Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Lusia Ayu Andini, S.Pd


No. UKG : 201800068354
Bidang PPG : Matematika
Asal Sekolah : SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kemampuan Kajian Literature Setelah dilakukan
literasi dan kajian literatur dan
numerasi o Salah satu kemampuan yang dibutuhkan untuk berdasarkan hasil
peserta didik menghadapi tantangan di abad-21 adalah wawancara dan
dalam literasi matematika. Salah satu faktor yang setelah dikonfirmasi
pembelajaran mempengaruhi capaian literasi matematika melalui observasi/
matematika siswa adalah gaya belajar. Gaya belajar yang pengamatan dapat
masih rendah terlalu monoton dan kurangnya menyajikan diketahui bahwa
serta sering masalah yang dapat meningkatkan penyebab
terjadi kemampuan literasi matematika. (Via dan Kemampuan literasi
miskonsepsi Triman, 2018) dan numerasi peserta
pada materi didik dalam
tertentu o Menurut Ate (2022) siswa tidak mampu pembelajaran
mengerjakan soal literasi numerasi matematika masih
dikarenakan siswa jarang sekali mengerjakan rendah serta sering
soal yang seperti itu. Soal yang biasa terjadi miskonsepsi
diberikan hanyalah soal yang menggunakan pada materi tertentu
perhitungan semata seperti hitunglah, adalah :
tentukanlah atau soal yang hanya 1. Siswa belum
menerapkan rumus secara langsung. Hal ini terbiasa dengan
sejalan dengan pendapat dari Wardani (2011) permasalahan
yang mengatakan bahwa siswa tidak berkaitan literasi
terbiasa mengerjakan soal - soal yang dan numerasi
membutuhkan kemampuan penalaran yang 2. Pemahaman
tinggi sehingga siswa mengalami kesulitan konsep dasar dan
untuk menyelesaikannya; siswa belum materi prasayarat
memiliki kemampuan berpikir kiritis dan siswa rendah
bernalar yang optimum (Manggala, 2015). 3. Guru belum
memfasilitasi
o Menurut Ainiyah (2016) Kemungkinan pembelajaran
penyebab siswa mengalami mikonsepsi: dengan
1) Kemampuan spasial dan motivasi: belajar permasalahan
memiliki keeratan korelasi yang sangat kontekstual
lemah dengan miskonsepsi yang dialami oleh 4. guru tidak
siswa sehingga tidak termasuk dalam melakukan
kemungkinan penyebab siswa mengalami kegiatan umpan
miskonsepsi, 2) alat peraga yang masih balik di akhir
kurang dimanfaat-kan oleh guru, 3) guru kegiatan
terlalu sering memberikan latihan soal pembelajaran
dibandingkan dengan belajar konsep
kepada siswa, 4) terdapat kesalahan dalam
buku referensi siswa.

o Mengenai faktor-faktor yang menyebabkan


siswa mengalami miskonsepsi dalam
menyelesaikan soal dibagi menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Deskripsi
faktor internal yang muncul antara lain: 1)
tidak menguasai pengetahuan dasar; 2)
kesalahan menggunakan konsep matematika;
3) kesalahan dalam menggunakan operasi
hitung; 4) tidak dapat menyelesaikan
masalah dalam bentuk soal cerita. Deskripsi
factor eksternal terbagi dua yaitu minat yang
kurang dan motivasi yang rendah. (Sopiany,
H. N., & Rahayu, 2019)

Wawancara
o Guru Senior:
1. Siswa lebih suka bermain HP daripada belajar
2. Orang tua sibuk bekerja dan tidak
memperhatikan pembelajaran anak
3. Guru mengajar hanya sebatas menyelesaikan
tanggung jawab dengan belum memberikan
pembelajaran yang memfasilitasi siswa dalam
pemahaman konsep

o Wakil Kurikulum:
1. Guru belum memfasilitasi siswa untuk
mencari sumber pembelajaran lain misal dari
internet karena pembelajaran berpusat kepada
guru
2. Siswa belum terbiasa melakukan kegiatan
literasi
3. Buku Bacaan belum menarik minat belajar
siswa dan belum tersedianya pojok baca di
sekolah

