Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KIMIA KOLOID
DAN ANTAR
MUKA

PHARMACEUTI
CALS

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka

Dosen Pengampu:
Dr. Yusnaidar,
S.Si., M.Si
Disusun Oleh

KELOMPOK
XIII
1. SINTA MARLIYA (A1C119002)

2. YIYIN NOVELA
(A1C119062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. 

Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si sebagai
dosen pengampu pada mata kuliah kimia koloid dan antar muka yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunna makalah ini. 

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.

Jambi, 26 Maret 2022

Kelompok XIII

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan komoditi kesehatan yang strategis karena sangat diperlukan


oleh masyarakat. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat dan biaya obat
secara mandiri merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 60-70% dari total biaya
pengobatan (Fatokun, 2011; Hassali, 2012). Obat-obatan memainkan peran yang
semakin penting dalam masyarakat dan berkontribusi dalam mengendalikan biaya
kesehatan masyarakat (Aramburuzabala P, 2013). Oleh karenanya, ketersediaan obat
baik dari sisi kuantitas maupun kualitas harus dapat dijamin oleh pemerintahan
(BPOM, 2012). Obat ibarat dua sisi mata uang, dimana satu sisi bisa bekerja sebagai
obat, sebaliknya disisi lain juga bisa bekerja sebagai racun, tergantung kepada takaran
(dosis) yang digunakan. Artinya setiap obat memiliki rasio manfaat dan resiko yang
berbeda-beda dan batasan ini menjadi tolak ukur keamanan dari suatu obat. Oleh
sebab itu, penggunaan obat harus hati-hati apalagi untuk anak-anak. Anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa mempunyai respons yang berbeda terhadap
pemberian obat. Hal ini disebabkan oleh organ fisiologis anak belum berkembang
sempurna sehingga kerja obat dan profil farmakokinetika obat pada anak akan
berbeda dengan orang dewasa. Begitu juga dengan masalah bentuk sediaan obat yang
tepat untuk anak tidak tersedia, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemberian
dosis obat. Kesemuanya itu, berpotensi terjadinya insiden obat pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :


1. Apa yang disebut dengan Obat?
2. Apa saja jenis dan macam dari Obat?
3. Bagaimana cara pembuatan obat yang baik?
4. Bagaimana Dosis, standard, resep dan reaksi dari Obat?
5. Apa saja manfaat dari Obat?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1. Mengetahui jenis dan macam dari obat
2. Mengetahui cara pembuatan obat yang baik
3. Dapat mengetahui manfaat, dosis, standard, resep dan reaksi dari obat
5
6

BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses proses penyakit dan atau menyembhkan penyakit.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.
Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah
melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir
inilah yang lazim dikenal sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
Obat merupakan salah satu komiditi dalam bidang kesehatan yang penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Permenkes 87 Tahun
2013,Obat adalah bahan atau paduan bahan- bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Maka dari itu obat merupakan komponen
penting yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat haruslah bermutu
dan aman digunakan serta harganya terjangkau masyarakat umum.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2) Macam-Macam Obat

Adapun macam-macam obat adalah :


1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna
hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat
berkhasiat, indikasi, dosisi dan aturan pakai, nomor batch, nomor
registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara penympanannya.

2) Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas
terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan
diberi batas dan pada kemasan ditandai denan lingkaran hitam
mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada
tanda peringatan P. No. 1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan
etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.

3) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter, dimana pada pada bungkus luarnya diberikan tanda bulatan dengan
lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K”
7
yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat

8
yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parental baik
dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan.

4) Obat Narkotika dan Psikotropika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.

3) Jenis-Jenis Obat

1) Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar.

2) Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama,


dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.Contohnya adalah puyer.

9
3) Tablet (compressi)

