Anda di halaman 1dari 2

MENJADI GURU ADALAH HARAPAN DAN IMPIANKU

Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.I

Guru Akidah Akhlak

Guru adalah sebuah sebutan yang sangat mulia menurutku, karna guru harus bisa di
GUGU dan di TIRU (Bhs Jawa) yang mempunyai arti bisa di dengar nasehatnya dan bisa
dicontoh atau di teladani tindak tanduk serta akhlaknya.

Berawal dari pemahaman yang sederhana ini, saya berharap dan bermimpi bisa menjadi
seorang guru karna saya sadar dengan kekurangan yang saya miliki, saya tipe orang yang tidak
berbuat jika tidak di paksa. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah pada tahun 1999 saya mulai
mengajar di salah satu TK MUSLIMAT NU di Kabupaten Lumajang, yang menjadi cikal bakal
saya menjadi seorang guru.

Singkat cerita, tepat pada tanggal 15 September 2008, suami mendapat tugas mengajar
dari PP Assunniyyah Kencong Jember untuk mengabdi dan mengajar di salah satu Pesantren di
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser, kamipun ikut dalam pengabdian beliau untuk
menjalankan tugas.

Setelah 4 tahun lamanya kami dalam lingkungan Pesantren, maka muncul keinginan
untuk mandiri berjuang di tengah tengah masyarakat dengan memulai dari hal kecil yaitu
mengelola Majlis Ta’lim dan TPA (Taman Penddiikan Al Qur’an) di rumah. Hari demi hari saya
jalani dengan suka ria mengajar dan mendidik santri santri kecil kami, hingga pada suatu hari
datang tamu yang menawarkan dan mengajak kami gabung di sekolah unggulan MAN Insan
Cendekia Paser. Awalnya saya menolak karna saya sadar, kami bukan apa apa dan bukan siapa
siapa, kami hanya lulusan pesantren yang belum terbiasa dengan dunia akademik.

Setelah melaui proses panjang dengan segala lika liku yang harus kami jalani, termasuk
meminta nasehat kyai murobbir ruh kami, KH. Syadid Jauhari maka kami memutuskan untuk
ikut prosedur bergabung di MAN IC Paser

Tepat pada tanggal 2 November 2015 kami terima SK sebagai pembina asrama. Berawal
dari pembina asrama saya terus berusaha menata hati untuk luruskan niat dengan terus belajar
menjadi teman, menjadi orang tua serta menjadi sahabat bagi para santri. Tidak ada sesuatu yang
paling menyenangkan dan membahagiakan kecuali saat saya bisa melayani, membantu serta
menyelesaikan masalah para santri di asrama.

Selain sebagai pembina asrama yang di percaya untuk mengampu materi kepesantrenan
di malam hari, kami juga di perbantukan untuk mengajar di pagi hari, awalnya saya mengajar
fikih dan suami mengajar akidah akhlak, namun sejak tahun ajaran 2017/2018 kami ditukar dan
kamipun berkesempatan untuk ikut PLPG (PPG saat ini) dan atas izin Allah kami lulus di tahun
yang sama. Satu hal yang paling luar biasa dan selalu saya ingat adalah nilai kebersamaan dan
kekeluargaan dalam proses merintis madrasah unggulan di wilayah Kalimantan Timur.

Kesan terindah saya saat di MAN IC Paser adalah saat santri Angkatan pertama dan
kedua menggelar kegiatan pentas seni di lapangan RKB, ada acara pemberian reward kepada
para guru, dan tidak di sangka nama saya terpanggil sebagai guru terkasih dan suami sebagai
guru tercare. Bukan rasa bangga yang saya rasakan saat itu tapi justru sebaliknya, saya merasa
hal ini justru merupakan amanah yang berat yang harus saya perjuangkan untuk mewujudkan
impian dan harapan menjadi seorang guru yang bisa membimbing, mendidik dan mengarahkan
dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Semoga Allah ridho dengan segala upaya yang ada serta menjadikan semua sebagai
media dakwah. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai