Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PERATURAN INTERNAL

RUMAH SAKIT DI RSUD SITI AISYAH


KOTA LUBUKLINGGAU

OLEH :

TIM PENYUSUN DAN PEMBAHAS RANCANGAN


PERATURAN WALI KOTA TENTANG PERATURAN
INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS)
RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU


TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Aisyah adalah rumah
sakit milik Pemerintah Kota Lubuklinggau, yang pertama kali didirikan
berdasarkan akte notaris Badiah Azhary. SH. Nomor. 35 tanggal 30
Maret 1990 dalam bentuk Yayasan yang diketuai oleh Drs.H.Muhamad
Syueb Tamat. Penyelenggaraan Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah
berdasarkan surat izin sementara Kanwil Depkes Propinsi Sumatera
Selatan Nomor. YM.01.02.3.2.8420 tanggal 10 Oktober 1994. Sejalan
dengan maju mundurnya penyelenggaraan Yayasan Rumah Sakit Siti
Aisyah, maka berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Siti
Aisyah No. 39/YRSSA/SK/XI/2002, terhitung mulai tanggal 1 Agustus
2002 Penyelenggaraan Rumah Sakit dinyatakan ditutup.
Melihat situasi dan kondisi Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah yang
tidak terawat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka pada
tanggal 11 Maret 2004 Penyelenggaraan Pengelolaan Yayasan Rumah
Sakit Siti Aisyah secara operasional diserahkan kepada Pemerintah Kota
Lubuklinggau, melalui penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU)
antara Ketua Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah dengan Pemerintah Kota
Lubuklinggau dan pada tanggal 19 Desember 2006 seluruh asset milik
Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah diserahkan kepada Pemerintah Kota
Lubuklinggau. Selanjutnya melalui Peraturan Walikota Lubuklinggau
Nomor : 03 Tahun 2007 Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Resmi menjadi
milik Kota Lubuklinggau. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan
yang dicapai maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 332/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei
2009 ditetapkan statusnya menjadi rumah sakit tipe D
Rumah Sakit Siti Aisyah terus melakukan pembenahan untuk
meningkatkan pelayanan, sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana pendukung lainnya yang sesuai dengan perkembangan
tekhnologi kesehatan. Pada tahun 2012 RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau resmi menjadi Rumah Sakit Kelas C berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.05/I/907/12 tanggal 7 Juni 2012 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Propinsi
Sumatera Selatan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan
Nomor 1 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur
Nomor 41 tahun 2014 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan,
RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau ditetapkan menjadi RS Rujukan
Regional di Provinsi Sumatera Selatan.
Pada Tanggal 15 Juni 2017 RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
di tetapkan menjadi RSUD Kelas C PARIPURNA dengan masa
berlakunya sampai dengan 21 Mei 2020, dan karena masih dalam masa
pandemi covid-19 maka proses akreditasi tidak dilaksanakan sampai
dengan waktu yang belum ditetapkan.
Dengan menyikapi terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah maka diberlakukanlah
Peraturan Walikota Lubuklinggau Nomor 50 Tahun 2021 tentang Unit
Pelaksana Teknis Dinas Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau. Maka terhitung tahun 2022 RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau menjadi UPTD Khusus Dinas Kesehatan Kota
Lubuklinggau.
Didalam menjalankan fungsi rumah sakit sangat diperlukan
adanya peraturan yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman
dalam memberikan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit. Sehingga profesionalisme tenaga Medis dan
Paramedis dapat terukur dan terarah sesuai dengan standar layanan
yang telah di tetapkan.

B. Tujuan.
Tujuan Umum : dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang
mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili,
direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga
penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan
berkualitas.
Tujuan Khusus :
1. Dimilikinya pedoman aspek hukum oleh rumah
sakit dalam hubungan nya kepada pemilik atau
yang mewakili , direktur rumah sakit dan staf
medis
2. Dimilikinya aspek hukum dalam pembuatan
kebijakan teknis operasional rumah sakit.
3. Dimilikinya aspek hukum dalam pengaturan staf
medis.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA

A. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


Rumah Sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan yang setiap hari berhubungan dengan pasien
merupakan suatu institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi
(high-risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang
sangat dinamis perubahan-perubahannya seperti saat sekarang ini.
Tidak jarang kita mendengar keluhan-keluhan masyarakat bahwa
Rumah Sakit tidak memberikan pelayanan yang baik, bahkan
beberapa Rumah Sakit dituntut secara hukum karena dinilai
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan Pasien dan
Keluarga. Di samping itu, kecenderungan masyarakat menggunakan
media sosial dalam menyampaikan keluh kesahnya atas pelayanan
Rumah Sakit menjadi ancaman yang serius bagi perkembangan bisnis
Rumah Sakit.
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan dengan
standar pelayanan dan tingkat profesionalisme yang tinggi kepada
Pasien, sehingga untuk itu guna memenuhi tuntutan dan melindungi
pemilik Rumah Sakit, penyelenggara rumah sakit, tenaga kesehatan
serta melindungi pasien. Rumah Sakit berkewajiban untuk menyusun
dan melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws)
sebagaimana diatur pada Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit Pasal 29 ayat (1) huruf (r), di samping peraturan lainnya
yang ditetapkan oleh Rumah Sakit sebagai pedoman dalam mengelola
Rumah Sakit.