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam


bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

10
a. Tablet salut film
Tablet konvensional dapat disalut dengan lapisan film yang terbentuk dari
polimer atau campuran polimer agar mudah ditelan, terlindung dari pengaruh
cahaya atau kelembaban, terlindung dari pengaruh asam lambung, dan
mengontrol laju pelepasan obat. Contoh polimer yang digunakan untuk salut
film antara lain hidroksipropilmetilselulosa, hidroksipropilselulosa, dan
Eudagrit E100.
b. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan polimer yang tidak larut
dalam kondisi asam (di dalam lambung), namun lapisan penyalut tersebut akan
terlarut dalam kondisi cairan yang bersifat alkali pada usus halus (pH > 4).
Polimer salut enterik dapat menahan pelepasan obat pada lambung sehingga
dapat melindungi obat-obat yang dapat mengalami degradasi pada kondisi
asam (misalnya eritromisin) atau mengiritasi mukosa lambung (NSAID).
Polimer yang dapat digunakan untuk tujuan
tersebut antara lain selulosa asetat ftalat, hidroksipropil metil selulosa suksinat,
dan ko-polimer asam metakrilat (Eudragit®).
c. Tablet Salut Gula
Tablet konvensional disalut dengan lapisan gula konsentrat untuk
meningkatkan penampilan tablet dan menutupi rasa yang pahit dari obat.
Penggunaan salut gula pada tablet konvensional ditujukan untuk alasan yang
sama seperti penggunaan salut film.
Tablet salut gula secara umum terdiri dari tablet inti yang mengandung obat,
dan lapisan yang dideposisikan pada permukaan tablet. Lapisan tersebut terdiri
dari sirup, shellac, dan talk. Tablet salut gula umumnya mengalami
peningkatan bobot sekitar 100%-300%. Penggunaan salut gula saat ini sudah
mulai menurun disebabkan semakin berkembangnya teknik salut film.

11
Gambar 2.1 Tablet salut gula
https://cf.shopee.co.id/file/ec812748ac55878143f01b458ef06fda
d. Tablet kunyah
Tablet kunyah adalah tablet yang ditujukan untuk dikunyah dalam rongga
mulut (bukal) sebelum ditelan. Aplikasi bentuk sediaan ini bertujuan untuk
pasien anak-anak dan dewasa yang mengalami kesulitan menelan tablet
konvensional. Selain itu,
tablet kunyah juga digunakan pada formulasi tablet antasida. Hal ini
disebabkan efikasi netralisasi tablet pada lambung sangat berkaitan dengan
ukuran partikel, sehingga tablet perlu dikunyah terlebih dahulu menjadi granul
kemudian ditelan. Tablet kunyah umumnya diformulasi dengan menggunakan
pengisi mannitol dan flavor untuk meningkatkan aseptabilitas tablet saat
dikunyah. Desain pengembangan sediaan ini tidak dianjurkan apabila bahan
obat memiliki permasalahan dengan aseptabilitas rasa.

4) Pil (pilulae)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan


obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang
ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan
pada seduhan jamu.

12
5) Kapsul (capsule)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih
kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang
lebih besar.
e. Mudah ditelan

6) Kaplet (kapsul tablet)

Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak,


bentuknya oval seperti kapsul.

7) Larutan (solutiones)

Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam
golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).

13
8) Suspensi (suspensiones)

Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut


terdispersi dalam fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral
(juga termasuk susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit)
suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi
sirup kering.

14
9) Emulsi (elmusiones)

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem


dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

10) Galenik

Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.

11) Ekstrak (extractum)

Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi


zat dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut
yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang ditetapkan.

12) Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia


nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.

13) Imunoserum (immunosera)


15
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang
diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan
toksin kuman (bisa ular0 dan mengikut kuman/virus/antigen.

14) Salep (unguenta)

Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal


pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat
harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

16
15) Suppositoria

Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang


diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan local, untuk memudahkan defekasi serta mengobati
gatal,iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik, untuk aminofilin dan teofilin untuk
asma,klorpromazin untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan
hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

16) Obat tetes (guttae)

Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi,


dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope
indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat
dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae
nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17) Injeksi (injectiones)

Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau


serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan
17
melalui mulut.

4) Cara Pembuatan Obat Yang Baik

CPOB atau Cara Pembuatan Obat yang Baik merupakan bagian dari
sistem pemastian mutu (Quality Asurance/ QA) yang mengatur dan

18
memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten
sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaan produk disamping persyaratan
lainnya (misalnya persyaratan izin edar), sehingga produk tersebut aman
dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat. Penerapan CPOB di industri
farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses
produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa manusia.
Ruang lingkup CPOB meliputi manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi
dan alat kesehatan. Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap
tahap dalam proses produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process
Control (IPC). Setiap penerimaan bahan awal baik bahan baku dan bahan
kemas terlebih dahulu diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasinya.
Bahan-bahan tersebut harus selalu disertai dengan Certificate of Analisis (CA)
yang dapat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Produksi hendaklah
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi
ketentuan CPOB yang senantiasa dapat menjamin produk obat jadi dan
memenuhi ketentuan izin pembuatan serta izin edar (registrasi) sesuai dengan
spesifikasinya.
Dalam proses pembuatan obat dibutuhkan bahan baku obat yang
berkualitas. Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif)
maupun tidak berkhasiat (zat nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan
tersebut masih terdapat dalam produk ruahan. Bahan baku obat dapat berasal
dari alam (tumbuhan dan hasil laut) maupun dari bahan sintetik.