o Pakar
1. Siswa masih belum terbiasa menyelesaikan
permasalaham kontekstual yang berkaitan
dengan literasi dan numerasi (tingkat berpikir
C4 keatas) karena terbiasa mengerjakan
permasalahan di LKS saja.
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)
2. Guru sebagian besar masih memfasilitasi
pembelajaran dengan permasalahan yang bisa
diselesaikan dengan penggunaan rumus saja
yang hanya menuntut hasil akhir perhitungan
(tingkat berpikir C3 Kebawah)
(Widiawati, M.Pd)
3. Terjadi miskonsepsi karena siswa masih
memiliki motivasi rendah dan pemahaman
konsep dasar siswa dalam menyelesaikan
permasalahan masih lkurang
(Indah Widianingrum, M.Pd)

2 Rendahnya Kajian Literature Setelah dilakukan


motivasi kajian literatur dan
belajar, o Pada proses pembelajaran di sekolah seringkali berdasarkan hasil
kemampuan ditemukan siswa yang berhadapan dengan wawancara dan
akademik dan berbagai permasalahan yang menghambat setelah dikonfirmasi
hasil belajar proses pengembangan dirinya. Hal tersebut melalui observasi/
peserta didik ditandai dengan munculnya perasaan mudah pengamatan dapat
dalam putus asa dalam menyelesaikan soal diketahui bahwa
pembelajaran matematika, kurang konsentrasi, kurang penyebab Rendahnya
matematika bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, motivasi belajar,
tidak berupaya untuk menyelesaikan tugas kemampuan
dengan baik, tidak percaya diri saat diminta akademik dan hasil
untuk mengerjakan soal di depan kelas, serta belajar peserta didik
memiliki perasaan takut salah dan tegang saat dalam pembelajaran
menjawab pertanyaan dari guru. Kondisi- matematika adalah :
kondisi tersebut berpengaruh terhadap 1. Siswa menganggap
pencapaian hasil belajar (Rahayu & Hartono, matematika sulit
2016). Oleh sebab itu siswa terkadang memiliki 2. Guru tidak
motivasi yang kurang baik dalam mengikuti melakukan
pelajaran tersebut, karena merasa minder diagnostik awal
apabila sudah mendapatkan nilai di bawah 3. Pembelajaran
rata-rata dalam mata pelajaran matematika. masih
Siswa merasa kurang peraya diri dalam monoton/kaku
mengikuti pelajaran matematika dalam kelas. belum
(Rigusti:2020) memfasilitasi siswa
untuk memahami
o Menurut Setiwan (2016) salah satu fakta siswa konsep materi yang
kurang bermotivasi terhadap matematika diajarkan
sebagai penyebab rendahnya hasil belajar 4. Kurangnya
matematika adalah banyaknya materi yang perhatian orang tua
harus diselesaikan oleh guru dalam jangka dan guru dalam
waktu tertentu. Guru cenderung mengajar pembelajaran siswa
hanya dengan tujuan mengejar target secara menyeluruh
kurikulum. Kondisi yang demikian
menyebabkan guru kurang memperhatikan
metode pembelajaran matematika. Akibatnya
proses hasil belajar siswa hanya bersifat
sementara

o Menurut Sri Ayu, Sekar Dwi Ardianti, Savitri


Wanabuliandari (2021) Kesulitan yang dialami
siswa berdampak pada hasil belajar matematika
yang masih rendah. Faktor penyebab kesulitan
belajar matematika terdiri dari faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internalnya
adalah kesehatan tubuh yang tidak optimal,
cacat tubuh yaitu penglihatan yang lemah
atau mata minus dan pendengaran yang
kurang, kecerdasan yang rendah, minat siswa
pada pelajaran matematika masih rendah,
serta motivasi siswa dalam pembelajaran
matematika juga rendah. Sedangkan faktor
eksternalnya adalah faktor lingkungan
sekolah yaitu penggunaan media
pembelajaran matematika yang kurang
inovatif, faktor lingkungan keluarga adalah
orang tua kurang memperhatikan kegiatan
belajar matematika siswa, suasana dirumah
kurang baik saat siswa belajar matematika,
kegiatan dalam masyarakat yaitu siswa yang
terlalu banyak aktivitas sehingga kegiatan
belajar siswa menjadi terbengkalai, dan
faktor media massa yaitu pengaruh
penggunaan gadget dan TV.
Wawancara
o Peserta didik
1. Matematika Sulit
2. Takut belajar matematika karena waktu
belajar di jenjang sebelumnya guru pemarah,
setiap di tanya tentang materi yang belum
dipahami tidak mau menjelaskan
3. Guru terkadang tidak pakai media belajar

o Wakil Kurikulum:
1. Guru monoton dalam pembelajaran
menggunakan metode ceramah
2. Motivasi dari orang tua untuk
memperhatikan pembelajaran anak masih
kurang

o Pakar
1. Peserta didik masih menganggap
pembelajaran matematika sulit dan tidak
menyenangkan
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
2. Guru belum melaksanakan diagnostik awal
dari segi konten atau penilaian lainnya, misal
ketika akan memberikan pembelajaran
perkalian siswa harus bisa penjumlahan
terlebih dahulu, kalau guru bisa mengetahui
hal tersebut maka akan bisa merancang
metode pembelajaran yang memotivasi siswa
untuk belajar
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
3. Metode pembelajaran di kelas belum
membangun pendalaman konsep melalui
pembelajaran kontekstual karena
pembelajaran masih berpusat pada guru,
siswa belum terfasilitasi untuk bereksperimen
atau menemukan konsep
(Widiawati, M.Pd)
4. Skenario pembelajaran yang masih terlalu
kaku, guru menuangkan/memberikan contoh
yang ada di LKS saja
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)
5. Materi Prasyarat masih kurang sehingga pada
materi selanjutnya mengalami miskonsepsi
(Syafdi Maizora, S.Si,M.Pd)

3 Kurangnya Kajian Literature Setelah dilakukan


kemampuan o Berdasarkan penelitian Aryani dan Maulida kajian literatur dan
guru dalam (2019), siswa melakukan kesalahan-kesalahan berdasarkan hasil
menyusun yang beranekaragam dalam menyelesaikan soal wawancara dan
soal HOTS matematika tipe HOTS, meliputi kesalahan setelah dikonfirmasi
serta dalam memahami perintah soal, kesalahan melalui observasi/
kemampuan dalam mengaitkan menghubungkan suatu fakta pengamatan dapat
siswa dalam dari satu konsep ke konsep lain, kesalahan diketahui bahwa
memahami dalam menulis, mengkonstruksi, mengkreasi penyebab Kurangnya
dan me- ide, konsep, rumus, atau cara menyelesaikan kemampuan guru
nyelesaikan masalah, dan tidak (kesalahan) menarik dalam menyusun
soal HOTS kesimpulan. Penyebab kesalahan tersebut soal HOTS serta
masih kurang diantaranya adalah sebagian siswa mengalami kemampuan siswa
kesulitan dalam menerapkan keterampilan dalam memahami
berpikir tingkat tingginya. dan me-nyelesaikan
soal HOTS masih
o Menurut Kusuma (2021) Penyebab peserta kurang adalah:
didik tidak bisa menyelesaikan soal HOTS (1)
Kurangnya pemahaman konsep yang diguna- 1. Pemahaman
kan dalam perhitungan, (2) tidak mampu konsep siswa
memahami soal berupa narasi, (3) salah masih kurang
mendeskripsikan pertanyaan dari soal, (4) 2. Guru belum
kurangnya berlatih dalam menyelesaikan mendesain
soal pembelajaran
dengan
o Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya permasalahan
kemampuan guru dalam pembuatan soal-soal kontekstual
HOTS antara lain adalah guru kurang dengan tingkat
mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan berpikir C4 ke
pembuatan soal-soal HOTS, kemudian sikap atas
guru yang kurang serius dalam upaya 3. Guru dan siswa
pembuatan soal-soal HOTS, serta kurangnya terbiasa dengan
tekanan dari kepala sekolah maupun kaur pembelajaran
kurikulum bagi para guru dalam upaya LOTS
pembuatan soal-soal HOTS. (Amina Seknun, 4. Guru masih
2020) kurang mengikuti
pelatihan
pembelajaran/
Wawancara Penyususnan
o Guru Senior: Permasalahan
Guru belum memotivasi diri, untuk menciptakan HOTS
pembelajaran yang memfasilitasi siswa
menyelesaikan HOTS

o Pakar
1. Pemahaman konsep dasar/ materi prasayarat
matematika siswa masih rendah
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
2. Siswa terbiasa mengerjakan soal –soal yang
sama dengan contoh yang diberikan
berkaitan dengan simbol – simbol
matematika, sehingga siswa kurang terbiasa
bereksplorasi dalam menyelesaikan
permasalahan kontekstual
(Indah Widyaningrum, M.Pd – Syafdi Maizora,
S.Si, M.Pd)
3. Guru belum mendesain pembelajaran dengan
permasalahan ditingkat C4 Keatas bahkan
masih ditingkat C3 Kebawah
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
4. Guru masih berorientasi pada hasil belajar
bukan proses belajar
(Widiawati, M.Pd)

4 Guru belum Kajian Literature Setelah dilakukan


maksimal kajian literatur dan
dalam o Guru menghadapi berbagai kendala dalam berdasarkan hasil
memanfaat- menerapkan model pembelajaran pada wawancara dan
kan model- pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. setelah dikonfirmasi
model Hasil observasi terhadap proses pembelajaran melalui observasi/
pembelajaran yang dilakukan guru menunjukkan bahwa pengamatan dapat
inovatif terdapat beberapa kegiatan yang belum diketahui bahwa
berdasarkan maksimal dilakukan oleh guru diantaranya penyebab Guru belum
karakteristik dalam rancangan penerapan pembelajaran guru maksimal dalam
materi dan kurang memahami langkah- langkah memanfaat-kan
peserta didik pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model-model
model pembelajaran. Sehingga, guru kurang pembelajaran
mampu dalam menstimulasi siswa untuk inovatif berdasarkan
menemukan sendiri masalah yang ada pada karakteristik materi
materi pembelajaran. Hasil wawancara dan peserta didik
menunjukkan bahwa guru menyatakan kendala adalah:
yang dihadapi adalah kurang mampu 1. Pembelajaran
menyiasati waktu yang tersedia, pengelolaan masih berpusat
dan pengawasan kelas yang tidak dapat pada guru
berjalan maksimal dan ketidakaktifnya siswa 2. Guru merasa
dalam proses pembelajaran. Sehingga, proses perencanaan
penerapan model pembelajaran tidak dapat pembelajaran
berjalan dengan maksimal. (Mislinawati, dengan model
Nurmasyita: 2018) inovatif
membutuhkan
o Saat ini guru jarang sekali mengembangkan waktu yang lama
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan sedangkan materi
karakteristik siswa. Guru hanya kurikulum harus
mengggunakan perangkat pembelajaran yang diselesaikan
sudah ada tanpa membuat perangkat 3. Guru belum
pembelajaran sendiri, sehingga proses termotivasi untuk
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat menambah
tekstual, guru hanya menjelaskan materi yang pengetahuan
sudah ada di buku paket sedangkan siswa tentang model
hanya mendengarkan dan mencatat pembelajaran
penjelasan gurunya, dan aktivitas kelas inovatif dan
didominasi oleh guru. Sebagian besar guru- menerapkannya di
guru belum pernah melakukan penyusunan dalam kelas
perangkat pembelajaran berbasis model-model
pembelajaran inovatif. (Rahayu, G. D. S., &
Firmansyah, D.2019)

