berbeda.
Bagian Satu atau Part I buku ini membahas tentang Homo sapiens menaklukan dunia
Manusia mulai menyadari segala sesuatu sebagai sebuah algoritma. Algoritma sendiri
merupakan rangkaian kode yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Misalnya jika ingin
membuat kue, maka algoritmanya memerlukan rangkaian langkah-langkah seperti
mencampur bahan, mengaduk, mencetak dan memanggang. Dunia kemudian dianggap
sebagai sebuah algoritma yang bisa dikuasai manusia dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk menaklukannya.
Manusia dengan segala kemajuan ilmu pengetahuannya kemudian menjadi sombong dan
mendominasi dunia. Bahkan, seperti yang digambarkan penulis, manusia saat ini merasa
lebih adidaya dibanding Tuhan.
Ketika doa dan puja-puji dianggap belum tentu memberikan secara nyata/berwujud/materil
apa yang diinginkan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjanjikan suatu kepastian
hasil, terlepas dampaknya terhadap dunia (dan kaum manusia itu sendiri).
Penulis juga menjabarkan pengembangan senjata biologis dan senjata data yang
dikembangkan untuk mengontrol dunia. Konspirasi atau bukan, Harari menjabarkan logika
'persenjataan' ini secara masuk akal.
Bagian Dua atau part II buku ini membahas tentang Homo sapiens memberi makna
bagi dunia
Humanisme atau manusia menyembah manusia lain, menjadi pokok pembahasan dalam
bagian ini. Dunia sebenarnya tidak memiliki makna, manusia lah yang memberikan makna
sehingga kita ada di dunia yang kita kenal saat ini.
Satu analogi ketika Harari menyamakan Firaun dengan Elvis Presley. Bagaimana manusia
dulu memuja Firaun bagai Tuhan, melakukan apa yang disuruh olehnya, bahkan memujanya
ketika dia sudah wafat. Pemujaan berlebihan manusia terhadap manusia lain memberikan
makna tertentu bagi si pemuja, bahkan aktivitas hidup dan pilihan-pilihan manusia itu
ditentukan oleh 'Tuhan"nya.
Ternyata ribuan tahun setelah Firaun, manusia masih melakukan hal yang kurang lebih sama
dengan pemujaan terhadap (misalnya) bintang pop, idola atau tokoh politik kesayangan.
Teknologi dan media sosial saat ini bahkan memungkinkan manusia untuk mengikuti gerak-
gerik idolanya tiap saat, Kedokteran abad ke-20 bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit,
sedangkan kedokteran abad ke-21 bertujuan untuk memperbarui orang sehat. Anda sebagai
orang tua bisa saja memiliki prinsip dan menolak memberikan (misalnya) 'suplemen' untuk
membuat anak anda menjadi lebih pintar bahkan jenius, namun apa yang terjadi ketika anak-
anak lain menjadi jenius karena diberikan suplemen itu dan anak anda 'tertinggal'? Masihkah
anda akan berprinsip yang sama?
Buku ini menjabarkan bahwa gambaran hipotesis situasi tersebut mungkin tidak lama lagi
bisa terjadi di dunia kita sekarang. Intinya, manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik,
terhebat, teratas, terdepan, bagaimanapun caranya.
Selain 'pembaruan' terhadap manusia, teknologi juga memberikan kemungkinan tak terbatas
pada pengembangan Artificial Inteligence (AI). AI digambarkan sebagai pedang bermata dua.
Manusia diharapkan untuk tetap bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu. Namun, dari
hari ke hari hal ini akan terasa makin sulit untuk dilakukan.
Di saat manusia makin terlena karena kemudahan teknologi, robot sedang belajar. Apa yang
dipelajari? Tidak lain adalah data yang kita (dengan senang hati) berikan kepada komputer,
tablet, smartphone yang secara global terhubung melalui keajaiban internet. Algoritma
individu unik yang membuat kita sebagai kita menjadi bebas untuk diakses siapapun, sadar
tidak sadar, suka maupun tidak.
Bagian Ketiga -- Homo sapiens kehilangan kendali
Sebenarnya sudah bisa diduga ketika manusia memilih mengedepankan teknologi dan
mengesampingkan norma dan etika, maka kekacauan lah yang akan terjadi. Bagian ini
memberikan gambaran Harari tentang bagaimana kiranya kekacauan dan hilangnya kendali
itu bisa terjadi.
Kedokteran abad ke-20 bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, sedangkan kedokteran
abad ke-21 bertujuan untuk memperbarui orang sehat. Anda sebagai orang tua bisa saja
memiliki prinsip dan menolak memberikan (misalnya) 'suplemen' untuk membuat anak anda
menjadi lebih pintar bahkan jenius, namun apa yang terjadi ketika anak-anak lain menjadi
jenius karena diberikan suplemen itu dan anak anda 'tertinggal'? Masihkah anda akan
berprinsip yang sama?
Buku ini menjabarkan bahwa gambaran hipotesis situasi tersebut mungkin tidak lama lagi
bisa terjadi di dunia kita sekarang. Intinya, manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik,
terhebat, teratas, terdepan, bagaimanapun caranya.
Selain 'pembaruan' terhadap manusia, teknologi juga memberikan kemungkinan tak terbatas
pada pengembangan Artificial Inteligence (AI). AI digambarkan sebagai pedang bermata dua.
Manusia diharapkan untuk tetap bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu. Namun, dari
hari ke hari hal ini akan terasa makin sulit untuk dilakukan.
Di saat manusia makin terlena karena kemudahan teknologi, robot sedang belajar. Apa yang
dipelajari? Tidak lain adalah data yang kita (dengan senang hati) berikan kepada komputer,
tablet, smartphone yang secara global terhubung melalui keajaiban internet. Algoritma
individu unik yang membuat kita sebagai kita menjadi bebas untuk diakses siapapun, sadar
tidak sadar, suka maupun tidak.
Akhir buku ini menjabarkan 'ramalan' Harari bahwa manusia sedang menuju kehancurannya
sendiri. Manusia lah yang akan menjadi sumber kehancuran manusia (dan makhluk hidup)
lainnya. Tentunya, seperti sifat ramalan, kebenaran ramalan ini ditentukan oleh sikap manusia
saat ini.
BAB III
PEMBAHASAN
E. ANALISIS CBR
1. Kelebihan Buku
Adapun kelebihan dari buku ini adalah sebagai berikut:
2. Kekurangan Buku