Windy Lidyaningsih - Dampak Gerakan Ditii Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Desa Rajawetan Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes Tahun 1950-1960
Windy Lidyaningsih - Dampak Gerakan Ditii Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Desa Rajawetan Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes Tahun 1950-1960
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Purwokerto
sebagai Syarat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana dalam Sejarah Peradaban Islam (S.Hum)
Oleh
WINDY LIDYANINGSIH
1717503040
Kepada, Yth.
Dekan FUAH IAIN Purwokerto
Di Purwokerto
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing,
iii
DAMPAK GERAKAN DI/TII TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
KEAGAMAAN MASYARAKAT DESA RAJAWETAN KECAMATAN
TONJONG KABUPATEN BREBES TAHUN 1950-1960
WINDY LIDYANINGSIH
1717503040
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Jl. A. Yani 40-A (+62 281)635624 Purwokerto 53126
Email: windylidyaningsih10@gmail.com
Abstrak
Gerakan DI/TII merupakan salah satu gerakan politik Islam yang ada di
Wilayah Indonesia. Gerakan DI/TII lahir atas kondisi perpolitikan bangsa Indonesia
pasca kemerdekaan lebih tepatnya setelah disahkannya Perjanjian Renville pada 17
Januari 1948, yang menarik mundur pasukan militer ke garis Demarkasi Van Mook.
Gerakan DI/TII terjadi pada tahun 1949-1962 dan menyebar di berbagai wilayah
Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dengan
basis gerakan di wilayah Brebes-Tegal. Keberadaan gerakan DI/TII di wilayah
Brebes diyakini oleh masyarakat sempat mempunyai dampak dalam tatanana
kehidupan sosial dan keagamaan, terutama di wilayah Desa Rajawetan Kecamatan
Tonjong Kabupaten Brebes yang terjadi pada kisaran tahun 1950-1960.
Penelitian ini akan memfokuskan pada bagaimana sejarah gerakan DI/TII
di Desa Rajawetan Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes tahun 1950-1960 dan
bagaimana dampak sosial keagamaan yang dialami oleh masyarakat setempat.
Untuk menganalisis terkait penelitian ini, peneliti menggunakan teori gerakan
sosial dan dampak sosial keagamaan. Teori gerakan sosial menjelaskan mengenai
latar belakang sejarah gerakan DI/TII, sedangkan teori dampak sosial keagamaan
digunakan untuk mengetahui pengaruh yang dialami oleh masyarakat setempat
akibat keberadaan gerakan DI/TII terutama dalam bidang keagamaan. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah yang meliputi: heuristik,
verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan DI/TII mempunyai dampak
sosial seperti: kekurangan makan, perubahan sikap masyarakat, pembakaran rumah,
pembunuhan dan penculikan. Sedangkan dalam keagamaan yaitu: perkembangan
agama Islam di Desa Rajawetan dan terancamnya pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
iv
THE IMPACT OF THE DI/TII MOVEMENT ON THE SOCIO-
RELIGIOUS LIFE OF THE RAJAWETAN VILLAGE, TONJONG SUB-
DISTRICT, BREBES DISTRICT IN 1950-1960
WINDY LIDYANINGSIH
1717503040
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Jl. A. Yani 40-A (+62 281)635624 Purwokerto 53126
Email: windylidyaningsih10@gmail.com
Abstract
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf latin Nama
ا alif Tidak Tidak dilambangkan
dilambangkan
ب ba’ B be
ت ta’ T te
ث ša Š Es (dengan titik di atas)
ج jim J je
vi
ق qaf Q qi
ك kaf K ka
ل Lam L ‘el
م mim M ‘em
ن nun N ‘en
و waw W w
ه ha’ H ha
ء hamzah’ apostrof
ي ya’ Y Ye
Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
متعددة ditulis muta‘addidah
عدة ditulis ‘iddah
Ta’ Marbūţah di akhir kata Bila dimatikan tulis h
حكمة ditulis ĥikmah
جزية ditulis jizyah
(Ketentuan ini tidak diperlakuakn pada kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki
lafal aslinya)
a. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
كرامة األولياء Ditulis Karāmah al-auliyā’
b. Bila ta’ marbūţah hidup atau dengan harakat, fatĥah atau kasrah atau ďammah
ditulis dengan t
زكاة الفطر ditulis Zakāt al-fiţr
Vokal Pendek
-------- fatĥah Ditulis a
-------- kasrah ditulis i
vii
-------- ďammah ditulis u
Vokal Panjang
1. Fatĥah + alif Ditulis Ā
جاهلية Ditulis jāhiliyah
2. Fatĥah + ya’ mati Ditulis Ā
تنـسى Ditulis tansā
3. Kasrah + ya’ mati Ditulis Ī
كـر يم Ditulis karīm
4. D}ammah + wāwu mati Ditulis ū
فروض Ditulis furūď
Vokal Rangkap