Wawancara
o Guru Senior:
1. Guru memiliki tugas tambahan
2. Guru tidak mau menantang diri untuk
menyiapkan pembelajaran yang bias menarik
bakat siswa, karena memang dalam
implementasinya, model pembelajaran inovatif
membutuhkan waktu dan pemikiran yang
lama untuk mem-persiapkannya

o Wakil Kurikulum:
1. Guru terlalu mengejar materi sesuai dengan
capaian kurikulum
2. Guru memiliki tugas tambahan sehingga
memiliki waktu yang terbatas untuk
menyiapkan pembelajaran yang inovatif

o Pakar
1. Guru dalam mengajar masih fokus mengejar
materi sesuai tuntutan kurikulum
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
2. Dalam menyusun model pembelajaran
membutuhkan waktu dan kematangan
perencanaan sehingga guru malas untuk
melakukannya, dan tetap menggunakan
pembelajaran yang berpusat pada guru
(Indah Widyaningrum, M.Pd)
3. Guru malas mengembangkan kompetensi nya
untuk memanfaatkan model pembelajaran
secara mandiri melalui berbagai platform
seperti membaca literatur yang ada
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
4. Guru terlalu kaku dalam merencanakan
pembelajaran, siswa belum paham, guru
sudah lanjut ke materi selanjutnya (mengejar
materi) tidak melakukan evaluasi lebih lanjut
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
5. Guru tidak mengerti karakterisitik peserta
didik
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
6. Terkendala Sarana dan prasarana untuk
memakai model pembelajaran
(Widiawati, M.Pd)

5 Pemanfaatan Kajian Literature Setelah dilakukan


teknologi/ kajian literatur dan
inovasi dalam o Berdasarkan hasil angket, observasi dan berdasarkan hasil
pembelajaran wawancara menunjukkan kemampuan guru wawancara dan
masih kurang menggunakan teknologi tergolong rendah, setelah dikonfirmasi
sebagian besar guru masih menggunakan melalui observasi/
metode konvensional. Secara keseluruhan pengamatan dapat
kendala yang ada yaitu fasilitas pribadi guru, diketahui bahwa
kemampuan guru menggunakan teknologi, penyebab
umur, dan waktu. Dari hasil penelitian pemanfaatan
menunjukkan bahwa kendala mengintegrasikan teknologi/ inovasi
teknologi merupakan hambatan dari guru dalam pembelajaran
sendiri yaitu tidak memiliki motivasi untuk masih kurang adalah:
mencoba dan mempelajari teknologi 1. Guru belum
(Styaningrum:2016) terbiasa
menggunakan
o Faktor penyebab guru kurang mampu teknologi, masih
menggunakan TIK dalam pembelajaran terikat dengan
adalah usia, guru masih butuh bimbingan penggunaan media
dalam mengakses media dari internet, dan konvensional
guru yang masih terikat dengan media 2. Sarana dan
konvensional. (Yusrizal, dkk., 2017) prasarana belum
memadai
o Faktanya di Indonesia saat ini, tidak semua
pendidik mampu dalam memanfaatkan
teknologi. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan pendidik, faktor
usia, dan masih terikat dengan penggunaan
media konvensional. Pemahaman pendidik
tentang pentingnya memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran juga masih rendah.
(Purba & Yando, 2020)

Wawancara
o Guru Senior:
1. Fasilitas yang dimiliki guru masih kurang,
misal kuota internet
2. Sarana dan prasarana di sekolah masih
kurang, smisalnya LCD belum tersedia,
instalasi listrik di kelas belum ada

o Wakil Kurikulum:
1. Sarana Prasarana sekolah masih belum
lengkap misalnya tidak tersedia jaringan
internet di sekolah dan sebagian kelas belum
ada listrik

o Pakar
1. Guru terbiasa dan merasa nyaman mengajar
tanpa teknologi dan belum sepenuhnya
termotivasi mengembangkan diri untuk
memahami teknologi
(Widiawati, M.Pd)
2. Perangkat (sarana) yang dimiliki guru belum
memadai, misal wifi belum tersedia,
perangkat untuk membuat media
pembelajaran belum memadai
(Dr. Chika Rahayu, M.Pd)
3. Siswa belum memiliki pengetahuan
prasayarat tentang teknologi, teknologi tidak
bisa digunakan ketika siswa tidak mengerti
teknologi yang dipakai oleh guru
(Syafdi Maizora,S.Si, M.Pd)
4. Guru belum tepat memilih aplikasi-aplikasi
untuk pembelajaran, misalnya pada materi
perkalian siswa diberikan kalkulator untuk
menghitung hasilnya, sehingga siswa tidak
melalui proses pembelajaran.
(Syafdi Maizora,S.Si, M.Pd)

Daftar Pustaka Kajian Literatur:

Aryani, Irma. Maulida. (2019). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Melalui Higher Order Thinking Skill (Hots). Jurnal Serambi Ilmu:Volume 20, Nomor 2, Edisi September
2019.
Ate, Dekriati., Lede Yulius K. (2022). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal
Literasi Numerasi. Jurnal Cendikia: Jurnal Pendidikan Matematika: Volume 06, No.01, Maret 2022,
Pp. 472-483.
Ayu, S., Ardianti, S. D., & Wanabuliandari, S. 2021. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 10(3), 1611-1622.
Laala Ainiyah, S Sugiyono. (2016). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dalam Materi Geometri Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Punggelan. Jurnal Pedagogi Matematika,
2016 - Journal.Student.Uny.Ac.Id
Mislinawati, Nurmasyitah.(2018). Kendala Guru Dalam Menerapkan Model – ModelPembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 pada SD Negeri 62 Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala: Jurnal
Pesona Dasar Vol.6 No.2, Oktober 2018, Hal 22-32.
Purba, M. A., & Yando, A. D. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan dan
Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi
(SNISTEK) (No. 3, pp. 96-101)
Purwa Kusuma Arie. (2021). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.Unpam : Jurnal Sains Dan Matematika
Vol. 3, No. 2 (2021)
Rahayu, G. D. S., & Firmansyah, D. (2019). Pengembangan pembelajaran inovatif berbasis
pendampingan bagi guru sekolah dasar. Abdimas Siliwangi, 1(1), 17-25.
Rigusti, Wangsit. Heni Pujiastuti. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari
Motivasi Belajar Matematika Siswa Prima: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4, No. 1, Januari
2020, Hal. 1-10.
Setiawan, Agus. (2016). Hubungan Kausal Penalaran Matematis terhadap Prestasi Belajar Matematika
pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa. Al-Jabar:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No. 1, 2016, Hal 91-100.
Sopiany, H. N., & Rahayu, W. (2019). Analisis miskonsepsi siswa ditinjau dari teori kontruktivisme
pada materi segiempat. Jurnal Pendidikan Matematika, 13(2), 185-200.
Styaningrum, Amalia.2016. Analisis Hambatan Guru Dalam Pengintegrasian Teknologi Di SMPN 1
Grabag.Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Wh Ramadhani, A Hartoyo, A Mirza . (2015). Miskonsepsi Siswa Pada Materi Operasi Pada Bentuk
Aljabar Kelas VII SMP Haebat Islam. Jurnal.Untan.Ac.

Narasumber Wawancara:

1. Peserta Didik : - Fadillah Nurhanifah (Siswa SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)


- Khairani (Siswa SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)
- Keysha Nabilla (Siswa SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)
- Siti Raisha (Siswa SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)
- Zahqra Qamara T (Siswa SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)
2. Guru : Agustini, S.Pd (MGMP Matematika Kota Pagaralam)
3. Wakil Kurikulum : Riduan, S.Pd (SMP Aisyiyah Terpadu Pagaralam)
4. Pakar : - Dr. Chika Rahayu, M.Pd (Pelatih Ahli PSP Kemendikbud/Dosen
Matematika STKIP Muhammadiyah Pagaralam)
(https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&user=wLV8jv0AAAAJ)
- Indah Widyaningrum, M.Pd (Wakil Ketua III/Dosen Matematika
STKIP Muhammadiyah Pagaralam)
(https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&user=s0zn9YkAAAAJ)
- Widiawati, M.Pd (Ketua Prodi Matematika STKIP Muhammadiyah
Pagaralam)
(https://scholar.google.co.id/citations?user=F2qwSDEAAAAJ&hl=en)
- Syafdi Maizora, M.Pd (Dosen Matematika Universitas Bengkulu)
(https://scholar.google.com/citations?hl=id&user=xeNp1Y8AAAAJ)

Narasumber Wawancara: https://bit.ly/Lusiadokumentasilk12

Anda mungkin juga menyukai