Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMBELAJARAN KREATIF

Dosen Pengampu : Septian Prawijaya, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh

KELOMPOK 9:

1. GABBY ENNI SIMARMATA (1193311098)


2. NOVIA ALVIANI NUR (1193311169)
3. PARIDA RITONGA (1193311168)
4. SETIA JUWITA PANJAITAN (1193311091)
5. VIONALITA L TOBING (1193311079)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pembelajaran Kreatif” dari bapak Septian Prawijaya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk tugas yang
selanjutnya, terima kasih.

Medan, 07 September 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang..........................................................................................................1

2.Rumusan Masalah.....................................................................................................1

3.Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Pembelajaran Kreatif...............................................................................3

2.Beberapa Model Pembelajaran yang Mengandung Kreativitas................................5

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri...............................................................................5

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah.............................................................6

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif........................................................................8

2.4 Model Pembelajaran PAKEM (Partisipasi,Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan)


..................................................................................................................................9

BAB III PENUTUP


1.Kesimpulan...........................................................................................................11
2.Saran.....................................................................................................................11

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses


pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa
selama pembelajaran berlangsung. Kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam
pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta, rasa dan karsa yang akan menghasilkan sesuatu
yang baru agar dapat membangkitkan dan menanamkan kepercayaan diri siswa supaya dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.

Banyak cara yang bisa digunakan seorang guru untuk dapat mengembangkan pembelajaran kreatif,
salah satunya dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariasi, misalnya kerja
kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Dalam hal ini guru sebagai aktor utama yang
turut serta mempengaruhi terwujudnya pembelajaran kreatif yang terlaksana dalam kegiatan proses
belajar mengajar. Guru dituntut untuk mampu merangsang kreativitas siswa dalam hal kecakapan
berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.

Namun, terkadang guru harus menyesuaikan proses pembelajaran, kondisi dan suasana kelas.
Jumlah anak mempengaruhi proses pembelajaran. Guru juga sering menggunakan satu metode,
karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu
metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak
didik. Jalan pengajaran pun tampak kaku. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar
anak didik.

2. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kreatif ?

 Apa tujuan dari pembelajaran kreatif ?

 Bagaimana merancang pembelajaran kreatif pada model pembelajaran inkuiri ?

3. Tujuan

 Mempelajari dan memahami pengertian pembelajaran kreatif

 Mempelajari dan memahami beberapa model pembelajaran yang mengandung kreativitas,


yaitu :

a. Model Pembelajaran Inkuiri

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


1
c. Model Pembelajaran PAKEM

d.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi
dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberpa metode dan strategi yang variatif. Misalnya kerja kelompok, pemecahan
masalah dan sebagainya.

Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan
kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks dalam konteks kreatif
melakukan sesuatu. Kreatif dalam berfikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional.
Berfikir kreatif selalu berawal dan berfikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidake adda atau meperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Tak seorangpun akan
mengingkari bahwa kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh
factor linkungan seperti keluarga dan sekolah. Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi
sebagai pendorong (press) dalam pengembangana kreatifitas anak.

Secara etimologi kata pembelajaran diderivasi dari kata ajar yang mempunyai arti petunjuk yang
diberikan kepada orang lain supaya diketahui atau diikuti. Sedangkan pembelajaran sendiri
mempunyai arti proses, cara, pembuatan mengajar. Secara terminology pembelajaran adalah
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pengajar secara terprogram dalam desain konstruksional,
untuk membuat peserta didik belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sedangkan arti kreatif secara harafiah berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk
menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta. Kreatif dalam arti istilah berarti menggunakan hasil
cipataan/ kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Berfikir kreatif mengandung proses
mental, yang dipergunakannya juga dalam bentuk befikir seperti pengalaman, pengingatan kembali
dan ekspresi.

Dengan kreatifitas merupakan kegiatan yang medatangkan hasil yang bersifat, yaitu :

o Baru : inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.

o Berguna : lebih enak, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik,


memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hal yang baik.

o Dapat dipahami : mudah dimengerti oleh orang lain, tidak ribet, dan mudah dicerna.

1
Adapun prosedur mengembangkan kreatifitas sebagai berikut, yaitu :

• Mengklarifikasi jenis masalah yang akan disajikan kepada peserta didik.

• Mengembangkan dan menggunakan keterampilan - memecahkan masalah

• Memberikan ganjaran/ hadiah bagi yang berhasil dalam belajar kreatif.

Tak dapat dipungkiri, jika praktek pembelajaran di perguruan tinggi kita dewasa ini masih cenderung
bersifat memaksakan materibahan ajar, bukan pada pencapaian dan penguasaan kompetensi. Di
samping itu metode pembalajaran yang ditetapkan juga membosankan, dan juga dalam kegiatan
pembelajaran, dosen masih dominan sebagai pusat informasi, peserta didik hanya disuguhi ceramah
tanpa memperhatikan peserta didik tersebut paham atau tidak, hal ini dikarenakan mengejar target
materi bahan ajar dan perkuliahan selesai. Sehingga pembelajaran seperti ceramah yang tidak akan
pernah dipahami oleh mahasiswa.

Pengembangan kreativitas pembelajaran akan menghasilkan peserta didik yang kreatif umumnya
memiliki kemampuan lebih tinggi dan tangguh jika dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Kemampuan berfikir kreatif sebagai komponen kreativitas akan menghasilkan pembelajaran efektif
atau lebih jauh mengembangkan daya nalar tinggi yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan
pembelajaran.

2. Model Pembelajaran yang Mengandung Kreativitas

Ada beberapa model pembelajaran yang mengandung Kreativitas, yaitu :

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri

Sanjaya (2008) menyebut model pembelajaran inkuiri dengan sebutan strategi pembelajaran inkuiri
(SPI). Strategi pembelajaran ini dipengaruhi oleh aliran kognif. SPI adalah rangkaian pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, proses berpikir itu biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan murid. Strategi demikian ini disebut strategi heuristic.

Adapun ciri ciri, prinsip, dan langkah-langkah SPI diantaranya sebagai berikut :

1
1. Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menentukan. SPI
menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

2. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari suatu yang ditanyakan. Guru/pendidik sebagai fasilator dan motivator, bukan
sebagai pembelajar.

3. Tujuan penggunaan SPI adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual


(kemampuan berfikir/menalar) bukan hanya untuk penguasaan materi pelajaran, melainkan
bagaimana siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Prinsip-prinsip penggunaan SPI minimal mengikuti 5 prinsip, yaitu :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual, artinya bahwa SPI berorientasi pada hasil
belajar (menguasai materi pembelajaran) dan proses belajar (beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu)

2. Prinsip interaksi, interaksi tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.


Meliputi interaksi dengan teman dan dengan guru. Berarti menempatkan guru sebagai pengatur
lingkungan/pengatur interaksi, bukan sebagai sumber belajar semata.

3. Prinsip bertanya, guru/pendidik harus menguasai keterampilan bertanya untuk memperoleh


pelatihan siswa, untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.

4. Prinsip belajar untuk berpikir, mengembangkan potensi otak kiri dan kanan.

5. Prinsip keterbukaan, siswa diberi kesempatan luas untuk menggunakan, mencoba logika dan
nalarnya. Guru memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis-hipotesis dan
membuktikan kebenaran hipotesisnya.

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah/PBM (Problem Based Learning)

Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan kegiatan pembelajaran
yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi
dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Konsep Dasar (Basic Concept).

Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang
diperlukan dalam pembelajaran.

b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).

Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota mengungkapkan pendapat, ide, dan

1
tanggapan terhadap masalah secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam
alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah
pada penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari
referensi dalam memecahkan permasalahan.

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).

Masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas masalah misalnya dari buku
atau artikel di perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan untuk memecahkan
masalah.

d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge).

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan
berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan.

Pembelajaran Berbasis masalah memiliki karakteristik-karakteristik yaitu :

1) Belajar dimulai dengan suatu masalah

2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik

3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu

4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Menuntut pembelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam
bentuk suatu produk atau kinerja.

Fase-fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu :

1) Mengorientasikan siswa kepada masalah.

Guru memberikan masalah yang menarik untuk dipecahkan siswa. Masalah yang diberikan sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa.

2) Mengorganisasikan siswa

Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok.

3) Membimbing Penyelidikan individu dan kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1
Mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan pemecahan masalah, serta berbagi tugas dengan
teman.

5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Mengevaluasi pemecahan masalah atau hasil belajar yang telah dipelajari.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Didalam pembelajaran kooperatif, guru/pendidik lebih berperan sebagai fasilitator yang


membangun pengetahuan siswa/peserta didik. Kegiatan belajar dapat dilakukan antara
siswa/peserta didik dengan guru/pendidik, dan dapat antara siswa/peserta didik dengan
siswa/peserta didik lain di dalam kelompok (kegiatan belajar peer teaching). Para ahli memandang
bahwa pembelajaran kooperatif dilakukan dalam bentuk tatap muka langsung, terjadi proses dalam
kelompok, dan didalam kelompok terdapat saling ketergantungan yang positif. Maksud dari
ketergantungan positif adalah bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada hasil kerja masing-
masing anggota kelompok.

