A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
1) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan
anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat
anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di
antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga dan memberikan indentitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-
nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
Fungsi ekonomi ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh
oleh kepala keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar,
banyak wanita sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi
fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan,
papan, sandang dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan
dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga secara individu) merupakan bagian yang paling relevan dari
fungsi keluarga bagi perawatan keluarga.
f. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
Menurut Friedman(1998) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan. kaji sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor
penyebab dan faktor yang mempengaruhinya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan keperawatan yang tepat, hal yang perlu dirasakan
oleh keluarga sejauh mana kemampuan keluarga mengenai sifat dan
luasnya masalah,apakah masalah masalah kesehatan dirasakan oleh
keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit, apakah keluarga
mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan,apakah keluarga
dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah keluarga
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah sejauh mana. keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa
dan cara perawatanya) sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sejauh mana keluarga
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fisik, psikososial) dan
bagaimana sifat keluarga terhadap yang sakit (khususnya sifat negatif).
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat (dari
segi fisik ,psikis, ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat, sejauh mana
mengetahui upaya
pencegahan penyakit, sejauh mana sifat/pandangan
keluarga terhadap hiegene dan sanitasi dan sejauh mana kekompakan
antar anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
Umtuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang perlu dikaji
adalah sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan sejauh mana tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
6. Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu
tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama
berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman,
1998, hal. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan
diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller
(Friedman, 1998).
Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak
kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang
dimaksud dengan meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik.
Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Dan sebagainya. Adapun tugas tahap
perkembangan keluarga pasangan baru yaitu :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu
keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina
hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu
yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.
Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Tahap perkembangan Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak
Pertama) :
a. Persiapan menjadi orang tua.
a. Proses Pengkajian
Nilai
Bobot
AngkaTertingg
i
potensial masalah untuk dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)
dan menonjolnya masalah (segera diatasi, tidak segera diatasi, tidak
dirasakan ada masalah). Dengan rumus skoring Dalam penyusunan
tujuan harus berorientasi pada klien serta dapat memberikan pendekatan-
pendekatan alternative untuk memenuhi tujuan-tujuan.
Penyusunan tujuan bersama dengan keluarga menjadi penentu
pemecahan yang efektif. Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan
kerjasama dengan keluarga dalam membedakan masalah-masalah yang
perlu diselesaikan dalam intervensi keperawatan, dan membedakan
masalah-masalah yang perlu diserahkan kepada anggota tim perawatan
kesehatan yang lain.
Ada beberapa tingkatan tujuan. Tingkat pertama meliptui tujuan-
tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung, dan spesifik.
Ditengah kontinim adalah tujuan-tujuan yang sifatnya lebih umum,
jangka panjang merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-
maksud luas yang diharapkan oleh keluarga dan perawatan agar dapat
tercapai.
Tujuan-tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi bahwa
kemajuan sedang dalam proses, dan membimbing keluarga kea rah
tujuan yang lebih komprehensif.
Tipologi intervensi keperawatan menurut Freegman (1970) :
Suplemental, dimana perawat berperan sebagai pemberi pelayanan
perawatan langsung; Fasilitatif, memfasilitasi keluarga seperti pelayanan
medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan
dirumah. Perkembangan, membantu keluarga memanfaatkan sumber-
sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem dukungan sosial
seperti sistem dukungan sosial internal maupun eksternal dalam suatu
intervensi. Selain Freegman, ada juga klasifikasi intervensi menurut
Wright dan Leahey yang diarahkan pada tiga tingkah fungsi keluarga,
yaitu : Kognitif, dimana perawat memberikan informasi gagasan kepada
keluarga, yang mana diharapkan pola piker keluarga berubah menuju
tahap derajat kesehatan optimal. Afektif, tindakan keperawatan yang
diberikan ditujukan untuk mengubah emosi keluarga, sehingga dalam
memecahkan masalah lebih efektif. Perilaku, tindakann keperawatan
yang diberikan diarahkan untuk mengubah pola tingkah laku keluarga
mengetahui arti pentingnya kesehatan.
Dalam menetapkn intervensi, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu : tindakan-tindakan yang disusun harus berorientasi
pada pemecahan masalah. Rencana tindakan yang dibuat harus dapat
dilakukan secara mandiri oleh keluarga. Rencana tindakan yang dibuat
berdasarkan masalah kesehatan. Rencana perawatan sederhana dan
mudah dilakukan. Rencana perawatan dapat dilakukan secara terus-
menerus oleh keluarga.
d. Implementasi Keperawatan
Tahap berikutnya adalah tahap implementasi, dimana pada tahap
ini merupakan tahap keempat dari proses keperawatan keluarga. Dalam
pelaksanaan keperawatan keluarga sering kali permasalahan yang
dijumpai adalah tingkat pendidikan yang rendah, penyesuaian waktu
antara perawat dan keluarga, motivasi yang rendah, sumber dana yang
kurang. Untuk itu perawat harus benar-benar melaksanakan berbagai
peran seperti : pemberian perawatan langsung, fasilitator, konselor,
advokat, dll. Keluarga diharapkan mampu berperan dengan memotivasi
keluarga untuk lebih membangkitkan dan meningkatkan minat dalam
melakukan tindakan yang telah direncanakan, serta perlu ditunjang
dengan sumber-sumber yang ada baik dalam diri perawat sendiri,
keluarga dan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, untuk
menilai keberhasilan yang telah dicapai. Pada tahap ini dikenal 2 macam
evaluasi yang meliputi evaluasi yang telah dilakukan setelah tindakan
dilaksanakan dengan cara melihat respon yang terjadi, sedangkan
evaluasi hasil merupakan evaluasi dari seluruh proses kegiatan yang
dilaksanakan menurut perencanaan.