Anda di halaman 1dari 3

a.

Hubungan Siswa - Pengawas sebagai Proses Pembelajaran

Fungsi utama pengawasan dari semua jenis adalah kepemimpinan, ditambah dorongan dan pengakuan
kepemimpinan pada orang lain, baik pada staf profesional atau di antara masyarakat peserta (Burton
dan Brueckner, 1995). Di sisi lain, Phillips dan Pugh (2000) dan Zuber-Skerrit (1994) menyarankan
penyelia untuk bertindak sebagai panutan. Frischer dan Larsson (2000) menggambarkan tiga pola
kepemimpinan yang berbeda, yang mereka sebut demokratis, otoriter dan laissez-faire. Pemimpin yang
demokratis ditandai dengan dorongannya untuk berdiskusi dalam kelompok dan keputusan kelompok
dalam pilihan kegiatan. Dia peduli kepada para siswa dengan memeriksa mereka prestasi dan
mengomentari mereka. Pemimpin otoriter membuat keputusan besar untuk kelompok sendirian dan
menunjukkan apa yang harus dilakukan. Pemimpin laissez-faire menyediakan para siswa kebebasan
penuh untuk bertindak, membagikan materi tetapi sebagian besar menghindari berpartisipasi dalam
pekerjaan dan memeriksa dan tidak mengevaluasi dan mengomentari pekerjaan mereka, kecuali saat
ditanya. Itu pemimpin otoriter ditemukan untuk mencapai jumlah pekerjaan yang lebih besar, yang
demokratis lebih besar kualitas kerja, sementara kepemimpinan laissez-faire menghasilkan kuantitas
dan kualitas kerja yang rendah. Proses pengawasan adalah proses belajar dimana siswa.

b. Teori Pengembangan Siswa

Teori berfungsi sebagai panduan dan kerangka kerja dan seseorang dapat memahami bagaimana siswa
berkembang dan berkembang pengawas penelitian bagaimana membantu mereka berkembang. Teori
pengembangan siswa paling sering berdasarkan teori psikologis yang telah diterapkan pada usia
universitas tradisional populasi (Evans, Forney dan Guido-DiBrito, 1998). Secara umum ada empat jenis
teori dalam pengembangan siswa: (1) Teori Psikososial; (2) Teori Kognitif-struktural; (3) Teori Interaktif
Lingkungan; dan (4) Teori Eksistensi Humanistik.

c. Teori Perkembangan Identitas Chickering

Teori Perkembangan Identitas Chickering berkisar pada tujuh vektor siswa pengembangan. Menurut
Chickering & Reisser (1993), vektor melambangkan arah dan besarnya perkembangan siswa. Tujuh
Vektor pengembangan siswa, sebagaimana diteorikan oleh Chickering, termasuk Developing
Kompetensi, Mengelola Emosi, Bergerak melalui Otonomi menuju Interdependensi,Mengembangkan
Hubungan Interpersonal yang Dewasa, Membangun Identitas, Mengembangkan Tujuan dan
Mengembangkan Integritas. Setiap vektor dibangun berdasarkan vektor sebelumnya dan terdiri dari
berbeda karakteristik dan perasaan, emosi dan tugas yang mewakili peningkatan perkembangan
bersama kontinum. Siswa bergerak melalui vektor-vektor ini dengan kecepatan yang berbeda, vektor
dapat berinteraksi satu sama lain dan siswa sering menemukan diri mereka memeriksa kembali masalah
yang terkait dengan vektor mereka sebelumnya telah bekerja. Meskipun tidak berurutan kaku, vektor
membangun masing-masing lainnya, mengarah pada kompleksitas, stabilitas, dan aspek intelektual
pembangunan yang lebih besar (Chickering dan Reisser, 1993).

Aspek Perkembangan
Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek fisik dan motorik, berkaitan dengan perkembangan fisik dan
motorik, Kuhlen dan Thompson menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek
(Hurlock dalam Retno, 1995), yakni: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan
proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek lainnya, yakni
intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yan akan mempengaruhi perkembangan motorik,
Keempat, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru.

Aspek perkembangan kedua yakni, aspek kognitif atau intelektual, perkembangan kognitif berkaitan
dengan potensi intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan memecahkan
masalah.

Aspek perkembangan ketiga yakni, aspek perkembangan sosial, perkembangan sosial individu ditandai
dengan pencapaian kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi
dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Retno Pangestuti,
2013).

Aspek perkembangan anak keempat yaitu aspek perkembangan bahasa, menurut para ahli, bahasa
merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan)
dengan menggunakan simbolsimbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai berdasarkan
urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam
suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).

Aspek perkembangan kelima yakni, aspek perkembangan emosi. Menurut Retno (2013), emosi adalah
perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari
perasaan senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

Aspek perkembangan keenam yakni aspek kepribadian dan seni, kata kepribadian dalam bahasa asing
disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau
seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan
memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982).

Aspek perkembangan ketujuh yakni, aspek pekembangan moral dan penghayatan agama. Istilah moral
berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat,
kebiasaan dan tatacara kehidupan (Retno, 2013).

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Pertama, faktor genetik/hereditas merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan individu. Hereditas sendiri dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orang tua. Kedua, faktor lingkungan (nurture), lingkungan merupakan faktor eksternal
yang turut membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu (Retno, 2013).
Prinsip model pembelajaran induktif kata bergambar dilihat dari dimensi sistem sosial kegiatan peserta
didik adalah secara individu mengerjakan tugas secara kelompok. Peserta didik diharapkan terampil
membaca, menulis, dan berbicara. Kegiatan peserta didik dalam pembelajaran membaca di kelas
peserta didik adalah membaca buku dilanjutkan menulis ringkasan.

Prinsip model pembelajaran induktif kata bergambar dilihat dari dimensi peran guru adalah guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran membaca adalah menyusun Rencana Pembelajaran berdasarkan
Silabus, pemilihan bahan bacaan yang sesuai untuk pembelajaran membaca guru menyusun teks bacaan
sendiri, media perlu disiapkan dalam pembelajaran membaca media teknologi dan komunikasi, metode
yang dapat dimanfaatkan dalam menyampaikan pembelajaran membaca secara kooperative adalah drill
dan diskusi kelompok, kegiatan pembelajaran membaca secara kooperative berupa panduan peserta
didik, ketika kelompok peserta didik mengerjakan tugas, kegiatan guru adalah membimbing secara
kelompok, agar peserta didik membaca secara efektif. Sistem pendukung media dalam pembelajaran
membaca secara kooperative dapat berupa kartu bacaan, media kartu bacaan yang dapat membantu
kegiatan membaca secara kelompok berupa teks bacaan, kartu tugas, kartu petunjuk tugas, kunci
jawaban, media kartu yang disukai peserta didik apabila terbuat dari kertas warna-warni, sumber
bacaan dalam pembelajaran membaca berasal dari guru mengarang sendiri, bahan bacaan yang akan
dipergunakan dalam pembelajaran membaca yang menarik perhatian peserta didik apabila ditulis dalam
bentuk kartu warna-warni.

Anda mungkin juga menyukai