Tidak gawat.
Tidak gawat.
Mortalitas rendah.
4. Kelas III : myasthenia fluminan.
Perkembangan penyakit cepat dengan terjadi krisis
resporatory.
Reaksi terhadap obat tidak baik.
5. Kelas IV : myasthenia berat akhir.
Berkembang selama 2 tahun dari ke kelas I ke kelas
II.
Tidak baik dalam merespon pengobatan.
Mortalitas tinggi.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis myasthenia meliputi gravis meliputi :
1. Kelelahan
2. Wajah tanpa ekspresi.
3. Kelemahan secara umum, khususnya pada wajah, rahang, leher, lengan,
tangan dan atau tungkai. Kelemahan meningkat pada saat pergerakan.
4. Kesulitan dalam mengangkat lengan diatas kepala atau meluruskan jari.
5. Kesulitan menelan
6. Kesulitan mengunyah.
7. Kelemahan, nada tinggi suara lembut.
8. Ptosis dari satu atau kedua kelopak mata.
9. Kelumpuhan okular.
10. Diplopia.
11. Ketidakmampuan berjalan dengan tumit, namun berjalan denga jari kaki.
12. Kekuatan makin menurun sesuai dengan perkembangan.
13. Inkontinensia stress.
14. Kelemahan pada shincher anal.
15. Pernafasan dalam, menurun kapasitas vital, penggunaan otot-otot aksori.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis klien myasthenia gravis meliputi :
1. Pembedahan.
2. Plasmapharesis.
3. Thymectomy.
4. Tracheosthomy
G. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan : kelemahan otot (meningkat dengan mengerahan
tenaga, membaik bila istirahat, tiba-tiba cepat lelah) : kesulitan menelan dan
mengunyah, diplopia, tumor kelenjar timus.
2. Pemeriksaan fisik : kelemahan motorik pada lengan dan tungkai kesulitan
senyum, mengunyah, menelan, berbicara lambat, disartrik, ptosis, gangguan
keseimbangan, status pernafasan.
3. Psikososial : usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran, dan tanggung jawab yang
bisa dilakukan, penerimaan terhadap kondisisi, koping yang biasa digunakan,
status ekonomi dan penghasilan.
4. Pengetahuan kilen dan keluarga : pemahaman tentang penyakit, komplikasi,
prognosa dan pengobatan, kemampuan membaca dan belajar.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Pola bernafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan aspirasi.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
5. Ketidakmampuan dalam aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
7. Resiko cedera berhubungan dengan tidak sempurnanya penutupan kelopak
mata.
8. Perubahan persepsi sensorik : penglihatan berhubungan dengan kelemahan
penglihatan pada mata.
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot.
10. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot, kelelahan, gangguan saluran pencernaan.
11. Perubahan dalam eliminasi feses : konstipasi, diare berhubungan dengan efek
samping dari terapi obat, immobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Widagdo wahyu, S.KP, M. Kep, Sp. Kom Dkk. 2008. Asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan system persarafa.. Jakarta : TIM