Anda di halaman 1dari 5

Abstrak

Melihat fenomena-fenomena di atas, tidak heran mengapa Nigeria merupakan salah satu negara
di Afrika Barat yang menjadi poros untuk perdagangan manusia terkhususnya perdagangan seks dan kerja
paksa. Nigeria menjadi tempat asal, transit dan tujuan yang mana operasi perdagangan ini dilakukan
dengan koordinasi yang cukup baik. Penyebaran orang Nigeria korban perdagangan seks juga bisa
membuat kita melihat bahwa masih banyak korban perdagangan yang tidak terdeteksi dan takut untuk
berbicara akibat beberapa faktor. Pemberantasan human trafficking harus segera dilakukan karena melihat
dari banyaknya dampak seperti penipisan sumber daya manusia yang berpindah ke negara lain, adanya
efek negatif pada pasar tenaga kerja, paparan AIDS dan HIV yang tidak dapat dihindari, kehidupan
kriminal, kecanduan obat-obatan, dan kekerasan seksual, mengakibatkan trauma psikologis
berkepanjangan yang dialami korban trafficking. Terbilang bahwa Nigeria merupakan suatu negara
dengan penduduk yang termasuk sangat padat sehingga memudahkan para traffickers untuk
melangsungkan bisnis nya, selain itu juga pemerintah yang korup dan menyalahgunakan wewenang yang
dimiliki seperti menerima suap oleh traffickers membuat human trafficking terus meningkat di Nigeria.
Namun bisa dilihat juga bahwa pemerintah Nigeria mengambil langkah preventif untuk menangani
masalah human trafficking meskipun belum bisa dikatakan sudah maksimal yaitu dengan membuat
Agency for the Prohibition of Trafficking in Persons (NAPTIP) namun pemerintah memotong dana yang
seharusnya diberikan kepada NAPTIP untuk mengurus human trafficking di Nigeria, hal ini berpengaruh
pada kerja NAPTIP dalam mengerjakan program kerjanya untuk mengurusi para korban trafficking hanya
dengan pada Anti-Trafficking Law 2015 dan juga pemerintah Nigeria yang memasukkan korban diluar
kejahatan khusus trafficking untuk diurus oleh NAPTIP sehingga hal ini menyebabkan kapasitas NAPTIP
untuk mengurusi korban trafficking berkurang. Maka dari itu aktor non negara dibawah naungan United
Nations yaitu United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menjalin kerja sama dengan
National Agency for the Prohibition of Trafficking in Persons (NAPTIP) untuk memperkuat akses
bantuan kepada para korban perdagangan manusia hingga dapat memperoleh keadilan. NAPTIP bekerja
sama dengan UNODC dengan mengadakan pertemuan penghubung kedutaan ketujuh yang
diselenggarakan di bawah proyek UNODC ‘Penguatan Respons Peradilan Pidana Nigeria Terhadap
Perdagangan Orang dan Penyelundupan Migran’ (PROMIS) UNODC bekerja sama dengan NAPTIP, dan
Layanan Imigrasi Nigeria dalam Global Blue Heart Campaign against Human Trafficking. Kampanye ini
memiliki tujuan utama untuk mengecam keras tindakan atau aktivitas perdagangan manusia yang secara
keseluruhan dapat diartikan sebagai bentuk perbudakan versi modern dan turut mempromosikan
pemberantasan perdagangan manusia melalui berbagai cara yang kreatif dan inovatif. Hasil yang
didapatkan dari kampanye ini adalah dana sumbangan global yang kemudian dialokasikan melalui United
Nations Voluntary Trust Fund untuk pemberian bantuan kepada para korban perdagangan manusia.
Sehingga dari kerjasama UNODC untuk mengentas human trafficking di Nigeria sangat membantu
negara tersebut dan kedepannya diharapkan kejahatan human trafficking di Nigeria dapat sepenuhnya
hilang.

