Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kemampuan Kajian Literature Setelah dilakukan
literasi dan kajian literatur dan
numerasi o Salah satu kemampuan yang dibutuhkan untuk berdasarkan hasil
peserta didik menghadapi tantangan di abad-21 adalah wawancara dan
dalam literasi matematika. Salah satu faktor yang setelah dikonfirmasi
pembelajaran mempengaruhi capaian literasi matematika melalui observasi/
matematika siswa adalah gaya belajar. Gaya belajar yang pengamatan dapat
masih rendah terlalu monoton dan kurangnya menyajikan diketahui bahwa
serta sering masalah yang dapat meningkatkan penyebab
terjadi kemampuan literasi matematika. (Via dan Kemampuan literasi
miskonsepsi Triman, 2018) dan numerasi peserta
pada materi didik dalam
tertentu o Menurut Ate (2022) siswa tidak mampu pembelajaran
mengerjakan soal literasi numerasi matematika masih
dikarenakan siswa jarang sekali mengerjakan rendah serta sering
soal yang seperti itu. Soal yang biasa terjadi miskonsepsi
diberikan hanyalah soal yang menggunakan pada materi tertentu
perhitungan semata seperti hitunglah, adalah :
tentukanlah atau soal yang hanya 1. Siswa belum
menerapkan rumus secara langsung. Hal ini terbiasa dengan
sejalan dengan pendapat dari Wardani (2011) permasalahan
yang mengatakan bahwa siswa tidak berkaitan literasi
terbiasa mengerjakan soal - soal yang dan numerasi
membutuhkan kemampuan penalaran yang 2. Pemahaman
tinggi sehingga siswa mengalami kesulitan konsep dasar dan
untuk menyelesaikannya; siswa belum materi prasayarat
memiliki kemampuan berpikir kiritis dan siswa rendah
bernalar yang optimum (Manggala, 2015). 3. Guru belum
memfasilitasi
o Menurut Ainiyah (2016) Kemungkinan pembelajaran
penyebab siswa mengalami mikonsepsi: dengan
1) Kemampuan spasial dan motivasi: belajar permasalahan
memiliki keeratan korelasi yang sangat kontekstual
lemah dengan miskonsepsi yang dialami oleh 4. guru tidak
siswa sehingga tidak termasuk dalam melakukan
kemungkinan penyebab siswa mengalami kegiatan umpan
miskonsepsi, 2) alat peraga yang masih balik di akhir
kurang dimanfaat-kan oleh guru, 3) guru kegiatan
terlalu sering memberikan latihan soal pembelajaran
dibandingkan dengan belajar konsep
kepada siswa, 4) terdapat kesalahan dalam
buku referensi siswa.
Wawancara
o Guru Senior:
1. Siswa lebih suka bermain HP daripada belajar
2. Orang tua sibuk bekerja dan tidak
memperhatikan pembelajaran anak
3. Guru mengajar hanya sebatas menyelesaikan
tanggung jawab dengan belum memberikan
pembelajaran yang memfasilitasi siswa dalam
pemahaman konsep
o Wakil Kurikulum:
1. Guru belum memfasilitasi siswa untuk
mencari sumber pembelajaran lain misal dari
internet karena pembelajaran berpusat kepada
guru
2. Siswa belum terbiasa melakukan kegiatan
literasi
3. Buku Bacaan belum menarik minat belajar
siswa dan belum tersedianya pojok baca di
sekolah
o Pakar
1. Siswa masih belum terbiasa menyelesaikan
permasalaham kontekstual yang berkaitan
dengan literasi dan numerasi (tingkat berpikir
C4 keatas) karena terbiasa mengerjakan
permasalahan di LKS saja.
