Catatan:
1. Jawaban diketik kertas A4, menggunakan huruf Times New Roman, Font 12, Spasi 1,5
Margin 3 (atas, bawah, kiri, kanan).
2. File yang dikirim dalam format PDF
3. Setiap jawaban minimal mencantumkan sumber yang relevan sebagai bahan dasar
jawaban saudara.
4. Dikumpulkan pada tanggal 18 Mei 2022 Pukul 18.00 Wita Paling lambat ke Ketua Kelas.
5. Ketua Kelas mengumpulkan semua jawaban dan dikirim ke Dosen Pengampu Mata
Kuliah pada tanggal 18 Mei 2022 Pukul 20.00 Wita dalam bentuk File RAR folder file.
Jawaban:
1. Menerapkan nilai sejarah lokal bagi:
Masyarakat: agar dapat meningkatkan kepedulian akan pentingnya kesadaran sejarah
lokal di lingkungan masyarakat. Maka cara yang bisa dilakukan adalah menjaga tradisi
yang telah diajarkan secara turun temurun dan tradisi tersebut juga harus dijaga agar tidak
terpengaruh oleh globalisasi.
Guru/Peserta didik: cara yang dapat dilakukan agar meningkatkan kepedulian akan
pentingnya kesadaran sejarah lokal guru harus paham dulu mengenai sejarah lokal dan
membagikannya kepada peserta didik. Selain itu, guru juga bisa menerapkan nilai-nilai
sejarah lokal dilingkungan sekolah.
Mahasiswa: agar dapat memiliki kesadaran sejarah lokal maka ia harus sering
mengunjungi atau mempelajari situs-situs sejarah atau tempat yang memiliki nilai
sejarah. Dan jika ia mengkaji atau mempelajari lebih dalam lagi tentang situs bersejarah
tersebut maka ia akan sadar betapa pentingnya nilai sejarah lokal bagi dirinya.
Pelajar: guru dapat mengajarkan dan menyelipkan nilai-nilai sejarah lokal dalam
pembelajaran lalu mereka dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari
2. Beberapa sejarawan profesional memahami bahwa, narasi sejarah lokal sangat populer di
kalangan orang awam. Louis Mumford menjelaskan dalam esainya tahun 1927 “Nilai
Sejarah Lokal,” bahwa sejarah lokal lebih menarik karena ini tentang kita. Keyakinan inilah
yang memberi nilai pada sejarah lokal dan membuatnya semakin menarik, karena kita
merasakan hidup kita sendiri, kehidupan nenek moyang, dan tetangga kita. Bahwa peristiwa
yang telah terjadi di wilayah tertentu, tempat kita telah menetap, sama pentingnya dengan
kehidupan orang-orang yang lebih jauh generasinya dengan kita. Jadi, penelitian dan
penulisan sejarah lokal tidak hanya dirasakan penting bagi orang yang berasal dari daerah
bersangkutan saja. Ada peristiwa yang tetap mempunyai arti lokal saja, tetapi ada pula yang
mengandung makna yang lebih luas.
3. Terdapat dua alasan kenapa penulisan sejarah lokal begitu urgen yaitu: 1) sejarah lokal
sebagai sarana untuk menggali dan menemukan serta membangun jati diri dan kepribadian
daerah (character building); 2) sejarah lokal sebagai sarana untuk membangun solidaritas
sosial (social solidarity) yang sangat diperlukan dalam pembagunan daerah. (Sumber:
Singgih Tri Sulistiyono. (2009). Penulisan Sejarah Lokal di Era Otonomi Daerah: Metode,
Masalah, dan Strategi. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/1019/1/makalah_KUDUS_2009_MSI.pdf. Diakses tanggal 18 Mei
2022 pukul 16:39 WIB)
5. Alasan kenapa sumber sejarah masih banyak diperdebatkan dan diperbicangkan adalah
karena sebagian besar sejarawan Indonesia cenderung menghubungkan konsep kesejarahan
dengan segala hal yang bersifat tertulis. Oleh sebab itu, batasan antara sejarah dan bukan
sejarah adalah tulisan, dan dalam konteks sumber sejarah maka sumber tertulis dihargai
lebih tinggi dari sumber lisan. Padahal melalui kerja sejarah lisan, wawancara yang
dilakukan mampu mendokumentasikan aspek-aspek tertentu dari pengalaman sejarah yang
cenderung hilang dalam sumber lainnya, seperti hubungan personal di dalam rumah tangga
atau kehidupan keluarga dan persepsi subjektif seseorang atau kelompok terhadap sebuah
pengalaman historis. Para penutur tidak hanya menceritakan kembali masa lalu, tetapi juga
membuat penilaian atau interpretasi sendiri terhadap masa lalu. Sementara itu, pewawancara
mampu memberdayakan setiap individu atau kelompok melalui proses mengingat dan
menginterpretasi kembali masa lalu, dengan menekankan pada nilai sebuah proses sama
banyaknya dengan prosuk sejarah. (Sumber: Miftahuddin. (2020). Metodelogi Penelitian
Sejarah Lokal. UNY Press: Yogyakarta. Hlm. 67-68).