Anda di halaman 1dari 79

Katalog BPS/BPS Catalogue: 4102004.

34

Indikator
Kesejahteraan Rakyat
Welfare Indicators
2013
ps
.g
o.
id
.b
ta
r
ka
ya
og
y
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013
WELFARE INDICATORS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013

No. Katalog - Catalog Number : 4102004.34


No. ISSN - ISSN Number : 0215 - 4746
No. Publikasi - Publication Number : 34522.14.19

id
Naskah - Manuscript :

o.
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat - Welfare Statistics Sub. Division

g
Bidang Statistik Sosial – Social Statistics Division

s.
bp
a.
Gambar Kulit/Cover Design:
rt
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat - Welfare Statistics Sub. Division
ka
ya

Diterbitkan oleh - Published by :


og

Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


y

BPS - Statistics of D.I.Yogyakarta Province


://
tp
ht

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.


May be cited with reference to the source.
Kata Pengantar

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 merupakan publikasi tahunan Badan Pusat
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menyajikan data tentang tingkat perkembangan
kesejahteraan rakyat dari waktu ke waktu. Data yang digunakan bersumber dari data primer hasil
survei BPS (Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Survei Angkatan Kerja Nasional) serta instansi
lain di luar BPS.
Publikasi ini menyajikan statistik dan indikator kesejahteraan rakyat yang diharapkan

id
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan maupun evaluasi terhadap upaya peningkatan

o.
kualitas hidup masyarakat. Statistik yang dicakup meliputi antara lain aspek kependudukan,

g
s.
kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan, serta sosial

bp
lainnya. Dengan demikian, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 diharapkan mampu
a.
menjembatani dan memperkecil kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan data.
rt
ka

Kepada semua pihak yang telah secara aktif berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini,
ya

disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saran untuk perbaikan
og

publikasi sangat diharapkan bagi penyajian di masa mendatang.


y
://
tp
ht

Yogyakarta, November 2014

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Kepala,

Y. Bambang Kristianto, MA

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 iii


Preface

This annual publication of Welfare Indicators 2013 is published by BPS-Statistics of


Daerah Istimewa Yogyakarta. It presents the information on welfare status, its trends and
variation among regency/city. It presents statistical information calculated from the latest data
available at BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province and other institutions.
This publication includes the measurable aspects of welfare/quality of life reports. They are
population, health and nutrition, education, employment, consumption, housing and social

id
concern. We hope that the publication qualifies itself to fill the gap between availability and the

o.
need of respective information.

g
s.
We sincerely appreciate to whom has kindly made significant contribution to this

bp
publication. Finally, we are always appreciate to any comment on this publication for further
a.
improvement of the similar publications in the coming years.
rt
ka
ya
yog
://
tp

Yogyakarta, November 2014


ht

BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province


Head,

Y. Bambang Kristianto, MA

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 iv


Abstraksi

Indikator Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 merupakan publikasi


tahunan yang menyajikan gambaran tingkat kesejahteraan rakyat dari waktu ke waktu. Data
disajikan dalam bentuk tabel persentase dan grafik. Pada beberapa tabel ulasan, data yang
disajikan dibedakan menurut jenis kelamin untuk melihat perbedaan gender pada aspek tertentu.
Dalam publikasi ini, kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu
kependudukan, kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
permukiman, serta sosial lainnya.

id
o.
Peningkatan taraf kesejahteraan rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta di bidang kesehatan

g
s.
antara lain terlihat dari kenaikan Angka Harapan Hidup. Pada tahun 2013 Angka Harapan Hidup

bp
di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari 73,27 tahun menjadi 73,62 tahun.
a.
rt
Dari sisi kesehatan lainnya, banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama
ka

sebulan yang lalu pada tahun 2013 sebesar 49,41 persen, dengan keluhan terbanyak adalah batuk
ya

(45,84 persen), pilek (42,52 persen), dan pilek (22,95 persen). Dari aspek ketenagakerjaan pada
og

tahun 2013, sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama di dalam penyerapan tenaga kerja
y
://

di Daerah Istimewa Yogyakarta.


tp

Kondisi dan kualitas rumah yang ditempati menunjukkan keadaan sosial ekonomi rumah
ht

tangga. Semakin baik kondisi dan kualitas rumah yang ditempati, menggambarkan semakin baik
keadaan sosial ekonomi suatu rumah. Pada Tahun 2013 persentase rumah tangga yang
menggunakan air bersih sebagai sumber air minum sedikit mengalami peningkatan dibandingkan
tahun lalu, yaitu dari 89,37 persen menjadi 90,78 persen. Sementara itu persentase rumah tangga
dengan lantai bukan tanah mencapai lebih dari 93,68 persen pada tahun 2013. Jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Yogyakarta pada Tahun 2013 mengalami kenaikan 7,45 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu penduduk yang menunaikan ibadah haji pada
Tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 19,92 persen dibandingkan tahun 2012.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 v


Abstract

The 2013 Welfare Indicators of Daerah Istimewa Yogyakarta is annual publication to


present the information on welfare status from time to time that distinguished by regency/city. In
this publication the aspects of welfare in concern are population, health, education, labour
force, consumption level and patterns, housing and settlement, and socio culture.
The significant improvement in welfare status of society in health is reflected in increases

of Life Expectancy at Birth (e0). Life expectancy of D. I. Yogyakarta increased from 73,27 to

id
73,62 years in 2013. The percentage of population who had health complaints during the

g o.
reference month was 49,41 percent, with most frequent problems befalling the population was

s.
cough (45,84 percent), cold (42,52 percent), and fever (22,95 percent).

bp
Agriculture sector is the main industry in absorbing employment in Daerah Istimewa
a.
rt
Yogyakarta. Almost 28 percent Population of 15 years old and over was recorded have jobs in
ka

agriculture.
ya

Condition and quality of houses occupied by household may indicate socio economic
og

condition of household. The better of condition and quality of the houses shows the better of
y
://

socio economic level of household. In 2013, the housing indicators such as percentage of
tp

drinking water owned increased compare to 2012, from 89,37 percent to 90,78 percent. From
ht

the point of view of floor material, there were more than 93,68 percent of household occupied
houses with non earth floor material. The numbers of tourists in 2013 who visited Yogyakarta
increased, meanwhile the number of pilgrim going to Mecca decreased in 2012 (19,92 percent).

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 vi


Daftar Isi / Contents

Halaman
page

Kata Pengantar/Preface ....................................................................................................... . iii-iv


Abstraksi/Abstract ................................................................................................................. v-vi
Daftar Isi/Contents .................................................................................................................... vii
Singkatan dan Akronim/Abbreviation and Acronyms ............................................................... viii

id
Penjelasan Teknis/Technical Notes ....................................................................................... ix-xiv

o.
Pendahuluan/Introduction ................................................................................................... xv-xvi

g
s.
bp
1. Kependudukan/Population ................................................................................................. 1-7
a.
2. Kesehatan/Health......... .................................................................................................... 8-15
rt
ka

3. Pendidikan/Education ...................................................................................................... 16-24


ya

4. Angkatan Kerja/Labour Force ......................................................................................... 25-29


og

5. Taraf dan Pola Konsumsi/Consumption Level and Patterns............................................ 30-37


y
://

6. Perumahan dan Permukiman/Housing and Settlemen...................................................... 38-44


tp

7. Pariwisata dan Keagamaan /Tourism and Religion ......................................................... 45-49


ht

Lampiran/Appendix .............................................................................................................. 50-61


Daftar Pustaka/References .......................................................................................................... 62

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 vii


Singkatan dan Akronim/Abbreviation and Acronyms

KB Keluarga Berencana/ Family Planning


AKB/IMR Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate

AHH/e0 Angka Harapan Hidup/ Expectancy of Life

ASI Air Susu Ibu/Breast Feeding


AMH Angka Melek Huruf/ Literacy Rate

id
S D/PS Sekolah Dasar/ Primary School

o.
g
S L T P/ JHS Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/ Junior High School

s.
S L T A/ SHS Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/ Senior High School
APS
bp
Angka Partisipasi Sekolah/School Participation Ratio
a.
rt
APK Angka Partisipasi Kasar/Gross Enrollment Ratio
ka

APM Angka Partisipasi Murni/Net Enrollment Ratio


ya

TPAK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/Labour Force Participation Rate


og

TPT Tingkat Pengangguran Terbuka/Open Unemployment Rate


y
://

Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional/ National Socio Economic Survey


tp

SP/ PC Sensus Penduduk/ Population Census


ht

SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia/ Demography Health Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 viii


Penjelasan Teknis / Technical Notes

1. Penduduk menurut kelompok umur adalah


pengelompokan penduduk berdasarkan umur, dan biasanya
dikelompokkan ke dalam kelompok interval 5 tahunan yang
dimulai dari usia 0 tahun.

2. Kepadatan Penduduk/km2 adalah rata-rata jumlah


penduduk per km2.

id
g o.
3. Laju Pertumbuhan Penduduk adalah ukuran rata-rata

s.
bp
kecepatan pertambahan penduduk per tahun.
a.
rt
4. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang
ka
ya

menyatakan perbandingan antara banyaknya orang pada


og

usia yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65


y

tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia


://

produktif (umur 15-64 tahun).


tp
ht

5. Umur Perkawinan Pertama menunjukkan umur saat


seseorang melangsungkan upacara perkawinan yang
pertama.

6. Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan


kesehatan yang biasanya di bawah pengawasan
dokter/tenaga medis.

7. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 ix


samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.

8. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis


apabila ia dapat membaca dan menulis surat/kalimat
sederhana dengan suatu huruf.

9. AMH (Angka Melek Huruf)


Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat

id
o.
membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15

g
tahun ke atas.

s.
bp
a.
10. Angka Partisipasi Kasar
rt
Persentase antara jumlah murid SD/SLTP/SLTA dengan
ka
ya

jumlah penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18


og

tahun.
y
://

11. Angka Partisipasi Murni


tp
ht

Perbandingan antara murid SD/SLTP/SLTA usia 7-12


tahun/13-15 tahun/16-18 tahun dengan penduduk usia 7-12
tahun/13-15 tahun/16-18 tahun (dalam persentase).

12. Angka Putus Sekolah


Persentase antara jumlah penduduk usia 7 tahun/13
tahun/16 tahun ke atas yang putus sekolah di
SD/SLTP/SLTA dengan jumlah penduduk usia 7 tahun/13
tahun/16 tahun ke atas.

13. Masih Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif


mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan
formal maupun non formal (Paket A/B/C), yang berada di

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 x


bawah pengawasan Kemdiknas, Kementrian Agama
(Kemenag), instansi negeri lain maupun instansi swasta.

14. Rasio murid terhadap guru SD/SLTP/ SLTA :


Jumlah murid SD/SLTP/SLTA
Jumlah guru SD/SLTP/SLTA

15. Rasio murid per kelas SD/SLTP/ SLTA :

Jumlah murid SD/SLTP/SLTA

id
Jumlah kelas SD/SLTP/SLTA

o.
g
s.
16. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas

bp
yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak
a.
bekerja dan pengangguran.
rt
ka
ya

17. Bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu


og

melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau


y

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan


://
tp

bekerja paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam


ht

seminggu yang lalu.

18. Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi


sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan
suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak
mencari pekerjaan karena sudah diterima
bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
(future starts).

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xi


19. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT):

Jumlah Pengangguran
X 100%
Jumlah Angkatan Kerja

20. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK):

Jumlah Angkatan Kerja


X 100%
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

id
o.
21. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak

g
bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari

s.
bp
pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan
a.
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang
rt
sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau
ka
ya

diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan


og

pekerjaan.
y
://

22. Bukan Angkatan Kerja adalah bagian dari tenaga kerja


tp
ht

(manpower) yang tidak bekerja ataupun bukan


pengangguran, seperti sekolah, mengurus rumah tangga
atau tua dan cacat.

23. Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal baik


pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan
tinggi. Tidak termasuk yang sedang libur (mulai tahun 2010
termasuk non formal).

24. Mengurus Rumah Tangga adalah penduduk 15 tahun ke


atas yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah
tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa
mendapatkan upah/gaji.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xii


25. Bagan Ketenagakerjaan:

Penduduk

Usia kerja Bukan usia kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

id
g o.
Mengurus

s.
Bekerja Pengang-
Sekolah Lainnya
guran Rumah tangga

bp
a.
rt
ka
ya

Sedang bekerja Sementara tdk bekerja


yog

Mencari
://

Memper-
Pekerjaan Merasa tak Sudah punya
siapkan Usaha
tp

mungkin pekerjaan tapi


mendapat belum mulai
ht

Pekerjaan bekerja

26. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam


pekerjaan.

27. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari


pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang
bekerja, atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor
tempat responden bekerja.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xiii


28. Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non
makanan. Kelompok makanan mencakup pengeluaran
konsumsi bahan makanan, makanan jadi, minuman,
tembakau dan sirih. Sedangkan kelompok bukan makanan
mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah,
dan sebagainya.

29. Indeks Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang

id
dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Koefisien

o.
Gini terletak antara nol yang mencerminkan kemerataan

g
s.
sempurna dan satu yang menggambarkan ketidakmerataan

bp
sempurna.
a.
rt
ka

30. Pengeluaran rata rata perkapita sebulan adalah rata rata


ya

biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi


og

semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan


y

banyaknya anggota rumah tangga.


://
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xiv


Pendahuluan / Introduction
Tujuan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
2013 merupakan publikasi yang diterbitkan setiap tahun oleh
BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Informasi statistik
yang disajikan memberi gambaran mengenai kesejahteraan
masyarakat dan perubahan sosial yang terjadi selama tahun
2011-2013.

id
Ruang Lingkup

o.
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) menyajikan

g
s.
gambaran mengenai taraf kesejahteraan rakyat Daerah

bp
Istimewa Yogyakarta, perkembangannya antar waktu serta
a.
perbandingan antar kabupaten/kota. Publikasi ini menyajikan
rt
ka

indikator-indikator input, proses dan output untuk memberikan


ya

gambaran tentang investasi dari berbagai program peningkatan


og

kesejahteraan rakyat serta proses dan manfaat dari program


y

tersebut.
://
tp

Dimensi Kesejahteraan Rakyat disadari sangat luas dan


ht

kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat tidak


hanya dapat terlihat (visible) dari suatu aspek tertentu. Dalam
publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari beberapa aspek
yang spesifik, yaitu aspek Kependudukan, Kesehatan dan Gizi,
Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola Konsumsi,
Perumahan dan Lingkungan, serta Sosial Lainnya.
Dalam pengertian yang luas sangat tidak mungkin untuk
menyajikan statistik atau indikator yang mampu untuk
mengukur kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Oleh
karena itu, indikator yang disajikan dalam terbitan ini hanya
menyangkut segi-segi kesejahteraan yang dapat diukur
(measurable welfare).

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xv


Sumber Data
Sumber data utama Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra)
2013 ini merupakan data primer, dalam arti dikumpulkan dan
diolah sendiri oleh Badan Pusat Statistik, baik BPS Pusat
maupun BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti
Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan
lain-lain. Data primer tersebut mempunyai keterbatasan sebagai
sumber informasi publikasi tahunan.

id
Upaya untuk menyediakan sumber data yang tetap bagi

o.
publikasi Inkesra telah dilakukan melalui perluasan cakupan

g
s.
pertanyaan pokok (data kor) Susenas yang diadakan setiap

bp
tahun. Dengan demikian publikasi Inkesra mempunyai sumber
a.
data yang pasti dan berkesinambungan sehingga selalu dapat
rt
ka

menyajikan data yang relatif up to date. Selain menggunakan


ya

data primer, publikasi ini juga mengolah data sekunder yang


og

berasal dari instansi-instansi pemerintah yang terkait seperti


y

Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kanwil Kemenag dan


://
tp

sebagainya.
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013 xvi


Bab 1 Kependudukan
Population

Pembangunan dapat digambarkan Menurut Coale-Hoover Theory (1950), laju


sebagai suatu proses perubahan menuju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
kondisi yang lebih baik. Pembangunan menghambat pembangunan sosial ekonomi.
memerlukan berbagai sumber daya antara Salah satu hal penting yang perlu

id
lain sumber daya manusia, sumber daya diperhatikan dalam pembangunan adalah

o.
alam, dan sumber daya lainnya. Salah satu masalah kependudukan, antara lain meliputi

g
s.
sumber daya yang paling menentukan jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.

bp
keberhasilan pembangunan adalah sumber a. Untuk menunjang keberhasilan
daya manusia yaitu penduduk, di samping pembangunan dalam menangani
rt
ka

juga aset atau sumber daya lainnya. permasalahan penduduk, maka kebijakan
ya

Penduduk dalam hal ini diposisikan menjadi pembangunan kependudukan diarahkan pada
og

pelaku sekaligus sebagai objek dari upaya pengendalian jumlah penduduk,


y

pembangunan itu sendiri. peningkatan kualitas sumber daya manusia,


://
tp

Penduduk selain sebagai pendukung dan pengarahan mobilitas penduduk. Dengan


ht

pembangunan, juga dapat menjadi peng- demikian diharapkan tercipta penduduk yang
hambat proses pembangunan. Semakin berkualitas dan tersebar merata di seluruh
banyak jumlah penduduk seharusnya wilayah sehingga hasil-hasil pembangunan
semakin banyak pelaku pembangunan dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
diharapkan juga akan memberikan input secara adil dan merata.
pembangunan yang bernilai lebih. Jumlah
penduduk yang banyak dan diikuti dengan
kualitas yang baik, maka penduduk akan Laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta selama periode 2000-2010 sebesar
menunjang pembangunan. Sebaliknya, 1,04 persen
jumlah penduduk banyak namun dengan
kualitas yang minim hanya akan
menghambat pembangunan.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 1


Gambar 1.1: Perkembangan Penduduk Tabel 1.1 Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Per
Daerah Istimewa Yogyakarta, 1990-2010 Tahun menurut Provinsi di Pulau Jawa
Figure 1.1: Population Growth in Daerah dan Bali, 1990-2010
Istimewa Yogyakarta, 1990-2010 Table 1.1 Population Annual Growth Rate by
Province in Java and Bali, 1990 – 2010

Provinsi/Province 1990-2000 2000-2010

1747267 (1) (2) (3)


1,800,000
1573617
1,600,000 1480625 DKI Jakarta 0,13 1,41
1,400,000
Jawa Barat 2,24 1,90

1705900
1,200,000
1546861
1431986

1,000,000 Jawa Tengah 0,94 0,37


800,000
600,000
D.I. Yogyakarta 0,72 1,04

id
400,000 Jawa Timur 0,70 0,76

o.
200,000
0
Banten - 2,78

g
1990 2000 2010 Bali 1,31 2,15

s.
Laki-laki Perempuan

bp
Indonesia 1,40 1,49
a.
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2013
rt
Source: BPS, 2013 Statistical Yearbook of Indonesia
Jumlah dan Laju Pertumbuhan
ka
ya

Penduduk
Bila dibandingkan dengan provinsi-
og

Jumlah penduduk Daerah Istimewa


provinsi di Pulau Jawa dan Bali, untuk
y

Yogyakarta dari tahun ke tahun terus


://

periode 2000-2010, laju pertumbuhan


menunjukkan peningkatan, baik laki-laki
tp

penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta


ht

maupun perempuan, dengan jumlah


tercatat di urutan ketiga terkecil setelah
perempuan cenderung lebih banyak
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur,
dibandingkan laki-laki. Pada 2010 jumlah
yaitu sebesar 1,04 persen. Sementara bila
penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta
dibandingkan dengan angka pertumbuhan
sekitar 3,46 juta jiwa, meningkat bila
penduduk nasional, pada periode 2000-2010
dibandingkan pada tahun 2000 yang sekitar
Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju
3,1 juta jiwa dengan sex ratio sebesar 98.
pertumbuhan penduduk yang lebih rendah.
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Daerah
Selama periode 1990-2000 dan 2000-
Istimewa Yogyakarta sekitar 3,55 juta hasil
2010 laju pertumbuhan penduduk Daerah
Proyeksi Penduduk Sensus Penduduk 2010.
Istimewa Yogyakarta memperlihatkan tren
naik ( tabel 1.1). Kenaikan laju pertumbuhan
penduduk ini terjadi juga di semua provinsi

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 2


di Jawa-Bali, kecuali di Jawa Tengah dan di daerah-daerah perkotaan. Ketersediaan
Jawa Barat. fasilitas kehidupan yang lebih lengkap dan
beragam serta bervariasinya lapangan
Kepadatan dan Persebaran Penduduk
pekerjaan merupakan daya tarik tersendiri
Kepadatan penduduk menunjukkan
yang menggiring penduduk untuk melakukan
jumlah penduduk untuk setiap kilometer
perpindahan ke pusat-pusat kota.
persegi luas wilayah atau sering disebut
Penduduk yang tidak merata
sebagai kepadatan penduduk kasar (crude
persebarannya perlu mendapat perhatian
population density). Kepadatan penduduk
berkaitan dengan daya dukung lingkungan
merupakan salah satu indikator

id
yang tidak seimbang antar kabupaten/kota.

o.
kependudukan yang umum digunakan karena
Oleh karena itu diharapkan adanya

g
mampu mencerminkan tingkat pemerataan

s.
persebaran penduduk yang lebih merata dari

bp
penduduk dalam suatu wilayah. Tinggi
a. wilayah yang padat penduduknya ke wilayah
rendahnya tingkat kepadatan penduduk dapat
yang jarang penduduknya atau rendah
rt
membawa dampak positif maupun negatif.
ka

tingkat kepadatannya.
Kepadatan yang sudah pada titik jenuh,
ya
og

mungkin akan lebih banyak memberi Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2000-2012, 2013
y

dampak negatif, akibat terjadinya


://

Tabel1.2 Population Density in Daerah Istimewa


ketimpangan sumber daya. Permasalahan Yogyakarta,2000-2012, 2013
tp
ht

sosial dan kriminal kemungkinan akan Kepadatan Penduduk/km²


Kabupaten/Kota Population Density
meningkat jika tidak segera dilakukan Regency/City
2000 2010 2012 2013
keseimbangan pemenuhan kebutuhan (1) (2) (3) (4) (5)

penduduk seperti fasilitas sosial dan Kulonprogo 633 663 671 668
Bantul 1 541 1 798 1 831 1 869
ekonomi.
Gunungkidul 451 455 461 471
Pemerataan dan keseimbangan dapat
Sleman 1 568 1 902 1 939 1 986
juga dilakukan dengan relokasi penduduk
Yogyakarta 12 206 11 958 12 123 12 391
dalam bentuk migrasi sehingga terjadi
kondisi ideal dan seimbang antara penduduk Sumber : BPS, Sensus Penduduk 2000-2010, Proyeksi
Penduduk Indonesia 2010-2035
dan ketersediaan sumber daya.
Source : BPS, 2000-2010 Population Census,
Gejala umum yang terjadi adalah Indonesian Population Projection 2010-
2035
bahwa kepadatan penduduk cenderung tinggi

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 3


Penduduk Daerah Istimewa Angka Ketergantungan
Yogyakarta sebagian besar tinggal di Ukuran keberhasilan pembangunan di
Kabupaten Sleman. Gambar 1.2 bidang kependudukan dapat dilihat pula
menunjukkan bahwa persebaran penduduk melalui perubahan komposisi penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2012 di menurut umur yang digambarkan dengan
Kabupaten Sleman, Bantul, dan semakin rendahnya proporsi penduduk yang
Gunungkidul, sekitar 20-32 persen. tidak produktif yaitu penduduk berumur
Sementara penduduk di Kabupaten muda (di bawah 15 tahun) dan lanjut usia (65
Kulonprogo dan Kota Yogyakarta hanya tahun ke atas) dibandingkan penduduk yang

id
sekitar 11 persen. produktif (15-64 tahun). Penduduk muda

o.
Bila dilihat menurut tingkat berusia di bawah 15 tahun umumnya secara

g
s.
kepadatannya, angka kepadatan tertinggi ekonomis masih tergantung pada orang tua

bp
pada 2013 tercatat di Kota Yogyakarta, a. atau orang lain yang menanggungnya.
sebesar 12.391 jiwa per km², yang diikuti Sementara penduduk berusia di atas 65 tahun
rt
ka

oleh Kabupaten Sleman dan Bantul. Pada juga dianggap tidak produktif lagi.
ya

tahun 2013 juga mencatat kepadatan Dengan angka ketergantungan ini


og

penduduk terendah di Kabupaten dapat digambarkan berapa besar jumlah


y

Gunungkidul yaitu 471 jiwa per km².


://

penduduk yang tergantung pada penduduk


tp

usia kerja.
ht

Gambar 1.2. : Distribusi Penduduk Daerah


Istimewa Yogyakarta menurut
kabupaten/kota, tahun 2013
Figure 1.2 : Distribution of Population in Pada tahun 2013, rata-rata setiap 100 penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta produktif menanggung sekitar 46 penduduk tidak
by Regency/City 2013 produktif.

Tabel 1.3 mencatat bahwa pada 2013


Angka Beban Ketergantungan/Dependency
Ratio di Daerah Istimewa Yogyakarta
mencapai 46. Artinya secara rata-rata setiap
100 penduduk produktif menanggung sekitar
46 penduduk tidak produktif atau setiap 1
orang usia tidak produktif akan ditanggung

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 4


oleh sekitar 2 orang usia produktif. Namun penduduk perempuan. Selain itu, status
hal ini dengan asumsi bahwa setiap usia perkawinan juga dapat mencerminkan
produktif betul-betul dapat produktif. Jika kestabilan status penduduk dalam
tidak, tentu akan lebih berat lagi karena membentuk rumah tangga.
beban tanggungan usia produktif yang juga
harus menanggung usia produktif lainnya. Tabel 1.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas
Menurut Jenis Kelamin dan Status
Bahkan, usia produktif yang tidak dapat Perkawinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011-2013
diberdayakan untuk betul-betul produktif Table 1.4 Percentage of Population 10 Years Old
and Over by Sex and Marital Status in
secara ekonomi (pengangguran) akan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013

id
menimbulkan masalah yang cukup serius

o.
dalam kehidupan sosial. Status Perkawinan / Marital

g
Status

s.
Jenis Kelamin/ Jumlah

bp
Tabel 1.3 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Sex Belum Kawin/ Cerai Cerai / Total
Tanggungan di Daerah Istimewa
a. kawin/ Married Hidup/ Mati/
Yogyakarta, 2011-2013 (Persen) Single Divorced Widowed
rt
Table 1.3 Composition of Population and (1) (2) (3) (4) (5) (6)
ka

Dependency Ratio in Daerah Istimewa


2011
Yogyakarta, 2011-2013 (Percent)
ya

Laki-laki /Male 35,09 61,17 1,08 2,66 100,00


og

Umur /Age Angka Perempuan/Female 28,22 57,42 2,73 11,63 100,00


Tahun Jumlah Beban Laki-laki+Perempuan/31,53 59,22 1,94 7,32 100,00
y

Tanggungan Male+Female
://

Year 0-14 15-64 65+ Total Dependency


2012
tp

Ratio
Laki-laki/Male 26,55 59,04 2,20 12,21 100,00
ht

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2011 22,26 68,47 9,27 100,00 46 Perempuan/Female 31,00 59,71 1,67 7,62 100,00
Laki-laki+Perempuan/35,62 60,42 1,11 2,85 100,00
2012 22,30 68,42 9,28 100,00 46 Male+Female
2013
2013 21,96 68,78 9,26 100,00 46 Laki-laki/Male 36,54 59,91 0,73 2,82 100,00
Sumber: BPS, Susenas 2011-2013 Perempuan/Female 27,30 59,15 2,1 11,40 100,00
Source : BPS, 2012- 2013 National Socio Economic Laki-laki+Perempuan/31.83 59,52 1,45 7,20 100,00
Survey Male+Female

Sumber : BPS, Susenas 2011-2013


Status Perkawinan Source : BPS, 2011- 2013National Socio Economic
Survey
Status perkawinan secara demografi
merupakan faktor antara dalam penghitungan
fertilitas, khususnya status perkawinan pada

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 5


Untuk melihat stabil tidaknya laki-laki. Ketika laki-laki ditinggal mati oleh
ketahanan rumah tangga, dapat dicermati pasangannya, kemungkinan untuk menikah
dari status cerai hidup. Makin tinggi status lagi akan lebih besar, dan mungkin ini juga
cerai hidup, maka kualitas ketahanan rumah yang menyebabkan lebih tingginya
tangga relatif makin rendah. Dibanding persentase laki-laki dengan status kawin
2012, di Daerah Istimewa Yogyakarta pada dibanding perempuan. Di samping itu juga
tahun 2013 terdapat 1,45 persen penduduk bisa disebabkan harapan hidup perempuan
usia 10 tahun ke atas berstatus cerai hidup yang lebih panjang daripada laki-laki.
yang sebelumnya mencapai 1,11 persen atau

id
naik sekitar 0,34 poin (lihat tabel 1.4). Usia Perkawinan Pertama

o.
Usia perkawinan pertama wanita

g
s.
Gambar 1.3. : Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut sangat mempengaruhi tingkat fertilitas dan

bp
Jenis Kelamin dan Status Perkawinan
di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 a. perkembangan jumlah penduduk. Makin
Figure 1.3. : Population 10 Years Old and Over by
muda usia perkawinan memberi peluang
rt
Sex and Marital Status in Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2013
ka

untuk memperpanjang masa reproduksi dan


ya

60,00
59,52 hal ini akan menjadikan tingkat kelahiran
og

50,00 semakin tinggi. Semakin tinggi usia


y

40,00 perkawinan pertama akan mempersingkat


://

31,83
tp

30,00
masa reproduksi wanita dan itu berarti
ht

20,00
7,20 peluang tingkat kelahiran akan rendah.
10,00
1,45
Usia perkawinan pertama yang terlalu
,00
Blm Kwn Cr Hdp Cr Mt muda maupun terlalu tua akan memberi
Kwn
L P L+P resiko tinggi bagi wanita itu sendiri. Kondisi
fisik ketika mengandung dan melahirkan

Jika dilihat pada status cerai hidup/ yang tidak ideal berakibat buruk bagi ibu dan

mati, penduduk perempuan dengan status ini anak yang dilahirkan. Usia perkawinan

selalu lebih tinggi dibanding penduduk laki- pertama bagi wanita yang dianjurkan

laki, seperti terlihat dari data 3 tahun terakhir menurut kesehatan yaitu antara 20-30 tahun.