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)
2. Guru sebagian besar masih memfasilitasi
pembelajaran dengan permasalahan yang bisa
diselesaikan dengan penggunaan rumus saja
yang hanya menuntut hasil akhir perhitungan
(tingkat berpikir C3 Kebawah)
(Widiawati, M.Pd)
3. Terjadi miskonsepsi karena siswa masih
memiliki motivasi rendah dan pemahaman
konsep dasar siswa dalam menyelesaikan
permasalahan masih lkurang
(Indah Widianingrum, M.Pd)
o Wakil Kurikulum:
1. Guru monoton dalam pembelajaran
menggunakan metode ceramah
2. Motivasi dari orang tua untuk
memperhatikan pembelajaran anak masih
kurang
o Pakar
1. Peserta didik masih menganggap
pembelajaran matematika sulit dan tidak
menyenangkan
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
2. Guru belum melaksanakan diagnostik awal
dari segi konten atau penilaian lainnya, misal
ketika akan memberikan pembelajaran
perkalian siswa harus bisa penjumlahan
terlebih dahulu, kalau guru bisa mengetahui
hal tersebut maka akan bisa merancang
metode pembelajaran yang memotivasi siswa
untuk belajar
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
3. Metode pembelajaran di kelas belum
membangun pendalaman konsep melalui
pembelajaran kontekstual karena
pembelajaran masih berpusat pada guru,
siswa belum terfasilitasi untuk bereksperimen
atau menemukan konsep
(Widiawati, M.Pd)
4. Skenario pembelajaran yang masih terlalu
kaku, guru menuangkan/memberikan contoh
yang ada di LKS saja
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)
5. Materi Prasyarat masih kurang sehingga pada
materi selanjutnya mengalami miskonsepsi
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)
o Pakar
1. Pemahaman konsep dasar/ materi prasayarat
matematika siswa masih rendah
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
2. Siswa terbiasa mengerjakan soal –soal yang
sama dengan contoh yang diberikan
berkaitan dengan simbol – simbol
matematika, sehingga siswa kurang terbiasa
bereksplorasi dalam menyelesaikan
permasalahan kontekstual
(Indah Widyaningrum, M.Pd – Syafdi Maizora,
S.Si, M.Pd)
3. Guru belum mendesain pembelajaran dengan
permasalahan ditingkat C4 Keatas bahkan
masih ditingkat C3 Kebawah
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
4. Guru masih berorientasi pada hasil belajar
bukan proses belajar
(Widiawati, M.Pd)
Wawancara
o Guru Senior:
1. Guru memiliki tugas tambahan
2. Guru tidak mau menantang diri untuk
menyiapkan pembelajaran yang bias menarik
bakat siswa, karena memang dalam
implementasinya, model pembelajaran inovatif
membutuhkan waktu dan pemikiran yang
lama untuk mem-persiapkannya
o Wakil Kurikulum:
1. Guru terlalu mengejar materi sesuai dengan
capaian kurikulum
2. Guru memiliki tugas tambahan sehingga
memiliki waktu yang terbatas untuk
menyiapkan pembelajaran yang inovatif
o Pakar
1. Guru dalam mengajar masih fokus mengejar
materi sesuai tuntutan kurikulum
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
2. Dalam menyusun model pembelajaran
membutuhkan waktu dan kematangan
perencanaan sehingga guru malas untuk
melakukannya, dan tetap menggunakan
pembelajaran yang berpusat pada guru
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
3. Guru malas mengembangkan kompetensi nya
untuk memanfaatkan model pembelajaran
secara mandiri melalui berbagai platform
seperti membaca literatur yang ada
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
4. Guru terlalu kaku dalam merencanakan
pembelajaran, siswa belum paham, guru
sudah lanjut ke materi selanjutnya (mengejar
materi) tidak melakukan evaluasi lebih lanjut
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
5. Guru tidak mengerti karakterisitik peserta
didik
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
