PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
II. PEMBAHASAN
A. Patologi Sosial
1. Pengertian Patologi Sosial
Patologi berasal dari kata phatos (Yunani) yang berarti penderitaan, penyakit.
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefenisikan patologi yaitu
semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga,
disiplin, kebaikan, dan hukum formal. Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-
gejala sosial yang dianggap sakit yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial.
( Kartono, 2007: 1)
Patologi sosial adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai
unsur dari suatu keseluruhan sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok
atau yang merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota-anggotanya,
akibatnya pengikatan sosial patah sama sekali (Koe Soe Khiam, 1963).
3
2. Perilaku patologi social
Pelaku patologi kadang melakukannya karena tradisi, balas dendam atau merasa
paling kuat dan berkuasa. Banyak korban yang terkena aksi patologi ini disebabkan
beberapa faktor :
a. Penampilan mencolok
b. Tidak berperilaku dengan sesuai
c. Perilaku tidak sopan
d. Tradisi
Gejala fenomena patologi sosial, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat
b. Memudarnya nilai-nilai kekeluargaan dalam komunitas
c. Kemerosotan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat
d. Memudarnya nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa tolong menolong
e. Melemahnya nilai dalam keluarga
f. Praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan
g. Kerusakan sistem dalam kebudayaan ekonomi
h. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan
4
3. Faktor penyebab patologi sosial
Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a. Faktor Keluarga
Kuluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga disini
meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang
tua terhadap anak, interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi
keluarga serta kepedulian orang tua terhadap anak tersebut. Disini orang tua
sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak untuk menjadikan anak
tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam penyaki-penyakit
masyarakat. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada semua orang tua untuk
mendidik anak-anaknya dengan baik dengan memberikan perhatian yang
penuh terhadap anak.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap munculnya
penyakit-penyakit masyarakat. Misalnya seseorang yang berada di lingkungan
yang tidak baik seperti lingkungan orang-orang pemabuk, suka main judi dan
senang berkelahi, maka seseorang tersebut cepat atau lambat akan mudah
terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma-norma
(aturan-aturan) yang tidak ditegakkan di dalam masyarakat juga ikut
menyumbang akan munculnya penyakit-penyakit sosial.
c. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi seseorang
untuk menjalankan hidupnya dengan baik. Baik itu pendidikan formal
(pendidikan di sekolah) maupun non formal (pendidikan dalam keluarga,
lingkungan masyarakat dan pergaulan). Dengan pendidikan seseorang
5
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mengetahui mana yang
harus dilakukan dan mana yang tidah seharusnya dilakukan. Sehingga dengan
pendidikan yang baik seseorang tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan
penyakit-penyakit masyarakat.
B. Konflik Sosial
1. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu
kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,walaupun hal itu
tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok tersebut ( Soekanto, dalam Supardan
2011: 141 )
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang
bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat
berupa kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan
kelompok lain,walaupun hal itu tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok
tersebut
6
2. Factor Penyebab Konflik Sosial
Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik sosial :
a. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam
suatu masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang
mengalami konflik. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa
saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
b. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras
dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Membantu
pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi
dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan
negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi
tertentu yang sudah tetap.Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
c. Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan
inti pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:Membantu
pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan
mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan
menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Agar
pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar semua pihak.
7
d. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang
sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang
tidak diselesaikan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Melalui
fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik
mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan
yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan
rekonsiliasi di antara mereka.Meraih kesepakatan bersama yang mengakui
kebutuhan identitas pokok semua pihak.
e. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran yang ingin
dicapai teori ini adalah: Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami
konflik mengenai budaya pihak lain. Mengurangi stereotip negatif yang
mereka miliki tentang pihak lain.Meningkatkan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan
dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan
ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:Mengubah berbagai
struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi. Meningkatkan jalinan
hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami
konflik. Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan
pemberdayaan, keadilan , perdamaian, pengampunan , rekonsiliasi dan
pengakuan.
8
Faktor Penyebab Konflik sosial:
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan
sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
c. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
d. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
e. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
f.Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri.
9
g. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak
ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri.
h. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan
membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
i.Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
a) Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman
b) Kompetisi: konflik memunculkan pemenang
c) Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk
meminimalisasi kerugian
d) Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan
hubungan
e) Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk
bekerja bersama-sama.
10
d. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia..
Ada beberapa contoh konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia antara lain:
a. Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
b. Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol,
sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan
Palestina.
c. Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik
bersejarah lainnya.Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan
etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda,
dan konflik di Kazakhstan.
11
Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi
seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi
yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi
perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan
menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan
rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan
kondisi kesehatan.
