Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

TEORI MYASTHENIA GRAVIS


A. PENGERTIAN
Myasthenia gravis (MG) adalah penyakit kelemahan otot grave dengan
karateristk remisi dan eksarbasi. MG adalah penyakit kronis, neuromuskular,
autoimun yang bisa menurunkan jmlah dan aktifitas reseptor Acethylcholine
(ACH) pada Neuromuscular Junction.
B. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, neurotransmiter Ach dilepaskan neuromuscular
junstion, menyebar melalui celap sinap dan bergabung denga reseptor Ach pada
membran pasca sinap dari serabut otot. Hal ini b=merubah permeabilitas
membran terhadap kalium dan natrium, sehingga terjadi depolarisasi. Bila sudah
mencapai depolarisasi maka potensial aksi akan terjadi bersamaan dengan
terpencarnya sarkolema yang menimbulkan kontraksi serabut otot. ACH
dihancurkan oleh enzim Acethylcolinesterease setelah terjadi pengiriman menuju
neuromuscular junction. Patologi utama kelainan MG adalah ketidakmampuan
menyebarkan rangsang saraf ke otot skeletal pada neuromuscular junction,
kelainan terlihat akibat kekurangan Ach yang dilepaskan dari terminal membran
sebelum sinap atau karena adany a penurunan jumlah normal reseptor Ach.
Kemungkinan diakibatkan adanya cidera pada autoimmune. Pada skitar 60-90%
orang menderita MG dan bayi dengan neunatal myasthenia pada protein reseptor
Ach terdapat antibodi. Antibodi ini tidak bertambatan dengan reseptor Ach pada
membaan pasca sinap.
Tidak ada metunjuk yang jelas apakah MG termasuk dalam penyakit saraf
pusat atau perifer. Penampilan otot secara mikroskopis biasa tanpa adanya atropi.
Secara mikroskopis infiltrasi limposit dapat terlihat dalam otot-otot dan organ
lain dengan menggunakan mikroskop, tetapi penemuan ini tidak tetap.
Kelenjar timus sering abnormal. Tumor kelenjar timusatau timoma,
diperkirakan telah terjadi 15% kasus dan yang menujukkan hiperplasia pada
timus sekitar 80% kasus. Belum diketahui secara pasti apa yang sebenarnya
peranan thymus. Tetapi diperkirakan sebagai stimulus antigenik yang
memproduksi anti Ach reseptor antibodi, dan ada juga hubungan yang sangat erat
antara MG dengan hpertiroidism
C. ETIOLOGI
Meskipun faktor presipitasi masih belum jelas, tetapi menurut penelitian
menunjukkan bahwa kelemahan myasthenic diakibatkan dari sirkulasi anti-bodi
ke reseptor Ach. Menurut hipotesis bahwa sel-sel myoid ( sel-sel thymus yang
menyerupai sel-selo otot skeletal ) sebagai tempat yang paling terjangkit
penyakit. Virus bertanggung jawab terhadapt cidera sel-sel ini, yang manan
menyebabkan pembentukan antibodi. Penelitian lain mengemukakan bahwa
lymphocytic thymic dari orang yng mengidap MG dapat mensintensa Ach
reseptor Antibodi (Achrab) kedalam vitro dan vivo yang mennimbulkan
perbedaan mode thymic yang dipengaruhi.
D. KLASIFIKASI
Menurut oscerman penyakit myasthenia Gravis dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
1. Kelas I : myasthenia ocular.
 Ptosis dan diphlopia (penglihatan ganda )

 Ringan, tidak menimbulkan kematian.


2. Kelas IIA : myasthenia umum ringan dengan lambat.
 Berkembangan

 Tidak gawat.

 Responsis terhadap otot.

 Tingkat kematian rendah.


3. Kelas IIB : myasthenia umum sendang.
 Beberaapa skeletal dan bulbar rusak.

 Tidak gawat.

 Kurang respon terhadap obat-obatan.

 Mortalitas rendah.
4. Kelas III : myasthenia fluminan.
 Perkembangan penyakit cepat dengan terjadi krisis
resporatory.
 Reaksi terhadap obat tidak baik.
5. Kelas IV : myasthenia berat akhir.
 Berkembang selama 2 tahun dari ke kelas I ke kelas
II.
 Tidak baik dalam merespon pengobatan.

 Mortalitas tinggi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis myasthenia meliputi gravis meliputi :
1. Kelelahan
2. Wajah tanpa ekspresi.
3. Kelemahan secara umum, khususnya pada wajah, rahang, leher, lengan,
tangan dan atau tungkai. Kelemahan meningkat pada saat pergerakan.
4. Kesulitan dalam mengangkat lengan diatas kepala atau meluruskan jari.
5. Kesulitan menelan
6. Kesulitan mengunyah.
7. Kelemahan, nada tinggi suara lembut.
8. Ptosis dari satu atau kedua kelopak mata.
9. Kelumpuhan okular.
10. Diplopia.
11. Ketidakmampuan berjalan dengan tumit, namun berjalan denga jari kaki.
12. Kekuatan makin menurun sesuai dengan perkembangan.
13. Inkontinensia stress.
14. Kelemahan pada shincher anal.
15. Pernafasan dalam, menurun kapasitas vital, penggunaan otot-otot aksori.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis klien myasthenia gravis meliputi :
1. Pembedahan.
2. Plasmapharesis.
3. Thymectomy.
4. Tracheosthomy
G. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan : kelemahan otot (meningkat dengan mengerahan
tenaga, membaik bila istirahat, tiba-tiba cepat lelah) : kesulitan menelan dan
mengunyah, diplopia, tumor kelenjar timus.
2. Pemeriksaan fisik : kelemahan motorik pada lengan dan tungkai kesulitan
senyum, mengunyah, menelan, berbicara lambat, disartrik, ptosis, gangguan
keseimbangan, status pernafasan.
3. Psikososial : usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran, dan tanggung jawab yang
bisa dilakukan, penerimaan terhadap kondisisi, koping yang biasa digunakan,
status ekonomi dan penghasilan.
4. Pengetahuan kilen dan keluarga : pemahaman tentang penyakit, komplikasi,
prognosa dan pengobatan, kemampuan membaca dan belajar.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Pola bernafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan aspirasi.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
5. Ketidakmampuan dalam aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
7. Resiko cedera berhubungan dengan tidak sempurnanya penutupan kelopak
mata.
8. Perubahan persepsi sensorik : penglihatan berhubungan dengan kelemahan
penglihatan pada mata.
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot.
10. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot, kelelahan, gangguan saluran pencernaan.
11. Perubahan dalam eliminasi feses : konstipasi, diare berhubungan dengan efek
samping dari terapi obat, immobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto. 2013 keperawatan medical bedah gangguan system saraf. Jakarta.


CV sagung seto

Widagdo wahyu, S.KP, M. Kep, Sp. Kom Dkk. 2008. Asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan system persarafa.. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai