Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Membandingkan cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya berdasarkan data
onset.

B. LATAR BELAKANG
Obat adalah bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada prganisme
hidup dan dapat menimbulkan pada pemakainya. Disini kita mempelajari tentang
formakoloi yang dapat didefinisikan secara sempit sebagai ilmu tentang interaksi antar
senyawa kimia dan sistem biologi.
Jalur pemakaian obat tersebut harus di tentukan dan ditetapkan petunjuk ukuran dosis-
dosis yang di anjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya
serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya.
Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses
absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas ( total obat yang diserap ) , cepat atau
lambatnya obat mulai bekerja ( onset of action ) , lamanya obat bekerja ( duration of
action ) , infensitas kerja obat, respons farmakologi yang dicapai serta dosis yang tepat
untuk memberikan respons tertentu.
Tujuan teraupeutik adalah untuk mencapai efek bermanfaat yang diinginkan dengan
efek meruguikan yang minimal. Suatu pendekatan yang rasional guna yujuan ini
menggabungkan prinsip-prinsip farmakokinetika dengan farmakodinamika.
farmakodinamika menentukan bagian efek-konsentrasi dari interaksi, sedangkan
farmakokinetika membicarakan bagian konsentrasi dosis. Proses farmakokinetika :
absorpsi, distribusi dan eliminasi menentukan kecepatan dan lama obat bekerja pada obat
yang dituju. Konsep farmakonidamika : respond an kecepatan maksimum menentukan
besarnya efek pada konsentrasi tertentu ( anonim . 1995 ).

C. TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada organisme
hidup dan dapat menimbulkan respon pada pemakainya. Disini kita mempelajari tentang
farmakologi yang dapat didefinisikan secara sempit sebagai ilmu tentang interaksi antara
senyawa kimia dan sistem biologi ( syamsuni , 2006 ).
Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan umumnya ini didasari
suatu rangkaian reaksi yang dibagi menjadi tiga fase :
a. Fase farmaseutik
Fase ini meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat, dimana
kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan. Karena itu fase ini terutama
ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.
b. Fase farmakokinetika
Fase ini termasuk bagian proses invasi dan proses eliminasi. Yang dimaksud dengan
invasi adalah proses-proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat dalam
organisme,sedangkan eliminasi merupakan proses-proses yang menyebabkan penurunan
konsentrasi obat dalam organisme.
c. Fase farmakodinamika
Fase farmakodinamik merupakan interaksi obat–reseptor dan juga proses-proses yang
terlibat di mana akhir dari efek farmakologi terjadi. Dari bentuk kerja obat yang
digambarkan, jelas bahwa ini tidak hanya bergantung pada sifat farmakodinamika bahan
obat, tetapi juga tergantung pada:
 jenis dan tempat pemberian
 keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi
 distribusi dalam organisme
 ikatan dan lokalisasi dalam jaringan
 biotransformasi
 keterekskresian dan kecepatan ekskresi

Suatu obat dapat diberikan baik pada permukaan tubuh, yakni pada kulit atau mukosa,
maupun disuntikkan dengan bantuan alat perforasi ke dalam bagian tubuh.
Tempat pemberian, cara pemberian dan bentuk sediaan obat diatur menurut:
 sifat fisika dan kimia obat
 munculnya kerja dan lama kerja yang diinginkan
 tempat obat seharusnya bekerja

Apabila diinginkan kerja yang cepat maka harus dipilih suatu cara pemberian yang
pada cara ini periode laten antara waktu pemberian dan munculnya kerja singkat yaitu
dengan meniadakan absorpsi. Sebaliknya jika diinginkan kerja yang tertunda,umumnya
yang mungkin ialah bentuk-bentuk pemberian yang melalui absorpsi.
Agar dapat diabsorpsi, obat harus dalam bentuk larutan. Obat yang diberikan dalam
larutan akan lebih cepat diabsorbsi daripada yang harus larut dulu dalam cairan badan
sebelum diabsorpsi. Absorbsi obat dilakukan dengan menembus membran yang
memisahkan obat di tempat pemberian dengan tempat tempat kerja obat.
Perjalanan obat itu sendiri didalam tubuh melalui 4 tahap (disebut fase farmakokinetik),
yaitu:
A. Absorpsi
Yaitu pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu dalam
organ dalaman ke dalam aliran darah atau system pembuluh limfe. Dari aliran darah atau
sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan. Karena
obat baru berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat
kerjanya maka suatu absorbsi yang cukup merupakan syarat untuk suatu efek
terapeutik,sejauh obat tidak digunakan secara intravasal atau tidak langsung dipakai pada
tempat kerjanya. Dikatakan cukup apabila kadar obat yang telah diabsorpsi tidak
melewati batas KTM, yaitu Kadar Toksik Minimum, namun masih berada di dalam batas
KEM, yaitu Kadar Efektif Minimum (Anief, 2007).
B. Distribusi
Yaitu proses penyebaran zat aktif yang telah masuk ke peredaran darah ke seluruh tubuh,
baik secara kualitatif maupun kuantitati (Anief, 2007).
C. Metabolisme dan Ekskresi (Eliminasi).
Obat harus melalui proses metabolisme dahulu agar dapat dikeluarkan dari badan.
Dimana pada saat inilah badan berusaha merubahnya menjadi metabolit yang bersifat
hidrofil agar mudah dikeluarkan melalui sistem ekskresi, misal lewat anus, paru, kulit,
dan ginjal.

Obat pada awalnya akan menembus barrier membrane atau biasa disebut sebagai sawar
absorbsi. Sawar absorbsi yaitu batas pemisah antara lingkugan dalam dan lingkungan
luar, ialalah membrane permukaan sel. Absorpsi dan sama halnya distribusi dan ekskresi
tidak mungkin tetjadi tanpa suatu transport melalui membrane. Penetrasi senyawa melalui
membrane dapat terjadi sebagai:
 difusi (pasif murni)
 difusi terfasilitasi (melalui pembawa)
 transport aktif
 pinositosis, fagositosis, dan persorpsi.
Absorbsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Kecepatan absorpsi dan
kuosien absorpsi bergantung pada banyak faktor. Diantaranya yang terpenting adalah:
a. sifat fisikokimia bahan obat terutama sifat stereokimia dan kelarutannya
b. besar partikel dan jenis permukaan
c. sediaan obat
d. dosis
e. rute pemberian dan tempat pemberian
f. waktu kontak dengan permukaan absorbsi
g. besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi
h. nilai pH dalam darah yang mengabsorbsi
i. integritas membrane
j. aliran darah organ yang mengabsorbsi (Anief, 2007).
Cara pemberian obat, secara umum dibedakan menjadi 2 , yaitu enteral dan
parental. Pemberian obat secara enteral dilakukan dengan cara memasukan obat
lewat saluran cerna, mulai dari mulut-rektum (setiawati dkk , 2007), terdiri dari:
per oral, sublingual dan rektal. sedangkan pemberian obat secara parental
dilakukan dengan cara memasukkan obat dalam sistem sirkulasi darah, terdiri
dari : injeksi (intravena, subkutan, intramuscular, intraarteri, intratekat ) , saluran
pernafasan (acrosol) dan topical (kulit dan mata)
(wilkasion , 2008).

Anda mungkin juga menyukai