KIMIA KOLOID
DAN ANTAR
MUKA
PHARMACEUTI
CALS
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
Dosen Pengampu:
Dr. Yusnaidar,
S.Si., M.Si
Disusun Oleh
KELOMPOK
XIII
1. SINTA MARLIYA (A1C119002)
2. YIYIN NOVELA
(A1C119062)
2022
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si sebagai
dosen pengampu pada mata kuliah kimia koloid dan antar muka yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunna makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Kelompok XIII
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses proses penyakit dan atau menyembhkan penyakit.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.
Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah
melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir
inilah yang lazim dikenal sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
Obat merupakan salah satu komiditi dalam bidang kesehatan yang penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Permenkes 87 Tahun
2013,Obat adalah bahan atau paduan bahan- bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Maka dari itu obat merupakan komponen
penting yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat haruslah bermutu
dan aman digunakan serta harganya terjangkau masyarakat umum.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2) Macam-Macam Obat
3) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter, dimana pada pada bungkus luarnya diberikan tanda bulatan dengan
lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K”
7
yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat
8
yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parental baik
dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan.
3) Jenis-Jenis Obat
1) Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar.
2) Pulveres
9
3) Tablet (compressi)
10
a. Tablet salut film
Tablet konvensional dapat disalut dengan lapisan film yang terbentuk dari
polimer atau campuran polimer agar mudah ditelan, terlindung dari pengaruh
cahaya atau kelembaban, terlindung dari pengaruh asam lambung, dan
mengontrol laju pelepasan obat. Contoh polimer yang digunakan untuk salut
film antara lain hidroksipropilmetilselulosa, hidroksipropilselulosa, dan
Eudagrit E100.
b. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan polimer yang tidak larut
dalam kondisi asam (di dalam lambung), namun lapisan penyalut tersebut akan
terlarut dalam kondisi cairan yang bersifat alkali pada usus halus (pH > 4).
Polimer salut enterik dapat menahan pelepasan obat pada lambung sehingga
dapat melindungi obat-obat yang dapat mengalami degradasi pada kondisi
asam (misalnya eritromisin) atau mengiritasi mukosa lambung (NSAID).
Polimer yang dapat digunakan untuk tujuan
tersebut antara lain selulosa asetat ftalat, hidroksipropil metil selulosa suksinat,
dan ko-polimer asam metakrilat (Eudragit®).
c. Tablet Salut Gula
Tablet konvensional disalut dengan lapisan gula konsentrat untuk
meningkatkan penampilan tablet dan menutupi rasa yang pahit dari obat.
Penggunaan salut gula pada tablet konvensional ditujukan untuk alasan yang
sama seperti penggunaan salut film.
Tablet salut gula secara umum terdiri dari tablet inti yang mengandung obat,
dan lapisan yang dideposisikan pada permukaan tablet. Lapisan tersebut terdiri
dari sirup, shellac, dan talk. Tablet salut gula umumnya mengalami
peningkatan bobot sekitar 100%-300%. Penggunaan salut gula saat ini sudah
mulai menurun disebabkan semakin berkembangnya teknik salut film.
11
Gambar 2.1 Tablet salut gula
https://cf.shopee.co.id/file/ec812748ac55878143f01b458ef06fda
d. Tablet kunyah
Tablet kunyah adalah tablet yang ditujukan untuk dikunyah dalam rongga
mulut (bukal) sebelum ditelan. Aplikasi bentuk sediaan ini bertujuan untuk
pasien anak-anak dan dewasa yang mengalami kesulitan menelan tablet
konvensional. Selain itu,
tablet kunyah juga digunakan pada formulasi tablet antasida. Hal ini
disebabkan efikasi netralisasi tablet pada lambung sangat berkaitan dengan
ukuran partikel, sehingga tablet perlu dikunyah terlebih dahulu menjadi granul
kemudian ditelan. Tablet kunyah umumnya diformulasi dengan menggunakan
pengisi mannitol dan flavor untuk meningkatkan aseptabilitas tablet saat
dikunyah. Desain pengembangan sediaan ini tidak dianjurkan apabila bahan
obat memiliki permasalahan dengan aseptabilitas rasa.