1. Fatĥah + ya’ mati ditulis ai
بينكم ditulis bainakum
2. Fatĥah + wawu mati ditulis au
قول ditulis qaul
Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
أأنتم ditulis a’antum
أعدت ditulis u‘iddat
لئن شكـرتم ditulis la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif +Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
القرآن ditulis al-Qur’ān
القياس ditulis al-Qiyās
viii
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
ذوى الفروض ditulis zawī al-furūď
أهل السنة Ditulis ahl as-Sunnah
ix
MOTTO
x
PERSEMBAHAN
Khafi Kurniasih, Mela Shifa Fauziah, Ida Istiqomah, Sulis Yusria Rezqi, Ridha
Nindya P, Indah Khilma W
Dan sahabat-sahabat seperjuangan lainnya yang tidak bisa sebut satu persatu-satu
namanya
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita semua bisa menjalani kehidupan ini
dengan bahagia. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang dengan adanya Iman Islam. Semoga kita semua kelak mendapatkan
Brebes Tahun 1950-1960”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Peradaban Islam, Jurusan Sejarah dan Sastra, Fakultas Ushuluddin Adab dan
Humaniora, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dalam penulisan ini tidak
terlepas dari bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Penulisan hanya
Purwokerto.
xii
4. Hj. Ida Novianti, M.Ag, Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin Adab dan
Purwokerto.
Negeri Purwokerto.
10. Segenap Dosen dan Staff Adminitrasi Fakultas Ushuluddin Adab dan
memberikan ilmunya.
11. Kedua orang tua saya Bapak Sugiyanto dan Ibu Marsitah yang selalu
xiii
12. Kakak saya Edi Mashudi, M. Mujiariyanto, dan Kholistyowati yang
13. Ibu Catem, Bapak Taro, Bapak Rojikin, Bapak Sadrun Sadar, Bapak
Darto, Bapak Raid, dan Ibu Dayep yang telah berkenan menjadi
14. Neneng Irwanti, S.Hum dan Dewi Rokhmah S.Pd yang telah
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kiranya bagi pembaca bisa
yang lebih baik lagi. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
Windy Lidyaningsih
NIM. 1717503040
xiv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ........................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... x
PERSEMBAHAN .................................................................................... xi
BAB I: PENDAHULUAN
F. Metode Penelitian........................................................................ 14
xv
BAB II: SEJARAH DI/TII DI DESA RAJAWETAN TAHUN 1950-1960
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Lulus Seminar Proposal
Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Mengikuti Ujian Komprehensif
Lampiran 3 : Blanko Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 : Surat Rekomendasi Munaqosah
Lampiran 5 : Sertifikat BTA/PPI
Lampiran 6 : Sertifikat Pengembangan Bahasa Arab
Lampiran 7 : Sertufikat Pengembangan Bahasa Inggris
Lampiran 8 : Sertifikat PPL
Lampiran 9 : Sertifikat KKN
Lampiran 10 : Sertifikat Aplikom
Lampiran 11 : Surat Permohonan Riset ke Lokasi
Lampiran 12 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Lokasi
Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 14 : Transkrip Wawancara dengan Narasumber
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang dipimpin oleh Sir. Philip Christison. Tugas dari AFNEI yaitu melucuti
1
2
(Aman, 2019: 33). Baru pada tanggal 17 Januari 1948 Perjanjian Renville
disahkan. Hasil salah satu isi perjanjiannya yaitu menarik seluruh pasukan
kembali pada garis Demarkasi Van Mook. Isi perjanjian inilah yang
dimulai pada wilayah Jawa Barat yang dikenal dengan nama Darul Islam
yaitu Raden Oni Syahroni (Soraya, Abdurakhman, 2019: 122). Darul Islam
gerakan ini bertujuan untuk melawan Belanda di Jawa Barat, pada akhirnya
Abdurakhman, 2019: 123). Selain itu Darul Islam (DI) membentuk Tentara
gerakan yang sama, seperti Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi.
tidak begitu keras dan luas. Setelah Batalyon 426 (Kudus) bergabung
terhadap masyarakat (Zainudin Dkk, 2020: 4). Gerakan ini dipimpin oleh
untuk menjalin komunikasi antara DI/TII di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
SWKS III. Jabatan baru ini dimanfaatkan oleh Amir Fatah untuk
Amir Fatah justru menyerang SWKS III yang berada di Desa Bentarsari
01.00, pukul 05.00 Amir Fatah berhasil meduduki Bentarsari (Euis Karlina,
2015:6).
