tp
s:
//j
ay
ap
ur
ak
ot
a.
bp
s .g
o.
id
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 i
id
o.
.g
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
ii Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
ISBN : 978-602-5524-53-0
Nomor Katalog : 4102004.9471
Nomor Publikasi : 94710.2014
Ukuran Buku : 21 X 29,7 cm
Jumlah Halaman : viii+74 halaman
Naskah :
Badan Pusat Statistik Kota Jayapura
id
o.
.g
ps
Penyunting :
.b
Gambar Kulit :
ap
TIM PENYUSUN
Penulis :
Siti Dwi Susianti, SST (Seksi Nerwilis BPS Kota Jayapura)
Ahmad Taufiq, S.Si. (Seksi Nerwilis BPS Kota Jayapura)
Editor :
Jeffry Yohanes Defretes, S.Kom., MM (Kepala BPS Kota Jayapura)
Suratmi, SST (Seksi Nerwilis BPS Kota Jayapura)
Cover :
Ahmad Taufiq, S.Si. (Seksi Nerwilis BPS Kota Jayapura)
id
o.
.g
ps
Layout :
.b
KATA PENGANTAR
id
Publikasi ini menyajikan tingkat perkembangan
o.
.g
kesejahteraan penduduk Kota Jayapura antar waktu dan
ps
.b
DAFTAR ISI
1.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin ……………………. 1
1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk ………………………………………………. 2
1.3 Angka Beban Ketergantungan ……………………………………………………….. 4
1.4 Wanita Menurut Usia Perkawinan Pertama ………………………………………….. 6
1.5 Penggunaan Alat/Cara KB ……………………………………………………………. 7
id
o.
BAB II KESEHATAN DAN GIZI …………………………………………………………………….. 11
.g
ps
2.1 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk …………………………………………….. 11
.b
DAFTAR TABEL
Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin, Kota Jayapura
Tabel 1.1. 2
Tahun 2015 – 2020 ………………………………………………………………...
id
Tabel 1.5. Menggunakan/Memakai Alat Kontrasepsi (Alkon) Menurut Jenis Kota Jayapura, 9
o.
2020 ………………………………………………………………………………..
.g
ps
Angka Harapan Hidup (AHH), Kota Jayapura dan Provinsi Papua Tahun 2015 -
.b
Tabel 2.1.1 11
2020 ………………………………………………………………………………..
ota
ak
Tabel 2.1.2 Angka Kesakitan Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2020…………… 12
ur
ap
ay
Angka Kesakitan Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal
//j
Tabel 2.1.3 12
Tahun 2020 ……………………………………………………………….
s:
tp
ht
Persentase Penduduk yang Sakit dan Berobat Jalan Menurut Tempat Tinggal
Tabel 2.2.1 13
dan Jenis Kelamin Tahun 2020 ……………………………………………………
Persentase Penduduk yang Sakit dan Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
Tabel 2.2.2 14
Jalan Tahun 2020 ………………………………………………………………….
Persentase Penduduk yang Sakit dan Berobat Jalan Menurut Alasan Utama
Tabel 2.2.3 15
Tidak Berobat Jalan Tahun 2020 ………………………………………………….
Tabel 2.2.4 Persentase Penduduk Menurut Kepemilikan Jaminan Kesehatan, Tahun 2020 ... 16
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3.3.1 23
Kota Jayapura, 2020 ……………………………………………………...………...
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tabel 3.3.2 23
Kota Jayapura, 2020 ……………………………………………………………….
id
o.
.g
Rata-Rata Guru per Sekolah, Rata-Rata Murid per Sekolah, dan Rasio Murid-
Tabel 3.4.2 27
ps
Guru Menurut Jenjang Pendidikan, Provinsi Papua Tahun 2016 – 2020 ………...
.b
ta
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai per Kapita (m²) di Kota
o
(Rupiah/Kapita/Bulan ……………………………………………………………...
//j
s:
Tabel 5.2.2 42
Jayapura dan Papua 2015-2020 …………………………………………………..
ht
Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial, 2020……………… 46
Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Apakah pernah Menerima Raskin, 2020….. 47
DAFTAR GAMBAR
Sasaran APM dalam Renstra Kemdikbud Tahun 2011-2015 dan Tahun 2016-
Gambar 3.1 24
2021 (dalam persen) …………………………………………………………….
Gambar 3.2 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Kota Jayapura Tahun 2020 …... 25
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai di Kota Jayapura dan Papua
Gambar 4.1 31
Tahun 2020 .……………………………………………………………………...
id
Gambar 4.2 Jayapura dan Papua Tahun 2020 ….…………………..………………………... 32
o.
.g
ps
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Rumah Terluas di Kota
.b
Gambar 4.3 33
Jayapura dan Papua Tahun 2020 …………………..…………..………………..
ota
ak
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Jayapura dan
Gambar 4.4 34
ur
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota
//j
Gambar 4.5 35
Jayapura dan Papua Tahun 2020 ………….…………..………………………...
s:
tp
ht
Gambar 5.1 Persentase Penduduk Miskin, Kota Jayapura Tahun, 2015-2020 ………...……. 40
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 1
BAB I KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu isu kependudukan yang menjadi perhatian
utama. Pada dasarnya isu ini telah lama menjadi perdebatan, apakah pertumbuhan penduduk
memberikan sumbangan, menjadi hambatan, atau tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan suatu daerah. Kesimpulan akhir yang diperoleh dari
berbagai penelitian terdahulu adalah population does matter, yang berarti bahwa penduduk dapat
memberikan sumbangan atau menjadi hambatan dalam proses pembangunan.
Selain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, masalah komposisi dan persebaran
penduduk di suatu daerah juga perlu menjadi perhatian. Penduduk merupakan faktor yang
endogenous yaitu faktor yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar melainkan dipengaruhi oleh faktor
id
dari dalam penduduk itu sendiri, sehingga perlu kebijakan kependudukan sebagai kontrol atas
o.
pertumbuhan maupun persebaran penduduk.
.g
ps
Penelitian oleh Birdsall dan Sinding (2011) memperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan
.b
ta
penduduk mempunyai hubungan kuat-negatif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi,
o
ak
dan penurunan pesat dari fertilitas memberikan kontribusi yang relevan terhadap penurunan
ur
ap
kemiskinan. Bahkan fertilitas di negara berkembang merupakan salah satu sebab dari kemiskinan
ay
yang terus menerus, baik pada tingkat keluarga ataupun pada tingkat makro (Adioetomo, 2005).
//j
s:
Mengingat berbagai indikator sosial dan ekonomi di Papua masih rendah, program pengendalian
tp
penduduk di provinsi paling timur Indonesia ini sangat penting termasuk di Kota Jayapura. Berbagai
ht
Upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satunya adalah
Program Keluarga Berencana (KB).
Tabel 1.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin
Kota Jayapura Tahun 2016 – 2020
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
id
Indikator kependudukan lainnya yang juga penting adalah rasio jenis kelamin. Indikator
o.
.g
kependudukan ini merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada
ps
.b
suatu daerah dan pada waktu tertentu. Rasio Jenis Kelamin berguna untuk pengembangan
ta
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Kita bisa menemukan beberapa fenomena di
ur
ap
masyarakat yang pada umumnya karena adat dan kebiasaan jaman dulu lebih mengutamakan
ay
banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama di suatu tempat tertentu. Informasi
tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan
keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Dari 303.760 jiwa penduduk di tahun 2019, jumlah penduduk laki-laki di Kota Jayapura
sebanyak 162.487 jiwa (53.49 persen) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 141.273 jiwa
(46,51 persen). Dengan demikian, rasio jenis kelamin di Kota Jayapura pada tahun 2020 sebesar
115.02. Hal Ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan di Kota Jayapura
terdapat 115 sampai 116 penduduk laki-laki. Dengan kata lain, Penduduk Kota Jayapura pada tahun
2020 lebih didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki.
jumlah penduduk 86 ribu jiwa atau 28,39 persen dari total penduduk Kota Jayapura. Hal ini
dikarenakan sebagian besar kegiatan ekonomi dan pemerintahan di Kota Jayapura terpusat di
Distrik Abepura.
Jika dilihat dari banyaknya penduduk yang tinggal di masing-masing distrik yang ada di Kota
Jayapura, terdapat perbedaan kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Distrik dengan kepadatan
penduduk paling jarang adalah Distrik Muara Tami dimana tiap satu km 2 hanya dihuni oleh 21
penduduk, Distrik yang paling padat adalah Distrik Jayapura Selatan dengan jumlah penduduk tiap
km2 mencapai 1.833 sampai 1.834 jiwa. Distrik Abepura merupakan distrik yang paling banyak
penduduknya di Kota Jayapura namun bukan menjadi distrik terpadat karena Distrik Abepura
merupakan distrik terluas kedua setelah Distrik Muara Tami. Oleh karena itu, jika dibandingkan
dengan Distrik Jayapura Selatan yang luas wilayahnya hanya 43,4 Km² (distrik dengan luas wilayah
paling sempit) tetapi di huni oleh 79.554 jiwa. Oleh karena itu sangat logis jika distrik Jayapura
id
Selatan dinyatakan sebagai distrik terpadat di Kota Jayapura.
o.
.g
ps
Tabel 1.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
.b
Dengan wilayah seluas 940 Km², kepadatan penduduk Kota Jayapura sebesar 323,15 yang
berarti bahwa tiap satu Km2 didiami oleh 323 sampai 324 penduduk. Kota Jayapura merupakan
daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Papua karena Kota Jayapura merupakan
ibu kota Provinsi Papua sehingga wilayah ini menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan di
Provinsi Papua.