19
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi

1) Pengadaan Bahan Awal

Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa hendaklah dicatat yang berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluarsa .

2) Pencegahan Pencemaran Silang

Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap


pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran silang ini dapat
timbul akibat tidak terkendalinya debu, uap, percikan atau organisme dari bahan
atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian
kerja operator. Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis
atau pengaturan yang tepat.

3) Penimbangan dan Penyerahan

Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum
kadaluarsa yang boleh diserahkan.

4) Pengembalian

Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang


penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar.

20
5) Pengolahan

Semua bahan yang dipakai didalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum


dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan
dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan
hendaklah

21
dilaksanakan mengikusi prosedur yang tertulis, tiap penyimpangan
hendaklah dilaporkan, dan semua produk antara hendaklah diberi label
yang benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan
mutu .

6) Kegiatan Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi


produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian
yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas serta dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk.

7) Pengawasan Selama Proses


Produksi

Pengawasan selama proses hendaklah mencakup :


a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada
saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
b. Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam
prosedur pengemasan induk.

8) Karantina Produk Jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

22
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan memenuhi
semua spesifikasi yang ditentukan.

5) Mekanisme Kerja Surfaktan


Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik
akan masuk kedalam larutan yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan
masuk kedalam bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat
menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa
yang seharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung
pada komposisi dari komposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik
lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan
jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarut dalam
lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan. Bagian liofilik
molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari
persenyawaan hidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh maupun
tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti
gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener, hidroksil, amina bebas,
eter, ester, amida.Biasanya, perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik
dapat diberi angka yang disebutkeseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang
disingkat KHL, dari surfaktan.

23
Gambar 2.2 Cara kerja surfaktan
https://yulianusi.files.wordpress.com/2013/04/how_surfactants_work1.jpg

Surfaktan biasa digunakan pada beberapa sediaan seperti emulsi yang terdiri
dari fase air dan fase minyak yang sukar bercampur. Untuk mencampurkan kedua
fase tersebut, maka tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak harus
diturunkan. Turunnya tegangan permukaan terjadi karena masuknya surfaktan ke
dalam fase air dan fase minyak. Surfaktan memiliki bagian kepala yang bersifat
menyukai air atau hidrofilik sehingga bagian kepala tersebut masuk ke fase air,
surfaktan juga memiliki bagian ekor yang bersifat tidak menyukai air atau hidrofobik
sehingga bagian ekor tersebut masuk ke fase minyak. Interaksi kepala dan ekor
surfaktan dengan dua fase tersebut menyebabkan penurunan tegangan permukaan
antar fase.
Ketika bagian-bagian dari surfaktan masuk ke dalam fase air dan fase minyak
sesuai ketertarikannya maka molekul surfaktan akan diserap atau diadsorpsi lebih
kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila bagian kepala yang lebih
menyukai fase air lebih dominan. Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga dapat menyebar dengan lebih mudah. Sebaliknya, jika
bagian ekor yang lebih menyukai fase minyak lebih dominan maka molekul-molekul
surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air dan
menyebabkan tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar.
Di bidang Farmasi sendiri Surfaktan berpengaruh pada sediaan cair suspensi
yaitu pada system dispersi dan flokulasi. Dalam suspensi, dispersi partikel padatan
dalam suatu larutan dimana padatan tersebut bersifat tidak larut maka distabilkan
dengan menggunakan lapisan surfaktan ( suspending agent ) pada antar muka antara
dua fasa yang menghasilkan pembatas elektrik sehingga mencegah bersatunya
partikel-partikel padatan yang terdispersi. Dispersi merupakan keadaan yang tidak

24
larut suatu bahan dan seolah-olah bercampur. Metode dispersi merupakan salah satu
metode pembuatan suspensi. Dan surfaktan berfungsi menurunkan tegangan

permukaan antar artikel zat padat dengan cairan atau larutan tersebut (Syamsuni,
2006). contoh contoh obat obatan yang mengandung koloid (surfaktan) : yaitu emulsi,
koagulasi
Gambar 2.3 Minyak Ikan
https://i0.wp.com/gudangilmu.farmasetika.com/wpcontent/uploads/2018/12/emulsipic.png?
fit=531%2C567&ssl=1&resize=350%2C200

Gambar 2.4 Obat Bromhexine


https://www.gooddoctor.co.id/_next/image/?url=https%3A%2F%2Fcms.gooddoctor.co.id
%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2020%2F12%2FBromhexine.jpg&w=1200&q5

25
6) Peranan Surfaktan di Bidang Farmasi
Industri farmasi adalah pengguna surfaktan yang penting karena
beberapa alasan.Mereka penting sebagai alat bantu formulasi untuk
pengiriman bahan aktif dalam beberapa aplikasi tradisional dan
nontradisional
Bentuk larutan, emulsi, dispersi, kapsul gel, atau tablet. Mereka
penting dalam hal membantu dalam perjalanan bahan aktif melintasi
berbagai membran yang harus dilalui agar bahan aktif
mencapai titik tindakan. Mereka juga penting dalam persiapan obat-
obatan dan rilis yang diberi batas waktu dosis transdermal. Dan dalam
beberapa kasus, surfaktan adalah bahan aktif. Surfaktan untuk industri
farmasi tentu saja harus memenuhi peraturan yang sangat kaku standar
toksisitas, alergi, efek kolateral dan sebagainya
Surfaktan memiliki peran yang cukup besar dalam bidang farmasi
karena seringkali digunakan dalam formulasi sediaan. Seiring
berkembangnya zaman dengan kebutuhan obat-obatan yang semakin
beragam dan meningkatnya pula kesadaran penduduk dunia terhadap
limbah dari industri, salah satunya industri farmasi terkait efek
pencemaran dari zat yang tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah
lingkungan maka terdapat beberapa penelitian yang membahas seputar
produksi surfaktan dan penggunaan surfaktan alami atau dapat disebut
biosurfaktan.

Gambar 2.5 Obat Berbentuk


26 Kapsul
http://image1.caping.co.id/news/20160812/0d/1636495285A840A576.jpg_480A0A1A80 jpg
2.6.1 Biosurfaktan
Biosurfaktan adalah surfaktan biodegradable yang dapat diproduksi oleh sel
mikroorganisme (bakteri/fungi) maupun dari bahan alam. Ada banyak keuntungan
menggunakan produk berbasis alami sebagai bahan baku untuk aplikasi surfaktan
yaitu lebih biodegradabel, tidak beracun dan tidak alergenik. Sumber-sumber
terbarukan dari kelompok hidrofilik termasuk karbohidrat, protein, asam amino dan
asam laktat, dan sumber-sumber dari bagian hidrofobik adalah steroid, monoterpena,
asam rosin, asam lemak dan gugus alkil rantai panjang, serta senyawa aromatic.
Contoh biosurfaktan Mikroorganisme :
a. Lipopeptida yaitu senyawa gabungan minyak atau lemak dengan peptida Contoh :
surfactin, daptomicin sebagai antibiotik.
b. Rhamnolipida yaitu senyawa gabungan karbohidrat dengan lipid. Rhamnolipida
dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas fluorescens. Digunakan
sebagai pengolahan limbah minyak bumi, kosmetik sebagai moisturizer, dan bersifat
antibakteri
c. Metil Ester Sulfonat (MES) yang memiliki struktur kimia
RCH(CO2Me)SO3Na (α-MES) yang terbuat dari minyak sawit.

2.6.2 Contoh Emulsi dalam farmasi


Distribusi ukuran droplet dalam emulsi penting dan baik untuk stabilitas
krim. Droplet dengan ukuran yang lebih kecil memberikan stabilitas emulsi yang
lebih baik. Distribusi ukuran droplet dipengaruhi oleh karakteristik pengemulsi.
Surfaktan non ionik tidak bermuatan, stabil terhadap elektrolit dan zat ionik yang
umumnya bersifat tidak toksik. Surfaktan non ionik seperti Tween 80 dan Span 80,
telah digunakan secara luas di bidang farmasi yang mempunyai toksisitas dan iritasi
relatif rendah. Stabilitas krim menggunakan surfaktan non ionik dipengaruhi oleh
nilai Hydrophile-Liphopile Balance (HLB). Hal ini disebabkan nilai HLB
berpengaruh terhadap ukuran dan keseragaman droplet. Emulsi tidak stabil
disebabkan karena terjadi flokuasi, koalesen, kriming dan breaking. Nilai HLB yang

27
seimbang antara dua emulsifier nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan
yang lain bersifat lipofilik. Kombinasi antara nilai HLB suatu agen pengemulsi dapat
menentukan tipe emulsinya, baik tipe minyak dalam air (M/A) yang umumnya
mempunyai nilai HLB 9-12 atau tipe emulsi air dalam minyak (A/M) dengan nilai
HLB 3-6. Penelitian ini menggunakan nilai HLB pada rentang 9-11 karena rentang
nilai HLB tersebut merupakan nilai tengah dimana jumlah gugus hidrofilik dan
lipofiliknya seimbang dan dapat membentuk emulsi tipe minyak dalam air (M/A).
Tween 80 dan Span 80 merupakan surfaktan non ionik berupa pengemulsi yang
bersifat aman untuk digunakan dan merupakan turunan sorbitan ester. Tween
menghasilkan emulsi tipe minyak dalam air (M/A) sedangkan span menghasilkan
emulsi tipe air dalam minyak (A/M). Penggunaan Tween biasanya digunakan secara
bersamaan dengan Span untuk membentuk emulsi tipe minyak dalam air (M/A) atau
air dalam minyak (A/M) pada pembuatan salep dan krim sehingga mudah dibilas dan
larut dalam air.
https://youtu.be/RqfRjdaAKeo

7) Peranana Surfaktan dalam Obat Obatan


Surfaktan dapat ditambahkan dalam formula sediaan tablet orodispersibel.
European Pharmacopeia mendefinisikan tablet orodispersibel sebagai tablet tak
bersalut yang ditujukan untuk diletakkan di dalam rongga mulut hingga tablet
tersebut terdispersi dalam waktu kurang dari tiga menit sebelum tablet tersebut
ditelan. Surfaktan ditambahkan dalam formula sediaan tablet orodispersibel untuk
menurunkan tegangan antar muka antara bahan aktif dan media disolusi.
Penggunaan surfaktan dalam formula tablet orodispersibel dapat meningkatkan
solubilisasi obat dari tablet orodispersibel. Surfaktan yang digunakan dalam
formulasi tablet orodispersibel antara lain sodium dodesil sulfat, sodium lauril
sulfat, polioksietilen sorbitan fatty acid esters (Tween), sorbitan fatty acid esters
(Spans), polioksietilen stearat.
Surfaktan non ionik tidak bermuatan, stabil terhadap elektrolit dan zat ionik
yang umumnya bersifat tidak toksik. Surfaktan non ionik seperti Tween 80 dan
Span 80, telah digunakan secara luas di bidang farmasi yang mempunyai toksisitas
dan iritasi relatif rendah. Stabilitas krim menggunakan surfaktan non ionik
28
dipengaruhi oleh nilai Hydrophile-Liphopile Balance (HLB). Tween 80 dan Span
80 merupakan surfaktan non ionik berupa pengemulsi yang bersifat aman untuk
digunakan dan merupakan turunan sorbitan ester. Tween menghasilkan emulsi tipe
minyak dalam air (M/A) sedangkan span menghasilkan emulsi tipe air dalam
minyak (A/M). Penggunaan Tween biasanya digunakan secara bersamaan dengan
Span untuk membentuk emulsi tipe minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak
(A/M) pada pembuatan salep dan krim sehingga mudah dibilas dan larut dalam air

8) Sistem Koloid dalam Bidang Farmasi


Sifat sifat koloid ada berbagai macam namun yang berguna dalam bidang
farmasi ialah:
1) Absorpsi
Sifat absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan dalam obat obatan
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat
menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan
membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri
berbahaya yang menyebabkan sakit perut.
2) Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan
koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran
semipermeabel. Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring
menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis. Proses dialisis tersebut
adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan
ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut,
dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu
akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam
proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak
berfungsi lagi dengan alat dialisator. Dalam sistem koloid dikenal istilah emulsi yaitu
sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. di dalam industri farmasi, emulsi juga berperan dalam pembuatan obat
antara lain dalam pembuatan minyak ikan, salep dan krim.
29
https://youtu.be/lB4kNV3nI0A
3) Hidrogel

Hidrogel adalah suatu jenis polimer hidrofilik yang tidak larut dan swelling
(menyerap) dalam air membentuk keadaan setimbang. Hidrogel secara umum dibagi
menjadi 2 yaitu hidrogel alami seperti larutan kental sagu, karagenan, agar, jelli untuk
rambut, dan alginat sedangkan hidrogen sintetik kontak lensa yang dibuat dari 3-
Hidroksi Etil Metakrilat (HEMA). Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Kontak lensa (silicon hydrogel, polyacrilamide)
b. Bahan penyangga dalam pembuatan tissue
c. Bahan penyusun popok yang akan menyerap urin bayi (sanitary napkin)
d. Pengobatan kanker
e. Pembalut luka

4) Mikropartikel

Mikropartikel adalah partikel dengan ukuran mikrometer. Aplikasi dalam bidang


farmasi:
a. Menutupi rasa bau
b. Melindungi obat dari lingkungan
c. Mengurangi ukuran partikel untuk meningkatkan kelarutan obat-obat yang
kelarutannya kurang bagus
d. Penghantaran obat terkendali atau berkelanjutan
e. Enkapsulasi sel

5) Emulsi dan mikroemulsi

Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fasa terdispersi)
dengan zat cair lainnya, sedangkan mikroemulsi adalah salah satu sediaan mikropartikel
dimana mikroemulsi sama seperti emulsi biasa yaitu dispersi minyak dan air hanya saja
mikropartikel jernih dan transparan serta secara termodinamika stabil. Aplikasi dalam
bidang farmasi:

30
a. Penghantar obat secara oral, ocular drug delivery, pulmonary drug delivery,
transdermal drug delivery, parenteral drug delivery.
b. Menutupi rasa bau
c. Obat luar

6) Liposom

Liposom atau gelembung lemak adalah suatu bentuk pengembangan dari nano
teknologi dalam bidang farmasi yaitu partikel koloid yang dibuat dengan turunan
molekul fosfolipid dari dari alam maupun sintetik. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Pembawa obat dan antigen

7) Misel

Misel adalah agregat molekul ampifatik dalam air dengan bagian nonpolar berada
pada bagian dalam dan bagian polar pada bagian luar yang terpapar. Aplikasi dalam
bidang farmasi:
a. Pemberian/ penghantaran obat
b. Pembuatan produk kosmetik

8) Nanopartikel

Nanopartikel adalah hasil dari pembaharuan dalam bidang bioteknologi yang mampu
membantu meningkatkan efektivitas kerja obat, terutama yang diberikan secara oral.
Nanopartikel adalah partikel yang berukuran 1-1000 nanometer. Aplikasi dalam bidang
farmasi:
a. Meningkatkan bioavailabilitas obat
b. Melindungi obat dari degradasi dalam saluran pencernaan
c. Mengontrol pelepasan obat
d. Dapat bekerja spesifik terhadap target obat
e. Penghantaran obat

31
9) Nanokristal

Nanokristal adalah penggabungan dari ratusan atau ribuan molekul yang membentuk
kristal, terdiri dari senyawa obat murni dengan penyaluran tipis dengan menggunakan
surfaktan. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Meningkatkan kerja dari antioksidan pada kosmetik

9) Solusi Terbarukan Dalam Mengatasi


Dampak Limbah Obat

1) Ko-Kristal : Teknik Pembuatan Ko-


Kristal

Penulis : Dewi Permatasari, Selma Ramadhani, Iyan


Sopyan, dan Muchtaridi
Volume dan Nomor : Vol 14, No 4
Kokristal dibentuk dari interaksi antarmolekul yang kristal melibatkan
modifikasi susunan kristal dari bahan padat dengan mengubah interaksi
antarmolekul yang mengatur pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen
non-seperti ikatan hidrogen, ikatan van der Waals, tumpukkan ikatan π,
interaksi elektrostatik, dan ikatan halogen (Miroshnyk et al., 2009).
Pembentukan kokristal dapat dirasionalisasikan oleh pertimbangan donor
ikatan hidrogen dan akseptor bahan yang akan di kokristal kan dan bagaimana
mereka bisa berinteraksi. Ikatan hidrogen yang kuat termasuk (NH --- O),
(OH --- O), (-NH --- N,) dan (OH --- N). Ikatan hidrogen lemah melibatkan -
CH --- O, dan CH --- O = C (Nair, 2007). Adapun menurut (Cheney, et al,
2011) langkah-langkah yang terlibat dalam pembentukkan kokristal adalah
sebagai berikut 1. Memilih molekul target (zat aktif); 2. Menemukan gugus
fungsional komplementer yang mampu membentuk ikatan hidrogen dengan
zat aktif (pemilihan coformer); 3. Metode Persiapan. Secara umum, metode
32
atau teknik pembuatan kokristal yang sudah sering digunakan adalah teknik
penguapan secara lambat (slow evaporation) dan penggilingan (grinding).
Oleh karena itu, metode yang lazim digunakan ini dibagi menjadi solvent-
based dan grinding (Weyna, 2009). Dalam penelitian yang banyak telah
dilakukan saat ini, untuk melihat efek dari pemilihan teknik pembuatan
kokristal terhadap sifat kokristal yang dibentuk, peneliti membandingkan
lebih dari satu metode untuk suatu senyawa obat yang sama.
Modifikasi zat aktif menjadi kokristal dapat dilakukan untuk
memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki oleh zat aktif pada obat seperti
meningkatkan kelarutan, laju disolusi, kestabilitan obat, dan bioavailabilitas
obat tersebut sehingga efek teurapetik obat dapat bekerja maksimal. Terdapat
banyak metode pembuatan kokristal seperti solvent evaporation, neat dan
liquid assited grinding, slurry conversion, antisolvent addition, hot melt
extrusion, sampai teknologi modern supercritical fluid technology. Teknik
pembuatan kokristal disesuaikan dengan sifat dari zat aktif suatu obat,
kokristal former yang dipilih, serta ketersediaan teknologi yang memadai.
Metode yang lazim digunakan adalah slurry conversion dan liquid assisted
grinding karena teknik pengerjaannya yang mudah, murah, dan hasil yang
cukup memuaskan. Setelah disintesis, kokristal perlu dikarakterisasi yaitu
meliputi karakterisasi struktur (spektroskopi inframerah, Raman spektroskopi,
x-ray difraksi), dan sifat fisika (metode titik leleh, differential scanning
calorimetry). Teknologi karakterisasi kini terus berkembang seperti dengan
penggabungan DSC-FTIR, Raman spektroskopi, dan penggunaan NMR.