Amir Fatah juga mampu merekrut anggota baru. Tindakannya ini diketahui
Jumlah DI/TII yang lebih sedikit dibandingkan TNI dan OPR mulai
aktif dilakukan pada malam. Pada waktu malam pasukan DI/TII turun dari
masyarakat jika tidak diberikan makanan. Selain itu pasukan DI/TII juga
penulisan terkait sejarah lokal di Desa Rajawetan belum ada, apalagi tentang
baik yang postif maupun yang negatif, terutama dalam bidang sosial
yang diambil karena pada tahun 1950 DI/TII sudah ada di Desa Rajawetan
Jejeg untuk menghindari tindakan DI/TII. Hingga akhirnya pada tahun 1960
DI/TII berhasil dibubarkan oleh TNI dan OPR. Oleh karena itu, diperoleh
a. Tujuan Penelitian
berikut:
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
sebagai bahan rujukan pada penelitian yang sejenis di masa yang akan
2. Manfaat Praktis
D. Tinjauan Pustaka
sebagai berikut:
1957 Skripsi yang dituliskan oleh Safrudin Arief mahasiswa UNS pada
yang dialami masyaraka desa akibat adanya gerakan DI/TII tahun 1950-
1960-an.
ditulis oleh Euis Karlina mahasiswa UNY pada tahun 2015. Di dalam
maupun negatif.
Kabupaten Brebes.
oleh Alex Anis Ahmad. Jurnal Candrasangkala vol. 3 no.2 tahun 2017.
penelitian ini yaitu membahas sejarah gerakan DI/TII dengan fokus pada
gerakannya.
E. Landasan Teori
untuk melihat pola interaksi agama dengan masyarakat terkait dampak yang
peristiwa sejarah (Mifathun, 2020: 46). Dengan pendekatan politik ini dapat
terlepas dengan kondisi politik Indonesia apa saat itu, yang mengakibatkan
secara ekonomi.
Jamil, 2013: 132). Salah satu tokoh yang mendefinisikan gerakan sosial
didasarkan pada tujuan bersama dan solidaritas sosial, dalam interaksi yang
Menurut Mc. Adam dkk, gerakan sosial terjadi karena tiga faktor
struktur politik yang dalam hal ini mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Hal tersebut sejalan dengan latar belakang munculnya gerakan DI/TII akibat
politik yang kian melemah dan adanya jiwa solidaritas bersama antar
akhirnya lahir gerakan DI/TII, bertujuan untuk mendirikan NII sebagai ganti
pengaruh yang terjadi karena sesuatu (Isna Fitria Agsutin, 2016: 162).
karena suatu kejadian baik dari dalam maupun luar masyarakat itu sendiri.
14
maupun negatif.
F. Metode Penelitian
sejarah lisan dan literasi. Sejarah lisan diperoleh dengan cara wawancara,
1. Heuristik
a. Sumber Primer
buku yang dituliskan oleh Pusat Sejarah TNI dengan judul “Sejarah
dan buku karya C.Van. Dijk yang berjudul “Darul Islam Sebuah
b. Sumber Sekunder
informasi.
1. Taro OPR
2. Rojikin OPR
2. Verifikasi
dokumen maka dapat diketahui keasliannya dari bentuk fisik dan latar
maka kita perlu melihat statusnya sebagai saksi sejarah atau pelaku
17
umum. Sumber lisan bisa dilihat dari daya ingat, konsistensi dalam
3. Interpretasi
data yang digunakan pada penelitian ini yaitu reduksi. Reduksi adalah
informasi dari para narasumber. Data hasil wawancara yang luas perlu
di catat secara rinci dan teliti. Karena semakin banyak narasumber maka
18
4. Historiografi
G. Sistematika Penulisan
berikut:
difokuskan pada sejarah gerakan DI/TII mulai dari Brebes Selatan hingga
pada dampak sosial keagamaan yang dialami oleh masyarakat secara positif
maupun negatif. Selain itu juga menjelaskan respon atau upaya yang
pembahasan yang ada pada bab 2 dan bab 3. Bukan hanya menyimpulkan
saja namun juga memberikan saran dari peneliti untuk pembaca mengenai
Desa Rajawetan sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda karena di hutan
Raja dan Wetan. Raja sendiri merupakan seorang pengembara laki-laki yang
datang dari wilayah wetan. Wilayah wetan yang dimaksud oleh masyarakat
pengembara dari Jawa Tengah bagian Timur inilah yang dianggap sebagai
pendiri Desa Rajawetan dan orang yang pertama kali mengenalkan ajaran
agama Islam. Terbukti adanya beberapa makam para sesepuh desa yang
Ha, dengan jumlah kartu keluarga pada tahun 2019 sebanyak 1181. Desa
Tahun 2019):
19
20
petani dan buruh (Profil Desa Rajawetan 2019). Ditinjau dari pendidikan,
hingga tingkat Sekolah Dasar (Profil Desa Rajawetan tahun 2019). Namun
mitoni, ngatapi, mider desa, Haul para wali Rajawetan, upacara kematian
(peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari), ruwat bumi, dan sintren.
cara keliling desa dan membaca selawat serta takbir. Sedangkan sintren
kosong yang tidak bisa ditanami dan kesulitan mencari air. Kebudayaan
Indonesia atas hasil dari perjanjian Renville pada tahun 1949 yang
solidaritas yang tertanam dalam tubuh laskar hizbullah dan laskar sabilillah
bahwa gerakan sosial muncul dari tantangan kolektif didasarkan pada tujuan
golongan elit, penentang, dan pemegang kekuasaan. Selain itu Abdul Jamil,
perubahan. Hal ini yang terjadi pada DI/TII, gerakan DI/TII menginginkan
perjuangannya dimulai dari wilayah Jawa Barat yang dipelopori oleh S.M.
Tengah dipimpin oleh Amir Fatah, Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar
oleh Ibnu Hajar (Ali Shodiqin, 2015: 27). Secara resmi gerakan ini
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 oleh S.M.
sudah ada sejak tahun 1948 yaitu dengan adanya perjanjian Renville pada
1993: 127).
kepada masyarakat dan pasukan yang masih ada dijadikan sebagai pasukan
besar diperoleh dari pondok pesantren seperti: Termas Pacitan, Tebu Ireng
Jombang, Benda Kediri, Jampes Kediri (Safrudin Sarif, 2006: 9). Amir
1
Akibat terjadinya serangan Agresi Belanda II pada 19 Desember 1948, membuat TNI harus
bergerak ke wilayah-wilayah yang telah diduduki untuk mengimbangi penyerangan dari Belanda.
Pada 25 Desember 1948 Panglima Markas Besar Komandan Djawa membentuk wilayah perlwanan
dalam bentuk Wehkreise (WK), Sub Wehkreise (SWKS) dan sektor. Wilayah Brebes berada di bawah
SWKS III.
25
Tugas dari SWKS III yaitu mengatasi pengaruh Majelis Islam yang
laskar liar yang bergabung ke dalam TNI (Dinas Sejarah TNI, 2012: 8).
Jabatan baru yang didapatkan oleh Amir Fatah tentu digunakan sebaik
atas konferensi para pemimpin Masyumi. Selain itu, Amir Fatah juga
(BKN), dan Pahlawan Darul Islam (PADI) yang diambil dari pasukan
Kepala Staf SWKS III Kepada Komandan Brigade pada bulan Maret 1949
wilayah Brebes dan Tegal. Melihat perkambangan pasukan Amir Fatah dan
dengan TNI, namun ajakan tersebut tidak mendapatkan respon yang baik
oleh masyarakat dan MI. Maka Koman dan Wehrkreise I/III mengeluarkan
MI (Dinas Sejarah TNI, 2012: 13). Mendengar dekrit tersebut, Amir Fatah
Sehingga pada bulan Maret 1949 diadakan pertemuan di Pasir Pajang yang
wilayah Jawa Tengah dengan basis gerakan berada di Brebes dan Tegal.
lahirnya DI/TII di wilayah Jawa Tengah terutama Brebes dan Tegal. Amir
Amir Fatah. Dalam pertemuan tersebut Amir Fatah diminta untuk segera
Sebagian besar gerakan DI/TII Amir Fatah berada di Brebes Selatan karena
wilayah yang berupa hutan yang lebat dan pegunungan sehingga dapat
sebagian besar wilayah Kecamatan Salem masih berupa hutan yang sulit
dijangkau, hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Dari sinilah gerakan DI/TII
di Jawa Tengah dikenal dengan gerakan DI/TII Amir Fatah, karena Amir
Fatah lah yang menjadi pelopor dan pemimpin gerakan DI/TII di wilayah
Desa Bentarsari Kecamatan Salem pada 5 Mei 1949. Aksi pertama Amir
Fatah berjalan lancar, terbukti pada 6 Mei 1949 Bentarsari berhasil dikuasai.
dan bintang sebagai tanda bahwa Bantarsari telah dikuasai (Dinas Sejarah
28
Tonjong (C. Van Dijk, 1993: 132). Penyerangan yang dilakukan secara tiba-
tiba dan disertai dengan seruan tahlil terkadang membuat pasukan TNI
kekuatan TNI yang berada di Brebes dan memindahkan markas SWSK III.
penyerangan ini Mayor Suyoto dibantu oleh Kompi Kenal, satu kompi dari
Batalyon Pellupessy, satu seksi pasukan mobrig, dan tentara pelajar dari
Purwokerto yang dipimpin oleh Brigen Encung (Dinas Sejarah TNI, 2012:
dan Tegal untuk mengamankan diri dan menyusun taktik gerilya (Dinas
semangat bagi pasukan DI/TII Amir Fatah. Sehingga tidak lama, Amir
dengan waktu empat jam saja. Karena rencana penyerangan Amir Fatah
yang dipimpin oleh Letkol Saribi. Tujuan dari GBN yaitu untuk mengisolasi
pasukan DI/TII Amir Fatah yang berada di Brebes agar tidak menjalin
Letkol Saribi di bantu oleh tiga Divisi yaitu Brawijaya, Siliwangi, dan
Diponegoro (C. Van Dijk, 2012: 133). Selain itu Letkol Saribi membagi
wilayah Brebes menjadi dua sektor yaitu sektor pertama di wilayah Brebes
Utara dan sektor kedua di wilayah Brebes Selatan. Adapun pasukan yang
cara patroli. Namun operasi GBN dianggap kurang efektif karena memakan
waktu yang lama. Ditambah lagi pasukan DI/TII melakukan taktik gerilya
Brebes Utara terbukti kantor Kabupaten dan kantor telegraf dikuasai pada
tahun 1950. Penguasaan Kantor Kabupaten dan Kantor telegraf tidak bisa
Kantor Kabupaten kurang lebih 5 bulan. Sedangkan dari pihak TNI hal
wilayah Tonjong.
yang menyerahkan diri akan diberikan amanah untuk menjadi APRI atau
polisi. Ternyata maklumat tersbeut direspon baik oleh Amir Fatah, Amir
serangan yang dilakukan oleh TNI. Akibatnya pasukan DI/TII Amir Fatah
Amir Fatah menyerahkan diri pada 20 Desember 1950 kepada TNI yang
33
94). Penyerahan Amir Fatah diikuti oleh Mughny, Muhammad Kholil, Abu
bergabung menjadi TNI namun mereka berasal dari laskar hizbullah dan
bersama. Pada saat sisa-sisa pasukan DI/TII Amir Fatah mulai mengalami
kekalahan, maka kedua bataliyon siap membantu baik secara meterial dapat
kekuatan yaitu: sisa pasukan DI/TII Amir Fatah, sisa anggota AUI, dan
Bataliyon 426. Hal tersebut, menjadikan pasukan DI/TII semakin kuat dan
34
Gerakan Banteng Negara (GBN) di Brebes menjadi tiga sektor yaitu (Dinas
Sejarah TNI, 2012: 99): Sektor A wilayah Jipang dan Larangan, Sektor B
dengan nama Banteng Raiders yang terdiri dari lima kompi. Strategi
Banteng Raider mulai dilaksanakan pada tahun 1953 dengan fokus wilayah
Tonjong yang menjadi pusat sisa gerakan DI/TII. Cara kerja Banteng Raider
TNI harus mengganti dengan taktik “ayam alas” yaitu mengintai dari
pohon-pohon.
pasukan TNI secara tiba-tiba membuat pasukan DI/TII tidak bisa berkutik.
sisa pasukan DI/TII hingga tahun 1961. Meskipun sisa pasukan DI/TII
sudah kalah secara politik dan militer, namun mereka tetap bertahan di
pada tahun 1962, TNI menyatakan bahwa pasukan DI/TII Jawa Tengah
sudah tidak ada lagi (Nur Fatimah dan Indriyanto, 2020: 141).