4 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
ketika penduduk usia kerja mulai bekerja sehingga produksi pun menjadi meningkat. Dengan
.g
ps
adanya pekerjaan berarti pendapatan menjadi lebih tinggi. Rumah tangga pun akan mengkonsumsi
.b
ta
produk lebih banyak lagi. Rumah tangga akan menabung lebih banyak karena jumlah anak yang
o
ak
bertambahnya investasi sebagian besar masyarakat maka terjadi peningkatan modal dan pada
ap
Gelombang demografi yang kedua terjadi ketika sebagian besar penduduk usia kerja
s:
tp
mendekati masa pensiun dan mulai menabung dan berinvestasi untuk hari tua. Dengan demikian,
ht
hasil peningkatan akumulasi modal tersebut dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
secara lebih lanjut. Setelah tahap ini akan terjadi keprihatinan ekonomi karena adanya stagnasi
pertumbuhan penduduk dan populasi manula yang meningkat. Oleh karena itu, angka beban
ketergantungan sangat perlu untuk digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
setiap perumusan program kebijakan daerah.
Berdasarkan proyeksi Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk usia produktif di Kota
Jayapura tahun 2020 sebanyak 220.895 jiwa atau sebesar 72,72 persen dari total penduduk. Sisanya
terdiri atas usia belum produktif sebanyak 72.417 jiwa (23.84 persen) dan usia sudah tidak produktif
lagi sebanyak 10.449 jiwa (3,44 persen). Angka beban ketergantungan Kota Jayapura tahun 2020
sebesar 37,50. Ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Jayapura mempunyai
tanggungan sekitar 47 sampai 48 penduduk yang belum produktif dan atau penduduk yang
dianggap tidak produktif lagi. Hal ini bisa di analogikan bahwa setiap 1 orang usia tidak produktif
atau usia belum produktif biaya hidupnya di tanggung oleh 2 orang usia produktif.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 5
Komposisi penduduk Kota Jayapura juga dapat dilihat melalui piramida penduduk. Piramida
id
o.
penduduk Kota Jayapura tahun 2020 menunjukkan kondisi pertumbuhan penduduk yang tinggi.
.g
ps
Komposisi penduduk yang sedang tumbuh ini ditandai oleh tingkat kelahiran yang masih cukup
.b
tinggi. Sehingga, penduduk kelompok usia muda lebih mendominasi dibandingkan dengan
o ta
penduduk kelompok usia tua. Ujung piramida ini memiliki kemiringan yang cukup curam
ak
ur
menunjukkan masih rendahnya angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Berdasarkan bentuk
ap
piramida di bawah ini, ciri penduduk Kota Jayapura termasuk dalam kategori ekspansif (piramida
ay
penduduk muda).
//j
s:
tp
ht
Laki-laki
Perempuan
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
30.000 20.000 10.000 0 10.000 20.000
Sumber: BPS Kota Jayapura
6 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
pertamanya di usia 21 tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan usia ideal yang dianjurkan oleh Badan
.g
ps
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Sebanyak 56,23 persen perempuan usia 10 tahun
.b
ta
ke atas di Kota Jayapura melakukan perkawinan pertamanya pada usia di atas 21 tahun. Sedangkan
o
ak
di Papua, hanya 48,80 persen perempuan usia 10 tahun ke atas melakukan perkawinan pertamanya
ur
pada usia diatas 21 tahun. Hasil Susenas 2020 menunjukkan masih adanya perempuan usia 10 tahun
ap
ke atas yang melakukan perkawinan pertamanya di usia kurang dari 16 tahun. Padahal menurut UU
ay
//j
Perkawinan Tahun 1974, batas minimal usia nikah bagi perempuan adalah 16 tahun. Terkait hal ini,
s:
tp
perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk membangun kesadaran perempuan bahwa usia
ht
perkawinan yang terlalu muda dapat meningkatkan resiko medis kehamilan dan persalinan yang
dapat menyebabkan kematian ibu dan anak. Berdasarkan hasil proyeksi, pada tahun 2020 – 2030
akan terjadi penurunan angka kematian ibu dan anak. Hal ini tentu sesuai dengan yang ingin dicapai
oleh program SDG’S.
Tabel 1.4. Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Umur
Perkawinan Pertama Kota Jayapura, 2020
Selain untuk mencegah resiko medis, peningkatan usia kawin pertama juga diperlukan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, tidak hanya penyuluhan yang
diperlukan, tetapi juga peningkatan pendidikan dan kesempatan kerja bagi perempuan. Dengan
tersedianya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, pilihan yang tersedia bagi perempuan bukan
hanya untuk memilih menikah, tetapi juga pilihan untuk melanjutkan pendidikan atau untuk
bekerja.
id
merupakan salah satu penyebab dari kemiskinan yang terus menerus, baik pada tingkat mikro
o.
.g
ataupun pada tingkat makro. Oleh karena itu, program pengendalian penduduk di Kota Jayapura
ps
sangat penting karena berbagai indikator sosial dan ekonomi di Kota Jayapura masih relatif rendah.
.b
ta
Selain peningkatan usia kawin pertama, upaya pemerintah untuk mengendalikan laju
o
ak
pertumbuhan penduduk adalah melalui penggunaan alat kontrasepsi. Program keluarga berencana
ur
yang digaungkan oleh BKKBN dengan motto ‘dua anak cukup’ diharapkan dapat memberikan
ap
ay
kualitas hidup yang lebih baik. Dengan mendukung penggunaan KB masyarakat diharapkan tidak
//j
hanya berpedoman pada soal ‘banyak anak, banyak rejeki’, tapi lebih mengutamakan bagaimana
s:
tp
pemenuhan gizi anak dan pendidikannya kelak. Dengan demikian pembangunan manusia dari level
ht
keluarga dapat dikondisikan dengan baik. Perkembangan program KB saat ini bukan hanya untuk
menurunkan tingkat kelahiran, tapi juga untuk mewujudkan bonus demografi yang berkualitas dan
generasi yang berkualitas di masa mendatang.
Berdasarkan hasil Susenas 2020, penggunaan alat kontrasepsi di Kota Jayapura masih
rendah. Sebesar 54,80 persen perempuan usia subur (15-49 tahun) di Kota Jayapura tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 16,59 persen perempuan usia subur (15-49 tahun) pernah
menggunakan alat kontrasepsi, sementara perempuan usia subur yang sedang menggunakan alat
kontrasepsi hanya sekitar 28,61 persen saja. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi di Papua jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan Kota Jayapura. Sebesar 71,67 persen perempuan usia subur
(15-49 tahun) tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hanya 8,27 persen yang pernah menggunakan
alat kontrasepsi, dan 20,06 persen yang sedang menggunakan alat kontrasepsi.
8 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
70
60
50
40 Kota Jayapura
71,67 Papua
30
54,8
20
28,61
10 20,06
16,59
8,27
id
0
o.
Ya, Pernah Ya, Sedang Tidak
.g
ps
Sumber: BPS Kota Jayapura
.b
ta
Pemakaian alat KB pada perempuan pernah kawin di Kota Jayapura masih didominasi oleh
o
ak
kontrasepsi modern jangka pendek. Dari total perempuan usia 15-49 tahun pernah kawin yang
ur
ap
sedang menggunakan alat kontrasepsi, suntik KB menjadi alat kontrasepsi yang paling banyak
ay
digunakan yaitu sebesar 49,78 persen, kemudian diikuti oleh penggunaan susuk dan pil KB.
//j
s:
Penggunaan alat kontrasepsi suntik mengalami peningkatan dari tahun lalu karena dianggap minim
tp
ht
resiko dan praktis. Masih tercatat adanya perempuan pernah kawin yang masih menggunakan cara
kontrasepsi tradisional, yaitu dengan metode pantang berkala sebesar 0,90 persen. Angka ini
menunjukkan kurangnya pengetahuan dan sosialisasi sehingga masih banyak yang menganggap
bahwa alat KB dapat memberikan efek samping. Akibatnya banyak yang beralih ke cara kb
tradisional.
Peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan salah satu
target program KB yang ingin dicapai oleh BKKBN. MKJP merupakan alat kontrasepsi yang
digunakan dalam jangka panjang seperti IUD, implan (susuk KB), dan kontrasepsi mantap
(tubektomi dan vasektomi) yang tidak hanya berfungsi untuk menunda dan menjarangkan
kehamilan, juga untuk menghentikan kesuburan.
Perempuan pernah kawin yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
pada tahun 2019 hanya sebesar 21,32 persen, yaitu kumulatif dari persentase penggunaan alat KB
jenis MOW, MOP, AKDR/IUD/Spiral, dan susuk KB. Persentase ini menurun dari tahun sebelumnya
yang hanya sebesar 12,89 persen. Pada tahun 2019 susuk KB merupakan jenis kontrasepsi yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 9
paling banyak digunakan (21,64 persen). Sedangkan pada tahun 2020 MOW/Tubektomi yang paling
banyak digunakan (9,19). Kurangnya pengetahuan terhadap manfaat dan efektivitas MKJP juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan MKJP di kalangan
perempuan umur 15-49 tahun pernah kawin. Masih banyaknya perempuan berumur 15-49 tahun
yang kawin tidak menggunakan alat kontrasepsi di wilayah Kota Jayapura merupakan tantangan
tersendiri pada pelaksanaan program KB.
Tabel 1.5. Persentase Perempuan 15-49 Tahun Pernah Kawin yang Memakai Alat Kontrasepsi
di Kota Jayapura, 2019-2020
Alat/Cara KB 2019 2020
id
AKDR/IUD/Spiral 11,15 4,16
o.
.g
Suntik KB 44,21
ps 49,78
Susuk KB 21,64 7,97
.b
ta
Sosialisasi yang gencar mengenai program KB dan kemudahan akses terhadap fasilitas KB
diperlukan guna memastikan masyarakat mendapatkan informasi dan pendidikan yang tepat
mengenai pentingnya peningkatan kualitas penduduk dan kesejahteraan keluarga melalui
pengaturan kehamilan. Program KB juga diharapkan bisa menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Selain untuk manfaat secara mikro pada level keluarga, program KB juga dilaksanakan untuk
pencapaian target SDG’s.
Peredaran dan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat juga perlu di kontrol dengan baik
agar tidak menimbulkan masalah sosial akibat penyalahgunaan alat kontrasepsi. Fenomena ini
pada umumnya terjadi di kalangan remaja khususnya para pelajar. Oleh karena itu, BKKBN juga
perlu mengawal rantai pasok alat kontrasepsi sebaik-baiknya.
10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 11
Salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk adalah
tingkat kesehatan. Oleh sebab itu indikator kesehatan menjadi sangat penting untuk
id
o.
kesehatan antar wilayah, menilai kebutuhan pelayanan kesehatan, merencanakan dan
.g
ps
implementasi pelayanan kesehatan, dan mengevaluasi pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan
.b
suatu masyarakat dapat dilihat dari angka harapan hidup (AHH) saat lahir. Angka tersebut
o ta
ak
didefinisikan sebagai perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh
ur
Tabel 2.1.1. menampilkan data salah satu indikator penyusun Indeks Pembangunan Manusia.
ay
//j
Pada tabel tersebut dapat dilihat series data Angka Harapan Hidup (AHH) dari tahun 2016 hingga
s:
tp
tahun 2020 baik untuk Kota Jayapura maupun Provinsi Papua. AHH Kota Jayapura pada tahun 2020
ht
adalah 70,45 tahun, yang artinya tiap bayi yang lahir secara rata-rata diharapkan dapat hidup
hingga usia 70,45 tahun. AHH penduduk Provinsi Papua tahun 2020 meningkat dibandingkan AHH
lima tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 65,79 tahun. AHH Kota Jayapura selama lima tahun
terakhir hanya meningkat 0,46 poin. Peningkatan ini lebih kecil jika dibandingkan dengan AHH
Provinsi Papua yang mencapai 0,67 poin. Secara umum AHH Kota Jayapura lebih tinggi
dibandingkan Provinsi Papua yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan Kota Jayapura lebih baik
dibandingkan Provinsi Papua.
Tabel 2.1.1 Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Jayapura dan Papua Tahun 2015-2019
Wilayah 2016 2017 2018 2019 2020
Tabel 2.1.2. Angka Kesakitan Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal Tahun 2020
Wilayah Angka Kesakitan
Ya Tidak Jumlah
Banyaknya penduduk yang menderita sakit (morbiditas) juga dapat menentukan derajat
kesehatan penduduk. Morbiditas menunjukkan adanya gangguan atau keluhan kesehatan yang
mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah,
mengurus rumah tangga, maupun melakukan aktivitas lainnya. Pada umumnya keluhan kesehatan
id
yang biasa dialami penduduk antara lain: panas, batuk, pilek, asma/sesak napas, diare, sakit kepala
o.
.g
berulang, sakit gigi, dan campak. Semakin banyak penduduk. yang mengalami gangguan
ps
kesehatan, semakin tinggi nilai morbiditas berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah
.b
ta
tersebut.
o
ak
ur
Tabel 2.1.3. Angka Kesakitan Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal Tahun 2020
ap
Ya Tidak Jumlah
tp
ht
Hasil Susenas 2020 menunjukkan persentase penduduk Kota Jayapura yang menderita sakit
mencapai 8,46 persen dimana angka morbiditas perempuan (7,90 persen) lebih rendah dari
morbiditas laki-laki (8,92 persen). Persentase penduduk Provinsi Papua yang menderita sakit lebih
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 13
tinggi jika dibandingkan dengan Kota Jayapura yaitu 8,57 persen dimana angka morbiditas laki-laki
(8,57 persen) sama dengan moriditas perempuan.
Tabel 2.2.1. Persentase Penduduk yang Sakit dan Berobat Jalan Menurut Tempat Tinggal dan Jenis
Kelamin Tahun 2020
id
Wilayah Jenis Kelamin Ya Tidak Jumlah
o.
(1) (2)
.g
(3) (4) (5)
ps
Kota Jayapura Laki-Laki 61,33 38,67 100,00
.b
ta
o
Wilayah Kota Jayapura pada tahun 2020 terdapat sebesar 60,13 persen penduduk yang
mengalami sakit telah berobat jalan, sedangkan sisanya tidak berobat jalan dengan alasan
mengobati sendiri dan merasa tidak perlu diobati. Penduduk perempuan yang sakit dan berobat
jalan sebanyak 58,39 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang sakit
dan berobat jalan yaitu 61,33 persen. Persentase penduduk yang sakit dan berobat jalan di Propinsi
Papua adalah 49,92 persen, dimana angka penduduk perempuan yang sakit dan berobat jalan
(51,12 persen) lebih tinggi dari angka penduduk laki-laki yang sakit dan berobat jalan (48,82 persen).
Hal ini disebabkan perbedaan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat laki-laki maupun
perempuan.
Terjadi perbedaan pola penduduk yang mengalami sakit dan berobat jalan antara masyarakat
Kota Jayapura dengan penduduk Papua secara umum. Seperti yang telah di uraikan sebelumnya
14 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
bahwa persentase penduduk perempuan yang sakit dan berobat jalan lebih besar dibandingkan
dengan persentase laki-laki yang sakit dan berobat jalan untuk di Papua sedangkan di Kota
Jayapura terjadi sebaliknya.
Tabel 2.2.2. Persentase Penduduk yang Sakit Menurut Tempat Berobat Jalan Tahun 2020
Tempat Berobat Jalan Persentase Penduduk
yang Berobat Jalan
Kota Papua
Jayapura
(1) (2) (3)
id
o.
Klinik/praktek dokter 6,89 6,61
.g
bersama ps
Puskesmas 59,64 71,20
.b
ta
tradisional
ay
Pada tabel 2.2.2 dapat diperoleh informasi berapa besar penduduk Kota Jayapura yang sakit
dan berobat jalan ke beberapa fasilitas kesehatan yang ada. Kota Jayapura yang lebih banyak
dijumpai daerah perkotaan tempat berobat penduduk sangat bervariasi. Persentase penduduk yang
sakit dan berobat jalan ke puskesmas sebesar 59,64 persen. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar
masyarakat yang sakit di Kota Jayapura memilih berobat ke puskesmas dibandingkan ke fasilitas
kesehatan lainnya. Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas juga menjadi tempat
berobat pertama yang banyak di pilih oleh masyarakat Papua secara umum. Menjadi hal yang wajar
karena fasilitas kesehatan ini lebih mudah di jangkau oleh masyarakat terkait keberadaannya yang
lebih banyak di temukan di pedesaan. Selain itu juga biaya yang dikeluarkan untuk berobat di
puskesmas lebih murah dibandingkan jika masyarakat berobat di fasilitas kesehatan lainnya.
Rumah sakit pemerintah menjadi pilihan tempat berobat jalan terbanyak kedua setelah
puskesmas. Hal ini terjadi di Kota Jayapura maupun di Papua secara umum. Hal ini terjadi karena
pada umumnya fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang tersedia di rumah sakit pemerintah lebih
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 15
lengkap namun biaya berobat juga relatif lebih murah dibandingkan tempat fasilitas kesehatan
lainnya. Susenas 2020 menangkap fenomena menarik yang terjadi di masyakat Kota Jayapura
bahwa pada umumnya mereka yang mengalami keluhan kesehatan sangat sedikit sekali yang
berobat ke praktek pengobatan tradisonal. Hal ini di gambarkan dari angka persentasenya yang
sebesar 0,00 persen.
Tabel 2.2.3. Persentase Penduduk yang Sakit tetapi Tidak Berobat Jalan Menurut Alasan Utama
Tidak Berobat Jalan Tahun 2020
Persentase Penduduk
Alasan Utama yang Sakit tetapi Tidak
Berobat Jalan
Kota Papua
Jayapura
(1) (2) (3)
id
berobat
o.
Tidak ada biaya transpor 0,00 1,68
.g
ps
Tidak ada sarana 0,00 2,01
.b
ta
transportasi
o
Lama
ur
mendampingi
tp
Beberapa alasan utama masyarakat yang mengalami sakit tetapi tidak berobat jalan
diantaranya tidak punya biaya berobat, tidak ada biaya dan sarana transportasi, waktu tunggu
pelayanan lama, mengobati sendiri, tidak ada yang mendampingi, dan tidak merasa perlu maupun
alasan lainnya. Sebagian besar masyarakat di Kota Jayapura maupun di Papua secara umumnya
yang tidak berobat ketika mengalami keluhan kesehatan mempunyai alasan merasa tidak perlu
ataupun merasa cukup dengan mengobati sendiri.
Jaminan kesehatan adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan. Menurut UU
No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan kesehatan diselenggarakan
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Sebanyak 21,92 persen penduduk Kota
16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
Jayapura tidak memiliki jaminan kesehatan. Persentase kepemilikan jaminan kesehatan lebih besar
pada penduduk berjenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Pola yang sama terjadi pada
penduduk Papua secara umum.
Persentase terbanyak kepemilikan jaminan kesehatan penduduk Kota Jayapura adalah BPJS
baik yang berjenis BPJS PBI maupun BPJS non PBI. Dari data ini nampaknya Undang-undang No 40
Tahun 2004 terkait kewajiban setiap WNI untuk mengikuti program BPJS belum bisa diterapkan
dengan baik. Masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat terkait pelayanan pasien
pengguna asuransi kesehatan BPJS dibandingkan dengan jenis asuransi kesehatan lainnya.
