hal menyelesaikan pertentangan konsep
penggantian popok rata-rata ibu muda peran; (7) menjaga perasaan otonomi

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
115
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

pribadi dengan memanfaatkan bayi petugas kesehatan memiliki peran


pengalaman unik ketika menjadi ibu aktif dalam pendampingan yang sifatnya
muda untuk kepuasan dirinya berkelanjutan. Berkaitan dengan
(Friedman, Bowden & Jones, 2010). pemecahan permasalahan tersebut di
Berkaitan dengan hal tersebut petugas atas, salah satunya dengan
kesehatan memiliki peran penting dalam mengupayakan membangun pendekatan
memotivasi sekaligus mewujudkan Maternal Sensitivity Models Berbasis
tugas perkembangan orangtua terutama Keluarga yang difokuskan pada ibu
ibu muda dalam perawatan bayi (Beraldi muda dengan melibatkan keluarga
Salgado & Abades Porcel, 2014; Bigras sebagai social support (Eichner &
& Paquette, 2007). Johnson, 2012; Fusetti, Re, Bezze, &
Pada tahun 2012 Kementerian Lusignani, 2014; "Patient- and family-
Kesehatan meluncurkan program centered care and the pediatrician's
ExpandingMaternal and Neonatal role," 2012). Model ini memiliki
Survival (EMAS) dalam rangka keunggulan bahwa dalam meningkatnya
menurunkan angka kematian ibu muda kepekaan diri seorang ibu muda tentang
dan neonatal sebesar 25%. Angka peran dan fungsinya dalam perawatan
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia bayi dan keluarga ikut terlibat aktif
memang cenderung menurun namun dalam upaya tersebut maka fungsi
belum bisa mencapai target Millenium perawatan bayi akan lebih baik dan
Development Goals (MDGs) 2015 yang tepat. Dampak dari peningkatan
telah berlalu. Permasalahan tersebut kepekaan diri ibu muda tersebut adalah
menunjukkan bahwa kondisi ini harus bahwa ibu muda akan berupaya secara
segera ditangani.Untuk itu perlu aktif untuk memiliki keahlian dalam
perhatian dalam mengidentifikasi upaya competence baby care secara
masalah kesehatan salah satunya adalah optimal.
kesehatan bayi selama periode Masalah yang diteliti ini
pertumbuhan dan perkembangan dalam berkaitan dengan “peran petugas
1 tahun pertama di usia balita, karena kesehatan pada ibu muda dalam
fase usia bayi juga merupakan fase yang meningkatkan competence baby care
sangat rentan untuk peristiwa terjadinya sebagai upaya menurunkan Angka
kondisi kesakitan dan kematian. Kematian Bayi”.
Pemecahan masalah kesehatan
bayi ini perlu menggunakan pendekatan METODE PENELITIAN
upaya kesehatan yang tepat salah
satunya dengan optimalisasi peran Penelitian ini dilakukan dengan
petugas kesehatan yang sekaligus pendekatan penelitian partisipatif
melibatkan keluarga secara aktif. Upaya (kualitatif) dan Participatory Action
yang dapat dilakukan dalam Reseacrh (PRA). Tehnik pengumpulan
meningkatkan kemampuan ibu muda data dilakukan dengan cara FGD dan
khususnya para ibu muda yang tinggal indept interview pada petugas kesehatan
di wilayah pedesaan dalam perannya di Puskesmas Sumbersari dan
sebagai pemberi perawatan utama bagi Sukorambi sejumlah 9 partisipan,

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
116
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

sedangkan jumlah responden yang data dimulai pada bulan Maret- Agustus
menjadi subyek penelitian adalah 50 2016. Analisis data yang digunakan
keluarga. Adapun tehnik pengambilan yaitu pada data umum menggunakan
sampel dilakukan secara Purposive analisis deskriptif dan pada data khusus
Sampling. Kurun waktu pengambilan diolah secara kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tempat Pemberian Informasi Pada Responden di Wilayah Puskesmas
Sumbersari dan Sukorambi Kabupaten Jember Tahun 2016
Tempat Pemberian Informasi Tempat Pemberian Informasi Pada
Jumlah (%) Jumlah (%)
Pada Responden Sumbersari Responden Sukorambi
Tidak ada 5 20.0 Tidak ada 10 40.0
Petugas kesehatan 9 36.0 Petugas kesehatan 10 40.0
Pelayanan kesehatan 7 28.0 Pelayanan kesehatan 1 4.0
Posyandu 4 16.0 Posyandu 4 16.0
Total 25 100.0 Total 25 100.0

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Riwayat Sakit Pada Bayi Responden di Wilayah Puskesmas Sumbersari
dan Sukorambi Kabupaten Jember Tahun 2016
Riwayat Sakit Pada Bayi Riwayat Sakit Pada Bayi
Jumlah (%) Jumlah (%)
Responden Sumbersari Responden Sukorambi
Pernah 18 72.0 Pernah 22 88.0
Tidak pernah 7 28.0 Tidak pernah 3 12.0
Total 25 100.0 Total 25 100.0