Di dalam pembelajaran kooperatif, guru/pendidik membelajarkan siswa/peserta didik dengan


menempatkan mereka di dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-7 orang untuk saling
berbagi informasi, berbagi gagasan, mencari alternatif solusi, dan lainnya, sehingga diperoleh
pemahaman bersama maupun pemecahan masalah. Siswa/peserta didik di dalam kelompok bersifat
kolaboratif, terjadi interaksi dan saling melengkapi.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dianjurkan oleh ahli
pendidikan, oleh karena antara lain dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995 dalam
Rusman, 2016) dinyatakan dua hal berikut :

1) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan


sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat
orang lain.

2) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis,


memecahkan masalah, dan mengintegrasikan antara pengetahuan dengan pengalaman.

Terdapat variasi model dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya Model Student Teams
Achievement Division (STAD), Model Jigsaw, Investigasi Kelompok (Group Investigation), Model
Teams Games Tournaments (TGT), Model Struktual. Prinsip belajar pada model-model tersebut,
tidak berubah dari prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif. Untuk memahami lebih jelas tentang
variasi model-model pembelajaran kooperatif tersebut, penulis menyarankan untuk mempelajarinya
dari kepustakaan yang mengkajinya secara mendalam dan khusus.

Berdasarkan paparan singkat tentang model pembelajaran kooperatif di atas, tampak bahwa model
pembelajaran kooperatif tersebut mendukung kondisi pengembangan kreativitas siswa/peserta didik
karena peran guru/pendidik yang tidak mendominasi proses pembelajaran, melainkan memberi
kesempatan kepada siswa/peserta didik untuk berdiskusi secara kritis.

1
2.4 Model Pembelajaran PAKEM (Partisipasi, Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan)

Model pembelajaran pakem adalah model pembelajaran yang memunculkan partisipasi peserta
didik, melibatkan aktivitas peserta didik, menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, yang
menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran yang ditentukan dicapai dengan efisien.

Agar lebih jelas, model pembelajaran PAKEM diterangkan sebagai berikut :

1. P (Partisipatif)

Partisipatif artinya pembelajaran melibatkan partisipasi peserta didik secara maksimal. Proses
pembelajaran memusatkan pada aktivitas peserta didik sementara pendidik berperan sebagai
motivator dan fasilitator yang membawa peserta didik pada perubahan pengetahuan, afektif dan
keterampilan.

2. A (Aktif)

Pendidik harus menciptakan suasana proses pembelajaran sedemikian rupa agar siswa aktif
bertanya. Pembelajaran aktif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
melakukan berbagai macam kegiatan belajar seperti mencari informasi, menganalisis, melakukan
sintesis, menilai dan menarik kesimpulan.

3. K (Keatif)

Didalam pembelajaran kreatif, pendidik memunculkan kreativitas peserta didik dengan


menggunakan beragam pendekatan, strategi dan metode pembelajaran. Pembelajaran yang
menumbuhkan kreativitas berpikir mengandung 4 tahap, yaitu :

a. Tahap persiapan (pengumpulan informasi)

b. Tahap inkubasi (merenungkan hipotesis bahwa informasi tersebut benar)

c. Iluminasi (menemukan kondisi bahwa hipotesis tepat, benar dan rasional)

d. Verifikasi (pengujian hipotesis iluminasi untuk menjadi rekomendasi suatu konsep)

4. E (Efektif)

Pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran yang dilakukan mencapai tujuan yang
ditetapkan. Menyenangkan Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat
peserta didik merasa senang, bahagia dan bebas dari perasaan terpaksa dan perasaan tertekan di
dalam mengikuti pembelajaran.

5. M (Menyenangkan)

Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat siswa/peserta didik dengan


merasa senang, bahagia, dan bebas dari perasaan terpaksa dan perasaan tertekan di dalam
mengikuti pembelajaran.

1
Berangkat dari konsep PAKEM diatas maka implementasinya pada pembelajaran bahwa pendidik
berperan sebagai orang yang menciptakan situasi belajar yang membuat peserta didik berpartisipasi
aktif penuh yakni, beraktivitas dalam berpikir maupun perbuatan di dalam situasi yang
menyenangkan, tidak merasa tertekan sehingga memunculkan kreativitas.

BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Untuk menjadi guru yang profesional diperlukan model pembelajaran dalam proses mengajar
supaya dapat mengembangkan skill dan memaksimalkan potensi sebagai guru juga menjadikan
kualitas peserta didik menjadi lebih baik lagi.

2.Saran

Pada saat pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan ataupun
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung
jawabkan dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut. maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan sarannya agar makalah ini lebih baik lagi.

1
1

Anda mungkin juga menyukai