Kutayu, dan Tegal. Dari wilayah tersebut pasukan DI/TII dapat sampai di
kisaran waktu 1950-1960-an. Gerakan ini aktif di waktu malam dan dikenal
Islam fanatik.
pasukan DI/TII tidak ikut serta melakukan tindakan kriminal. Mereka hanya
langsung dengan Tegal dan Kutayu, selain itu wilayahnya yang berupa
37
saja yang diminta secara paksa oleh DI/TII, hewan ternak yang dimiliki
masyakarat juga diambil. Hewan ternak yang biasa diambil yaitu ayam,
kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah pasukan DI/TII yang meminta makanan
bertugas di Desa Rajawetan terdapat satu kompi yang dipimpin oleh Sarjono
tersebut diberi nama WBU. Kemudian berganti menjadi Handra dan yang
yaitu Suhari, Taro, Wartono, Kusen, Tomo, Wasroni, Rojikin, Sadi, Tabas,
40
Duin, Kanan, Wahab, Daun, Nadar, Sahrun Sadar, Juremi, Sukiman (Taro,
kemanan keliling desa, yang berjumlah 12 orang setiap harinya. Dua belas
orang ini dibagi di setiap dukuhnya dan sisanya menjaga posko TNI yang
ke Desa Rajawetan karena kondisi desa dianggap sudah jauh lebih aman
Karena pejabat desa berhasil kabur dan bersembunyi dari kejaran DI/TII.
para pejabat desa yang bersembunyi. Namun upaya tersebut tidak berhasil
dan bergabung dengan OPR. Adapun pemuda desa yang diculik dan
dan Sarab (Sahrun Sadar, wawancara 2021). Jasad para pemuda desa sampai
saat ini tidak diketahui dengan pasti keberadaannya. Berdasarkan data yang
Desa Rajawetan dan ada juga yang di kubur di luar Desa Rajawetan.
tahun 1953 dan mencapai puncaknya pada tahun 1957 (Ghofar Asnanto,
kriminal menjadi lebih aktif dilakukan pada malam hari tentunya membawa
dengan TNI dan OPR. Sehingga pencarian pasukan DI/TII tidak mudah
dilakukan pada malam hari. Sedangkan pada pagi dan siang hari pasukan
Nah enyong tes kulak bodin kiye bae ning Buniwah, lah wong iya
tentara ngonjeg bedil ana apalah. Takon, bu anu tes ning endi?
Lah anu tes kulak bodin. Rupane ana tentara ora? yong anu
enyonge adoh, keteplak anu sing Linggapura manjate mrene
ngetan mbuh ta mbuh pan meng ndi. Enyong tah anu ora ngertilah,
enyong ta pan tuku bodin nang Bumiwah. Nah uwis oh lah tentara
ucul-ucul bedil, topi, pakaian di lelep dibeletna. Cluput katok
bodol klambi bodol cluput topi bodol cluput pacul kecok-kecok.
“Saya setelah membeli singkong di Buniwah, orang iya tentara
membawa senapan juga. Tanya, Bu habis dari mana? Lah abis beli
Singkong. Sepertinya ada tentara tidak? Saya kan jauh, jalan dari
Linggapura naik ke sini tapi tidak tahu mau kemana. Saya tidak
tau, saya mau beli singkong di Buniwah. Setelah itu tentara
melepaskan senapan, topi, pakaiannya ditenggelamkan dilumpur.
Kemudian mengambil celana yang sudah rusak, baju yang sudah
rusak, dan topi yang sudah rusak, mengambil cangkul.”
wilayah Tonjong. Penyerangan terjadi pada hari Jum’at Kliwon. Pada saat
itu di Desa Rajawetan hanya terdapat satu regu yang dipimpin oleh Sahiri.
pasukan DI/TII yang berjumlah ratusan orang, Sahiri dibantu oleh pasukan
dimiliki oleh DI/TII satu senjata untuk dua sampai tiga orang. Pasukan
Rajawetan, membuat pasukan TNI dan OPR harus bekerja lebih keras
membantu dalam bidang militer saja namun juga sebagai penunjuk jalan ke
seluruh desa (Raid, wawancara 2021). Tujuannya agar pasukan DI/TII tidak
dengan rangkap tiga sehingga pagar yang dibuat lebih kuat dan kokoh. Di
setiap Dukuhnya diberi pintu dan dijaga oleh para pemuda berjumlah dua
44
orang. Namun cara ini ternyata kurang efektif terbukti pasukan DI/TII masih
Hanya saja taktik ini tidak bertahan lama karena pasukan DI/TII menyadari
strategi penyerangan dengan taktik “ayam alas”. Taktik ayam alas dilakukan
dengan cara pengintaian dari pohon-pohon dengan jarak kurang lebih 150
didampingi oleh TNI. OPR dan TNI yang diberi tugas melakukan
markas TNI yang berada di Dukuh Rajawetan. Taktik ayam alas dilakukan
secara bergantian siang dan malam. Sebagai hasil dari taktik ayam alas,
45
dilakukan dari berbagai arah dan secara mendadak membuat pasukan DI/TII
kalang kabut sehingga dapat dikalahkan oleh TNI. Dalam penyerangan ini
pasukan DI/TII banyak yang meninggal dunia dan beberapa darinya dapat
baik di wilayah Brebes dan Desa Rajawetan tidak diketahui secara pasti
pasukan DI/TII.