Menurut Frances Fox Piven dan Richard A Cloward (Regulating the Poor: The
Functions of Public Welfare, Vintage Books 1993), kemiskinan meliputi tiga aspek
a) Kekurangan materi dan kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan.
b) Tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat,
termasuk dalam pendidikan dan informasi.
c) Kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
12
Kemiskinan yang terjadi karena sturuktual sosial yang ada , membuat
anggota kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Ciri utama kemiskinan struktural adalah :
1) Sangat lamban atau tidak adanya mobilitas sosial vertikal
2) Adanya ketergantungan yang kuat pihak miskin terhadap kelas sosial
ekonomi diatasnya.
13
mencari pekerjaan yang pada akhirnya bisa membuat mereka mengambil jalan pintas
untuk mendapatkan yang mereka perlukan dengan melakukan tindakan kriminal.
14
Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan tenaga kerja
menghasilkan roduktifitas yang rendah yang pada akhirnya menjadi faktor
penyabab kemiskinan.
c) Rendahnya tingkat penguasaan teknologi
Seseorang yang mempunyai penguasaan teknologi yang rendah,maka
produktifitasnya rendah pula, dan begitu sebaliknya.
d) Penggunaan sumber daya yang tidak efisien
Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakan secara penuh
dan evisien.
15
c. Mengurangi Kemiskinan
Upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan ,
yaitu:
a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk miskin tidak
akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi
yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode setelah krisis,
berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena membaiknya
stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan. Untuk menurunkan
tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
merupakan suatu keharusan.
b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin. Indonesia harus dapat
menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan sosial agar manfaat dari
pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi
pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan
dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum, termasuk dalam aspek-
aspek yang terkait dengan desentralisasi.
c) Perlidungan bagi orang miskin, seperti masalah biaya pendidikan.
16
g) perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan
transisi untuk sekolah menengah.
h) mengurangi tingkat kematian ibu pada saat persalinan.
i) menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin.
j) merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran.
2. Kriminalitas
a. Pengertian Kriminalitas
Menurut (Kartono 2007: 140) Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang
berarti kejahatan. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum
dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
17
b. Faktor –faktor Penyebab Terjadinya Kriminalitas
a) Faktor endogen
Factor endogen adalah dorongan yang terjadi dari dirinya sendiri, kebenaran
relatif sehingga bisa menciptakan suatu sikap untuk mempertahankan
pendapatnya – diri – atau egosentris dan fanatis yang berlebihan. Jika seorang
tidak bijaksana dalan menanggapi masalah, maka kriminalitas bisa saja terjadi
sebagai pelampiasan untuk menunjukan bahwa dialah yang benar.
b) Faktor eksogen
Factor eksogen adalah faktor yang tercipta dari luar dirinya. Kesenjangan
sosial, kesenjang ekonomi, ketidankadilan dan sebagainya, merupakan contoh
penyebab terjadinya tindak kriminal yang berasal dari luar dirinya. Pengaruh
sosial dari luar dirinya itu misalnya, ajakan teman, tekanan atau ancaman
pihak lain, minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang yang membuat ia
tidak sadar. Hawa nafsu yang sangat hebat dan kuat sehingga dapat menguasai
segala fungsi hidup kejiwaan,Pengaruh ekonomi misalnya karena keadaan
yang serba kekurangan dalam kebutuhan hidup, seperti halnya kemiskinan
akan memaksa seseorang untuk berbuat jahat.
18
b) Kondisi yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialasai. Indonesia
sebagai suatu Negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma.
Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan
pembangunan,dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa
harga diri pembangunan itu ,adalah peningkatan yang menyolok dari
kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan,
dan peningkatan fasilitas kehidupan,bisanya ,biasanya dinyatakan sebagai
“urbanisasi yang berlebihan” (overurbanization) dari suatu Negara. Keadaan-
keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama
tambah kejam diluar kemanusiaan.
c) Kondisi lingkungan yang memudahkan orng melakukan kejahatan. Contoh-
ciontoh adalah memamerkan barang-barang dengan menggiurkan di
supermarket,mobil dan rumah yang tidak terkunci ,took-toko yang tidak
dijaga, dan kurangnya pengawasan atas senjata api dan senjata-senjata lain
yang berbahaya. Tidak diragukan bahwa banyak calon-calon penjahat yang
ingin melakukannya jika melakukannya jika pelaksanannya secara fisik
dibuat sulit.
Faktor lain yang dapat menimbulkan seseorang melakukan tindakan kriminalitas
adalah :
a) Kemiskinan
19
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Patologi sosia adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu
kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,walaupun hal itu
tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok tersebut
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Menurut Kartini
K. (2007: 140) Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Sedangkan
kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami dapat mengetahui dan memahami tentang
“Patologi social dan factor penyebab kemiskinan dan kriminalitas”. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah pembendaharaan ilmu bagi pembacanya,
meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan saran dari pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
21