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Jenis Sakit Pada Bayi Responden di Wilayah Puskesmas
Sumbersari dan Sukorambi Kabupaten Jember Tahun 2016
Riwayat Jenis Sakit Pada Bayi Riwayat Jenis Sakit Pada Bayi
Jumlah (%) Jumlah (%)
Responden Sumbersari Responden Sukorambi
ISPA 14 56.0 ISPA 15 60.0
Diare 4 16.0 Diare 4 16.0
Febris 0 0 Febris 3 12.0
Tidak sakit 7 28.0 Tidak Sakit 3 12.0
Total 25 100.0 Total 25 100.0
wawancara menyampaikan bahwa
Hasil FGD dengan Petugas Kesehatan selama ini terkait pelayanan untuk
di Puskesmas Sumbersari menekan angka kesakitan dan kematian
Guna mendapatkan informasi bayi dimulai dengan optimalisasi
tentang peran layanan kesehatan kesehatan bagi ibu muda hamil.
terdepan di masyarakat yaitu Puskesmas menjalankan program
Puskesmas, maka peneliti melakukan “rujukan berencana” untuk upaya
indept interview pada petugas kesehatan preventif menurunkan AKI dan AKB,
di Puskesmas Sumbersari. Hasil juga mengupayakan bayi lahir dalam

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
117
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

keadaan lebih baik. Adapun beberapa tentang MP-ASI, petugas kesehatan


kegiatan yang sudah dilakukan supaya mengatakan tidak secara spesifik
ibu muda kompeten dalam perawatan memberi penjelasan, selama ini lebih
bayi: 1) bidan kunjungan rumah 2) dianjurkan supaya masyarakat membaca
dianjurkan kontrol ke puskesmas 3) buku KIA. Karena dalam buku KIA
penyuluhan tentang ASI dan gizi, 4) tersebut penjelasan tentang MP ASI
kesadaran masyarakat tentang ASI sudah ada.
eksklusif masih belum optimal, terutama Selanjutnya menurut petugas
nenek juga sulit untuk disadarkan kesehatan untuk program imunisasi
tentang pentingnya ASI eksklusif tidak sulit dilaksanakan, dan angka
tersebut, 5) PNC di Puskesmas. Petugas cakupannya tinggi serta memenuhi
kesehatan mengatakan bahwa angka target. Kalaupun ada masyarakat yang
keberhasilan ASI eksklusif masih bayinya tidak tercatat lengkap datanya
rendah. Kondisi fakta di lapangan justru di Puskesmas, hal ini biasanya karena
masyarakat yang memiliki status mereka berpindah-pindah dalam
ekonomi lebih baik memiliki kesadaran memilih tempat pelayanan imunisasi.
tentang ASI eksklusif yang juga lebih Namun petugas kesehatan telah
baik. menganjurkan meskipun tempat
Program pendidikan kesehatan pelayanan imunisasi berpindah-pindah
yang sudah dijalankan di puskesmas tempat, yang penting buku KIA harus
terkait perawatan bayi dilakukan tetap dibawa saat imunisasi sehingga
sebelum ibu muda postpartum pulang. petugas kesehatan tetap dapatmengisi
Topik penyuluhan kesehatan yang datanya dan rekam jejak imunisasi dapat
diberikan misalnya memandikan bayi, tercatat. Selain itu penyuluhan tentang
dan keluarga ikut dilibatkan dalam imunisasi sudah dilakukan misal saat di
penyuluhan. Petugas kesehatan juga Posyandu ataupun saat kegiatan
mengatakan bahwa tantangan terkait imunisasi di Puskesmas yang dilakukan
rendahnya cakupan ASI eksklusif ini 1 bulan sekali. Melalui penyuluhan juga
dalam bentuk perilaku masyarakat yang disampaikan tentang dampak imunisasi
memberikan MP ASI terlalu dini. misalnya subfebris yang masih menjadi
Bagaimana menghindari MP-ASI dini bahasan masyarakat. Namun saat ini
bukanlah hal mudah, karena selama ini masyarakat sudah memahami upaya
masyarakat memiliki alasan kalau bayi penanganannya bahwa harus minum
rewel karena ASI sedikit, sehingga obat yang diberikan, meskipun beberapa
diberi makanan tambahan meskipun keluarga ada yang meminta resepnya
usianya masih di bawah 6 bulan. diganti yang lebih baik menurut
Anjuran untuk tidak memberikan MP pandangan mereka. Petugas kesehatan
ASI dini justru terutama diberikan pada juga selalu menjelaskan tentang jadwal
masyarakat dengan status ekonomi dan kegunaan imunisasi.
bawah. Karena masyarakat dengan Berhubungan dengan informasi
kondisi ekonomi bawah ini faktanya tentang stimulasi tumbuh kembang bayi,
banyak melakukan kegagalan dalam Puskesmas memiliki program kelas
pemberian ASI Eksklusif. Berkaitan Balita yang kegiatannya antara lain

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
118
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

penyuluhan. Penyuluhan ini meliputi pneumonia dan sudah dalam keadaan


contohnya: perawatan tali pusat, sesak sekali, sehingga keputusan
memandikan bayi, pemberian makanan Puskesmas adalah melakukan rujukan.
tambahan, ASI eksklusif. Pada Selama ini keluarga biasanya belum
pelayanan Posyandu petugas kesehatan mengenal kasus pneumonia, hanya kenal
menyampaikan bahwa belum sempat sebagai batuk biasa.Adapun untuk kasus
memberikan penyuluhan khusus tentang diare pada bayi, keluarga membawa bayi
tumbang bayi. Selama ini kalau ada diare rata-rata masih derajat awal, tapi
penyimpangan tumbang bayi, tindakan memang ada beberapa kasus keluarga
yang diambil puskesmas adalah membawa bayinya sudah dalam keadaan
melakukan rujukan. Jumlah petugas terlambat.
kesehatan dibandingkan jumlah Selanjutnya tentang penanganan
pelayanan Posyandu sudah memadai, balita sakit menggunakan program
meskipun petugas kesehatan merasa MTBS (manajemen terpadu balita sakit).
berat dalam pelaporan datanya. Hasil Untuk penanganan MTBS Puskesmas
rekapitulasi data tentang penyakit Sukorambi masih berada pada ranking
tersering adalah untuk bayi di wilayah 44 dari 49 Puskesmas. Kondisi yang
kerja Puskesmas Sumbersari yaitu ISPA, berkaitan dengan situasi ini antara lain
diare, (pnemonia termasuk kejadian luar SDM masih belum memadai dari aspek
biasa/KLB), febris. Adapun harapan kuantitas, kesadaran masyarakat sudah
petugas terkait perawatan bayi yaitu cukup baik, namun pelayanan belum
Puskesmas sangat berharap agar optimal. Meskipun kesadaran
cakupan ASI ekslusif meningkat, karena masyarakat untuk berobat sudah baik,
kalau cakupan imunisasi, puskesmas namun kesadaran untuk follow up masih
merasa optimis tercapai targetnya. kurang, selain itu kadang melakukan
follow up di tempat lain sehingga
Hasil FGD dengan petugas kesehatan evaluasi di Puskesmas tidak tuntas.
di Puskesmas Sukorambi Fasilitas untuk pelayanan di
Peneliti telah melakukan FGD Puskesmas sudah cukup memadai,
dengan petugas kesehatan di Puskesmas namun masih terdapat wilayah yang
Sukorambi guna mendapatkan gambaran sulit untuk dijangkau.Sehingga
tentang pelayanan kesehatan pada bayi. Puskesmas ada program puskesmas
Berdasarkan hasil diskusi tersebut keliling (Pusling) yang diadakan setiap
didapatkan gambaran yang pertama hari Jumat dan Sabtu tiap minggunya.
tentang angka kesakitan terbanyak pada Kegiatan Puskesmas keliling ini dimulai
bayi adalahISPA, febris dan diare. dengan bertempat di masjid kecamatan,
Selama ini program pengobatan bayi kemudian berkembang di tempatkan di
dilakukan di bawah BP (balai masjid-masjid besar di desa. Awalnya
pengobatan), dimana diunit ini juga pasien yang menggunakan fasilitas
melakukan pelayanan untuk pasien pusling ini hanya para suami karena
dewasa. Terkait kasus pelayanan pada bersamaan dengan waktu setelah sholat
bayi, pernah ditemukan kondisi bayi Jumat. Namun pada waktu berikutnya
datang ke puskesmas untuk kasus anak dan istrinya juga di bawa ke

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
119
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

yankes tersebut untuk berobat. Lanjutan optimal, dan puskesmas tidak selalu
pelayanan pusling akhirnya sampai jemput bola, dan 3) membentuk desa
bertempat di rumah kader dan tokoh tanggap posyandu dengan program
masyarakat.Harapan ke depan pertemuan kader secara rutin, mengajari
Puskesmas berencana program kader cara promkes, pelatihan kader
posyandu, pusling akan dilakukan di sebagai edukator sebaya.
poli MTBS, sehingga masyarakat Harapan untuk meningkatkan
mendapatkan pelayanan seperti di persepsi kesehatan masyarakat: 1)
polindes atau poskesdes. mencetak masyarakat madani yang
Upaya puskesmas dalam peduli dengan lingkungan 2) data angka
meningkatkan persepsi masyarakat kesakitan bayi dan balita yang selama
untuk mengenal bayi sakit: 1) ini masih campur, dengan adanya poli
penyuluhan pada keluarga ibu muda MTBS maka data akan lebih khusus 3)
hamil sampai dengan perawatan BBL Poli MTBS 0-5th, poli dasar > 5 th, poli
(bayi baru lahir), 2) Posyandu: bisa cek lansia ≥ 60 tahun. Hal ini karena
langsung, kalau ada kelainan langsung puskesmas memiliki kerjasama dengan
rujuk ke Puskesmas, 3) kenyataannya ahli gizi dan dokter spesialis
meja 5 belum berfungsi secara optimal, anak.Sehingga data dapat dipisahkan
4) Kendala yang ada: buku KIA tidak antara data pasien umum dengan data
selalu dibaca oleh masyarakat. Hal ini Balita.Selain pelayanan tersebut di atas
terjadi karena Faktornya antara lain: 1) selama ini pada upaya preventif
kader belum optimal kompetensinya, 2) puskesmas melakukan pelayanan
kader kurang tanggap. Harapannya: 1) imunisasi 1kali perbulan. Pada rencana
evaluasi efektifitas posyandu di 5 Desa, pelayanan di poli MTBS nantinya juga
2) ada yang bertugas mencari kendala dapat melayani tumbuh kembang bayi
sehingga cakupan dan fungsinya dan balita.

Pendekatan Maternal Sensitifity Models Berbasis Keluarga Dalam Optimalisasi


Competence Baby Care
Baby care pasca hospital

Baby care intra hospital

Baby care pra hospital


REDUCE MORBIDITY AND
INFANT MORTALITY

Baby care at home

HEALTHY BABY BABY SICK

COMPETENCE FAMILY
BABY CARE SUPPORT

MATERNAL
SENSITIVITY

Antenatal care regularly

Bagan 1. Maternal Sensitivity Models Berbasis Keluarga Dalam Optimalisasi Competence


Baby Care Pada Ibu Muda di Pedesaan

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
120
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Hasil wawancara dengan oksitosin setelah melahirkan. Kurangnya


petugas puskesmas baik di Sumbersari pemahaman ibu muda dan keluarga
maupun Sukorambi juga didapatkan tentang tindakan tersebut menjadikan
bahwa cakupan ASI eksklusif memang ibu muda tidak peka dalam mengatasi
masih belum optimal khususnya pada permasalahan yang dialami sehingga
masyarakat ekonomi bawah. Hasil beranggapan ASI tidak banyak
tersebut selaras dengan penelitian diproduksi yang akhirnya ibu muda
Balogun, Dagvadorj, Anigo, Ota dan jarang menyusui karena bayi sudah
Sasaki (2015) yang menggambarkan diberikan susu formula maupun
persepsi ibu muda tentang hambatan makanan tambahan lain. Kondisi ini
dalam memberikan ASI eksklusif pada menyebabkan produksi ASI akan
bayi usia 0-6 bulan di negara semakin sedikit karena frekuensi ibu
berkembang sejak tahun 2001 sampai muda menyusui juga berkurang
tahun 2014 dengan melibatkan 11.025 sehingga berdampak pada tidak
ibu muda sebagai partisipan. Hasil dari optimalnya produksi ASI. Selain itu
penelitian tersebut menunjukkan bahwa anggapan keluarga terkait susu formula
beberapa hambatan bagi ibu muda yang masih lebih baik dari pada ASI.
tidak memberikan ASI eksklusif Meskipun status ekonomi rendah,
diantaranya produksi ASI tidak cukup, namun daya beli masyarakat terhadap
mengalami masalah pada payudara, susu formula masih tergolong tinggi
mempunyai masalah medis yang sehingga menyebabkan ibu muda dan
berhubungan dengan penyakit, dan keluarga lebih memilih susu formula
faktor sosial budaya seperti kepercayaan sebagai makanan bayi. Faktor yang juga
ibu muda terkait pemberian gizi bayi berkontribu mudasi besar dalam
sebelum usia 6 bulan. pemberian makanan sebelum bayi
Peneliti berpendapat bahwa berusia 6 bulan adalah budaya dalam
beberapa permasalahan yang dialami keluarga. Kepercayaan orang tua atau
para ibu muda ketika menyusui karena nenek bayi tentang pemberian makanan
kurangnya kepekaan ibu muda dan tambahan sebelum usia 6 bulan masih
keluarga dalam menangani masalahnya. menjadi hambatan dalam memberikan
Pada awal kelahiran, produksi ASI ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan
memang tidak banyak, namun ibu muda pendapat Leininger (2008) bahwa
dapat mengatasinya dengan beberapa budaya merupakan salah satu faktor
tindakan seperti melakukan pijat yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi
oksitosin agar produksi ASI optimal. sehat-sakit dalam perkembangan
Hal ini sesuai dengan pendapat Bobak, manusia karena manusia merupakan
Lowdermik dan Jensen (2005) yang makhluk sosial yang berhubungan
menyatakan bahwa pijat oksitosin dengan nilai dan norma tertentu yang
merupakan salah satu tindakan untuk dianut. Disinilah dukungan dari keluarga
mengatasi permasalahan ASI yang dan petugas kesehatan dapat berperan.
kurang optimal karena tindakan tersebut Petugas kesehatan perlu memperhatikan
dapat merangsang hormon prolaktin dan budaya yang dianut keluarga melalui

