Anda di halaman 1dari 2

Forum Diskusi Asinkronus:

Setelah kita membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis


Aset, Ayo kita lihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya mari
kita jawab pertanyaan di bawah ini.

Kerjakan pula studi kasus di bawah ini, hubungkan dengan materi pendekatan berbasis
masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Studi kasus di bawah ini merupakan kejadian yang diambil dari pengalaman guru yang
sebenarnya, namun kami mengganti nama guru, sekolah, atau daerah mana kasus ini terjadi.

Cara Mengerjakan Studi Kasus:

Silakan membaca kedua studi kasus tersebut, lalu menjawab tiap pertanyaan dari studi kasus
tersebut. Cara menjawab tiap studi kasus, diawali dengan ‘Jawaban Studi kasus (no):’. 

Contoh Jawaban: Jawaban Studi Kasus 1: Saya melihat kasus Ibu Yuni… Jawaban Studi
Kasus 2: Menurut Saya, Pak Parjo seharusnya dapat… 

Studi Kasus 1

Studi kasus 1:

Ibu Yuni adalah salah satu guru SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua.  Sekolah
tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu
kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses
belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa
murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Yuni mulai sering marah-
marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. 
Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Yuni karena kondisi kelas yang susah
dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang
Ibu Yuni jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Yuni merah padam dan
kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang
menunjukkan tulisan tentang Ibu Yuni menjadi bulan-bulanan murid-murid di
grup WhatsApp.

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Yuni juga berada di ruang konseling saat itu,
beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-
muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat
pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh
guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.”
Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.

Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Yuni ini? Hubungkan dengan segala aspek yang bisa
didiskusikan dari materi modul ini
Kasus No.1 : Menurut saya pribadi, harusnya Ibu yuni menyesuaikan dengan keadaannya sekarang,
bukannya malah memaksakan kehendaknya kepada murid. Sebaiknya ibu Yuni berfokus kepada
kekuatan apa yang dimilikinya saat ini, kemudian mulai memetakan aset sumber daya yang dimiliki
khususnya murid. Mungkin dimulai dengan memfariasikan model pembelajaran yang sesuai dengan
kesiapan, profil serta minat belajar murid.

Studi kasus 2

Studi kasus 1:

Pak Parjo, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan
menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka
lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Parjo untuk mendaftar
seleksi calon pengawas sekolah.   Kepala sekolah memilih Pak Parjo untuk mengikuti seleksi
karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Parjo mengikuti
seleksi calon pengawas sekolah.

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan
limbah yang Pak Parjo ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat
nasional.  Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG)
bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Parjo justru merasa sedih direkomendasikan kepala
sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.

Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Parjo? Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa
yang bisa Anda lakukan?

Studi kasus 2 : Menurut saya mungkin pak Parjo khawatir jika menjadi pengawas sekolah maka akan
mengganggu proses mengajar murid-muridnya di kelas. Jika saya adalah kepala sekolahnya, maka
saya tetap akan mendukung serta menyemangati dan memotvasi pak Parjo untuk tetap mengikuti
seleksi pengawas sekolah karena pak Parjo memiliki potensi besar untuk terpilih sehingga nantinya
dapat dijaikan sebagai motivasi bagi guru-guru lainnya untuk dapat meningkatkan kompetensi diri
seperti pak Parjo. Sehingga nantinya dapat meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah
khususnya aset guru (modal manusia) dan berdampak pula pada aset-aset lainnya.

Anda mungkin juga menyukai