4) Pil (pilulae)
12
5) Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih
kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang
lebih besar.
e. Mudah ditelan
7) Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam
golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).
13
8) Suspensi (suspensiones)
14
9) Emulsi (elmusiones)
10) Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.
12) Infusa
16
15) Suppositoria
CPOB atau Cara Pembuatan Obat yang Baik merupakan bagian dari
sistem pemastian mutu (Quality Asurance/ QA) yang mengatur dan
18
memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten
sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaan produk disamping persyaratan
lainnya (misalnya persyaratan izin edar), sehingga produk tersebut aman
dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat. Penerapan CPOB di industri
farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses
produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa manusia.
Ruang lingkup CPOB meliputi manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi
dan alat kesehatan. Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap
tahap dalam proses produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process
Control (IPC). Setiap penerimaan bahan awal baik bahan baku dan bahan
kemas terlebih dahulu diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasinya.
Bahan-bahan tersebut harus selalu disertai dengan Certificate of Analisis (CA)
yang dapat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Produksi hendaklah
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi
ketentuan CPOB yang senantiasa dapat menjamin produk obat jadi dan
memenuhi ketentuan izin pembuatan serta izin edar (registrasi) sesuai dengan
spesifikasinya.
Dalam proses pembuatan obat dibutuhkan bahan baku obat yang
berkualitas. Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif)
maupun tidak berkhasiat (zat nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan
tersebut masih terdapat dalam produk ruahan. Bahan baku obat dapat berasal
dari alam (tumbuhan dan hasil laut) maupun dari bahan sintetik.
19
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa hendaklah dicatat yang berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluarsa .
Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum
kadaluarsa yang boleh diserahkan.
4) Pengembalian
20
5) Pengolahan
21
dilaksanakan mengikusi prosedur yang tertulis, tiap penyimpangan
hendaklah dilaporkan, dan semua produk antara hendaklah diberi label
yang benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan
mutu .
6) Kegiatan Pengemasan
22
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan memenuhi
semua spesifikasi yang ditentukan.
23
Gambar 2.2 Cara kerja surfaktan
https://yulianusi.files.wordpress.com/2013/04/how_surfactants_work1.jpg
Surfaktan biasa digunakan pada beberapa sediaan seperti emulsi yang terdiri
dari fase air dan fase minyak yang sukar bercampur. Untuk mencampurkan kedua
fase tersebut, maka tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak harus
diturunkan. Turunnya tegangan permukaan terjadi karena masuknya surfaktan ke
dalam fase air dan fase minyak. Surfaktan memiliki bagian kepala yang bersifat
menyukai air atau hidrofilik sehingga bagian kepala tersebut masuk ke fase air,
surfaktan juga memiliki bagian ekor yang bersifat tidak menyukai air atau hidrofobik
sehingga bagian ekor tersebut masuk ke fase minyak. Interaksi kepala dan ekor
surfaktan dengan dua fase tersebut menyebabkan penurunan tegangan permukaan
antar fase.
Ketika bagian-bagian dari surfaktan masuk ke dalam fase air dan fase minyak
sesuai ketertarikannya maka molekul surfaktan akan diserap atau diadsorpsi lebih
kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila bagian kepala yang lebih
menyukai fase air lebih dominan. Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga dapat menyebar dengan lebih mudah. Sebaliknya, jika
bagian ekor yang lebih menyukai fase minyak lebih dominan maka molekul-molekul
surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air dan
menyebabkan tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar.
Di bidang Farmasi sendiri Surfaktan berpengaruh pada sediaan cair suspensi
yaitu pada system dispersi dan flokulasi. Dalam suspensi, dispersi partikel padatan
dalam suatu larutan dimana padatan tersebut bersifat tidak larut maka distabilkan
dengan menggunakan lapisan surfaktan ( suspending agent ) pada antar muka antara
dua fasa yang menghasilkan pembatas elektrik sehingga mencegah bersatunya
partikel-partikel padatan yang terdispersi. Dispersi merupakan keadaan yang tidak
24
larut suatu bahan dan seolah-olah bercampur. Metode dispersi merupakan salah satu
metode pembuatan suspensi. Dan surfaktan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan antar artikel zat padat dengan cairan atau larutan tersebut (Syamsuni,
2006). contoh contoh obat obatan yang mengandung koloid (surfaktan) : yaitu emulsi,
koagulasi
Gambar 2.3 Minyak Ikan
https://i0.wp.com/gudangilmu.farmasetika.com/wpcontent/uploads/2018/12/emulsipic.png?
fit=531%2C567&ssl=1&resize=350%2C200
25
6) Peranan Surfaktan di Bidang Farmasi
Industri farmasi adalah pengguna surfaktan yang penting karena
beberapa alasan.Mereka penting sebagai alat bantu formulasi untuk
pengiriman bahan aktif dalam beberapa aplikasi tradisional dan
nontradisional
Bentuk larutan, emulsi, dispersi, kapsul gel, atau tablet. Mereka
penting dalam hal membantu dalam perjalanan bahan aktif melintasi
berbagai membran yang harus dilalui agar bahan aktif
mencapai titik tindakan. Mereka juga penting dalam persiapan obat-
obatan dan rilis yang diberi batas waktu dosis transdermal. Dan dalam
beberapa kasus, surfaktan adalah bahan aktif. Surfaktan untuk industri
farmasi tentu saja harus memenuhi peraturan yang sangat kaku standar
toksisitas, alergi, efek kolateral dan sebagainya
Surfaktan memiliki peran yang cukup besar dalam bidang farmasi
karena seringkali digunakan dalam formulasi sediaan. Seiring
berkembangnya zaman dengan kebutuhan obat-obatan yang semakin
beragam dan meningkatnya pula kesadaran penduduk dunia terhadap
limbah dari industri, salah satunya industri farmasi terkait efek
pencemaran dari zat yang tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah
lingkungan maka terdapat beberapa penelitian yang membahas seputar
produksi surfaktan dan penggunaan surfaktan alami atau dapat disebut
biosurfaktan.
27
seimbang antara dua emulsifier nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan
yang lain bersifat lipofilik. Kombinasi antara nilai HLB suatu agen pengemulsi dapat
menentukan tipe emulsinya, baik tipe minyak dalam air (M/A) yang umumnya
mempunyai nilai HLB 9-12 atau tipe emulsi air dalam minyak (A/M) dengan nilai
HLB 3-6. Penelitian ini menggunakan nilai HLB pada rentang 9-11 karena rentang
nilai HLB tersebut merupakan nilai tengah dimana jumlah gugus hidrofilik dan
lipofiliknya seimbang dan dapat membentuk emulsi tipe minyak dalam air (M/A).
Tween 80 dan Span 80 merupakan surfaktan non ionik berupa pengemulsi yang
bersifat aman untuk digunakan dan merupakan turunan sorbitan ester. Tween
menghasilkan emulsi tipe minyak dalam air (M/A) sedangkan span menghasilkan
emulsi tipe air dalam minyak (A/M). Penggunaan Tween biasanya digunakan secara
bersamaan dengan Span untuk membentuk emulsi tipe minyak dalam air (M/A) atau
air dalam minyak (A/M) pada pembuatan salep dan krim sehingga mudah dibilas dan
larut dalam air.
https://youtu.be/RqfRjdaAKeo
Hidrogel adalah suatu jenis polimer hidrofilik yang tidak larut dan swelling
(menyerap) dalam air membentuk keadaan setimbang. Hidrogel secara umum dibagi
menjadi 2 yaitu hidrogel alami seperti larutan kental sagu, karagenan, agar, jelli untuk
rambut, dan alginat sedangkan hidrogen sintetik kontak lensa yang dibuat dari 3-
Hidroksi Etil Metakrilat (HEMA). Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Kontak lensa (silicon hydrogel, polyacrilamide)
b. Bahan penyangga dalam pembuatan tissue
c. Bahan penyusun popok yang akan menyerap urin bayi (sanitary napkin)
d. Pengobatan kanker
e. Pembalut luka
4) Mikropartikel
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fasa terdispersi)
dengan zat cair lainnya, sedangkan mikroemulsi adalah salah satu sediaan mikropartikel
dimana mikroemulsi sama seperti emulsi biasa yaitu dispersi minyak dan air hanya saja
mikropartikel jernih dan transparan serta secara termodinamika stabil. Aplikasi dalam
bidang farmasi:
30
a. Penghantar obat secara oral, ocular drug delivery, pulmonary drug delivery,
transdermal drug delivery, parenteral drug delivery.
b. Menutupi rasa bau
c. Obat luar
6) Liposom
Liposom atau gelembung lemak adalah suatu bentuk pengembangan dari nano
teknologi dalam bidang farmasi yaitu partikel koloid yang dibuat dengan turunan
molekul fosfolipid dari dari alam maupun sintetik. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Pembawa obat dan antigen
7) Misel
Misel adalah agregat molekul ampifatik dalam air dengan bagian nonpolar berada
pada bagian dalam dan bagian polar pada bagian luar yang terpapar. Aplikasi dalam
bidang farmasi:
a. Pemberian/ penghantaran obat
b. Pembuatan produk kosmetik
8) Nanopartikel
Nanopartikel adalah hasil dari pembaharuan dalam bidang bioteknologi yang mampu
membantu meningkatkan efektivitas kerja obat, terutama yang diberikan secara oral.
Nanopartikel adalah partikel yang berukuran 1-1000 nanometer. Aplikasi dalam bidang
farmasi:
a. Meningkatkan bioavailabilitas obat
b. Melindungi obat dari degradasi dalam saluran pencernaan
c. Mengontrol pelepasan obat
d. Dapat bekerja spesifik terhadap target obat
e. Penghantaran obat
31
9) Nanokristal
Nanokristal adalah penggabungan dari ratusan atau ribuan molekul yang membentuk
kristal, terdiri dari senyawa obat murni dengan penyaluran tipis dengan menggunakan
surfaktan. Aplikasi dalam bidang farmasi:
a. Penghantaran obat
b. Meningkatkan kerja dari antioksidan pada kosmetik
34
Gambar 2.6 Visual Warna pada jam ke 0 ekstrak daun bambu kuning dari formula 1 sampai
formula 7
Pada jam ke 0 sampai jam ke 3, pada ekstrak daun bambu kuning dari
formula 1 (900 ul ekstrak) sampai formula 7 ekstrak bambu kuning (1500 ul
ekstrak) mengalami perubahan warna menjadi merah muda keunguan secara
langsung setelah dilakukan ultrasonic. Hasil yang didapat menunjukan bahwa
volume penambahan ekstrak daun bambu kuning berpengaruh terhadap waktu
perubahan warna nanopartikel emas, semakin kecil penambahan volume
ekstraknya maka waktu yang dibutuhkan semakin kecil. Hasil yang didapat
dari Spektrofotometer UV-Vis menunjukan bahwa beberapa formula masih
berada dalam nilai panjang gelombang nanopartikel emas dengan nilai
panjang gelombang 500-550 nm, Berdasarkan data perubahan panjang
gelombang dapat disimpukan bahwa pembentukan nanopartikel emas
terbentuk dalam 24 jam berkisar pada panjang gelombang 540-547 nm. Akan
tetapi pada formula 7 itu mendapatkan hasil diluar kisaran yaitu 551 nm. Hasil
ini juga dapat mendukung data sebelumnya yaitu pada uji perubahan warna
yang semula berwarna kuning bening menjadi merah muda hingga ungu. Pada
konsentrasi ekstrak daun bambu kuning formula 5 nanopartikel dengan
jumlah emas 1000 µl dan ekstrak 1300 µl menghasilkan ukuran partikel
terkecil dengan nilai ukuran partikel 95,70 ± 1.00 dan indeks polidispersitas
0.481 ± 0.02. Hasil yang didapat telah masuk kedalam nilai ukuran partikel
yang baik untuk nanopartikel emas yaitu 1-200 nm, sedangkan untuk nilai
indeks polidispersitas mendapatkan hasil < 0,7 yaitu 0.481 ± 0.02.
Pada spektrum IR hasil reduksi dari ekstrak daun bambu kuning
dengan HAuCl4 memperlihatkan adanya pergeseran panjang gelombang
spektrum dari ekstrak daun bambu kuning sebelum dan sesudah mereduksi
35
Lampiran Pergeseran bilangan gelombang terjadi dari 3452,18 cm1 menjadi
3450,00 cm1 menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara gugus OH dengan
nanopartikel emas, Pada panjang gelombang 2073 cm1 menunjukan gugus
fenol, dan pada panjang gelombang 1634,55 cm1 adanya ikatan C=C alkena
dan cincin aromatis, serta 572,60 cm1 menunjukan adanya gugus fosfat.
Sampel yang digunakan untuk pengujian morfologi partikel nano dengan
TEM dan SEM adalah sampel F5 dengan perbandingan ekstrak daun bambu
kuning dan HAuCl4 (1300 µl : 1000 µl). Sampel F5 dipilih karena memiliki
ukuran partikel terkecil dan nilai indeks polidispersitas yang baik
dibandingkan dengan formula lainnya. Hasil pengamatan TEM pada formula
5 menunjukan rentang ukuran partikel yang terbentuk yaitu berada pada
kisaran 41 nm – 71 nm dengan berbagai macam bentuk yaitu segitiga, segi
enam dan lingkaran tidak sempurna Gambar 2. Hasil pengamatan SEM
Gambar.3, menunjukkan morfologi nanopartikel dengan gambaran struktrur
spheris yang tidak beraturan dikarenakan nanopartikel emas yang tidak stabil
sehingga nanopartikel emas menjadi menggumpal dapat dimungkingkan
karena penyimpanan yang terlalu lama.
36
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa daya hambat dari
nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning terhadap penghambatan
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan daya hambat sebesar
0,907 cm.
Hasil penelitian uji fitokimia yang dilakukan telah menunjukkan
bahwa ekstrak daun bambu kuning mengandung senyawa flavonoid.
Senyawa-senyawa tersebut telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya
bahwa memiliki khasiat sebagai antibakteri. Dari penelitian yang dilakukan
mendapatkan hasil bahwa nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning
memiliki daya hambat partumbuhan bateri Pseudomonas aeruginosa sebesar
0,907 cm. dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dikembangkan lebih
lanjut dalam proses penghambatan pertumbuhan bakteri khususnya pada
bakteri yang dapat menginfeksi saluran pencernaan.
37
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam mengupas materi
di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun
teknik penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun
penulis harapkan, sebagai masukan yang berharga demi kesempurnaan penyajian
makalah ini di masa mendatang.
29
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayati, A., Dania, H., dan Puspitasari, M. D., 2017, Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat
RW 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta, Jurnal Ilmiah
Manuntung, Vol 3. No 2.
Permatasari, D., Ramadhani, S., Sopyan, I., dan Muchtaridi, 2012, Ko-Kristal:
Teknik Pembuatan Ko-Kristal, Farmaka, Vol 14, No 4.
Prasetya, A.A., Putra, P. A., Humairah, A., dan Syukri, Y., 2014, Biosintesisi
Nanoherbal Ekstrak Daun Bambu Kuning (Bambusa Vulgaris) Dengan
Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Pengobatan Infeksi Saluran
Kemih, Jurnal Kefarmasian.
Supardi, S., Handayani, R. S., Herman, M. J., Raharni, dan Susyanty, A. L.,
2012, Kajian Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemberian
Informasi Obat dan Obat Tradisional di Indonesia, Jurnal Kefarmasian
Indonesia, Vol 2. No 1 : 20-27.
Syafitri, I. N., Hidayati, I. R., dan Pristianty, L., 2017, Hubungan Tingkat
Pengetahuan Terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Rasional dalam
Swamedikasi, Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol 4,
No. 1
Wijaya, H.T., Issusilaningtyas, E., dan Faiqoh, M., 2019, Analisis Pengaruh
Wadah, Suhu dan Lama Penyimpanan Minyak Hati Ikan Cucut Botol
Terhadap Bilangan Peroksida, Jurnal Ilmiah Kefarmasian : 2579-4329.