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
121
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

strategi intervensi yang tepat untuk pendidikan kesehatan. Namun fakta


memperbaiki budaya yang tidak baik bahwa kegiatan memandikan bayi
menjadi budaya yang mendukung sampai dengan tali pusat belum lepas
kesehatan bagi ibu muda dengan dilakukan oleh anggota kelaurga seperti
melibatkan keluarga sebagai social nenek, kakak atau bahkan oleh kader
support. dan dukun bayi masih menjadi fakta
Melalui petugas kesehatan di yang dijumpai di masyarakat. Selain itu
kedua wilayah yaitu Sumbersari dan menurut petugas kesehatan untuk
Sukorambi Jember, telah diungkapkan kegiatan meja 5 di aktifitas Posyandu
bahwa cakupan imunisasi telah juga belum optimal dijalankan. Peneliti
memenuhi target. Kesadaran masyarakat berasumsi bahwa perilaku masyarakat
sudah tinggi akan pentingnya imunisasi, dalam perawatan bayi didukung oleh
meskipun masih ditemukan kebiasaan dan kultur yan berkembang di
kekhawatiran masyarakat tentang masyarakat. Informasi yang diberikan
dampak imunisasi berupa febris. Peneliti petugas kesehatan memang diterima
berasumsi bahwa kegiatan sosialisasi oleh masyarakat, hanya saja dalam
imunisasi yang telah dilakukan dalam prakteknya, ibu muda dalam pengasuhan
berbagai ragam mulai dari kegiatan bayi memiliki kecenderungan juga untuk
Posyandu, publikasi media cetak, media mengikuti kebiasaan keluarga yang telah
televisi maupun online telah menyentuh memiliki pengalaman sebelumnya
persepsi masyarakat tentang pentingnya dalam perawatan bayi. Hal ini sesuai
imunisasi bagi pertahanan kesehatan dengan penelitian Yunita (2013) yang
bayi. Selain itu peran kader dalam mendapatkan hasil bahwa pemberian
mengingatkan tentang jadwal imunisasi pengetahuan berpengaruh terhadap
saat kegiatan Posyandu juga ikut kemampuan ibu muda melakukan
berkontribu mudasi dalam pencapaian perawatan tali pusat pada bayi pada ibu
cakupan imunisasi. Hal ini didukung muda postpartum primipara. Hal ini juga
penelitian Sunandar (2013) didapatkan selaras dengan penelitian Priscilla
hasil bahwa pendidikan kesehatan (2013) pada penelitiannya didapatkan
dengan metode diskusi kelompok bahwa kemandirian ibu muda
berpengaruh terhadap sikap ibu muda postpartum dalam perawatan bayi baru
yang memiliki bayi usia 0-12 bulan lahir sebelum intervensi mempunyai
dalam pelaksanaan imunisasi. rerata 31,81 dan setelah intervensi 37,72
Berkaitan dengan pendidikan dimana terjadi peningkatan 5,91. Uji
kesehatan tentang perawatan bayi Wilcoxon menunjukan ada perbedaan
petugas kesehatan juga mengungkapkan yang bermakna antara kemandirian ibu
telah dilakukan antara lain saat ibu muda muda postpartum sebelum dan setelah
menjelang pulang pasca bersalin. dilakukan intervensi dimana p=0,024.
Beberapa topik perawatan bayi yang Belum optimalnya pelayanan
diberikan adalah tentang memandikan meja 5 di Posyandu, kemungkinan
bayi, perawatan tali pusat, ASI memiliki berbagai kendala dalam
Eksklusif, imunisasi. Adapun topik yang pelaksanaannya. Hal tersebut antara lain
terkait dengan tumbuh kembang bayi misalnya keterbatasan media
dan stimulasi tumbuh kembang bayi penyuluhan, strategi penyuluhan belum
belum menjadi fokus untuk topik direncanakan secara terstruktur,