Sesuai dengan Perjelasan Pasal 29 ayat (1) huruf (r) Undang-


Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital by Laws) merupakan peraturan organisasi
Rumah Sakit (Corporate by Laws) dan Peraturan Staf Medis Rumah
Sakit (Medical Staff by Laws) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).

Secara Yuridis, Hospital by Laws tidak dapat dicampur dengan


aturan lain yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit, kekeliruan
utama dalam memahami Hospital by Laws adalah ketika menganggap
bahwa Hospital by Laws sebagai seperangkat Standar Prosedur
Operasional (SPO) rumah sakit, kebijakan tertulis rumah sakit, job
description tenaga kesehatan dan petugas rumah sakit, sehingga
dengan kekeliruan pemahaman tersebut rumah sakit menganggap
telah memiliki Hospital by Laws, padahal Hospital by Laws bukan
mengatur kebijakan teknis operasional rumah sakit melainkan
mengatur hal-hal, sebagai berikut:
 Organisasi pemilik Rumah Sakit atau yang mewakili.
 Peran, tugas, dan kewenangan pemilik Rumah Sakit atau yang
mewakili.
 Peran, tugas, dan kewenangan Direktur Rumah Sakit.
 Organisasi Staf Medis.
 Peran, tugas, dan kewenangan Staf Medis.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perumahsakitan
Dalam pasal 27 ayat (1) huruf r menyusun dan melaksanakan
peraturan internal Rumah Sakit;
Pasal 51 ayat (1) Kewajiban Rumah Sakit menyusun dan
melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (1) huruf r dilakukan melalui penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan umum pelayanan Rumah Sakit yang
mendukung tata kelola korporasi dan tata kelola klinis yang baik.
Pasal 51 ayat (2) Peraturan internal Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. peraturan organisasi Rumah Sakit; dan
b. peraturan staf medis Rumah Sakit.

C. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/ VI/2002


tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By
Laws).

Secara garis besar Rumah Sakit di Indonesia terdiri dari Rumah


Sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan Rumah Sakit yang dikelola
oleh Swasta, dimana terdapat perbedaan  substansi antara Hospital by
Laws Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta yaitu karena
faktor kepemilikan dan status badan hukum, model Governing Body,
Visi dan Misi, perbedaan Struktur Organisasi, Corporate Culture-nya,
model Organisasi Komite Medik yang dibentuk, Status Kepegawaian
Staf Medis dan faktor Tipe Rumah Sakit. Oleh karena itu, penyusunan
Hospital by Laws harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing Rumah Sakit sepanjang tidak bertentangan dengan
aturan hukum yang berlaku serta berpedoman pada Pedoman
Penyusunan Hospital By Laws antara lain sebagaimana diatur pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital by Laws), Keputusan Menteri Kesehatan No.
631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff by Laws),  untuk kemudian Hospital by Laws yang
telah ditetapkan harus disosialisasikan pada setiap lapisan organisasi
Rumah Sakit.

Apabila Rumah Sakit telah membuat dan menetapkan Hospital by


Laws dengan baik dan dipatuhi sebagaimana mestinya, maka akan
menciptakan kepastian hukum baik bagi Pemilik, Pengelola, Tenaga
Kesehatan dan masyarakat.

Oleh karena Hospital by Laws bukanlah suatu peraturan standar


yang dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit dan bukan
merupakan suatu peraturan yang memuat ketentuan yang individual,
namun merupakan aturan yang juga bersinggungan dengan hukum
perdata, pidana, dan administrasi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Masalah
Dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan
berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan
yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, RSUD Siti Aisyah
mendapatkan banyak permasalahan dan hambatan yang dihadapi.
Permasalahan dan hambatan menjadi isu strategis RSUD Siti
Aisyah yang salah satunya adalah Peningkatan Kualitas Pelayanan
Kesehatan, apabila ditarik akar permasalahannya salah satu
penyebabnya adalah belum adanya peraturan internal rumah sakit
sesuai dengan peraturan perundang-undangan terbaru yang berlaku di
RSUD Siti Aisyah kota Lubuklinggau.
Untuk memahami hakikat permasalahan kajian ini, dapat dilihat
pada Pohon Masalah berikut ini :

Gambar 1. Pohon Masalah (Pernyataan Negatif)


Peraturan Internal Rumah Sakit.

Menurunnya Kepuasan Masyarakat terhadap layanan


kesehatan di RSUD Siti Aisyah
Dampak

Belum maksimalnya kualitas pelayanan kesehatan di


RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

Akibat
Peraturan Walikota tentang Hospital by laws belum
tersedia di RSUD Siti Aisyah

Masalah
Belum ada peraturan tentang aturan dasar yang
mengatur tata cara penyelenggaraan rumah sakit

Sebab

Belum adanya Tindak lanjut Keterbatasan SDM Hospital by laws


dari perundang-undangan :
1. Undang Undang No 44 dan Sarana merupakan
tahun 2009 Prasarana di UPTD komponen utama
2. PP Nomor 47 Tahun 2021
Rumah Sakit dalam pelaksanaan
3. PerPres Nomor 77 Tahun
2015
penilaian akreditasi
4. PMK Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit
5. Kep Menkes Nomor :
772/Menkes /SK/ VI/2002
6. Per Wal Nomor 50 Tahun
2021
Gambar 2. Pohon Sasaran (Pernyataan Positif)
Peraturan Internal Rumah Sakit.

Peraturan Internal Rumah Sakit.

Meningkatnya Kepuasan Masyarakat terhadap layanan


kesehatan di RSUD Siti Aisyah
Dampak

Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di RSUD


Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

Akibat
Peraturan Walikota tentang Hospital by laws tersedia
di RSUD Siti Aisyah

Masalah
adanya peraturan tentang aturan dasar yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit

Sebab

Adanya Tindak lanjut dari Peningkatan SDM Hospital by law


perundang-undangan :
1. Undang Undang No 44 dan Sarana merupakan
tahun 2009 Prasarana di UPTD komponen utama
2. PP Nomor 47 Tahun 2021
Rumah Sakit dalam pelaksanaan
3. PerPres Nomor 77 Tahun
2015
penilaian akreditasi
4. PMK Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit
5. Kep Menkes Nomor :
772/Menkes /SK/ VI/2002
6. Per Wal Nomor 50 Tahun
2021

Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan pohon masalah, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa akar permasalahan yang di hadapi oleh RSUD Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau adalah:
1. Belum adanya tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang peraturan internal rumah sakit.

2. Keterbatasan dari SDM dan Sarana Prasarana Rumah Sakit dalam


memberikan layanan kesehatan yang disebabkan dari belum adanya payung
hukum yang mengatur pelaksanaan layanan di rumah sakit.

3. Belum adanya peraturan internal rumah sakit yang merupakan salah satu
komponen dalam penilaian akreditasi Rumah Sakit.
B. Alternatif Kebijakan
Alternatif Kebijakan adalah suatu kegiatan mencari dan menghilangkan akar
masalah. Bukan gejala masalah yang diselesaikan, tetapi akar masalahnya yang diatasi,
agar tidak berulang kembali. Metode ini dengan menentukan 3 kriteria yang dinilai dari
setiap alternatif yaitu kontribusi, kemurahan, dan kelayakan. Tiap kriteria diberikan skor
nilai antara 1-5 dengan mempertimbangkan:
1. Semakin besar kontribusinya, semakin besar nilainya .
2. Semakin besar biayanya, semakin kecil nilainya.
3. Semakin tinggi tingkat kelayakannya, semakin tinggi nilainya

Tabel 1
Alternatif Kebijakan
NO ALTERNATIF EFEKTIFITAS KEMUDAHAN BIAYA TOTAL

Belum adanya tindak lanjut dari


peraturan perundang-undangan
1 3 4 1 8
yang mengatur tentang peraturan
internal rumah sakit

Keterbatasan dari SDM Rumah


Sakit dalam memberikan layanan
kesehatan yang disebabkan dari
belum adanya payung hukum
2 3 5 1 9
yang mengatur pelaksanaan
layanan di rumah sakit.

Belum adanya peraturan internal


rumah sakit yang merupakan
3 salah satu komponen dalam 3 4 5 12
penilaian akreditasi Rumah Sakit
BAB IV

KESIMPULAN

Dengan ini dapat diambil satu kesimpulan bahwa penetapan


Peraturan internal di Rumah Sakit Siti Aisyah memang sangat dibutuhkan
di RSUD Siti Aisyah guna memberikan kenyamanan dan panduan dasar
bagi petugas medis, petugas paramedis dan pemilik rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072).
Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perumahsakitan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6659)
Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/
VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By Laws)
Lubuklinggau Peraturan Walikota Lubuklinggau Nomor 50 Tahun 2021
tentang Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau (Berita Daerah
Kota Lubuklinggau Tahun 2021 Nomor 50.

Anda mungkin juga menyukai