2) Biosintesis Nanoherbal Ekstrak Daun


Bambu Kuning (Bambusa Vulgaris)
Dengan Teknologi Ramah Lingkungan
Untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih
Penulis : Amelia Arum Prasetya, Prima Aulia Putra, Amalia Humairah,
dan Yandi Syukri
33
Dari hasil pembuatan larutan asam kloroaurat (HAuCl4) dilakukan
pengujian kandungan emas menggunakan spektroskopi serapan atom dengan
parameter emas (Au) didapatkan jumlah emas (Au) pada larutan asam
kloroaurat didapatkan jumlah Au sebesar 0,5 mM.Dilakukan pembuatan
nanopartikel emas sebanyak 10 formulasi dengan mencampurkan larutan
HAuCl4 dengan ekstrak daun bambu kuning yang dimasukan kedalam
microtube, kemudian diultrasonic selama 2 menit. Pembentukan nanopartikel
emas ditandai dengan perubahan warna pada sampel yang semula berwarna
kuning bening menjadi warna merah muda hingga ungu pada rentang waktu
tertentu.

34
Gambar 2.6 Visual Warna pada jam ke 0 ekstrak daun bambu kuning dari formula 1 sampai
formula 7
Pada jam ke 0 sampai jam ke 3, pada ekstrak daun bambu kuning dari
formula 1 (900 ul ekstrak) sampai formula 7 ekstrak bambu kuning (1500 ul
ekstrak) mengalami perubahan warna menjadi merah muda keunguan secara
langsung setelah dilakukan ultrasonic. Hasil yang didapat menunjukan bahwa
volume penambahan ekstrak daun bambu kuning berpengaruh terhadap waktu
perubahan warna nanopartikel emas, semakin kecil penambahan volume
ekstraknya maka waktu yang dibutuhkan semakin kecil. Hasil yang didapat
dari Spektrofotometer UV-Vis menunjukan bahwa beberapa formula masih
berada dalam nilai panjang gelombang nanopartikel emas dengan nilai
panjang gelombang 500-550 nm, Berdasarkan data perubahan panjang
gelombang dapat disimpukan bahwa pembentukan nanopartikel emas
terbentuk dalam 24 jam berkisar pada panjang gelombang 540-547 nm. Akan
tetapi pada formula 7 itu mendapatkan hasil diluar kisaran yaitu 551 nm. Hasil
ini juga dapat mendukung data sebelumnya yaitu pada uji perubahan warna
yang semula berwarna kuning bening menjadi merah muda hingga ungu. Pada
konsentrasi ekstrak daun bambu kuning formula 5 nanopartikel dengan
jumlah emas 1000 µl dan ekstrak 1300 µl menghasilkan ukuran partikel
terkecil dengan nilai ukuran partikel 95,70 ± 1.00 dan indeks polidispersitas
0.481 ± 0.02. Hasil yang didapat telah masuk kedalam nilai ukuran partikel
yang baik untuk nanopartikel emas yaitu 1-200 nm, sedangkan untuk nilai
indeks polidispersitas mendapatkan hasil < 0,7 yaitu 0.481 ± 0.02.
Pada spektrum IR hasil reduksi dari ekstrak daun bambu kuning
dengan HAuCl4 memperlihatkan adanya pergeseran panjang gelombang
spektrum dari ekstrak daun bambu kuning sebelum dan sesudah mereduksi

35
Lampiran Pergeseran bilangan gelombang terjadi dari 3452,18 cm1 menjadi
3450,00 cm1 menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara gugus OH dengan
nanopartikel emas, Pada panjang gelombang 2073 cm1 menunjukan gugus
fenol, dan pada panjang gelombang 1634,55 cm1 adanya ikatan C=C alkena
dan cincin aromatis, serta 572,60 cm1 menunjukan adanya gugus fosfat.
Sampel yang digunakan untuk pengujian morfologi partikel nano dengan
TEM dan SEM adalah sampel F5 dengan perbandingan ekstrak daun bambu
kuning dan HAuCl4 (1300 µl : 1000 µl). Sampel F5 dipilih karena memiliki
ukuran partikel terkecil dan nilai indeks polidispersitas yang baik
dibandingkan dengan formula lainnya. Hasil pengamatan TEM pada formula
5 menunjukan rentang ukuran partikel yang terbentuk yaitu berada pada
kisaran 41 nm – 71 nm dengan berbagai macam bentuk yaitu segitiga, segi
enam dan lingkaran tidak sempurna Gambar 2. Hasil pengamatan SEM
Gambar.3, menunjukkan morfologi nanopartikel dengan gambaran struktrur
spheris yang tidak beraturan dikarenakan nanopartikel emas yang tidak stabil
sehingga nanopartikel emas menjadi menggumpal dapat dimungkingkan
karena penyimpanan yang terlalu lama.

Gambar 2.7 Hasil analisis TEM dan SEM

Uji daya hambat pertumbuhan bakteri dari nanopartikel emas ekstrak


daun bambu kuning pada formula terbaik, yaitu formula 5 dengan
perbandingan ekstrak : HAuCl4 ( 1300 µl : 1000 µl ) terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Parameter pengukuran aktivitas nanopartikel emas
ekstrak daun bambu kuning terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa ditunjukkan dengan luasnya zona hambat dari perlakuan disajikan
pada tabel .

36
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa daya hambat dari
nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning terhadap penghambatan
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan daya hambat sebesar
0,907 cm.
Hasil penelitian uji fitokimia yang dilakukan telah menunjukkan
bahwa ekstrak daun bambu kuning mengandung senyawa flavonoid.
Senyawa-senyawa tersebut telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya
bahwa memiliki khasiat sebagai antibakteri. Dari penelitian yang dilakukan
mendapatkan hasil bahwa nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning
memiliki daya hambat partumbuhan bateri Pseudomonas aeruginosa sebesar
0,907 cm. dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dikembangkan lebih
lanjut dalam proses penghambatan pertumbuhan bakteri khususnya pada
bakteri yang dapat menginfeksi saluran pencernaan.

37
28

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah


1. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
2. Macam-macam obat: Obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, Narkotika.
3. Ada berbagai macam manfaat dari obat untuk tubuh.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam mengupas materi
di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun
teknik penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun
penulis harapkan, sebagai masukan yang berharga demi kesempurnaan penyajian
makalah ini di masa mendatang.
29

DAFTAR
PUSTAKA

Hidayati, A., Dania, H., dan Puspitasari, M. D., 2017, Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat
RW 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta, Jurnal Ilmiah
Manuntung, Vol 3. No 2.

Permatasari, D., Ramadhani, S., Sopyan, I., dan Muchtaridi, 2012, Ko-Kristal:
Teknik Pembuatan Ko-Kristal, Farmaka, Vol 14, No 4.

Prasetya, A.A., Putra, P. A., Humairah, A., dan Syukri, Y., 2014, Biosintesisi
Nanoherbal Ekstrak Daun Bambu Kuning (Bambusa Vulgaris) Dengan
Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Pengobatan Infeksi Saluran
Kemih, Jurnal Kefarmasian.

Supardi, S., Handayani, R. S., Herman, M. J., Raharni, dan Susyanty, A. L.,
2012, Kajian Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemberian
Informasi Obat dan Obat Tradisional di Indonesia, Jurnal Kefarmasian
Indonesia, Vol 2. No 1 : 20-27.

Syafitri, I. N., Hidayati, I. R., dan Pristianty, L., 2017, Hubungan Tingkat
Pengetahuan Terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Rasional dalam
Swamedikasi, Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol 4,
No. 1

Wijaya, H.T., Issusilaningtyas, E., dan Faiqoh, M., 2019, Analisis Pengaruh
Wadah, Suhu dan Lama Penyimpanan Minyak Hati Ikan Cucut Botol
Terhadap Bilangan Peroksida, Jurnal Ilmiah Kefarmasian : 2579-4329.

Anda mungkin juga menyukai