Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kita berada di zaman yang canggih, zaman pertemuan banyak kebudayaan


sebagai hasil dari semakin padatnya jaringan komunikasi daerah, nasional, dan
internasional. Amalgamasi antara bermacam-macam kebudayaan itu kadangkala bisa
berlangsung lancar dan lembut. Tetapi, tidak jarang pula sebagiannya berlangsung
melalui konflik-konflik hebat. Terjadilah konflik-konflik budaya dengan kemunculan
situasi social yang khaotis dan kelompok-kelompok social yang tidak bisa dirukunkan
sehingga mengakibatkan banyak kecemasan, ketegangan dan ketakutan dikalangan
rakyat banyak, yang semuanya tidak bisa dicernakan dan diintegrasikan oleh
individu. Situasi social seperti ini pada akhirnya mudah mengembangkan tingkah
laku patologis/sosiopatik yang menyimpang dari pola-pola umum.

Timbullah kelompok-kelompok dan fraksi-fraksi ditengah masyarakat yang


terpecah-pecah, masing-masing menaati norma-norma dan peraturannya sendiri, dan
bertingkah semau sendiri. Maka muncullah banyak masalah social seperti kemiskinan
dan kriminalitas, tingkah laku sosiopatik, deviasi social, disorganisasi social,
disintegrasi social, dan diferensiasi social. Dimana masalah tersebut lambat laun
menjadi meluas dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai


berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan patologi social?


2. Apakah yang dimaksud dengan konflik social?
3. Apa sajakah factor-faktor penyebab kemiskinan dan kriminalitas?

1
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu patologi social.


2. Untuk mengetahui apa saja factor-faktor penebab kemiskinan dan
kriminalitas.
3. Untuk mengetahui apa itu konflik sosial

2
II. PEMBAHASAN

PATOLOGI SOSIAL, KONFLIK SOSIAL DAN FAKTOR PENYEBAB


KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS

A. Patologi Sosial
1. Pengertian Patologi Sosial

Patologi berasal dari kata phatos (Yunani) yang berarti penderitaan, penyakit.
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefenisikan patologi yaitu
semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga,
disiplin, kebaikan, dan hukum formal. Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-
gejala sosial yang dianggap sakit yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial.
( Kartono, 2007: 1)

Patologi sosial adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai
unsur dari suatu keseluruhan sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok
atau yang merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota-anggotanya,
akibatnya pengikatan sosial patah sama sekali (Koe Soe Khiam, 1963).

Blackmar dan Billin (1923) menyatakan bahwa, patologi sosial diartikan sebagai


kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan
ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan
kepribadian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa “patologi sosial” adalah semua tingkah laku yang


bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak
milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan
hukum formal.

3
2. Perilaku patologi social

Perilaku patologi sosial dikategorikan dalam tindakannya :

a. Kontak fisik langsung seperti memukul, menendang, mendorong, dan lain-


lainnya.
b. Kontak verbal langsung seperti memaki, mencela, memberi panggilan jelek,
dan lain-lainnya.
c. Perilaku non verbal langsung seperti perilaku sinis, dan mengintimidasi.
d. Perilaku non verbal tidak langsung seperti mendiamkan dan menjauhi.
e. Pelecehan seksual, patologi ini sering dilakukan di dunia pendidikan baik
sekolah atau kampus, mungkin yang lebih terkenal yaitu perpeloncoan.

Pelaku patologi kadang melakukannya karena tradisi, balas dendam atau merasa
paling kuat dan berkuasa. Banyak korban yang terkena aksi patologi ini disebabkan
beberapa faktor :

a. Penampilan mencolok
b. Tidak berperilaku dengan sesuai
c. Perilaku tidak sopan
d. Tradisi
Gejala fenomena patologi sosial, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat
b. Memudarnya nilai-nilai kekeluargaan dalam komunitas
c. Kemerosotan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat
d. Memudarnya nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa tolong menolong
e. Melemahnya nilai dalam keluarga
f. Praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan
g. Kerusakan sistem dalam kebudayaan ekonomi
h. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan

4
3. Faktor penyebab patologi sosial
Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:

a. Faktor Keluarga
Kuluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga disini
meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang
tua terhadap anak, interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi
keluarga serta kepedulian orang tua terhadap anak tersebut. Disini orang tua
sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak untuk menjadikan anak
tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam penyaki-penyakit
masyarakat. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada semua orang tua untuk
mendidik anak-anaknya dengan baik dengan memberikan perhatian yang
penuh terhadap anak.