Human trafficking is a vicious crime against a person’s human rights and has been denoted as a
form of modern-day slavery. Trafficked victims are subjected to physical, sexual, and
psychological abuse through forced labor, commercial sex, and slavery-like practices.
Traffickers sell, trade, and exploit victims using violence and coercion as their means of control.
Especially the human security condition faced by Nigeria is very chaotic and the level of sexual
crime experienced by most of the population is increasing sharply, the Nigerian government is
taking new steps in eradicating the issue of human trafficking and bringing about a change in
human security that is much better through the establishment of NAPTIP. However, the efforts
made by the local government appear to be less effective. Various efforts to tackle human
trafficking in Nigeria are urgently needed, especially UNODC under the auspices of the United
Nations to help the Nigerian government fight traffickers. Once identified, trafficking victims in
Nigeria should be referred to systems and supports where they can obtain the much needed
physical and psychological care. More research on the field of human trafficking in Nigeria is
needed in order to collect empirical data and continued the development of practices for effective
development of policies, victims’ response, and service model approaches among health care
providers and law enforcement agents.

- Seberapa penting harus menangani Human Trafficking di Nigeria

Human Trafficking di Nigeria menimbulkan dampak permasalahan yang sangat serius untuk
masa depan sumber daya manusia di Nigeria sendiri, hal ini membuat aktor negara maupun non
negara ikut serta dalam memberantas human trafficking di Nigeria seperti NAPTIP, UNICEF,
dan UNODC. Pemberantasan human trafficking harus segera dilakukan karena melihat dari
banyaknya dampak seperti penipisan sumber daya manusia yang berpindah ke negara lain,
adanya efek negatif pada pasar tenaga kerja, paparan AIDS dan HIV yang tidak dapat di hindari,
kehidupan kriminal, kecanduan obat-obatan, dan kekerasan seksual, mengakibatkan trauma
psikologis berkepanjangan yang di alami korban trafficking, korban yang tidak lagi mempunyai
“rumah” untuk berlindung dan pastinya perlanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang
menimbulkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial. Hal ini semua disebabkan oleh kegagalan
pemerintah untuk memenuhi tanggung jawab fundamentalnya, melemahnya kemampuan untuk
memerangi korupsi dalam penegakan hukum dan peradilan karena keterlibatan pemerintah
seperti korupsi menjadi penyebab dari human trafficking yang bertumbuh pesat di Nigeria.

Berdasarkan laporan dari Trafficking in Persons Report, “pemerintahan dalam melakukan


usaha mereka dengan menjalankan hukum Anti Trafficking memberikan laporan-laporan yang
cukup banyak dalam menyampaikan keterlibatan pemerintah dengan human trafficking” (State,
2022). Tindakan korupsi terbanyak dilakukan oleh penegak hukum, walaupun usaha Nigeria
telah menyetujui dan memasukkan peraturan mengenai kasus perdagangan manusia dan juga
buruh dalam menindak pidanai traffickers, hal ini tidak berjalan atau berhasil secara efekif
melalui aparat penegak hukum di berbagai daerah sehingga pengumpulan informasi terkait
aktivitas human trafficking tidak terkumpul banyak dan juga spesifik yang membuat kesulitan
pemerintah dalam memerangi kasus ini. Tidak hanya kesulitan dengan menjalankan hukum,
Trafficking in Persons Report juga mengatakan bahwa “korupsi telah berdampak ke berbagai
level di pemerintahan Nigeria dan juga aparat hukum dan juga adanya keterlibatan pemerintah
dengan aktivitas perdagangan manusia.”

Menurut Anti-Corruption Internet Database, “dalam mempelajari human trafficking


menghasilkan banyak bukti terhadap korupsi yang muncul di berbagai area dan sektor dalam
memfasilitasi proses viktimasasi termasuk media, rumah sakit, otoritas lokal dan kota, penegak
hukum (polisi, patroli perbatasan, hakim, dan jasa) dan jasa migrasi” (Database, 2022). Dimana
hal ini dipahami mengenai berbagai tindakan korupsi berbentuk sogokan yang dilakukan para
aktor tersebut beragam dan dilakukan hanya sesekali. Penegak hukum atau polisi biasanya lebih
sering terlibat dengan penyuapan dari pelaku traffickers untuk tetap terus menjalankan operasi
bisnisnya. Mengingat sebelumnya, ketika ini dikaitkan dengan kondisi Nigeria dengan banyak
aktivitas penyuapan terhadap sektor penegak hukum, hal ini dapat mendukung berjalannya
pengoperasian bisnis trafficking agar mudah dalam mengirimkan korban-korbannya keluar dari
perbatasan Nigeria dengan penyuapan yang dilakukan terhadap berbagai level penegak hukum
oleh para traffickers.

