Anda di halaman 1dari 5

Malnutrisi

Patogenesa = Patofisiologi malnutrisi berkaitan dengan seluruh organ dalam tubuh. Protein
sebagai sumber asam amino diperlukan untuk berbagai proses sintesis di dalam tubuh. Untuk
menjalankan fungsi tubuh, energi diperlukan dalam seluruh proses biokimia. Selain
makronutrien, berbagai komponen mikronutrien juga diperlukan sebagai kofaktor dalam
proses enzimatik di dalam tubuh. 

Afiffa.2022.Patofisiologi Malnutrisi.Etiologi Malnutrisi


https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/malnutrisi/patofisiologi#:~:text=Secara
%20umum%2C%20malnutrisi%20sering%20kali,menjadi%20sangat%20kurus%20dan
%20lemah. Diakses pada Senin 1 Agustus 2022 pukul 11.47 WIB

Etiologi =
Ditinjau dari segi klinis, Saunders et al [7] berpendapat bahwa penyakit malnutrisi pada
dasarnya dapat terjadi akibat keempat faktor risiko berikut:
1. Penurunan Asupan Nutrisi
Kurangnya asupan nutrisi sering kali terjadi akibat diet yang tidak seimbang. Selain itu,
kurangnya asupan nutrisi juga dapat terjadi pada penyakit kronik. Hal ini terjadi melalui
penurunan nafsu makan akibat proses inflamasi yang terjadi.
2. Penurunan Absorpsi Makronutrien maupun Mikronutrien
Pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan maupun pasien pasca pembedahan regio
abdomen, malabsorpsi dapat terjadi dan menjadi faktor risiko utama untuk penurunan berat
badan dan malnutrisi.
3. Peningkatan Kehilangan (Loss) Nutrisi atau Kebutuhan Nutrisi
Pada kondisi tertentu seperti pasien luka bakar, pasien dengan fistula enterokutan, diare
kronis akibat buruknya sanitasi, malnutrisi sangat rentan terjadi akibat hilangnya
makronutrien maupun mikronutrien tertentu.
4. Peningkatan Total Energy Expenditure (TEE)
Total energy expenditure merupakan jumlah kalori yang dibakar dalam sehari. Hal ini dapat
meningkat pada kondisi penyakit tertentu, misalnya pada pasien luka bakar atau trauma berat.
Penyebab Lain Malnutrisi
Selain akibat asupan nutrisi yang inadekuat, malnutrisi juga dapat disebabkan oleh penyakit
kronik maupun iatrogenik, yaitu malnutrisi yang berkaitan dengan tindakan pengobatan,
misalnya radiasi, kemoterapi, maupun pemberian antibiotik jangka panjang. Gangguan
makan seperti anorexia nervosa atau orthorexia nervosa juga dapat menyebabkan terjadinya
malnutrisi.

Dampak/ akibat malnutrisi

Nuramdi.2022.11 Dampak Malnutrisi pada Anak hingga Dewasa


.https://doktersehat.com/gaya-hidup/gizi-dan-nutrisi/dampak-malnutrisi-pada-anak-hingga-
dewasa/. Diakses pada Senin,1 Agustus 2022 pukul 11.30 WIB
Dampak Malnutrisi bagi Kesehatan Malnutrisi terjadi secara bertahap dan ketidakseimbangan
nutrisi awalnya dapat diketahui dalam darah dan jaringan, diikuti oleh proses metabolisme,
yang pada akhirnya muncul tanda dan gejala malnutrisi. Berikut ini dampak malnutrisi bagi
kesehatan: 1. Perubahan massa tubuh (sarkopenia) Sarkopenia adalah hilangnya massa tubuh
tanpa lemak secara progresif, yang biasanya dimulai setelah usia 40 tahun. Selama
mengalami sarkopenia, pria biasanya kehilangan 10 kilogram massa tubuh tanpa lemak,
sedangkan pada wanita kehilangan 5 kilogram. Ketika mengalami kekurangan gizi,
sarkopenia yang tidak normal dapat terjadi. Ini dapat memicu efek kekurangan gizi lainnya,
seperti peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Orang yang mengalami kelebihan gizi juga
dapat menderita sarcopenia, namun kondisi ini sering kali disamarkan oleh kelebihan jaringan
adiposa di sekitar organ internal. 2. Penurunan berat badan yang parah (cachexia) Cachexia
menjadi salah satu yang paling tampak dari dampak malnutrisi. Kondisi ini juga sangat
berbahaya bagi kesehatan. Cachexia atau wasting syndrome, meliputi penurunan berat badan
yang parah, bersama dengan atrofi otot (kehilangan massa otot), kelelahan, kelemahan, dan
kehilangan nafsu makan. Orang dengan cachexia biasanya memiliki badan kurus, layu, kulit
kehilangan elastisitasnya dan menjadi kering. Selain itu, Rambut rontok dan ada risiko ulkus
dekubitus, pembekuan darah, patah tulang pinggul, kehilangan beberapa koordinasi motorik,
yang rentan jatuh. 3. Luka lama sembuh Ketika terjadi kekurangan protein, karbohidrat, dan
vitamin, luka akan lama sembuh. Malnutrisi tidak hanya dapat meningkatkan risiko infeksi,
tetapi juga mengganggu dan menunda penyembuhan dari penyakit umum atau pasca-operasi.
Bagi pasien yang kelebihan gizi dan obesitas, penyembuhan luka yang buruk sebagian besar
akibat oksigenasi jaringan yang buruk dan ketidakmampuan untuk menyediakan nutrisi yang
diperlukan dan menghasilkan sel darah putih yang cukup, serta peningkatan ketegangan pada
tepi luka. 4. Kegagalan organ Baik untuk jangka pendek atau panjang, pola makan tanpa
nutrisi yang cukup yang dibutuhkan tubuh untuk bertahan hidup dapat mengakibatkan
kerusakan pada organ vital. Berikut ini beberapa efek malnutrisi pada organ dalam: Ginjal.
Ginjal tidak berfungsi menyebabkan kegagalan dalam mengontrol garam dan cairan, yang
pada gilirannya dapat memicu hidrasi berlebihan atau dehidrasi (kekurangan cairan). Otak.
Penyakit kesehatan mental dapat mengakibatkan malnutrisi, yang dapat menjadi faktor
penentu dalam perkembangan penyakit kesehatan mental, seperti apatis, depresi, introversi,
pengabaian diri, dan penurunan interaksi sosial. Reproduksi. Penurunan kesuburan dan
dorongan seks yang buruk adalah efek dari malnutrisi. Selain itu, kekurangan gizi selama
kehamilan akan membuat bayi lebih rentan terhadap penyakit, stroke, dan diabetes di
kemudian hari. Gangguan pengaturan suhu. Kondisi ini terutama terjadi pada penderita
cachexia, yang mengakibatkan tidak dapat menyimpan panas tubuh. Kondisi ini yang bisa
mengakibatkan hipotermia. 5. Stres Malnutrisi dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi,
memori, dan fokus, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan stres. Tes
diagnostik tertentu harus dihindari, seperti ADHD, sampai kesehatan gizi seseorang dapat
dievaluasi.

Penatalaksanaan
Tata Laksana Malnutrisi Akut Berat pada Anak
Pada kondisi yang malnutrisi akut berat, perawatan di rumah sakit bisa jadi diperlukan oleh
pasien anak yang memerlukan intervensi medis. Penatalaksanaan malnutrisi akut berat atau
gizi buruk dilakukan melalui dua tahap yaitu fase stabilisasi dan fase rehabilitasi. Terdapat 10
langkah penatalaksanaan anak dengan gizi buruk yang diterapkan di Indonesia, yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi ketidakseimbangan elektrolit
5. Atasi/cegah infeksi
6. Koreksi defisiensi mikronutrien
7. Memulai pemberian makan
8. Mengupayakan tumbuh-kejar
9. Memberikan stimulasi sensoris dan dukungan emosional
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut pascaperbaikan[3]
Prinsip penatalaksanaan penyakit malnutrisi adalah dilakukan secara bertahap agar tidak
terjadi refeeding syndrome. 

Tata Laksana Malnutrisi pada Dewasa


Penatalaksanaan malnutrisi pada dewasa tidak terlalu berbeda dengan anak karena pada
dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi sama. Perbedaan terdapat hanya pada klasifikasi
dan dosis obat-obatan serta jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan. Pada dewasa
dengan nilai IMT<16,0 dan disertai dengan edema, diperlukan terapi rawat inap.
Tata laksana malnutrisi pada dewasa yang memerlukan rawat inap dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan rehabilitasi. Pada fase stabilisasi, terapi nutrisi diawali
dengan pemberian formula yaitu F75 (100 ml = 75 kkal) yang dihitung sesuai kebutuhan
harian per kilogram berat badan pasien. Selanjutnya, pemberiannya dapat melalui oral
maupun sonde bila tidak memungkinkan metode per oral, dibagi dalam 5-6 kali
pemberian/hari. Selain itu, perlu juga ditambahkan mineral mix dan vitamin mix untuk
mencukupi kebutuhan mikronutrien pasien. Pada fase transisi, formula dapat dinaikkan
menjadi jenis F100 (100 ml = 100 kkal) karena mengandung jumlah energi dan protein yang
lebih adekuat untuk meningkatkan berat badan. Jika pasien telah dirasa siap, yang ditandai
dengan berat badan yang konsisten naik dan nafsu makan baik serta masalah kesehatan lain
yang menyertai telah teratasi, dapat dimulai fase rehabilitasi dan persiapan untuk rawat jalan.
Pasien dewasa harus tetap mendapatkan diet suplementer hingga IMT ≥18,5

Edukasi dan promosi malnutrsi

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai malnutrisi saat ini gencar dilakukan di dunia oleh
WHO. Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan turut meningkatkan usaha promosi
kesehatan mengenai malnutrisi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pola diet yang seimbang.
Edukasi Pasien
Penyebab malnutrisi yang berasal dari berbagai aspek yaitu aspek medis dan sosial-ekonomi
menyebabkan edukasi yang diberikan pada pasien harus bersifat komprehensif dan holistik.
Informasi mengenai pola diet yang seimbang, anjuran untuk menemui ahli nutrisi bila pada
penapisan status gizi didapatkan masalah, serta konsekuensi yang dapat terjadi bila terjadi
malnutrisi penting diberikan pada pasien. Promosi kesehatan dapat dimulai pada wanita
dengan usia reproduktif agar menjaga asupan nutrisi yang adekuat. Pentingnya asupan nutrisi
prenatal dan pemeriksaan antenatal, pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI
yang bernutrisi harus disampaikan di berbagai pusat pelayanan kesehatan
.

Anda mungkin juga menyukai