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap munculnya
penyakit-penyakit masyarakat. Misalnya seseorang yang berada di lingkungan
yang tidak baik seperti lingkungan orang-orang pemabuk, suka main judi dan
senang berkelahi, maka seseorang tersebut cepat atau lambat akan mudah
terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma-norma
(aturan-aturan) yang tidak ditegakkan di dalam masyarakat juga ikut
menyumbang akan munculnya penyakit-penyakit sosial.

c. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi seseorang
untuk menjalankan hidupnya dengan baik. Baik itu pendidikan formal
(pendidikan di sekolah) maupun non formal (pendidikan dalam keluarga,
lingkungan masyarakat dan pergaulan). Dengan pendidikan seseorang

5
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mengetahui mana yang
harus dilakukan dan mana yang tidah seharusnya dilakukan. Sehingga dengan
pendidikan yang baik seseorang tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan
penyakit-penyakit masyarakat.

B. Konflik Sosial
1. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu
kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,walaupun hal itu
tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok tersebut ( Soekanto, dalam Supardan
2011: 141 )
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang
bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat
berupa kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan
kelompok lain,walaupun hal itu tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok
tersebut

6
2. Factor Penyebab Konflik Sosial
Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik sosial :
a. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam
suatu masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang
mengalami konflik. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa
saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
b. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras
dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Membantu
pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi
dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan
negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi
tertentu yang sudah tetap.Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
c. Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan
inti pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:Membantu
pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan
mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan
menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Agar
pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar semua pihak.

7
d. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang
sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang
tidak diselesaikan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: Melalui
fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik
mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan
yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan
rekonsiliasi di antara mereka.Meraih kesepakatan bersama yang mengakui
kebutuhan identitas pokok semua pihak.
e. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran yang ingin
dicapai teori ini adalah: Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami
konflik mengenai budaya pihak lain. Mengurangi stereotip negatif yang
mereka miliki tentang pihak lain.Meningkatkan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan
dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan
ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:Mengubah berbagai
struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi. Meningkatkan jalinan
hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami
konflik. Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan
pemberdayaan, keadilan , perdamaian, pengampunan , rekonsiliasi dan
pengakuan.

8
Faktor Penyebab Konflik sosial:
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan
sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
c. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
d. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
e. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
f.Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri.

9
g. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak
ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri.
h. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan
membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
i.Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
a) Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman
b) Kompetisi: konflik memunculkan pemenang
c) Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk
meminimalisasi kerugian
d) Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan
hubungan
e) Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk
bekerja bersama-sama.

3. Akibat Konflik Sosial


Hasil dari sebuah konflik social adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
b. keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
c. perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa
dendam, benci, saling curiga dll.

10
d. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia..

Ada beberapa contoh konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia antara lain:
a. Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
b. Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol,
sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan
Palestina.
c. Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik
bersejarah lainnya.Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan
etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda,
dan konflik di Kazakhstan.

C. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Dan Kriminalitas


1. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk


memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu
tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan
dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung Nampak pengruhnya terhadap
tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong orang miskin (Ahmadi, 2003:326)

11
Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi
seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi
yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi
perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan
menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan
rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan
kondisi kesehatan.
Menurut Frances Fox Piven dan Richard A Cloward (Regulating the Poor: The
Functions of Public Welfare, Vintage Books 1993), kemiskinan meliputi tiga aspek
a) Kekurangan materi dan kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan.
b) Tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat,
termasuk dalam pendidikan dan informasi.
c) Kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.

Bentuk atau jenis kemiskinan akar penyebabnya ada 2 jenis (Soetrisno,2001:21)


yaitu:
a) Kemiskinan natural atau alamiah
Kemiskinan yang timbul akibat terbatasnya jumlah sumber daya dan karena
tinggkat perkembangan teknologi yang sangat rendah, sehingga dalam
masyarakat ini tidak ada kelompok atau individu yang lebih miskin dari yang
lain. Jika ada perbedaan kekayaan dalam masyarakat ini, dampak perbadaan
tersebut akan diperlunak atau dieliminasi oleh adanya pranata-pranata sosial.
Misalnya: hubangan jiwa gotongroyong yang berfungsi untuk meredam
timbulnya kecemburaan sosial.
b) Kemiskinan struktural atau buatan

12
Kemiskinan yang terjadi karena sturuktual sosial yang ada , membuat
anggota kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Ciri utama kemiskinan struktural adalah :
1) Sangat lamban atau tidak adanya mobilitas sosial vertikal
2) Adanya ketergantungan yang kuat pihak miskin terhadap kelas sosial
ekonomi diatasnya.