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
122
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

kemampuan kader Posyandu dalam belum optimalnya peran kader Posyandu


peran menjadi edukator belum optimal. ini menjadi tanggungjawab bersama
Kondisi ini sebenarnya memungkinkan petugas kesehatan dan masyarakat. Bila
adanya tindakan dari petugas kesehatan pelaksanaan Posyandu optimal,
untuk mengambil langkah strategi termasuk pelayanan di meja 5, maka
program upgrade kemampuan kader diharapkan penyuluhan tentang
dalam memberikan penyuluhan perawatan bayi termasuk mengenal
dilakukan secara terus menerus dan tumbuh kemangang dan stimulasi
berkesinambungan. Selain itu penting tumbuh kembang bayi bias ditingkatkan.
untuk menyiapkan media penyuluhan Tentang data angka kesakitan
dan melakukan penyuluhan kelompok pada bayi di Wilayah Puskesmas
dengan topik penyuluhan tentang Sumbersari dan Sukorambi Jember
perawatan bayi secara berurutan. Hal ini secara berurutan adalah terkait dengan
sebagai upaya dalam menguatkan penyakit ISPA, diare dan febris.
pemahaman dan kompetensi ibu muda Kunjungan ke pelayanan kesehatan
dalam peran perawatan bayi. Hal yang dalam kondisi bayi sakit sudah cukup
mendukung kondisi tersebut adalah baik, namun perilaku follow up terhadap
penelitian oleh Safitri, dkk (2014) perkembangan kesehatan bayi pasca
menunjukkan bahwa peran kader dalam sakit jarang dilakukan oleh masyarakat.
pelaksanaan posyandu balita aktif Selain itu masih ditemukan perilaku
sebanyak 9 orang (22,5 %) peran kader masyarakat yang terlambat dating ke
lansia cukup sebanyak 9 orang (22,5%) pelayanan kesehatan saat kondisi bayi
dan peran kurang aktif sebanyak 22 sakit. Menurut peneliti kejadian
orang (55,0 %). Hasil penelitian ini penyakit ISPA, diare dan febris memang
dapat diketahui bahwa peran kader merupakan penyakit yang cenderung
dalam dalam pelaksanaan posyandu terjadi pada bayi. Hal ini karena usia
balita di Desa Brongkol Kecamatan bayi merupakan usia yang rentan
Jambu Kabupaten Semarang sebagian terhadap stimulasi kuman, karena daya
besar dalam kategori kurang, yaitu factor imunitas yang belum optimal.
sejumlah 22 orang (55,0 %). Selain itu Hanya saja dengan perilaku orangtua
penelitian lain yang mendukung dalam menjaga status kesehatan bayi
dilakukan oleh Suryani (2012) yang seperti optimalisasi nutrisi, perilaku
mengungkapkan hasil penlitiannya hidup bersih sehat (PHBS) yang benar
bahwa peran kader dalam pelaksanaan kemungkinan kejadian sakit akan dapat
posyandu balita aktif sebanyak 9 orang diturunkan. Hal ini sesuai dengan Wong
(22,5 %) peran kader lansia cukup (2008) yang mengatakan bahwa
sebanyak 9 orang (22,5%) dan peran imunitas akan terus berkembang seiring
kurang aktif sebanyak 22 orang (55,0 dengan pertambahan usia. Itu sebabnya
%). Hasil penelitian ini dapat diketahui bayi dan anak-anak tampak lebih sering
bahwa peran kader dalam dalam terkena infeksi atau sakit, jika dibanding
pelaksanaan posyandu balita di Desa remaja atau dewasa. Alasannya, sistem
Brongkol Kecamatan Jambu Kabupaten imunitas pada bayi dan anak masih
Semarang sebagian besar dalam kategori belajar mengenali dan melindungi tubuh
kurang, yaitu sejumlah 22 orang (55,0 dari kuman yang masuk. Hasil penelitian
%). Menurut asumsi peneliti, kondisi Yusuf (2010) menunjukkan Jumlah

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
123
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