BAB III
DAMPAK GERAKAN DI/TII TERHADAP MASYARAKAT DESA
RAJAWETAN
Desa Rajawetan
46
47
atau akibat yang disebabkan oleh sesuatu peristiwa yang berkenaan dengan
masyarakat. Dampak sosial dapat bernilai positif dan negatif, sesuai dengan
pengaruh atau akibat yang dialami oleh masyarakat. Seperti halnya yang
pada tahun 1950-1960. Gerakan DI/TII di Desa Rajawetan sudah ada sejak
tahun 1949. Hanya saja aktivitasnya mulai terlihat pada tahun 1950 dan
sebagai saudara karena masih satu negara dan memiliki tujuan yang sama
1. Kekurangan Makan
sudah terlalu matang dan teksturnya lebih keras sebagai pengganti padi
dan jagung.
sejenis biji-bijian. Lubang yang dibuat tidak terlalu luas dan dalam
yang besar, tebal dan kuat. Tujuannya agar dapat menyimpan makanan
kunci supaya pintu tidak mudah dibuka. Ketika pasukan DI/TII masuk
kedalam rumah dan mendorong pintu, maka bambu akan tertutupi oleh
50
cadangan makanan.
terkadang cara ini sering mengalami kegagalan karena disaat ayam atau
makanan dan hewan ternak. Mereka lebih memilih diam bahkan tidak
oleh Bapak dari Ibu Catem, yang mempunyai seekor sapi. Ketika
yang berada di kandangnya. Bapak dari Ibu Catem hanya terdiam dan
3. Pembakaran Rumah
DI/TII hanya rumah para OPR dan pemuda yang berusaha melawannya.
4. Lahan Pertanian
mengurangi kelaparan.
52
mengambil bahan makanan atau hewan ternak secara paksa. Selain itu,
menolak atau melawanya, seperti yang terjadi pada Sahid. Pada saat itu,
berhasil kabur dari pasukan DI/TII. Tetapi berbeda dengan Sahid yang
dari nama dan tujuannya untuk mendirikan negara Islam. Hal tersebut
agama Islam sendiri. Justru memberikan kesan yang kurang baik terhadap
agama Islam (Haidar, Ali dan Jamiludin, 2016: 93). Sehingga sangat
54
kaderisasi anggota atau cara untuk merekrut anggota baru yang dikenal
dengan “Minimum Program”. Salah satu isi dari minum program yaitu
Pasukan DI/TII juga menyebarkan isu akan mungkinnya hadir rosul setelah
Nabi Muhammad SAW dan menganggap Amir Fatah sebagai utusan Allah
dan Indriyanto, 2020: 139). Adanya tindakan yang dilakukan oleh pasukan
2017: 422).
tahun 1950 agama Islam belum masuk secara utuh dan mendalam.
Gembor.
jasa Haji Syam dan Haji Hambali yang berasal dari Pangkah Tegal
Haji Hambali. Adapun para muridnya yaitu Sueb, Marta, Ralim, Subari,
Wangsa Ali, dan Dulwahab. Di mana salah satu dari muridnya yaitu
pada waktu Salat Asar dan terkadang ada yang mengajari mengaji
mengajak kepada hal yang baik seperti menasehati anak kecil untuk rajin
mengaji dan salat. Hal tersebut dirasakan sendiri oleh Raid. Pada saat
itu, Raid sedang berada di hutan karena takut adanya pasukan DI/TII
اﻻالذينﺀامنواوعملواالﺻلحﺖوتواﺻوابالحﻖوتواﺻوابالﺻبر
kesabaran.”
masyarakat dan tiba waktu untuk salat mereka akan segera mengikuti
agama Islam lebih mendalam. Hal tersebut berdampak pada ranah yang
dan dinyatakan aman. Maka para OPR yang sudah bisa mengaji dan
huruf-huruf hijaiyah.
perekonomian.