Menurut (Ahmadi , 2003:328-329) kemiskinan dikategorikan ke dalam 3 unsur, yaitu:

a) Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniyah atau mental seseorang


Kemiskinan yang disebabkan oleh aspek badaniyah yaitu karena caca fisik
sehingga mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal.
Kemiskinan yang disebabkan oleh aspek mental yaitu mereka disifati oleh
rasa malas bekerja sehingga mereka bekerja sebagai peminta-minta.
b) Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
Masyarakat yang terkena bencana alam, umumnya tidak memiliki tempat
tingggal bahkan sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh
pengikisan bencana alam sehingga menyebabkan kemiskinan.
c) Kemiskinan buatan
Disebut juga dengan kemiskinan structural. Kemiskinan yang ditimbulkan
oleh dan dari struktur ekonomi, social, dan kultur serta politik.

b. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan


Kemiskinan disebabkan oleh minimnya pendidikan. Kurangnya masyarakat kita
mendapat pelatihan agar pada usia produktif bisa mendapatkan pekerjaan atau
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selain itu , kemiskinan bisa terjadi karena
kurang meratanya pembangunan di negara kita, sehingga sulit mendapatkan atau
menciptakan lapangan pekerjaan. Yang lebih parah lagi kemiskinan itu disebabkan
oleh karena masyarakat itu sendiri yang malas dan putus asa untuk melakukan atau

13
mencari pekerjaan yang pada akhirnya bisa membuat mereka mengambil jalan pintas
untuk mendapatkan yang mereka perlukan dengan melakukan tindakan kriminal.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

a) Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat


dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku
dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
b) Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang
tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
c) Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar. Contohnys: Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan
keadaan tetangga.
d) Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain
lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain.
Contoh lainnya adalah perbudakan.
e) Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan
hasil dari struktur sosial.

Faktor-faktor penyebab kemiskinan (menurut sharp, A.m, register , c.a, grimes,


p.w: 2002) adalah

a) Rendahnya kualitas angkatan kerja


Hal ini dapat dilihat dari angka buta huruf. Contoh: as mempunyai angka buta
huruf sebesar 1% dibanding ethiopia mempunyai angka diatas 50%.
b) Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal

14
Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan tenaga kerja
menghasilkan roduktifitas yang rendah yang pada akhirnya menjadi faktor
penyabab kemiskinan.
c) Rendahnya tingkat penguasaan teknologi
Seseorang yang mempunyai penguasaan teknologi yang rendah,maka
produktifitasnya rendah pula, dan begitu sebaliknya.
d) Penggunaan sumber daya yang tidak efisien
Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakan secara penuh
dan evisien.

Factor lain yang dapat menyebabkan kemiskinan adalah sebagai berikut:

a) Korupsi, hal ini “menyumbangkan” banyak sekali warga miskin di Indonesia,


karena bantuan yang harusnya untuk membantu masyarakat miskin malah
diambil orang yang tidak bertanggung jawab.
b) Sumber Daya Alam yang berkualitas rendah
c) Banyak anak
d) Tingginya angka kriminalitas

Akibat yang ditimbulkan kemiskinan adalah sebagai berikut:


a) Kriminalitas
b) Urbnisasi
c) Bunuh diri
d) Kebodohan

15
c. Mengurangi Kemiskinan
Upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan ,
yaitu:
a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk miskin tidak
akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi
yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode setelah krisis,
berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena membaiknya
stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan. Untuk menurunkan
tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
merupakan suatu keharusan.
b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin. Indonesia harus dapat
menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan sosial agar manfaat dari
pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi
pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan
dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum, termasuk dalam aspek-
aspek yang terkait dengan desentralisasi.
c) Perlidungan bagi orang miskin, seperti masalah biaya pendidikan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengurangi kemiskinan adalah:


a) peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.
b) perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik.
c) penghapusan larangan impor beras. larangan impor beras yang diterapkan
bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam membantu petani, tetapi
kebijakan yang merugikan orang miskin.
d) pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan
orang miskin.
e) pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin.
f) membangun lembaga-lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat
pada penduduk miskin.

16
g) perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan
transisi untuk sekolah menengah.
h) mengurangi tingkat kematian ibu pada saat persalinan.
i) menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin.
j) merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran.

2. Kriminalitas
a. Pengertian Kriminalitas

Menurut (Kartono 2007: 140) Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang
berarti kejahatan. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum
dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.

Menurut (Kartono 2007: 143-144) Secara yuridis formal, kejahatan adalah


bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan( immoril),
merugukan masyarakat, sifatnya asosial dan melanggar hukum serta Undang-Undang
pidana. Didalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-undang Hukum
Pidana(KUHP) tercantum bahwa” Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang
memenuhi perumusan ketentuan –ketentuan KUHP”. Misalnya pembunuhan adalah
perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP , mencuri memenuhi bunyi
pasal 362 KUHP sedang keahatan penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP.

Menurut (Kartono 2007: 144) Secara sosiologis, kejahatan adalah semua


bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, pilitis dan sosial-
psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan
menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-
undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).

17
b. Faktor –faktor Penyebab Terjadinya Kriminalitas

Penyebab terjadinya kriminalitas adalah faktor endogen dan eksogen.

a) Faktor endogen

Factor endogen adalah dorongan yang terjadi dari dirinya sendiri, kebenaran
relatif sehingga bisa menciptakan suatu sikap untuk mempertahankan
pendapatnya – diri – atau egosentris dan fanatis yang berlebihan. Jika seorang
tidak bijaksana dalan menanggapi masalah, maka kriminalitas bisa saja terjadi
sebagai pelampiasan untuk menunjukan bahwa dialah yang benar.

b) Faktor eksogen

Factor eksogen adalah faktor yang tercipta dari luar dirinya. Kesenjangan
sosial, kesenjang ekonomi, ketidankadilan dan sebagainya, merupakan contoh
penyebab terjadinya tindak kriminal yang berasal dari luar dirinya. Pengaruh
sosial dari luar dirinya itu misalnya, ajakan teman, tekanan atau ancaman
pihak lain, minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang yang membuat ia
tidak sadar. Hawa nafsu yang sangat hebat dan kuat sehingga dapat menguasai
segala fungsi hidup kejiwaan,Pengaruh ekonomi misalnya karena keadaan
yang serba kekurangan dalam kebutuhan hidup, seperti halnya kemiskinan
akan memaksa seseorang untuk berbuat jahat.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kriminalitas , yaitu:


a) Kondisi-kondisi social yang menimbulkan hal-hal yang merugikan hidup
manusia. Kemiskinan yang meluas dan pengangguran,pemerataan kekayaan
yang belum berhasil diterapkan, pemberian ganti rugi tidak memadai, pada
orang-orang yang tanahnya diambil pemerintah kurangnya fasilitas
pendidikan,dan lain-lain.

18
b) Kondisi yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialasai. Indonesia
sebagai suatu Negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma.
Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan
pembangunan,dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa
harga diri pembangunan itu ,adalah peningkatan yang menyolok dari
kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan,
dan peningkatan fasilitas kehidupan,bisanya ,biasanya dinyatakan sebagai
“urbanisasi yang berlebihan” (overurbanization) dari suatu Negara. Keadaan-
keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama
tambah kejam diluar kemanusiaan.
c) Kondisi lingkungan yang memudahkan orng melakukan kejahatan. Contoh-
ciontoh adalah memamerkan barang-barang dengan menggiurkan di
supermarket,mobil dan rumah yang tidak terkunci ,took-toko yang tidak
dijaga, dan kurangnya pengawasan atas senjata api dan senjata-senjata lain
yang berbahaya. Tidak diragukan bahwa banyak calon-calon penjahat yang
ingin melakukannya jika melakukannya jika pelaksanannya secara fisik
dibuat sulit.
Faktor lain yang dapat menimbulkan seseorang melakukan tindakan kriminalitas
adalah :

a) Kemiskinan

b) Kesempatan untuk menjadi pencuri

c) Kehendak bebas, kegagalan dalam melakukan kontrak sosial

d) Sifat-sifat anti sosial bawaan sebagai penyebab pelaku kriminal

e) Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional

19
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Patologi sosia  adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.

Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu
kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,walaupun hal itu
tidak menjadi tujuan utama aktifitas kelompok tersebut
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Menurut Kartini
K. (2007: 140) Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Sedangkan
kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami dapat mengetahui dan memahami tentang
“Patologi social dan factor penyebab kemiskinan dan kriminalitas”. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah pembendaharaan ilmu bagi pembacanya,
meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan saran dari pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:Rineka Cipta


Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Prenada Media Group.
Gunawan, Ary. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kartono,kartini. 2003. Patologi sosial. Jakarta: PT. Raja grafindo persada

Soekanto,soerjono. 2005. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja grafindo


persada.

Supardan,dadang. 2009. Konsep dasar ips. Jakarta: universitas terbuka.

Tim dosen IPS. 2015. Perangkat Pembelajaran. Padang: UNP Press


http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2243752-sejarah-sosiologi-
pendidikan/#ixzz27ZPfufEI
Sumber: http://putraandestab.blogspot.com/2010/04/hubungan-sosiologi-dengan-
ilmu-sosial.html

21

Anda mungkin juga menyukai