Hal yang berbeda terjadi pada penduduk Papua secara umum. Persentase terbanyak terkait
kepemilikan jaminan kesehatan penduduk di Papua adalah Jamkesda. Hal ini terjadi karena
sebagian besar wilayah di Papua adalah wilayah pedesaan yang akses jangkaunya sulit sehingga
masih banyak penduduk miskin yang membutuhkan jaminan kesehatan khusus dari pemerintah
daerah ini.
id
o.
.g
ps
Tabel 2.2.4. Persentase Penduduk Menurut Kepemilikan Jaminan Kesehatan, Tahun 2020
.b
Kepemilikan Jaminan
ta
Kota Papua
ur
Jayapura
ap
Berdasarkan data Susenas tahun 2020, persentase penduduk yang menggunakan jaminan
kesehatan untuk berobat jalan di Kota Jayapura lebih banyak penduduk yang berjenis kelamin laki-
laki (75,77 persen) dibandingan perempuan (73,45 persen). Hal ini berbanding terbalik dengan yang
terjadi pada penduduk Papua secara keseluruhan. Banyaknya persentase penduduk yang sakit dan
menggunakan jaminan kesehatan untuk berobat sudah mencapai angka 74,84 persen. Akan tetapi,
persentase ini lebih kecil dibandingkan persentase penggunaan jaminan kesehatan untuk berobat
di Provinsi Papua yaitu sebesar 83,22 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 17
Tabel 2.2.5. Persentase Penduduk yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Menurut Tempat
Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2020
Wilayah Jenis Kelamin Penduduk yang menggunakan
Jaminan Kesehatan
Ya Tidak Jumlah
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
2.3. Pemanfaatan Fasilitas Tenaga Kesehatan
.b
ta
Menurut World Health Organization (WHO), kunci strategis dalam menurunkan angka kematian ibu
o
ak
dan bayi saat proses persalinan adalah adanya tenaga kesehatan terlatih yang membantu dalam
ur
ap
proses persalinan1. Penolong persalinan diartikan sebagai siapa yang menolong pada saat proses
ay
kelahiran anak. Pada Susenas 2020, penolong persalinan ditanyakan kepada wanita usia 15-49
//j
s:
tahun berstatus pernah kawin yang melahirkan anak dalam dua tahun terakhir dan pertanyaan
tp
persalinan “lainnya” (selain tenaga kesehatan dan dukun beranak/paraji) hampir tidak ada yaitu
0,00 persen. Dalam kategori ini, penolong persalinan antara lain suami, tetangga, atau kerabat. Hal
ini berbanding terbalik dengan Provinsi Papua dimana persentase penolong persalinan lainnya
cukup besar hingga mencapai 1,83 persen.
Tabel 2.3. Persentase Perempuan 15-49 Tahun Pernah Kawin yang pernah Melahirkan dalam waktu
2 Tahun terakhir Menurut Penolong Persalinan Terakhir Tahun 2020
Penolong Proses PersalinanTerakhir Kota Jayapura Papua
id
Perawat 3,19 5,17
o.
.g
ps
Tenaga Kesehatan Lainnya 4,89 12,57
.b
ta
Peningkatan kualitas penduduk diperlukan supaya penduduk tidak menjadi beban bagi
pembangunan, tetapi justru dapat menjadi aset pembangunan. Pendidikan, sebagai instrumen
penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial, merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebagai salah satu hak asasi manusia, pemenuhan
kebutuhan terhadap pendidikan bagi setiap penduduk Indonesia dijamin dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28C ayat 1) yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
id
Informasi maupun gambaran mengenai situasi dan kondisi pendidikan di Papua diperlukan
o.
.g
sebagai bahan evaluasi pembangunan manusia. Informasi tersebut juga diharapkan dapat
ps
mendukung sistem pendidikan nasional serta strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan
.b
ta
nasional yang paling efektif dan efisien untuk diterapkan di Papua. Hasil pembangunan pendidikan
o
ak
dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, tingkat
ur
ap
partisipasi sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, serta kualitas pelayanan pendidikan
ay
yang dievaluasi melalui rasio-rasio pendidikan (rasio murid-guru, murid-kelas, dan guru-kelas),
//j
s:
angka kelulusan, angka mengulang, angka putus sekolah, dan persentase guru yang memenuhi
tp
kualifikasi akademik.
ht
Renstra Kemdikbud Tahun 2015-2020, rata-rata lama sekolah ditargetkan minimal 8,8 tahun pada
2020.
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM), rata-rata lama sekolah penduduk usia
15 tahun ke atas di Kota Jayapura tahun 2020 adalah 11,56 tahun. Angka tersebut melebihi target
rata-rata lama sekolah dalam Renstra 2014 yang melebihi 8,25 persen. Sedangkan rata-rata lama
sekolah Provinsi Papua tahun 2020 berada dibawah target Renstra 2014 yaitu 6,69 tahun. Secara
nasional, rata-rata lama sekolah Kota Jayapura dibawah rata-rata lama sekolah Indonesia.
Tabel 3.1. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Kota Jayapura dan Papua,
Tahun 2016-2020
Wilayah 2016 2017 2018 2019 2020
id
o.
Papua 6,15 6,27 6,52 6,65 6,69
.g
ps
Sumber: BPS Kota Jayapura
.b
o ta
Disparitas cukup tinggi terjadi antara Kota Jayapura dan Provinsi Papua disebabkan banyak
ak
kabupaten di Papua terutama di wilayah pegunungan yang rata-rata lama sekolahnya sangat
ur
ap
rendah. Rendahnya rata-rata lama sekolah dipercaya berkaitan dengan tingginya angka kemiskinan
ay
dan relatif jauhnya keberadaan fasilitas layanan pendidikan dari pemukiman penduduk atau
//j
s:
memerlukan biaya transportasi yang relatif besar untuk menjangkau fasilitas pendidikan tersebut.
tp
ht
Tabel 3.2.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan
Membaca dan Menulis Kota Jayapura dan Papua, 2020
Wilayah Jenis Kelamin Laki-laaki
dan
Laki-Laki Perempuan perempuan
Hasil Susenas 2020 menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis masyarakat
Kota Jayapura sudah cukup bagus. Meskipun demikian, masih terdapat sekitar 1,43 persen
penduduknya yang tidak bisa membaca dan menulis. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
id
penduduk perempuan lebih banyak yang ditemui tidak bisa membaca dan menulis dibandingkan
o.
penduduk laki-laki. Jika dibandingkan dengan penduduk di Provinsi Papua secara umumnya, maka
.g
ps
persentase kemampuan membaca dan menulis masyarakat Kota Jayapura lebih baik dengan tetap
.b
ta
searah polanya bahwa persentase penduduk laki-laki yang bisa membaca dan menulis lebih banyak
o
ak
Salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia dapat dievaluasi melalui pendidikan
ap
ay
tertinggi yang ditamatkan. Tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan dapat diidentifikasi
//j
melalui ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka
s:
tp
semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Kualitas sumber daya manusia merupakan modal dasar
ht
dalam menghadapi persaingan global. Dengan kata lain, daya saing suatu bangsa tidak bisa
dipisahkan dari mutu dan kualitas sumber daya manusianya.
Persentase penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai ijazah (3,79
persen) lebih rendah dibandingkan persentase laki-laki (4,69 persen). Kesenjangan gender terlihat
pada setiap jenjang pendidikan dimana persentase penduduk laki-laki yang sudah menamatkan
jenjang SD dan SMP sederajat tidak lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Sedangkan
persentase penduduk laki-laki yang sudah menamatkan jenjang SMA sederajat lebih rendah
dibandingkan persentase penduduk perempuan. Diharapkan kedepannya bahwa mereka yang
belajar mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan (SDG’s), termasuk antara lain, memastikan akses yang setara bagi semua
perempuan dan laki-laki terhadap pendidikan tinggi, teknis dan kejuruan yang berkualitas dan
terjangkau, termasuk universitas.
22 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
Tabel 3.2.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan
Tertinggi yang ditamatkan di Kota Jayapura, 2020
Pendidikan Tertinggi Jenis Kelamin Laki-laki
dan
Laki-Laki Perempuan Perempuan
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
3.3. Tingkat Partisipasi Sekolah
.b
ta
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
o
ak
pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan telah diupayakan pemerintah mulai dari pemberian
ur
dasar hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
//j
mengetahui keaktifan penduduk dalam pendidikan dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah,
s:
tp
yaitu melalui indikator angka partisipasi sekolah (APS) dan angka partisipasi murni (APM). Angka
ht
partisipasi sekolah (APS) merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada
pendidi an khususnya bagi penduduk umur sekolah. APS didefinisikan sebagai persentase
penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur tertentu. Oleh karena itu, APS yang tinggi
menunjukkan tingginya partisipasi sekolah oleh penduduk umur tertentu. APS juga dapat
digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah.
Faktor demografis yang mempengaruhi akses penduduk terhadap pendidikan adalah umur.
Semakin tinggi kelompok umur sekolah, semakin rendah tingkat partisipasi sekolahnya. Hal
tersebut juga tercermin dalam APS di Kota Jayapura sepenuhnya yang disajikan pada Tabel 3.3.1.
APS penduduk umur 7-12 tahun mencapai 97,15 persen. Angkanya naik menjadi 98,07 persen untuk
kelompok umur 13-15 tahun dan turun menjadi 92,21 persen pada kelompok umur 16-18 tahun. Ini
berarti meskipun lebih dari 98 persen penduduk umur 13-15 tahun sudah bersekolah, namun tidak
semuanya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain faktor ekonomi, hal tersebut
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 23
juga bisa diakibatkan karena sebagian penduduk usia 16-18 tahun melanjutkan pendidikan di luar
daerah sehingga tidak terekam di Kota Jayapura.
Tabel 3.3.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kota Jayapura, 2020
Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki
dan
Laki-Laki Perempuan Perempuan
id
o.