pasien rawat terlama periode penelitian keluarga terutama anggota keluarga


1279 anak, sedangkan pasien diare 104 yang masih balita.
anak (8,1%). Proporsi diare berdasarkan Peran petugas kesehatan dalam
umur yaitu 1 bulan sampai < 2 tahun optimalisasi kemampuan ibu muda
sebanyak 73,1 %, 2 sampai < 5 tahun dalam perawatan bayi sudah dilakukan
18,3 %, dan 5-16 tahun 8,6%. Jenis melalui kegiatan Posyandu, kunjungan
diare yaitu diare akut 80,8 %, diare di Puskesmas, program Puskesmas
melanjut 12,5 % dan diare persisten keliling dan lain sebagainya. Hanya saja
6,7%. Melihat dari data tersebut maka peran ini memang membutuhkan
dapat dikatakan bahwa anak dengan kesinambungan juga sinergisme dengan
kasus diare jumlah terbanyak berada keluarga. Hal ini karena keluarga
pada kelompok usia 1 bulan sampai merupakan orang terdekat bagi ibu
kurang dari 2 tahun. muda dalam memberikan support untuk
Selain hal tersebut kondisi perawatan bayi. Sasaran pendidikan
keterlambatan orangtua dalam mencari kesehatan yang diberikan oleh petugas
bantuan pertolongan kesehatan bagi bayi harus berbasis keluarga, artinya ibu
yang saki, menururt asumsi peneliti hal muda dan keluarga secara bersama-sama
ini kemungkinan karena kurangnya diintervensi sebagai upaya
pemahaman dan kepekaan orangtua meningkatkan kepekaan dan
dalam mengenal peristiwa sakit yang keammpuan dalam perawatan bayi.
terjadi pada bayi. Hal lain yang diduga Kondisi kemampuan dan kepekaan ibu
berkontribu mudasi juga kemungkinan muda dan keluarga yang meingkat akan
karena kurangnya kemampuan orangtua menjadi peluang untuk menurunkan
dalam pengambilan keputusan saat bayi angka kesakitan pada bayi, sehingga
sakit. Mengingat teori yang disampaikan angka kematian bayi juga dapat
oleh Friedman (2003) dikatakan bahwa diturunkan.
fungsi keluarga antara lain adalah
dalam perawatan atau pemeliharaan KESIMPULAN DAN SARAN
kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan Kasus terbesar untuk kejadian
kesehatan anggota keluarga agar tetap sakit pada bayi di Wilayah Puskesmas
memiliki produktivitas yang tinggi. Sumbersari dan Sukorambi Jember
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas secara berurutan adalah kasus ISPA,
keluarga di bidang kesehatan. Keluarga diare dan febris. Perilaku orangtua
atau rumah tangga adalah unit dalam mengambil keputusan secara
masyarakat terkecil. Oleh sebab itu umum sudah baik yaitu dating ke
untuk mencapai derajat kesehatan petugas pelayanan kesehatan, namun
masyarakat yang baik harus dimulai dari masih didapatkan kondisi oarngtua yang
keluarga. Orang tua (ayah dan ibu dating terlambat saat memabawa
muda) merupakan sasaran utama dalam bayinya yang sakit. Selain itu tindakan
pencegahan suatu penyakit. Orang tua follow up terhadap perkembangan bayi
yang memiliki peran yang buruk dalam yang sakit cenderung tidak dilakukan.
menjaga kesehatan keluarga akan Cakupan imunisasi sudah
mempengaruhi angka kesehatan anggota memenuhi target, hanya saja cakupan
ASI Esklusif masih tergolong rendah.

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
124
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Hal ini terutama pada masyarakat yang ini dimaksudkan untuk membangun
memiliki status social ekonomi perilaku yang tepat pada ibu muda dan
menengah ke bawah. Kelompok ini keluarga dalam mengambil keputusan
terlalu cepat memberikan MP-ASI pada kondisi bayi sakit.
sebelum bayi berusia 6 bulan. Selain itu
aktifitas perawatan bayi pada tahap awal
DAFTAR PUSTAKA
yaitu memandikan dan perawatan tali
pusat cenderung diserahkan orang lain, Andriani, R. (2011). Studi
baik pada nenek, kakak, kader maupun Fenomenologi Pengalaman Ibu
dukun bayi. muda Dalam Merawat Bayi
Peran petugas kesehatan untuk Prematur di Kecamatan Sukaraja
memberikan penyuluhan kesehatan Kabupaten Sukabumi. Tesis:
tentang perawatan bayi sudah dilakukan Publikasi. http://www.lib.ui.ac.id
Asmuji & Indriyani, D. (2014). Model
saat kegiatan Posyandu, saat ibu muda
edukasi psotnatal melalui
pasca partum pulang dari perawatan dan pendekatan family centered
dengan melibatkan keluarga. Namun maternity care (FCMC). Jurnal
untuk informasi tentang tumbuh Keperawatan. Volume 5 Nomer
kembang dan stimulasi tumbuh 2: 128-141. Versi online / URL:
kembang cenderung belum dilakukan. http://ejournal.umm.ac.id/index.p
hp/keperawatan/article/view/2342
Peran pelayanan posyandu pada meja 5
Balogun.O.O, Dagvadorj. A, Anigo.
belum optimal dijalankan. Hal ini karena K.M, Ota. E, & Sasaki, S. (2015).
kader kesehatan memiliki kompetensi Infant nutritional pschycological
yang bervariasi dan belum optimal phenomena. Matern Child
dalam memberikan penyuluhan. Nutrition. Vol. 11 (4), pp. 433-51.
Melalui penelitian ini DOI: 10.1111/mcn.12180
disarankan petugas kesehatan Beraldi Salgado, D., & Abades Porcel,
hendaknya membuat strategi efektif M. (2014). [Bibliographic study
dalam meningkatkan cakupan tentang of bonding: caring for the
ASI eksklusif, dengan membangun mother-child attachment].
Revista De Enfermeria
persepsi ibu muda dan keluarga sejak
(Barcelona, Spain), 37(1), 18-
antenatal care tentang pentingnya ASI 25.
eksklusif bagi nutrisi bayi 06 bulan.
Bigras, M., & Paquette, D. (2007). [A
Selain itu petugas kesehatan disarankan
person-process-context study of
untuk melakukan penyegaran informasi the quality of interactions
pada para kader terkait perawatan bayi between the teenage mother and
secara kompehensif, sehingga kader her baby]. Ciencia & Saude
memiliki kompetensi optimal dalam Coletiva, 12(5), 1167-1174.
menjalankan aktifitas meja 5 di Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., &
pelayanan Posyandu. Petugas kesehatan Jensen, M.D., (2005). (Alih
juga dapat mengoptimalkan kepekaan Bahasa * Wijayarini, M.A).Buku
ibu muda dan keluarga dalam mengenal Ajar Keperawatn
bayi sakit dengan cara memberikan Maternitas.Edisi 4.Jakarta : EGC
penyuluhan kesehatan baik saat Eichner, J. M., & Johnson, B. H. (2012).
kunjungan ke pelayanan kesehatan Patient- and Family-Centered
maupun dengan metode home care. Hal Care and the Pediatrician's Role.