6. Terkendala Sarana dan prasarana untuk
memakai model pembelajaran
(Widiawati, M.Pd)
Wawancara
o Guru Senior:
1. Fasilitas yang dimiliki guru masih kurang,
misal kuota internet
2. Sarana dan prasarana di sekolah masih
kurang, smisalnya LCD belum tersedia,
instalasi listrik di kelas belum ada
o Wakil Kurikulum:
1. Sarana Prasarana sekolah masih belum
lengkap misalnya tidak tersedia jaringan
internet di sekolah dan sebagian kelas belum
ada listrik
o Pakar
1. Guru terbiasa dan merasa nyaman mengajar
tanpa teknologi dan belum sepenuhnya
termotivasi mengembangkan diri untuk
memahami teknologi
(Widiawati, M.Pd)
2. Perangkat (sarana) yang dimiliki guru belum
memadai, misal wifi belum tersedia,
perangkat untuk membuat media
pembelajaran belum memadai
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
3. Siswa belum memiliki pengetahuan
prasayarat tentang teknologi, teknologi tidak
bisa digunakan ketika siswa tidak mengerti
teknologi yang dipakai oleh guru
(Syafdi Maizora,S.Si, M.Pd)
4. Guru belum tepat memilih aplikasi-aplikasi
untuk pembelajaran, misalnya pada materi
perkalian siswa diberikan kalkulator untuk
menghitung hasilnya, sehingga siswa tidak
melalui proses pembelajaran.
(Syafdi Maizora,S.Si, M.Pd)
Aryani, Irma. Maulida. (2019). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Melalui Higher Order Thinking Skill (Hots). Jurnal Serambi Ilmu:Volume 20, Nomor 2, Edisi September
2019.
Ate, Dekriati., Lede Yulius K. (2022). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal
Literasi Numerasi. Jurnal Cendikia: Jurnal Pendidikan Matematika: Volume 06, No.01, Maret 2022,
Pp. 472-483.
Ayu, S., Ardianti, S. D., & Wanabuliandari, S. 2021. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 10(3), 1611-1622.
Laala Ainiyah, S Sugiyono. (2016). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dalam Materi Geometri Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Punggelan. Jurnal Pedagogi Matematika,
2016 - Journal.Student.Uny.Ac.Id
Mislinawati, Nurmasyitah.(2018). Kendala Guru Dalam Menerapkan Model – ModelPembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 pada SD Negeri 62 Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala: Jurnal
Pesona Dasar Vol.6 No.2, Oktober 2018, Hal 22-32.
Purba, M. A., & Yando, A. D. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan dan
Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi
(SNISTEK) (No. 3, pp. 96-101)
Purwa Kusuma Arie. (2021). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.Unpam : Jurnal Sains Dan Matematika
Vol. 3, No. 2 (2021)
Rahayu, G. D. S., & Firmansyah, D. (2019). Pengembangan pembelajaran inovatif berbasis
pendampingan bagi guru sekolah dasar. Abdimas Siliwangi, 1(1), 17-25.
Rigusti, Wangsit. Heni Pujiastuti. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari
Motivasi Belajar Matematika Siswa Prima: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4, No. 1, Januari
2020, Hal. 1-10.
Setiawan, Agus. (2016). Hubungan Kausal Penalaran Matematis terhadap Prestasi Belajar Matematika
pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa. Al-Jabar:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No. 1, 2016, Hal 91-100.
Sopiany, H. N., & Rahayu, W. (2019). Analisis miskonsepsi siswa ditinjau dari teori kontruktivisme
pada materi segiempat. Jurnal Pendidikan Matematika, 13(2), 185-200.
Styaningrum, Amalia.2016. Analisis Hambatan Guru Dalam Pengintegrasian Teknologi Di SMPN 1
Grabag.Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Wh Ramadhani, A Hartoyo, A Mirza . (2015). Miskonsepsi Siswa Pada Materi Operasi Pada Bentuk
Aljabar Kelas VII SMP Haebat Islam. Jurnal.Untan.Ac.
Narasumber Wawancara: