Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU AGENDA I ISU KONTEMPORER

PESERTA LATSAR CPNS 2022


Angkatan/Kelomok : 28/1
Nama : apt. Intan Yunindiska Herunanda, S.Farm.
Nomor Daftar Hadir :
Instansi : UPT. PUSKESMAS KECAMATAN MARONGE
Nama Mentor : Drs. H. Supran, M.M
Jabatan Mentor : WI Ahli Utama

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan selama bekerja di UPT Puskesmas Kecamatan
Maronge terdapat masalah yang muncul khususnya pada ruangan saya yaitu di ruangan
farmasi diantaranya:
1. Kurang optimalnya pelayanan farmasi klinik di Puskesmas
2. Kekosongan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
3. Monitoring obat kadaluarsa di sub unit Puskesmas
4. Pemusnahan obat kadaluarsa di Puskesmas
5. Kurang optimalnya pencatatan keluar masuknya obat di ruang pelayanan farmasi

B. Definisi Masalah
1. Kurang optimalnya pelayanan farmasi klinik di Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama. Dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu. Pergeseran
paradigma kefarmasian dari Drug oriented menjadi Patien oriented merupakan sebuah
hal yang mesti direspon positif oleh semua kalangan, baik itu pemerintah, farmasis
maupun masyarakat. Perubahan paradigma ini melahirkan sebuah produk yang
dinamakan dengan Pharmaceutical Care. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut, apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Selama ini
masih banyak terjadi ketidaktertiban dan ketidaksesuaian dalam pelayanan atau
pemberian obat kepada pasien di ruang farmasi. Salah satu penyebab yang terjadi
ketidaktertiban dan ketidaksesuaian dalam pelayanan atau pemberian obat tersebut tidak
dilakukan pengkajian resep dikarenakan sebelumnya belum terdapat Apoteker.
2. Kekosongan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
Ketersediaan obat merupakan obat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan
dipuskesmas minimal harus sama dengan jumlah kebutuhan obat yang seharusnya
tersedia di puskesmas. Ketersediaan obat di puskesmas harus disesuaikan dengan
kebutuhan untuk pelayanan pengobatan pada masyarakat di wilayah kerjanya. Tingkat
ketersediaan obat adalah tingkat persediaan obat baik jenis dan jumlah obat yang
diperlukan oleh pelayanan pengobatan dalam periode waktu tertentu, diukur dengan cara
menghitung persediaan dan pemakaian rata-rata perbulan. Oleh karena itu, kinerja
pengelola obat sangat menentukan keberhasilan dalam pengelolaan obat di Puskesmas.
Kinerja pengelolan obat meliputi tahapan perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendisribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan,
pemantauan dan evaluasi program yang terkait satu sama lain. Selama ini masi banyak
terjadi kekosongan obat di puskesmas yang mengakibatkan kegagalan pasien dalam
mendapatkan obat.
3. Monitoring obat kadaluarsa di sub unit Puskesmas
Penyimpanan obat merupakan kegiatan pengaturan terhadap obat-obatan yang
diterima agar tetap aman, mutu obat tetap terjamin dan terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia. Proses penyimpanan obat yang tidak sesuai akan menyebabkan obat
menjadi kadaluwarsa, rusak dan dead stock. Obat yang melewati masa kadaluwarsa dapat
membahayakan tubuh karena berkurangnya stabilitas obat serta mengakibatkan efek
toksik. Selama ini Petugas farmasi di puskesmas jarang melakukan monitoring obat
kadaluarsa ke sub unit puskesmas yang mengakibatkan terjadi penumpukan obat-obat
kadaluarsa di sub unit puskesmas yang seharusnya jika ditemukan obat kadaluarsa
langsung ditarik dari sub unit untuk dikembalikan ke gudang farmasi puskesmas untuk
mencegah pemberian obat kadaluarsa oleh petugas di sub unit.
4. Pemusnahan obat kadaluarsa di Puskesmas
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) merupakan tempat untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan. Namun demikian, fasyankes juga menjadi
salah satu sumber penghasil limbah medis termasuk limbah farmasi berupa obat rusak
dan kedaluwarsa. Dalam praktik pengelolaan limbah farmasi di fasilitas pelayanan
kesehatan, masih terdapat kendala antara lain terbatasnya perusahaan pengolah limbah
farmasi yang sudah mempunyai izin, keterbatasan jumlah dan sarana pengolah limbah
farmasi serta pemahaman petugas farmasi dalam pengelolaan limbah. Demikian pula
penggunaan obat di rumah tangga memungkinkan terdapatnya obat rusak dan
kedaluwarsa di rumah tangga, sehingga diperlukan edukasi kepada masyarakat untuk
mengenali karakteristik obat rusak dan kedaluwarsa dan dapat mengelola dangan baik.
Pengelolaan obat rusak dan kedaluwarsa yang tidak dilakukan dengan baik menimbulkan
risiko penggunaan yang tidak terpantau di fasyankes maupun rumah tangga, penumpukan
limbah farmasi di fasyankes, pencemaran lingkungan sampai risiko penyalahgunaan obat
rusak dan kedaluwarsa menjadi obat palsu. Hal itu akan berdampak terhadap patient
safety, kerugian secara ekonomi maupun keselamatan masyarakat dan alam sekitar.
Terjadi penumpukan obat rusak dan kadaluarsa di puskesmas karena tidak pernah
dilakukan pemusnahan, selain itu akibat dari obat kadaluarsa yang tidak dilakukan
pemusnahan di puskesmas yaitu kapasitas ruang penyimpnan semakin sedikit.
5. Kurang optimalnya pencatatan keluar masuknya obat di ruang pelayanan farmasi
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat
yang tertib dan lengkap serta tepat waktu. Pencatatan obat dilakukan rutin, setiap ada
obat yang masuk maupun keluar dari gudang farmasi. Kegiatan pencatatan yang
dilakukan di Puskesmas yaitu baik obat-obatan yang diterima, obat-obatan yang
disimpan, maupun obat-obatan yang didistribusikan dan digunakan di puskesmas dan
atau unit pelayanan lainnya. Pencatatan stok obat yang dilakukan di Puskesmas yaitu
kartu stok, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Pencatatan
dilakukan untuk mengetahui jumlah obat yang tersedia di tempat penyimpanan obat dan
sebagai pertanggung jawaban yang akan melindungi dari dugaan manipulative.
Pencatatan dan pelaporan berfungsi mencegah terjadi masalah terkait akibat obat serta
meminimalisir kesalahan terhadap penggunaan obat secara tidak wajar. Pencatatan dan
pelaporan di gudang farmasi puskesmas sudah terlaksana dengan baik akan tetapi
pencatatan obat masuk dan keluar di ruang pelayanan farmasi tidak terdokumentasi
secara optimal.

C. Analisis Masalah
Alat analisis kriteria isu yang digunakan adalah metode APKL (Aktual, Problematik,
Kekhayalayakan dan Kelayakan) sedangkan penentuan kualitas isu dilakukan dengan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
a) Teknik APKL
N KONDISI SAAT INI TOTA PERINGKAT
A O K L
O L
1 Kurang optimalnya pelayanan farmasi
klinik di Puskesmas 5 4 5 5 19 II

2 Kekosongan obat dan bahan medis


5 5 5 5 20 I
habis pakai di Puskesmas
3 Monitoring obat kadaluarsa di sub
5 3 3 4 15 IV
unit Puskesmas
4 Pemusnahan obat kadaluarsa di
4 4 4 5 17 III
Puskesmas
5 Kurang optimalnya pencatatan keluar
masuknya obat di ruang pelayanan 3 3 3 3 12 V
farmasi
Keterangan: dibuat skor APKL pada kisaran 1 – 5
1. Aktual : isu sedang terjadi atau dalam proses kejadian, atau diperkirakan bakal terjadi
dalam waktu dekat.
2. Problematik : merupakan masalah mendesak yang memerlukan berbagai upaya
alternative jalan keluar dengan aktivitas dan tindakann nyata
3. Kekhalayakan : menyangkut hajat hidup orang banyak, masyarakat pada umumnya
bukan untuk seorang atau kelompok
4. Kelayakan : logis, pantas, realitas, dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
kewenangan dan tanggung jawab.

b) Teknik USG
Beberapa isu yang telah di klasifikasi menggunakan metode APKL kemudian dipilih
peringkat 1,2,dan 3 untuk menentukan kualitas isu menggunakan metode USG.
N KONDISI SAAT INI TOTA PERINGKAT
U S G
O L
1 Kurang optimalnya pelayanan farmasi
klinik di Puskesmas 5 5 5 15 1

2 Kekosongan obat dan bahan medis


5 5 4 14 II
habis pakai di Puskesmas
3 Pemusnahan obat kadaluarsa di
3 3 3 12 III
Puskesmas
Keterangan : dibuat skor USG pada kisaran 1 – 5
Urgency : seberapa mendesak suatu masalah yang harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti
Seriousness : seberapa serius dampak atau pengaruh terhadap suatu masalah
Growth : seberapa besar kemungkinan isu tersebut berkembang jika tidak ditangani
D. Analisis Penyebab Masalah (Diagram Sirip Ikan / Fish Bone)
E. Rekomendasi Alternatif Penyelesaian Masalah
N Alternatif Penyelesaian Tahapan Setiap Alternatif Hasil Yang Diharapkan
O
1 Membuat SOP mengenai Mengumpulkan referensi Pelayanan farmasi klinik
pelayanan kefarmasian untuk pembuatan SOP dapat terlaksana secara
optimal
2 Melengkapi sarana Mengajukan kepada kepala Pelayanan farmasi klinik
prasarana penunjang puskesmas untuk dimasukkan dapat terlaksana secara
jalannya pelayanan farmasi kedalam rencana anggaran optimal
klinis puskesmas untuk seluruh
kebutuh sarana prasaran
penunjang pelayanan
kefarmasian seperti ruangan
khusus untuk konseling obat,
dibuatkan pembeda antara
penyerahan resep dan
penyerahan obat
3 Membuat media informasi Mebuat poster, leaflet, dan Pelayanan farmasi klinik
tentang informasi obat booklet dapat terlaksana secara
optimal
4 Menambah tenaga Mengajukan kebutuhan Pelayanan farmasi klinik
kefarmasian tenaga kefarmasian kepada dapat terlaksana secara
kepala puskesmas optimal

Anda mungkin juga menyukai