OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Aisyah adalah rumah
sakit milik Pemerintah Kota Lubuklinggau, yang pertama kali didirikan
berdasarkan akte notaris Badiah Azhary. SH. Nomor. 35 tanggal 30
Maret 1990 dalam bentuk Yayasan yang diketuai oleh Drs.H.Muhamad
Syueb Tamat. Penyelenggaraan Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah
berdasarkan surat izin sementara Kanwil Depkes Propinsi Sumatera
Selatan Nomor. YM.01.02.3.2.8420 tanggal 10 Oktober 1994. Sejalan
dengan maju mundurnya penyelenggaraan Yayasan Rumah Sakit Siti
Aisyah, maka berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Siti
Aisyah No. 39/YRSSA/SK/XI/2002, terhitung mulai tanggal 1 Agustus
2002 Penyelenggaraan Rumah Sakit dinyatakan ditutup.
Melihat situasi dan kondisi Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah yang
tidak terawat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka pada
tanggal 11 Maret 2004 Penyelenggaraan Pengelolaan Yayasan Rumah
Sakit Siti Aisyah secara operasional diserahkan kepada Pemerintah Kota
Lubuklinggau, melalui penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU)
antara Ketua Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah dengan Pemerintah Kota
Lubuklinggau dan pada tanggal 19 Desember 2006 seluruh asset milik
Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah diserahkan kepada Pemerintah Kota
Lubuklinggau. Selanjutnya melalui Peraturan Walikota Lubuklinggau
Nomor : 03 Tahun 2007 Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Resmi menjadi
milik Kota Lubuklinggau. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan
yang dicapai maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 332/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei
2009 ditetapkan statusnya menjadi rumah sakit tipe D
Rumah Sakit Siti Aisyah terus melakukan pembenahan untuk
meningkatkan pelayanan, sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana pendukung lainnya yang sesuai dengan perkembangan
tekhnologi kesehatan. Pada tahun 2012 RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau resmi menjadi Rumah Sakit Kelas C berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.05/I/907/12 tanggal 7 Juni 2012 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Propinsi
Sumatera Selatan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan
Nomor 1 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur
Nomor 41 tahun 2014 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan,
RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau ditetapkan menjadi RS Rujukan
Regional di Provinsi Sumatera Selatan.
Pada Tanggal 15 Juni 2017 RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
di tetapkan menjadi RSUD Kelas C PARIPURNA dengan masa
berlakunya sampai dengan 21 Mei 2020, dan karena masih dalam masa
pandemi covid-19 maka proses akreditasi tidak dilaksanakan sampai
dengan waktu yang belum ditetapkan.
Dengan menyikapi terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah maka diberlakukanlah
Peraturan Walikota Lubuklinggau Nomor 50 Tahun 2021 tentang Unit
Pelaksana Teknis Dinas Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau. Maka terhitung tahun 2022 RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau menjadi UPTD Khusus Dinas Kesehatan Kota
Lubuklinggau.
Didalam menjalankan fungsi rumah sakit sangat diperlukan
adanya peraturan yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman
dalam memberikan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit. Sehingga profesionalisme tenaga Medis dan
Paramedis dapat terukur dan terarah sesuai dengan standar layanan
yang telah di tetapkan.
B. Tujuan.
Tujuan Umum : dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang
mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili,
direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga
penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan
berkualitas.
Tujuan Khusus :
1. Dimilikinya pedoman aspek hukum oleh rumah
sakit dalam hubungan nya kepada pemilik atau
yang mewakili , direktur rumah sakit dan staf
medis
2. Dimilikinya aspek hukum dalam pembuatan
kebijakan teknis operasional rumah sakit.
3. Dimilikinya aspek hukum dalam pengaturan staf
medis.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
A. Analisis Masalah
Dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan
berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan
yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, RSUD Siti Aisyah
mendapatkan banyak permasalahan dan hambatan yang dihadapi.
Permasalahan dan hambatan menjadi isu strategis RSUD Siti
Aisyah yang salah satunya adalah Peningkatan Kualitas Pelayanan
Kesehatan, apabila ditarik akar permasalahannya salah satu
penyebabnya adalah belum adanya peraturan internal rumah sakit
sesuai dengan peraturan perundang-undangan terbaru yang berlaku di
RSUD Siti Aisyah kota Lubuklinggau.
Untuk memahami hakikat permasalahan kajian ini, dapat dilihat
pada Pohon Masalah berikut ini :
Akibat
Peraturan Walikota tentang Hospital by laws belum
tersedia di RSUD Siti Aisyah
Masalah
Belum ada peraturan tentang aturan dasar yang
mengatur tata cara penyelenggaraan rumah sakit
Sebab
Akibat
Peraturan Walikota tentang Hospital by laws tersedia
di RSUD Siti Aisyah
Masalah
adanya peraturan tentang aturan dasar yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit
Sebab
Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan pohon masalah, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa akar permasalahan yang di hadapi oleh RSUD Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau adalah:
1. Belum adanya tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang peraturan internal rumah sakit.
3. Belum adanya peraturan internal rumah sakit yang merupakan salah satu
komponen dalam penilaian akreditasi Rumah Sakit.
B. Alternatif Kebijakan
Alternatif Kebijakan adalah suatu kegiatan mencari dan menghilangkan akar
masalah. Bukan gejala masalah yang diselesaikan, tetapi akar masalahnya yang diatasi,
agar tidak berulang kembali. Metode ini dengan menentukan 3 kriteria yang dinilai dari
setiap alternatif yaitu kontribusi, kemurahan, dan kelayakan. Tiap kriteria diberikan skor
nilai antara 1-5 dengan mempertimbangkan:
1. Semakin besar kontribusinya, semakin besar nilainya .
2. Semakin besar biayanya, semakin kecil nilainya.
3. Semakin tinggi tingkat kelayakannya, semakin tinggi nilainya
Tabel 1
Alternatif Kebijakan
NO ALTERNATIF EFEKTIFITAS KEMUDAHAN BIAYA TOTAL
KESIMPULAN