Islam susah tentu agama Islam yang sesuai sebagai dasar negara
harga mati yang harus diperjuangkan oleh umat Islam Indonesia untuk
agama, suku, ras, dan budaya karena negara Indonesia berdiri diatas
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, pancasila sebagai dasar negara
bangsa.
kekerasan akan merusak citra agama Islam. Agama Islam akan dikenal
A. Kesimpulan
Kartomo, Sajid.
a. Dampak sosial
63
64
b. Dampak keagamaan
wilayah Desa Rajawetan yang sedang tidak aman, tetapi hal tersebut
agama Islam dianggap sebagai agama yang keras. Selain itu gerakan
B. Saran
saat di lapangan. Selain itu perlu memahami terkait etika saat melakukan
wawancara.
wilayah Brebes.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Dudung. 2011. Metodelogi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta:
Ombak.
Dienaputra, Reiza D. 2007. Sejarah Lisan: Metode dan Praktek. Bandung: Balatin.
Dijk, Cornelis. Van. 1993 Darul Islam: Sebuah Pemberontakan. Jakarta: Grafiti
Pres.
Dinas Sejarah TNI. 2012. Sejarah Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dan
Penumpasannya. Jakarta: Pusat Sejarah TNI.
Ricklefs, MS. 2001. Searah Indonesia Modern 1200-2004. Terj. Satrio Wahono
Dkk. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Jurnal
Agustin Isna Fitria dan Oktavia Ricka. 2016. Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi
Kebijakan Pengembangan Kawasan Mix Use di Kecamatan Jabon. Dalam
jurnal JKMP. Vol. 4. No.2.
Ali Haidar dan Jamiludin. 2016. Sejarah Masuknya Gerombolan DI/TII di Bontu-
bontu Kabupaten Muna (1953-1963). Dalam jurnal Penelitian dan Pendidikan
Sejarah. Vol.1. No. 4.
Asghar, Ali. 2015. Islam Politik dan Radikalisme: Tafsir Baru Kekerasan Aktivisme
Islam Indonesia. Dalam jurnal Keamanan Nasional. Vo.1. No. 2.
Asnanto, Ghopar. 2019. Gerakan Darul Islam: Catatan Kecil dari Pengalaman
Sejarah. Dalam jurnal SIASAT. Vol. 4. No. 3.
Fathani, Teguh Aqil dan Eko, Priyono Purnomo. 2020. Implementasi Nilai
Pancasila dalam Menerka Radikalisme Agama. Dalam jurnal Mimbar
Keadilan. Vol. 13. No. 2.
Hidayat, Dady. 2012. Gerajan Dakwah Salafi di Indonesia pada Era Reformasi.
Dalam jurnal Sosiologi Masyarakat. Vol. 7. No. 2.
Jamil Abdul. 2013. Islam dan Kebangsaan: Teori dan Praktik Gerakan Sosial Islam
di Indonesia (Studi atas Front Umat Islam Kota Bandung). Dalam jurnal
Multikulter dan Multireligius Vol. 12. No.1.
Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif. Dalam jurnal Alhadharoh. Vo. 17.
No. 33.
Skripsi
Wawancara
Catem (Masyarakat yang hidup pada peristiwa DI/TII) pada 12 Februari 2021.
Darto (mendapatkan kisah dari saksi sejarah) pada 12 Februari 2021.
Rojikin (OPR Desa Rajawetan) pada 27 Desember 2020.
Sahrun Sadar (Masyarakat yang hidup pada peristiwa DI/TII) 14 Februari 2021.
Taro (OPR Desa Rajawetan) 17 Oktober 2020.
Raid (Masyarakat yang hidup dimasa DI/TII) 13 Juni 2021.
Danyep (Masyarakat yang hidup dimasa DI/TII) 13 Juni 2021 .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
NIM : 1717503040
B. Riwayat Pendidikan
SD N Rajawetan 01
SMP N 01 Tonjong
SMA BU NU Bumiayu
C. Pengalaman Organisasi
Nama : Danyep
Usia : 80 tahun
Status : Masyarakat Desa
Alamat : Dukuh Rajawetan RT 03/01
Waktu : 18.50-20.10 WIB, 13 Juni 2021
Tempat : Rumah Bapak Raid dan Ibu Danyep
Nama : Darto
Usia : 55 tahun
Status : Masyarakat Desa
Alamat : Dukuh Gembor
Waktu : 09.50-11.10 WIB, 12 Februari 2021
Tempat : Rumah Bapak Darto