.g
Menurut jenis kelamin, APS untuk perempuan secara umum lebih rendah dari APS laki-laki.
ps
APS laki-laki yang lebih rendah dari APS perempuan pada kelompok umur 7-12 tahun yang setara
.b
ta
dengan usia sekolah SD sederajat. Perbedaan APS laki-laki dan perempuan terbesar terdapat pada
o
ak
kelompok umur 16-18 tahun yang merupakan umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan
ur
ap
tingkat SMA/sederajat, dimana APS laki-laki dan perempuan terpaut 8,93 persen
ay
//j
s:
Tabel 3.3.2. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kota
tp
Jayapura, 2020
ht
Indikator lain untuk melihat partisipasi penduduk dalam mengakses pendidikan adalah angka
partisipasi murni (APM). APM diartikan sebagai proporsi penduduk kelompok umur sekolah
tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya
terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur sekolah tersebut. APM menunjukkan partisipasi
pendidikan penduduk pada tingkat tertentu yang sesuai dengan umurnya. Dengan demikian, APM
24 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
mencerminkan penduduk umur sekolah yang bersekolah tepat waktu. Dalam Renstra Kemdikbud
Tahun 2010-2014 dan Tahun 2015-2020, APM merupakan salah satu indikator yang dijadikan tolok
ukur pendidikan. Sasaran APM dapat dilihat pada Gambar 3.1.
APM pada setiap jenjang pendidikan masih belum mencapai angka 100 persen. Hal ini
mencerminkan bahwa penduduk dengan umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut
belum seluruhnya bersekolah sesuai dengan jenjangnya. APM di jenjang SMA belum mencapai
target APM Renstra Kemdikbud 2015-2020.
Gambar 3.1. Sasaran APM dalam Renstra Kemdikbud Tahun 2010-2014 dan
Tahun 2015-2020 (dalam persen)
id
67,5
o.
58,17
.g
ps
.b
o ta
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Dilihat menurut gender, terjadi ketimpangan APM yang cukup besar dimana APM
perempuan lebih tinggi pada semua jenjang dibandingkan laki-laki. Secara umum, APM SD dan
SMP atau sederajat sudah lebih tinggi dari target minimal APM yang tertuang dalam Renstra
Kemdikbud Tahun 2010-2014 maupun renstra kemdikbud 2015-2020; sedangkan APM SMA di
bawah target Renstra Kemdikbud Tahun 2015-2020 yaitu baru mencapai 67,46 persen dari target
renstra 67,5 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 25
Gambar 3.2. Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Jayapura Tahun 2020
103
id
o.
.g
ps
62
.b
48
o ta
ak
32
ur
ap
15
ay
//j
s:
Pada tahun 2020 jumlah fasilitas pendidikan di Kota Jayapura sebanyak 260 sekolah dengan
4.264 guru dan 66.947 murid. Bangunan sekolah Tanam kanak-kanak seanyak 62unit, 103 unit
Sekolah Dasar atau sederajat, 48 unit Sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat, 32 unit
Sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat dan 15unit sekolah menengah kejuruan. Jumlah murid
TK sebanyak 2.803 orang, SD sebanyak 33.509 orang, jumlah murid SLTP sebanyak 14.196 orang,
jumlah murid SMA dan SMK sebanyak 16.439 orang. Sedangkan jumlah guru di tingkat TK, SD,
SMP, dan SMA/SMK masing-masing sebanyak 361 orang, 1.726 orang, 947 orang, dan 1.230 orang.
Mutu pendidikan juga dapat dilihat melalui beban guru karena guru merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan. Salah satu indikator untuk
menilai beban guru adalah melalui rata-rata guru per sekolah yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah sekolah
pada jenjang pendidikan tersebut. Pada tahun 2020 di Kota Jayapura rata-rata guru per sekolah
untuk TK dan SD masing-masing sekitar 5 dan 16 guru per sekolah yang dijelaskan pada Tabel 3.4.2.
26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
Sedangkan pada jenjang SMP dan SMA sederajat rata-rata memiliki guru sekitar 19 dan 26 guru per
sekolah. Selain rata-rata guru per sekolah, juga bisa menggunakan indikator lain untuk melihat
sarana dan prasarana pendidikan di Kota Jayapura yaitu rata-rata murid per sekolah. Indikator ini
digunakan untuk melihat kapasitas sekolah dalam menampung murid. Untuk jenjang TK, kapasitas
sekolah rata-rata sebanyak 45 murid. Pada jenjang SD, kapasitas sekolah rata-rata sebanyak 325
murid per sekolah. Sedangkan untuk jenjang SMP sebanyak 295 murid, dan SMA sebanyak 350
murid. Indikator lain untuk mengukur beban guru adalah melalui rasio murid-guru.
Tabel 3.4.1. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid di Kota Jayapura, 2020
Pendidikan Bangunan Guru Murid
id
o.
.g
Sekolah Menengah Pertama 48 ps 947 14.196
Mengengah Kejuruan
o ta
Rasio murid-guru adalah perbandingan antara jumlah murid pada suatu jenjang pendidikan
//j
s:
tertentu terhadap jumlah guru yang tersedia pada jenjang pendidikan tersebut. Dalam arti yang
tp
lain, rasio murid-guru menggambarkan rata-rata jumlah murid yang dihadapi oleh seorang guru.
ht
Standar ideal rasio murid-guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 17
Tahun 2017 Pasal 24 adalah 1:20-28 (paling sedikit 20 siswa dan paling banyak 28 siswa untuk setiap
guru) untuk SD; 1:20-32 untuk SMP; 1:20-36 untuk SMA, dan 1:15-36 untuk SMK. Dari Tabel 3.4.2.
dapat dilihat bahwa di Tahun 2020, rasio murid-guru pada jenjang SD sebesar 1:19; jenjang SMP
sebesar 1:15; dan pada jenjang SMA sebesar 1:13.
Dengan demikian diharapkan agar rasio murid dapat memenuhi ketentuan yang berlaku
sehingga perhatian dan konsentrasi guru dalam memberikan materi pelajaran dapat tersampaikan
secara baik. Kondisi ini memberikan harapan bahwa jika kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikasi guru juga telah terpenuhi, sehingga proses pendidikan dan pengajaran dari seorang guru
akan memberikan hasil yang maksimal.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 27
Tabel 3.4.2. Rata-rata Guru, Murid dan Rasio Guru Murid MenurutJenjang Pendidikan
di Kota Jayapura, 2016-2020
Pendidikan 2016 2017 2018 2019 2020
id
Sekolah Dasar 245,91 318,00 348,13 328,11 325,33
o.
.g
Sekolah Menengah Pertama 248,91 312,52
ps 416,15 361,46 295,75
.b
Mengengah Kejuruan
o
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 29
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Untuk menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang layak maka
syarat fisik, mental, dan sosial harus terpenuhi. Secara fisik, rumah harus aman sebagai tempat
berlindung sedangkan secara mental rumah berfungsi untuk memenuhi rasa kenyamanan.
Sementara tu, secara sosial rumah mampu menjadi sarana untuk menjaga privasi setiap anggota
keluarga, menjadi media pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga.
Menurut Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, rumah layak huni adalah rumah yang
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya. Sementara itu, lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan
id
prasarana, sarana, dan utilitas umum turut mendukung terlaksananya fungsi rumah layak huni.
o.
.g
Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas
ps
umum adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian dari
.b
ta
kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya didominasi
o
ak
oleh rumah-rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk menyelenggarakan
ur
ap
kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya, dalam lingkup terbatas dengan penataan sesuai tata
ay
ruang, dan menjamin kesehatan serta keamanan bagi masyarakat. Dengan terpenuhinya salah satu
//j
s:
kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni, diharapkan tercapai ketahanan keluarga.
tp
Bab ini akan menguraikan indikator-indikator perumahan dan lingkungan yang dilihat dari
ht
kualitas dan fasilitas rumah tinggal serta status kepemilikan rumah tinggal, yang dihasilkan dari
Susenas 2020. Dengan demikian diperoleh gambaran capaian pembangunan perumahan dan
lingkungan di Kota Jayapura.
Menurut Permenpera Nomor 22 Tahun 2008, rumah layak huni harus memenuhi beberapa
persyaratan seperti keselamatan bangunan (pondasi bangunan), menjamin kesehatan (kecukupan
pencahayaan, penghawaan, dan penyediaan sanitasi layak), serta memenuhi kecukupan luas
minimum. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas rumah tinggal dari
Susenas adalah rata-rata luas lantai per kapita, jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding.
Tabel 4.1.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai per Kapita (m2)
di Kota Jayapura, 2020
Luas Lantai 2020
(1) (2)
Papua
≤ 7,2 m2 31,27
id
o.
≥ 10 m2 52,24
.g
ps
Kota Jayapura
.b
ta
≤ 7,2 m2 25,15
o
ak
≥ 10 m2 63,83
ay
//j
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan sakah satu kriteria rumah sehat adalah rumah
yang memiliki luas lantai perkapita minimal 10 m 2. Dalam rekomendasi Kementerian Perumahan
Rakyat, rata-rata luas lantai per kapita ideal adalah 7,2 m 2 hingga 12 m2 per kapita. Berdasarkan
hasil Susenas tahun 2020 sebanyak 63,83 persen luas lantai per kapita di Kota Jayapura lebih dari 10
m2. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara umum luas lantai rumah tinggal penduduk di
Kota Jayapura telah sesuai dengan salah satu kriteria rumah layak huni baik menurut standar WHO
maupun menurut standar Kementrian Perumahan Rakyat. Namun masih terdapat 25,15 persen
rumah tangga yang luas lantai per kapita kurang dari 7,2 m2.
Indikator rumah layak huni selanjutnya adalah jenis lantai. Rumah tangga dikategorikan ke
dalam rumah layak huni apabila rumah berlantai bukan tanah atau lainnya. Gambar di bawah
menunjukkan bahwa persentase rumah tangga di Kota Jayapura yang memiliki jenis lantai bukan
tanah sudah 99,32 persen, sedangkan di Papua masih ada 20,65 persen rumah tangga yang jenis
lantai terluas rumahnya masih tanah.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 31
[CATEGORY NAME]
Bambu Keramik 1%
1% 16%
Tanah
Semen/Bata Merah 21%
19%
[CATEGORY NAME]
[PERCENTAGE]
Kayu/Papan Keramik
14% 55%
Semen/Bata Merah
18%
Kayu/Papan
39%
Ubin/Tegel/Teraso
id
7%
o.
Parket/Ubin/Tegel
.g
ps
2%
.b
Kriteria rumah layak huni selanjutnya adalah penggunaan jenis atap dan dinding terluas yang
ur
digunakan untuk dikategorikan layak huni, jenis atap yang digunakan adalah beton, genteng
ap
ay
(keramik/metal/tanah liat tradisional), asbes, seng, bambu, Jerami, atau kayu/sirap. Sementara itu,
//j
jenis dinding yang memenuhi kriteria layak huni adalah tembok, plesteran anyaman bambu/kawat,
s:
tp
Berdasarkan hasil Susenas 2020, 100 persen rumah tangga di Kota Jayapura dapat
dikategorikan sebagai rumah layak huni dengan penggunaan jenis atap rumah terluas adalah seng
yaitu sebesar 94,14 persen. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga sudah memenuhi
kriteria tinggal di rumah layak huni.
Berbeda dengan Papua dimana hanya sebesar 73,47 persen rumah tangga yang dapat
dikategorikan sebagai rumah layak huni dengan penggunaan jenis atap rumah terluas adalah seng
yaitu sebesar 70,11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 26,53 persen rumah tangga
yang belum memenuhi kriteria tinggal di rumah layak huni dengan penggunaan jenis atap jerami
khususnya di wilayah pegunungan karena penduduk lebih senang tinggal di rumah tradisional
seperti honai yang memiliki jenis atap dari daun-daunan. Hal ini juga terlihat di kabupaten-
kabupaten yang berada di wilayah pegunungan seperti Jayawijaya, Puncak Jaya, Tolikara,
Yahukimo, Puncak, Nduga dan Lanny Jaya di mana persentase rumah tangga yang menggunakan
atap bukan dari jerami/ijuk/daun/rumbia atau lainnya tidak lebih dari 50 persen.
32 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
Gambar 4.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Rumah Terluas
di Kota Jayapura dan Papua Tahun 2020
Jerami
25%
Bambu Seng
0% 70%
Seng
94%
id
o.
.g
ps
.b
Gambar di bawah menunjukkan persentase rumah tangga menurut penggunaan jenis dinding
ur
ap
rumah terluas di Kota Jayapura dan Papua berdasarkan hasil Susenas 2020. Sebagian besar rumah
ay
tangga di Kota Jayapura menggunakan jenis dinding tembok yaitu 80,93 persen, 18,17 persen
//j
s:
rumah tangga mengggunakan kayu/batang kayu sebagai dinding rumah terluas dan 0,90 persen
tp
ht
menggunakan jenis dinding lainnya (plesteran anyaman bambu/kawat serta anyaman bambu).
Sedangkan untuk Papua, sebagian besar (69,81 persen) jenis dinding rumah tangga adalah
kayu/batang kayu, sedangkan dinding tembok hanya 29,08 persen dan sisanya berdinding plesteran
anyaman bambu/kawat dan bambu/anyaman bamboo atau lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dari beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas
rumah tinggal, dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi rumah tinggal di Kota Jayapura
sudah memenuhi kriteria yang diperlukan sebagai rumah tinggal layak huni. Hal ini karena sebagian
besar penduduk Kota Jayapura merupakan penduduk perkotaan dengan tingkat pendidikan dan
kesejahteraan lebih baik dan telah mengerti akan kondisi tempat tinggal yang layak.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 33
Kayu/Papa
n
67%
Tembok
81%
id
Plasteran
o.
Anyaman
0%
.g
ps
.b
Peningkatan kualitas rumah tinggal penduduk menjadi tantangan bagi pemerintah setempat
ur
mengingat eratnya kaitan antara kualitas rumah tinggal dengan kesehatan rumah tangga. Sebagai
ap
ay
contoh, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yuwono (2008) melalui penelitiannya bahwa ada
//j
hubungan signifikan antara jenis lantai terluas dan kondisi dinding rumah tinggal dengan kejadian
s:
tp
pneumonia pada anak balita. Anak balita yang menempati rumah dengan lantai dari tanah
ht
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terkena pneumonia dari pada anak balita yang tinggal di
rumah dengan lantai bukan dari tanah.
Dari gambar dibawah terlihat bahwa persentase rumah tangga yang tinggal di Kota Jayapura
memiliki akses lebih besar terhadap sumber air minum bersih dibandingkan rumah tangga yang
tinggal di Papua secara umum.
id
o.
Isi Ulang Sumur Bor
.g
74% 2%
Mata Air
ps
Terlindungi/T Sumur
.b
ak Terlindungi
Terlindungi 3%
ta
Terlindungi
ak
5%
ur
Berdasarkan data hasil Susenas 2020 di Kota Jayapura 99,53 persen rumah tangga memiliki
//j
s:
akses terhadap sumber air minum bersih, 99,81 persen memiliki akses terhadap sumber air minum
tp
ht
layak. Sementara secara keseluruhan masyarakat di Papua hanya 71,5 persen rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sumber air minum bersih namun terdapat 90,19 persen rumah tangga
yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak.
Tersedianya sumber air minum bersih merupakan salah satu target yang ingin dicapai melalui
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Suistainable Development Goals) yang merupakan kelanjutan
dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang telah berakhir
pada tahun 2015. Meskipun dalam target SDGs konsep yang digunakan adalah air minum layak,
cukup tingginya persentase rumah tangga dengan sumber air minum bersih di Kota Jayapura tetap
mengharuskan pemerintah memenuhi target untuk memberikan kemudahan bagi seluruh
penduduk dan menjamin akses perumahan dengan pelayanan dasar yang layak.
Salah satu kebutuhan penting tempat tinggal adalah tersedianya fasilitas sanitasi seperti
fasilitas buang air besar (jamban). Rumah tangga cenderung akan memilih tempat tinggal yang
memiliki jamban sendiri karena lebih terjaga kebersihannya. Memiliki fasilitas jamban sendiri dalam
rumah tempat tinggal merefleksikan perspektif kesejahteraan maupun kelestarian lingkungan yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 35
lebih baik, sedangkan jamban umum (di sungai/kali atau di tempat-tempat umum lainnya) dan
tidak menggunakan jamban (seperti BAB di kebun/ladang/hutan dan sejenisnya) berimplikasi pada
kelestarian lingkungan. Semakin banyak masyarakat membuang air besar di sungai atau kebun
akan semakin besar efek terhadap sanitasi lingkungan.
Gambar 4.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar
di Kota Jayapura dan Papua Tahun 2020
id
Tidak ada
13% 23%
o.
.g
MCK umum
ps
3%
Ada milik
.b
komunal 62%
85%
o
0%
ak
Digunakan
ur
bersama
ap
10%
ay
Penggunaan jamban sendiri atau bersama dengan tangki septik merupakan indikator fasilitas
ht
rumah tinggal yang cukup penting dalam mendukung tersedianya sanitasi layak. Akses ke fasilitas
sanitasi yang memadai. merupakan dasar untuk mengurangi resiko penyakit yang ditimbulkan oleh
tinja seperti diare pada anak-anak. Berdasarkan hasil Susenas, persentase rumah tangga yang
memiliki akses terhadap fasilitas buang air besar (BAB) yang digunakan oleh ART sendiri di Kota
Jayapura pada tahun 2020 sebesar 84,36 persen. Sementara itu, masih ada 0,16 persen rumah
tangga di Kota Jayapura yang tidak memiliki fasilitas jamban sendiri atau bersama. Pada periode
yang sama, persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas BAB digunakan sendiri di Papua baru
mencapai 61,74 persen. Sedangkan rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar
sebanyak 23,47 persen dari total rumah tangga yang ada di Papua. Jika di analisis lebih lanjut, 23,47
persen tersebut sebagian besar ada di wilayah pedalaman khususnya bagian pegunungan yang
memang sebagian besar masyarakatnya masih di wilayah pedesaan. Berdasarkan data tersebut,
dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah masih perlu lebih banyak merancang program untuk
tercapainya akses sanitasi dan kesehatan yang mudah dan merata bagi seluruh penduduk, tanpa
melihat tipe daerahnya (perkotaan dan perdesaan).
36 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
Minimnya fasilitas air bersih dan sanitasi layak di Papua khususnya di daerah perdesaan
(pegunungan) perlu segera ditindaklanjuti oleh pemerintah, karena kejadian diare khususnya pada
balita dan penyakit mematikan lainnya sangat erat kaitannya dengan tersedianya sanitasi (jamban)
dan kebersihan. Badan Perserikatan Bangsa-bangsa/PBB (2013) menyatakan bahwa 2,5 miliar
orang di dunia masih hidup dengan sanitasi buruk, di mana Indonesia menempati peringkat kedua
dari 22 negara dengan sanitasi terburuk.
Gambar 4.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Utama Penerangan Rumah di Kota
Jayapura dan Papua Tahun 2020
Kota Jayapura Papua
Listrik Non
PLN
Listrik PLN 0% Bukan Listrik
Tanpa 1%
Meteran
7%
id
o.
.g
Bukan Listrik
Listrik PLN
26%
ps
Dengan
Meteran
.b
41%
ta
o
ak
Dengan PLN
Meteran 31%
ap
92%
ay
Listrik PLN
Tanpa
//j
Meteran
s:
2%
tp
Jika dibandingkan dengan kondisi di Papua, sumber penerangan utama rumah tangga yang
menggunakan listrik PLN baru mencapai 40,63 persen, sumber penerangan listrik non PLN dan
bukan PLN masing-masing sebesar 30,7 persen dan 26,17 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
daerah-daerah di Papua yang tersentuh PLN tidak sampai 50 persen, dan banyak rumah tangga
yang masih hidup secara alami menggunakan penerangan seadanya. Pembangunan listrik di Papua
belum merata karena belum dapat menyentuh daerah-daerah perdesaan terutama yang
merupakan wilayah dengan geografis sulit.
dapat dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin dan
permanen dalam jangka panjang.
Gambar 4.7 menunjukkan persentase rumah tangga menurut status kepemilikan rumah
tinggal pada tahun 2020. Berdasarkan data hasil Susenas 2020 dapat diinformasikan bahwa 50,39
persen rumah tangga di Kota Jayapura memiliki rumah tinggal yang berstatus milik sendiri,
berstatus kontrak/sewa 31,43 persen, berstatus bebas sewa 12,10 persen, dan sisanya 6,09 persen
adalah rumah dinas/lainnya.
Gambar 4.7. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Tempat Tinggal di Kota
Jayapura dan Papua, 2020
Papua
Kota Jayapura
Bebas Dinas/Lain
Sewa nya
Dinas/Lainny
6% 3%
a
id
6% Kontrak/Se
o.
wa
8%
.g
ps
Bebas Sewa
.b
12%
ta
o
Milik Sendiri
ak
50%
Kontrak/Sew
ur
a Milik
Sendiri
ap
32%
83%
ay
//j
s:
tp
Pola yang tidak jauh berbeda terlihat dalam rumah tangga secara umum di Papua, di mana
sebagian besar status kepemilikan rumah tinggal adalah milik sendiri. Meskipun status kepemilikan
rumah milik sendiri Sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar di atas, rumah tinggal di Papua
yang berstatus milik sendiri sebanyak 83,05 persen, kontrak/sewa 8,47 persen, bebas sewa 5,60
persen, dan sisanya berstatus rumah dinas 2,80 persen.
Hal unik yang bisa dibandingkan antara status kepemilikan tempat tinggal di Kota Jayapura
dengan status kepemilikan tempat tinggal di Papua secara keseluruhan adalah persentase tempat
tinggal secara kontrak/sewa di mana persentase rumah tangga yang tinggal secara sewa/kontrak di
Kota Jayapura lebih besar dibandingkan persentase rumah tangga yang tinggal secara
sewa/kontrak di Papua secara keseluruhan. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena di Kota
Jayapura, tidak mudah untuk memiliki tanah sebagai hak milik terkait dengan tanah adat yang
mengakibatkan mahalnya harga tanah dan bangunan tempat tinggal. Selain itu, penduduk di Kota
Jayapura banyak yang tidak berminat menetap lama sehingga mereka cenderung memilih untuk
38 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
sewa/kontrak atau menempati rumah dinas. Hal ini juga dapat menjadi salah satu faktor rendahnya
persentase rumah tangga dengan status kepemilikan rumah milik sendiri di Kota Jayapura.
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 39
BAB V KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan isu global maupun nasional yang masih menjadi keprihatinan banyak
pihak. Begitupun bagi bangsa Indonesia, persoalan kemiskinan selalu menjadi prioritas pemerintah
dan menjadi agenda rutin dalam Rencana Pembangunan Nasional. Pengentasan kemiskinan selalu
menjadi hal yang pelik karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensi yang mencakup
berbagai aspek kehidupan, tidak hanya mencakup sisi ekonomi, tetapi juga sisi sosial dan budaya.
Hingga kini pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengentaskan kemiskinan melalui
program-program pro-rakyat menggunakan pendekatan holistik, seperti program bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan mata pencaharian. Rumitnya persoalan kemiskinan
membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari
id
sektor swasta, lembaga penelitian, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
o.
.g
BPS mengukur kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach).
ps
Dengan pendekatan ini, kemiskinan digambarkan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
.b
ta
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
o
ak
Metode yang digunakan yaitu dengan menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas dua
ur
ap
komponen, yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
ay
(GKBM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan
//j
s:
perdesaan. Dengan cara ini, penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-
tp
Dari tahun 2015 sampai tahun 2020 secara umum tren jumlah penduduk miskin cenderung
fluktuatif seperti yang terlihat pada Gambar 5.1. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2016 ke
2017 dimana jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 97 ribu jiwa. Penurunan ini diikuti tahun-
tahun selanjutnya, dimana terlihat selama 3 tahun terakhir tren jumlah peduduk miskin mengalami
penurunan.
12,2 12,22
12,06
12
11,8
11,6
id
11,46 11,49
o.
11,4 11,37
.g
ps
11,2
11,16
.b
ta
11
o
ak
10,8
ur
ap
10,6
ay
5.2. Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskina
Banyaknya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK) karena
penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah GK. GK merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).
GKM adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100
kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi. Sementara GKBM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 komoditi di perdesaan. Kenaikan harga barang yang terjadi dari tahun
ke tahun berpengaruh terhadap besaran GK. Ini karena GK mencerminkan pengeluaran kebutuhan
minimum makanan dan nonmakanan yang perlu dikeluarkan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Sehingga jika terjadi kenaikan harga pada paket komoditi yang termasuk
dalam kebutuhan dasar tersebut maka GK juga akan mengalami kenaikan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 41
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
Tabel 5.2.1 menyajikan Garis Kemiskinan (GK) Kota Jayapura dan Papua. Dari tahun ke tahun
.b
ta
GK terus mengalami kenaikan, baik di Kota Jayapura maupun di Papua. Selama 2019 – 2020 terjadi
o
ak
kenaikan GK sebesar Rp 29.149 atau sebesar 2,94 persen. Hal senada juga terjadi di Papua dimana
ur
ap
GK dari tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sebanyak 4,24 persen. Ini menggambarkan
ay
penduduk Papua dan Kota Jayapura perlu mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk memenuhi
//j
s:
kebutuhan hidup minimal yang layak untuk makanan dan bukan makanan dibandingkan tahun
tp
sebelumnya. Meskipun begitu, tingkat kemiskinan di Kota Jayapura jauh lebih tinggi persentasenya
ht
dibandingkan di Papua.
Persoalan kemiskinan tidak hanya terkait jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi
juga perlu dilihat seberapa dalam tingkat kemiskinan masyarakat terhadap garis kemiskinan
(kedalaman kemiskinan) dan seberapa besar kesenjangan pendapatan antara penduduk miskin
tersebut (keparahan kemiskinan). Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index) mencerminkan
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan Papua lebih tinggi dibandingkan Kota
Jayapura. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kota Jayapura berkisar antara 1,63-3,2 sedangkan di
Papua 6,16-9,37. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 2015-2020 menunjukkan tren
42 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
yang berfluktuatif. Tren Kota Jayapura selama 2015-2020 mengalami penurunan di tahun 2015-
2016, kemudian meningkat pada tahun 2017 hingga mencapai kondisi 3,2 dan kembali menurun
menjadi 2,55 persen di tahun 2018 kemudian menurun kembali menjadi 1,98 persen di tahun 2020.
Artinya rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan semakin rendah. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan di Papua mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2016 hingga mencapai 9,37. Sedangkan tahun 2016-
2018 mengalami penurunan hingga mencapai posisi 6,73. Akan tetapi pada tahun 2019 kembali
meningkat menjadi 7,17 kemudian menurun kembali pada tahun 2020 menjadi 6,16. Ini berarti
selama tahun 2016 rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauh dari standar
kebutuhan minimum kehidupan layak yang sudah ditentukan. Artinya rata-rata pengeluaran
penduduk miskin di Papua lebih jauh di bawah garis kemiskinan dibandingkan di Kota Jayapura.
Dengan kata lain, untuk mengentaskan kemiskinan (membuat rata-rata pengeluaran penduduk
miskin setidaknya pada tingkat yang sama dengan garis kemiskinan) di Papua diperlukan biaya
id
o.
yang jauh lebih besar.
.g
ps
.b
ta
Tabel 5.2.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kota Jayapura dan
o
Papua, 2015-2020
ak
Hal yang tidak jauh berbeda terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Jayapura dan
Papua. Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Jayapura menurun dari tahun 2015-2016 kemudian
naik kembali ke posisi tertinggi pada tahun 2017 sebesar 1,25 dan kembali menurun menjadi 0,89 di
tahun 2018 kemudian menurun lagi di tahun 2019 dan 2020 yaitu sebesar 0,55. Artinya pengeluaran
diantara penduduk miskin tidak terlalu menyebar. Sedangkan untuk Papua, tahun 2020 persebaran
pengeluaran penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun 2019 menjadi sebesar 2,08
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 43
yang semula hanya 2,6. Ketimpangan tingkat pengeluaran antar penduduk miskin di Papua lebih
besar dari ketimpangan di Kota Jayapura.
Dari nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan dapat
disimpulkan bahwa masalah kemiskinan di Papua secara umum lebih serius dibandingkan
kemiskinan di Kota Jayapura pada khususnya. Bahkan jika dibandingkan dengan tingkat nasional,
tingkat kemiskinan di Papua menjadi yang tertinggi nasional hampir tiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya Wilayah Papua yang terdiri dari daerah pesisir dan
pegunungan masih banyak daerah yang terpencil. Hal ini menyebabkan ketimpangan
pembangunan karena akses jangkau yang berbeda-beda. Dengan demikian pembangunan
infrastruktur berupa fasilitas pendidikan dan kesehatan juga belum merata.
id
o.
.g
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
44 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 45
id
negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau faktor-faktor lain yang biasanya dapat menghambat
o.
.g
pertukaran informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, disadari atau
ps
tidak, membawa perubahan gaya hidup bagi setiap warga yang mengalaminya. Oleh karena itu
.b
ta
teknologi informasi dan komunikasi. Dalam bahasan ini, indikator TIK tersebut digambarkan
ur
ap
melalui persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah dan memiliki komputer/laptop;
ay
serta persentase penduduk umur lima tahun ke atas yang memiliki telepon seluler dan mengakses
//j
s:
internet.
tp
ht
Tabel 6.1. Persentase Penduduk 5 Tahunke atas yang Memiliki Telepon Seluler dan Menggunakan
Komputer Selama Tiga Bulan Terakhir di Kota Jayapura, 2020
Perangkat TIK yang Dimiliki Jenis Kelamin Total
Laki-Laki Perempuan
Berdasarkan hasil Susenas 2020, kepemilikan perangkat TIK ataupun akses internet
penduduk secara umum sudah tinggi. Persentase penduduk 5 tahun keatas yang memiliki telepon
seluler sebanyak 80,11 lebih besar dari tahun 2019 yang hanya mencapai 79,75 persen. Penggunaan
telepon seluler dengan ketersediaan jangkauan yang jauh lebih luas kini mendominasi sektor
komunikasi di Kota Jayapura. Sekitar 25,92 persen penduduk Kota Jayapura yang berumur lebih
dari lima tahun telah mampu menggunakan komputer.
Sementara itu, persentase penduduk umur lima tahun ke atas yang mengakses internet
dalam tiga bulan terakhir adalah 67,78 persen. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan angka tahun 2019
yang hanya mencapai 62,93 persen. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya pandemic covid
yang membuat masyarakat lebih banyak menggunakan internet untuk keperluan akademik
maupun pekerjaan. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang mempunya telepon seluler
dibanding perempuan. Hal ini sebanding dengan penggunaan telepon seluler tersebut juga
penggunaan terhadap akses internet, berdasarkan tabel 6.1.1 laki-laki lebih dominan dibanding
id
o.
perempuan. Demikian juga hal nya pada penggunaan computer, persentase pengguna computer
.g
ps
laki-laki lebih banyak dibandingkan persentase penggunaan computer pada perempuan.
.b
o ta
ak
Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko
ay
//j
dari guncangan atau kerentanan sosial. Akses terhadap perlindungan sosial menangkap informasi
s:
tp
mengenai perlindungan sosial, antara lain persentase rumah tangga yang membeli/menerima beras
ht
miskin/beras sejahtera, persentase rumah tangga yang menerima kredit usaha, dan persentase
rumah tangga yang menerima jaminan sosial.
Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial, 2020
Wilayah Kota Jayapura Papua
Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
Sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
seluruh warga Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional tanpa terkecuali. Jenis
jaminan sosial yang dicakup berupa Jaminan Pensiun/veteran, Jaminan Hari Tua, Asuransi
Kecelakaan Kerja, Jaminan/Asuransi Kematian dan Pesangon (PHK). Pada Tahun 2020 hanya
sekitar 13,58 persen dari banyaknya rumah tangga di Kota Jayapura yang anggota keluarganya
memiliki/menerima jaminan pensiun/veteran. Hal ini berarti sekitar 86,42 persennya belum atau
tidak memiliki jaminan pensiun.
Pada Tahun 2020 persentase penduduk yang memiliki atau menerima jaminan sosial di Kota
Jayapura lebih tinggi dibandingkan di Papua secara umum. Kondisi ini terjadi untuk semua jenis
jaminan sosial lainnya, seperti jaminan hari tua, asuransi kecelakaan kerja, jaminan/asuransi
kematian, atau pesangon PHK. Hal ini disebabkan oleh wilayah di Kota Jayapura sebagian besar
tergolong perkotaan sementara sebagian besar wilayah di Papua tergolong daerah pedesaan.
id
Sebanyak 8,66 persen penduduk memiliki Jaminan hari tua di Kota Jayapura. Sementara Pesangon
o.
.g
(PHK) hanya dinikmati oleh 6,44 persen penduduk. Pada penduduk Papua secara keseluruhan
ps
sebanyak 7,46 persen memiliki jaminan pensiun namun pesangon hanya dinikmati oleh 1,84 persen
.b
ta
penduduk.
o
ak
ur
Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Program Perlindungan Sosial yang di terima,
ap
ay
2020
//j
(1) (2)
yang tercantum adalah untuk rumah tangga yang dapat menunjukkan maupun tidak dapat
menunjukkan kartu.
Kepemilikan asset rumah tangga menjadi salah satu indicator dari kesejahteraan rumah
tangga, baik asset yang berbentuk alat transportasi seperti sepeda motor, perahu, perahu motor,
dan mobil maupun asset yang berbentuk fasilitas rumah tangga seperti lemari es/kulkas, AC,
pemanas air, televisi layar datar (minimal 30 inci), tabung gas, dan telepon rumah. Lebih dari 50
persen dari total rumah tangga yang berdomisili di Kota Jayapura memiliki asset fasilitas rumah
tangga maupun asset transportasi.
Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Aset, Tahun 2020
Jenis Aset Persentase Rumah
Tangga
id
(1) (4)
o.
Aset Fasilitas Rumah Tangga* 72,20
.g
ps
Aset Transportasi** 76,71
.b
ta
o
id
o.
.g
TABEL KEPENDUDUKAN
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
50 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 51
id
223.605
o.
Boven Digoel 64.674 66.209 67.717 69.211 72.122
Mappi 93.592 94.671 .g 99.599 103.292 108.914
ps
Asmat 90.316 92.909 95.606 97.490
.b
98.885
ta
76.586
ur
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Kota Jayapura Tahun 2020
Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
id
50-54 9.321 9066 18.387
o.
55-59 7.892 6708 14.600
60-64 5.177
.g
3997 9.174
ps
65+ 2.888 2160 5.048
.b
ta
Tabel 1.3. Persentase Penduduk 5 Tahun ke atas yang Memiliki Telepon Seluler dan Menggunakan
s:
Tahun
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Distrik 2020
(1) (2)
Abepura 86.251
Heram 47.532
id
o.
.g
Tabel 1.5. Persentase Perempuan Pernah kawin Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Umur
ps
Perkawinan Pertama di Kota Jayapura, 2020
.b
o ta
Tabel 1.6. Persentase Perempuan Pernah kawin Berumur 15-49 Tahun ke Atas Menurut Status
Penggunaan Alat KB di Kota Jayapura, 2019
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 55
id
o.
.g
TABEL KESEHATAN DAN GIZI
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
56 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 57
Tabel 2.1. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Keluhan Kesehatan, 2020
id
o.
Tabel 2.2. Angka Kesakitan Penduduk Menurut Jenis Kelamin, 2020
.g
ps
Wilayah Jenis Kelamin Ya Tidak Total
.b
ta
o
Tabel 2.3. Persentase Perempuan 15-49 Tahun Pernah Kawin yang pernah Melahirkan dalam waktu
2 Tahun terakhir Menurut Penolong Persalinan Terakhir Tahun 2020
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 59
id
o.
.g
ps
.b
TABEL PENDIDIKAN
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
60 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 61
Tabel 3.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Baca
Tulis, 2020
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
.b
ta
Tabel 3.2. Persentase Penduduk 15-24 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Baca
o
ak
Tulis, 2019
ur
ap
Total
//j
Tabel 3.3. Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2020
Laki-Laki Perempuan
Tabel 3.4. Angka Melek Aksara Penduduk 15-24 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2020
id
Peempuan
o.
Laki-Laki
.g
Perempuan
ps
.b
ta
Tabel 3.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan
Tertinggi yang Dimiliki di Kota Jayapura, 2019
Tabel 3.6. Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan danJenis
Kelamin di Kota Jayapura, 2019
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
Tabel 3.7. Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan danJenis Kelamin
.b
SD SMP SMA
ay
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 65
id
o.
TABEL PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN .g
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
66 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 67
Tabel 4.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai per Kapita (m 2) di Kota Jayapura, 2020
≥ 10 m2 63,83 52,24
Tabel 4.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap di Kota Jayapura, 2020
id
o.
.g
ps
(1) (2) (3)
.b
Tabel 4.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bangunan Utama Dinding Rumah Terluas di
Kota Jayapura, 2020
id
Lainnya 0,76 0,76
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
.b
ta
Tabel 4.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Jayapura, 2020
o
ak
Tabel 4.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar di Kota
Jayapura, 2020
id
Sumber: BPS Kota Jayapura
o.
.g
ps
Tabel 4.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kota Jayapura, 2020
.b
ta
Tabel 4.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal di Kota
Jayapura, 2020
Kepemilikan bangunan tempat tinggal Kota Jayapura Papua
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 71
id
o.
.g
TABEL KEMISKINAN DAN SOSIAL LAINNYA
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
72 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021
id
o.
.g
ps
.b
ota
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Jayapura 2021 73
id
o.
2020 1.021.759 562.992
.g
ps
Sumber: BPS Kota Jayapura
.b
ta
Tabel 5.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan, 2014-2020
o
ak
ur
Kemiskinan
ay
Tabel 5.3. Persentase Penduduk 5 Tahunke atas yang Memiliki Telepon Seluler dan Menggunakan
Komputer Selama Tiga Bulan Terakhir di Kota Jayapura, 2020
Laki-Laki Perempuan
id
o.
Sumber: BPS Kota Jayapura
.g
ps
.b
Tabel 5.4. Persentase Rumah Tanga yang Memiliki Telepon Seluler dan Komputer/Laptop, 2020
ta
o
ak
id
o.
.g
ps
.b
ta
o
ak
ur
ap
ay
//j
s:
tp
ht