Pemerintah dengan kekuasaan yang tinggi mempunyai peran dimana pemerintah dapat
membuka perbatasan meloloskan traffickers dan juga korban dari trafficking. Dengan adanya
pemerintah yang terlibat korupsi, kemungkinan pemerintah yang korup tersebut juga bermain
dalam membuka border untuk traffickers. Menurut UNICEF, “Para perempuan Nigeria yang
masih tergolong muda lebih cepat untuk dipekerjakan dibandingkan anak laki-laki” (UNICEF,
2022). Hal ini dipahami dengan konsekuensi dari mempekerjakan anak-anak perempuan diusia
muda tesebut, mereka akan lebih mudah berhenti sekolah dan rentan dengan kekerasan seksual
ketika mereka bekerja dilingkungan terbuka seperti jualan di pinggir jalan. Dengan jumlah
populasi khususnya perempuan dibawah umur 14 tahun dari total keseluruhan, mereka
berpotensi sebagai bentuk supply atau objek untuk dieksploitasi oleh traffickers yang mendorong
peningkatan human trafficking dengan kondisi mengalami kesulitan ekonomi keluarga dan juga
sulit dalam menjalani pendidikan dengan dibebani pekerjaan di usia muda, sehingga mudah
untuk menjebak anak-anak perempuan bagi traffickers.

Konflik dan kerusuhan sosial akan selalu beriringan dengan kondisi kemiskinan disuatu
negara. Hal ini dikarenakan dampak dari kejadian konflik dan kerusuhan sosial di suatu negara
akan menyebabkan kemiskinan sehingga hal ini menjadi faktor pendorong human trafficking di
Nigeria. Jadi, kejahatan teroganisir yang dilakukan oleh sindikat kriminal akan beroperasi dalam
mengontrol supply dan demand perekonomian illegal dengan memanfaatkan celah atau
kesempatan terjadinya korupsi dan penegak hukum yang gagal menangani kejahatan yang ada
dinegaranya dengan menganalisis dari pasar kriminal atau dimana demand tersebut dan juga
pengoperasian dari grup kriminal atau pengusaha dari bisnis illegal khususnya terkait human
trafficking.

Tidak hanya penegak hukum yang kurang berusaha dalam menangani human trafficking di
Nigeria, di tahun 2016 pemerintah Nigeria pun memotong alokasi dana untuk NAPTIP, “di tahun
2015 sebelumnya sebesar 2,5 Milyar Naira dan selanjutnya berkurang menjadi 1,69 Milyar
Naira.” Karena masih ada kekurangan dana untuk alokasi dana terhadap perlindungan untuk
korban sebanyak 208 Juta Naira di tahun 2016, jauh dari alokasi dana di tahun 2015 sebanyak
581 juta Naira, hal ini berpengaruh pada kerja NAPTIP dalam mengerjakan program kerjanya
untuk mengurusi para korban trafficking hanya dengan pada Anti-Trafficking Law 2015 dan juga
pemerintah Nigeria yang memasukkan korban diluar kejahatan khusus trafficking untuk diurus
oleh NAPTIP sehingga hal ini menyebabkan kapasitas NAPTIP untuk mengurusi korban
trafficking berkurang.

Maka dari itu dalam penanggulangan human trafficking di Nigeria harus segera dituntaskan
mulai dari sistem atau jalannya pemerintahan yang korupsi sehingga membuat hukum trafficking
di Nigeria tidak terlaksana dengan baik, membuat celah bagi traffickers untuk menjalankan
bisnis nya dengan mudah karena pemerintah dapat dengan mudah disuap. Selain itu dana untuk
NAPTIP juga harus diberikan full agar korban trafficking dapat diurus. Jika pemerintah Nigeria
lebih mengutamakan sumber daya manusia nya, korupsi dan penyuapan untuk mempermudah
traffickers menjalani bisnisnya tidak akan terjadi sehingga human trafficking di Nigeria akan
berkurang.
Bibliography
Database, A.-C. I. (2022, Mei 10). Corruption in Human Trafficking and Migration. Retrieved from Anti-
Corruption Internet Database:
http://www.antigraft.org/blogs/grassrootsgender/corruptionhuman-trafficking-and-migration

State, U. D. (2022, Mei 5). Nigeria. Retrieved from U.S. Department of State:
https://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/countries/2017/271255.htm

UNICEF. (2022, Mei 5). Child Labour. Retrieved from UNICEF.ORG:


https://www.unicef.org/nigeria/children_1935.html

Anda mungkin juga menyukai