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
125
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Pediatrics, 129(2), 394-404. Priscilla, V. (2013). Kemandirian Ibu


doi: 10.1542/peds.2011-3084 muda Postpartum Dalam
Perawatan Bayi Baru Lahir
Eigner, B. (2015). [The role of playful
dengan Menggunakan
interactions in the development
Pendekatan Model Mother-
of the early mother-child
Baby Care (M-BC). Ners Jurnal
relationship--factors of risk and
Keperawatan Volume 9, No 2,
protection]. Psychiatria
Oktober 2013 : 167-174.
Hungarica: A Magyar
Pszichiatriai Tarsasag Safitri, EA., Widayati, Aini, F., (2014).
Tudomanyos Folyoirata, 30(1), Peran Kader Dalam Pelaksanaan
35-49. Posyandu Balita Di Desa
Brongkol Kecamatan Jambu
Fusetti, V., Re, L. G., Bezze, E., &
Kabupaten Semarang. Karya Tulis
Lusignani, M. (2014).
Ilmiah: Publikasi.
Implementation of Family-
http://perpusnwu.web.id.
Centered Care in pediatrics: a
descriptive study. Children's Sunandar, K., Handayani, A., Kencana,
Nurses: Italian Journal of M.A.N.W., (2013) Pengaruh
Pediatric Nursing Science / Pendidikan Kesehatan
Infermieri dei Bambini: Dengan Metode Diskusi kelompok
Giornale Italiano di Scienze Terhadap Sikap Ibu muda Bayi
Infermieristiche Pediatriche, Usia 0-12 Bulan Dalam
6(4), 112-116. pelaksanaan Imunisasi
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Friedman, M.M., Bowden & Jones.
DTP Pagelaran Cianjur. Skripsi:
(2010). Family nursing:
Publikasi. https://id.scribd.com.
Research, theory, and practice (5
th
ed.).Connecticut: Appleton & Suryani, (2012). Gambaran Kegiatan
Lange Posyandu dan Gizi Balita di
Wilayah Keja Puskesmas Silih
Kemenkes RI. (2012). SDKI. (2012).
Nara Kabupaten Aceh tengah.
Jakarta: Kementrian Kesehatan
Skripsi. Publikasi.
RI.
http://lib.ui.ac.id.
Leininger, M. (2008).Transcultural
nursing and human care Yunita, M. (2013). Pengaruh pemberian
research.contemporary nurse. pengetahuan terhadap
Volume28, Issue 1–2, April kemampuan ibu muda melakukan
2008 perawatan tali pusat pada bayi
pada ibu muda postpartum
Ozkan, H., & Polat, S. (2011). Maternal
primipara di RSUD Wates Kulon
identity development education
Progo. Skripsi: Publikasi.
on maternity role attainment and
http://opac.unisayogya.ac.id.
my baby perception of
primiparas. Asian Nursing Yusuf, S. (2011). Profil Diare di Ruang
Research, 5(2), 108-117. doi: Rawat Inap Anak. Seri Pediatri.
10.1016/S1976-1317(11)60019- Vol.13.No. 4. Desember 2011.
4 http://s3.amazonaws.com
Patient- and family-centered care and Winarsih, S., Imavike, F., Yunita, R.,
the pediatrician's role. (2012). (2013). Hubungan Peran
Pediatrics, 129(2), 394-404. Orangtua Dalam Pemberian
doi: 10.1542/peds.2011-3084 Imunisasi Dasar Dengan Status
Imunisasi Bayi Di Desa Wilayah
Kerja Puskesmas Dringu

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
126
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 2, Juli 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Kabupaten Probolinggo. Jurnal


Ilmu Kesehatan. Vol 1. No. 2
Nopember 2013.
Wong D. L., Huckenberry
M.J.(2008).Wong’s Nursing care
of infants and children. Mosby
Company, St Louis Missouri

Analysis of Health Official Support in Optimizing Baby Care Competencies among Early Mothers
Using Family-based Maternal Sensitivity Models
127

Anda mungkin juga menyukai