(2011-2013). Hal ini mencerminkan bahwa Tabel 1.5 memperlihatkan bahwa pada

perempuan lebih dapat bertahan dengan tahun 2013 persentase wanita pernah kawin

status jandanya (janda cerai mati) dibanding yang usia perkawinan pertamanya kurang

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 6


atau sama dengan 16 tahun cenderung mengalami peningkatan menjadi 22,46
mengalami penurunan dibandingkan tahun persen pada 2013, dari sebelumnya 20,01
2012. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak persen pada tahun 2012.
7,27 persen wanita pernah kawin yang usia Dengan memberi kesempatan pada
perkawinan pertamanya kurang atau sama wanita untuk bersekolah lebih tinggi,
dengan 16 tahun. Ini berarti bahwa selama memberikan penyuluhan, seminar tentang
periode 2012-2013 menunjukkan kesehatan reproduksi, pendidikan seks usia
kecenderungan wanita untuk menunda dini di sekolah-sekolah, dan memperluas
perkawinannya. kesempatan kerja, diharapkan dapat

id
membantu menunda usia perkawinan

o.
Tabel 1.5 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 10
pertama bagi seorang wanita dan pada

g
Tahun ke atas menurut Umur Perkawinan

s.
Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, akhirnya dapat menekan tingkat kelahiran.

bp
2011 – 2013
Table 1.5 Percentage of Ever Marriage Women a.
Aged 10 Years and Above by Age at First
rt
Married in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011 – 2013
ka
ya

Umur Perkawinan Pertama/


og

Tahun Age at First Married Jumlah


Year Total
y

16 17-18 19-24 25 +
://
tp

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


ht

2011 7,24 18,46 52,90 21,39 100,00

2012 7,95 18,20 53,84 20,01 100,00

2013 7,27 18,23 52,04 22,46 100,00

Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013


Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic
Survey

Persentase wanita pernah kawin


dengan usia perkawinan pertama usia 17-18
tahun mengalami peningkatan sebesar 0,03
poin, sedangkan usia 19-24 tahun mengalami
penurunan pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2012. Untuk usia perkawinan pertama
pada kelompok usia 25 tahun keatas

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 7


Bab 2 Kesehatan
Health

Kesehatan merupakan aspek penting oleh penduduknya hidup dalam lingkungan


dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
fisik yang sehat maka manusia dapat untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
melakukan aktivitas secara optimal. Oleh bermutu secara adil dan merata serta
sebab itu kesehatan menjadi salah satu aspek memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

id
kesejahteraan dan menjadi salah satu fokus tingginya di seluruh wilayah Republik

o.
utama pembangunan manusia. Berkaitan Indonesia sehingga tercapai visi

g
s.
dengan hal tersebut, pemerintah sudah pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat

bp
menggalakkan berbagai program untuk
a. Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Upaya yang telah dilakukan di
rt
ka

yang sasaran utamanya meningkatkan angka antaranya meningkatkan akses masyarakat


ya

harapan hidup, menurunkan angka kematian terhadap pelayanan kesehatan yang


og

bayi dan angka kematian ibu serta berkualitas, yaitu dengan memberikan
y

menurunkan prevalensi gizi kurang. pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk


://
tp

Pembangunan kesehatan yang telah miskin; penyediaan sumber daya kesehatan


ht

dilaksanakan selama ini dianggap telah yang kompeten; peningkatan sarana dan
berhasil meningkatkan derajat kesehatan prasarana kesehatan melalui pembangunan
masyarakat secara cukup bermakna, puskesmas, posyandu, dan rumah sakit;
walaupun masih banyak dijumpai berbagai penyediaan obat yang terjangkau oleh
masalah dan hambatan. Pada kurun waktu masyarakat, dan pendistribusian tenaga
2010-2014 penekanan pembangunan kesehatan secara merata.
kesehatan diprioritaskan pada pencapaian Banyak indikator yang digunakan
sasaran nasional, standar pelayanan minimal untuk melihat derajat kesehatan penduduk.
(SPM), dan Millenium Development Goals Beberapa indikator utama yang sering
(MDGs). Target yang ingin dicapai melalui digunakan antara lain Angka Kematian Bayi
pembangunan kesehatan tersebut adalah (AKB, Infant Mortality Rate, IMR) dan
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai Angka Harapan Hidup (AHH, Expectation of

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 8


Life at Birth). Beberapa indikator juga dapat Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan
Angka Harapan Hidup di Daerah Istimewa
dijadikan tolok ukur dalam melihat kondisi Yogyakarta,
Table 2.1 Trends of Infant Mortality Rates and Life
kesehatan masyarakat seperti kondisi Expectancy in Daerah Istimewa
Yogyakarta
persalinan, pola pemberian asi, imunisasi,
pemanfaatan fasilitas kesehatan dan angka
Indikator Derajat Tahun/Year
kesakitan (morbidity rate). Kesehatan/
Health 2011 2012 2013
Indicators
Derajat Kesehatan Masyarakat. (1) (2) (3) (4)

Dari tahun ke tahun derajat kesehatan Angka Kematian


Bayi/ Infant 18,1 18,0 17,0

id
penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Mortality Rate

o.
secara umum semakin meningkat. Hal ini

g
Angka Harapan

s.
ditandai dengan menurunnya angka kematian Hidup/ 73,22 73,27 73,62

bp
Life Expectancy
bayi dan meningkatnya angka harapan hidup. a.
Angka kematian bayi di Daerah
rt
Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 2011-2013 BPS
ka

Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta


Istimewa Yogyakarta selama tiga tahun Source : BPS, DIY in Figures, 2011-2013 BPS –
ya

terakhir memperlihatkan tren yang menurun. Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta


Province
og

Angka kematian bayi pada tahun 2011


y

sebesar 18,1 per 1000 kelahiran hidup, pada Secara umum dapat disimpulkan
://
tp

tahun 2012 mengalami sedikit penurunan adanya kenaikan kualitas fisik atau kualitas
ht

menjadi 18,0 per 1000 kelahiran hidup kesehatan penduduk di Daerah Istimewa
sedangkan pada tahun 2013 turun kembali Yogyakarta sampai dengan tahun rujukan
menjadi 17,0 per 1000 kelahiran hidup. 2013 yang ditandai dengan menurunnya
Sebaliknya angka harapan hidup Angka Kematian Bayi (AKB) dan
penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada meningkatnya Angka Harapan Hidup.
tahun 2011 sebesar 73,22 mengalami sedikit Dimensi AKB di antaranya adalah kesehatan
peningkatan menjadi 73,27 pada tahun 2012 ibu semasa hamil hingga masa nifas dan
dan 73,62 tahun pada tahun 2013. Kondisi kesehatan lingkungan tempat tinggal.
ini menunjukkan bahwa anak yang lahir pada Termasuk di dalamnya faktor penolong
tahun 2013 diperkirakan akan hidup rata-rata kelahiran/persalinan.
sampai umur 73,62 tahun.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 9


Penolong Persalinan Tabel 2.2 menunjukkan persentase

Gambar 2.1: Persentase Balita menurut


balita menurut penolong kelahiran pertama,
Penolong Kelahiran Pertama, sedangkan tabel 2.3 penolong kelahiran yang
2011 – 2013
Figure 2.1 : Percentage of Children Under terakhir.
Fives by First Birth Attendant
2011- 2013
Tabel 2.2 Persentase Balita menurut Penolong
97.81 96.53 99.60 Kelahiran Pertama di Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011-2013
Table 2.2 Percentage of Children Under Fives by
First Birth Attendant in Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011-2013

Penolong Kelahiran /Birth Attendant

id
2.19 3.47 0.40 Tahun/ Tenaga

o.
Medis Dukun/
Year Dokter/ Bidan/ lain/ Tradition Lainnya

g
2011 2012 2013 Doctor Midwife Others al Birth /Others

s.
Medical Attendant
Tenaga Kesehatan Tenaga Non Kesehatan Personnel

bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kesehatan balita tidak


a.
hanya 2011 37,25 60,56 0,00 0,68 1,51
rt
dipengaruhi oleh kesehatan ibu semasa
ka

2012 35,00 60,99 0,54 0,90 2,57


kehamilan. Kesehatan balita juga
ya

2013 42,59 56,51 0,50 0,33 0,07


og

dipengaruhi pula oleh faktor lain, seperti


Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013
y

proses kelahiran/persalinan serta kondisi Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic
://

Survey
lingkungan tempat tinggal. Data penolong
tp

Tabel 2.2 memperlihatkan bahwa di


ht

kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu


Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar
indikator kesehatan, terutama dalam
proses persalinan ditolong oleh bidan,
hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu
kemudian oleh dokter. Pada 2013 persentase
dan anak serta pelayanan kesehatan secara
persalinan pertama yang ditolong oleh tenaga
umum.
kesehatan mencapai 99,60 persen dari
Persalinan yang ditolong oleh tenaga
jumlah seluruh persalinan. Sedangkan
kesehatan, seperti dokter atau bidan,
persalinan yang ditolong dengan tenaga non
dianggap lebih baik dibandingkan dengan
kesehatan (dukun dan lainnya) sekitar 0,40
proses yang ditolong dukun atau lainnya.
persen. Demikian pula tabel 2.3, pada
Besaran ini dapat menggambarkan tingkat
umumnya proses persalinan terakhir ditolong
kemajuan pelayanan kesehatan terutama
oleh tenaga kesehatan.
pada saat kelahiran.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 10


Pada 2013 persentase persalinan mencapai 96,53 persen, sementara pada
terakhir yang ditolong tenaga kesehatan tahun 2013 naik menjadi 99,60 persen.
mencakup 99,77 persen dari jumlah seluruh Begitu pula persentase penolong kelahiran
persalinan. Lebih lanjut, proses persalinan terakhir oleh tenaga kesehatan pada tahun
oleh tenaga non kesehatan (dukun dan 2012 mencapai 98,79 persen dan pada tahun
lainnya) hanya sekitar 0,23 persen. 2013 naik menjadi 99,77 persen. Kenaikan
angka penolong kelahiran ini kemungkinan
Tabel 2.3 Persentase Balita menurut Penolong
Kelahiran Terakhir di Daerah Istimewa disebabkan oleh kenaikan peranan dukun dan
Yogyakarta, 2011-2013
Table 2.3 Percentage of Children Under Fives by lainnya cenderung bergeser ke tenaga medis
First Birth Attendant in Daerah Istimewa

id
Yogyakarta, 2011-2013
yaitu dokter, bidan, dan tenaga medis

o.
lainnya.

g
s.
Penolong Kelahiran/Birth Attendant
Peningkatan derajat dan status

bp
Tenaga Dukun/
Medis Traditio a. kesehatan ini tidak terlepas dari ketersediaan
Tahun/ Year lain/
Dokter/ Bidan/ Others nal Lainnya
/ dan keterjangkauan sarana dan prasarana
rt
Doctor Midwife Medical Birth Others
Attenda
ka

Person nt kesehatan seperti fasilitas tempat berobat dan


nel
ya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) tenaga kesehatan yang tersedia. Pemerintah
og

2011 40,58 58,50 0,24 0,68 0,00 selalu berupaya untuk memperluas akses
y

terhadap tenaga kesehatan dengan cara


://

2012 38,78 59,69 0,32 0,79 0,42


tp

100.00
meningkatkan jumlah maupun kualitasnya.
2013 44,89 54,62 0,26 0,16 0,07
ht

Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013


Source : BPS, 2011- 2013 National Socio Economic Air Susu Ibu
Survey
Air Susu Ibu (ASI) merupakan
Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 menunjukkan
makanan yang paling penting bagi
bahwa persentase persalinan yang ditolong
pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena
oleh tenaga kesehatan secara umum di D.I
selain mengandung nilai gizi yang tinggi
Yogyakarta cenderung meningkat dari tahun
juga mengandung zat pembentuk kekebalan
ke tahun. Ini menggambarkan tingkat
tubuh terhadap penyakit. Manfaat lain yang
kemajuan pelayanan kesehatan terutama saat
diperoleh dari pemberian ASI antara lain
kelahiran di mana resiko kematian sangat
dapat menumbuhkan ikatan batin dan kasih
tinggi.
sayang antara ibu dan anak. Makin lama
Pada tahun 2012, persentase penolong
pemberian ASI cenderung akan membuat
kelahiran pertama oleh tenaga kesehatan

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 11


daya tahan tubuh anak balitanya semakin tinggi. Pada tahun 2013, balita berusia 2-4
baik. tahun yang disusui lebih dari 24 bulan
persentasenya mengalami peningkatan
Tabel 2.4 Persentase Balita Usia 2-4 tahun menurut
Lamanya Disusui di Daerah Istimewa dibanding tahun 2012, dari 55,05 persen
Yogyakarta, 2011 – 2013
Table 2.4 Percentage of Children Under Fives (2-4 menjadi 62,00 persen. Di sisi lain, yang
years) by Duration of Breast Feeding
(Month) in Daerah Istimewa Yogyakarta,
disusui kurang dari atau sama dengan 5
2011-2013 bulan jumlahnya mengalami penurunan 1,49

Lamanya Disusui (bulan) / poin persen dari tahun sebelumnya.


Tahun/ Duration of Breast Feeding ( month )
Year 5 6-11 12-17 18-23 24+

id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Imunisasi

o.
Di samping pemberian ASI,

g
2011 4,93 5,86 11,91 20,51 56,78

s.
2012 6,67 5,29 12,35 20,64 55,05 imunisasi juga sangat berperan dalam

bp membentuk ketahanan tubuh anak dari


2013 5,18 4,86 7,55 20,41 a. 62,00
rt
Sumber : BPS, Susenas , 2011-2013 serangan penyakit. Semakin lengkap
Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic
ka

Survey imunisasi yang diberikan maka semakin


ya

Tabel 2.4 menunjukkan distribusi kecil peluang balita untuk terserang


og

balita berumur 2-4 tahun menurut lamanya penyakit. Ada banyak macam jenis imunisasi
y
://

disusui yang terbagi dalam 5 kelompok. yang dapat diberikan pada anak balita,
tp

namun dalam Susenas 2013 yang dicakup


ht

Gambar 2.2: Persentase Balita Usia 2-4 Tahun Menurut


Lamanya Disusui Tahun 2011-2013
adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak
Figure 2.2 : Percentage of Children Under Fives by
First Birth Attendant 2011-2013 dan Hepatitis B.

80.00
Pada 2013, hampir seluruh balita (95
persen lebih) di Daerah Istimewa Yogyakarta
60.00
sudah mendapat imunisasi BCG, DPT, Polio
40.00 dan Hepatitis B. Namun untuk vaksin

20.00
Campak baru mencapai sekitar 82,63 persen
balita. Ini mungkin berkaitan dengan
0.00
<=5 6-11 12-17 18-23 24+
sosialisasi vaksin campak yang belum
2011 2012 2013 segencar vaksin lainnya.
Rata-rata lama pemberiaan ASI kepada
balita di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 12


Tabel 2.5 Persentase Balita yang Mendapat kesehatan yang mengakibatkan terganggunya
Imunisasi Menurut Jenis Kelamin dan
Jenis Imunisasi di Daerah Istimewa aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan
Yogyakarta, 2011-2013
Table 2.5 Percentage of Children Under 5 Years pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah
had Vaccinated by Sex and Vaccines in
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
tangga maupun melakukan aktivitas lainnya.
Keluhan dimaksud mengindikasikan adanya
Jenis Imunisasi / Vaccines
Jenis Kelamin/ Sex suatu penyakit tertentu.
BCG DPT Polio Campak Hepatitis B
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Morbiditas atau angka kesakitan
2011 Laki-laki/Male 98,60 94,78 93,99 85,17 94,50
Perempuan/ adalah proporsi penduduk yang mengeluh
Female
99,58 96,60 96,24 87,22 96,76
Laki- sakit pada selang waktu tertentu. Dalam
laki+Perempuan/ 99,08 95,67 95,08 86,17 95,60

id
Male+Female Susenas yang dilaksanakan oleh BPS,

o.
2012 Laki-laki/Male 99,05 96,76 96,10 82,66 96,26
Perempuan/ keluhan kesehatan yang dimaksud

g
Female
99,26 96,35 96,32 79,68 95,44

s.
Laki-laki+ mencakup: panas, batuk, pilek, asma/sesak

bp
Perempuan/ 99,16 96,56 96,21 81,18 95,85
.Male/Female a. nafas, diare/buang-buang air, sakit kepala,
2013 Laki-laki/Male 98,57 95,46 95,56 83,20 96,41 sakit gigi, campak, dan lain-lain. Referensi
rt
Perempuan/
ka

98,43 94,78 94,02 82,04 92,26


Female yang digunakan dalam Susenas adalah
Laki-laki+
ya

Perempuan/ 98,50 95,13 94,80 82,63 94,37 sebulan sebelum pencacahan. Semakin tinggi
.Male/Female
og

Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013 angka morbiditas menunjukkan semakin


y

Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic


banyak penduduk yang mengalami gangguan
://

Survey
tp

kesehatan.
Tabel 2.5 memberikan gambaran
ht

Tabel 2.6 menunjukkan besarnya


bahwa antara balita laki-laki maupun balita
persentase penduduk yang mengalami
perempuan tidak terjadi pola khusus dalam
keluhan kesehatan dalam sebulan. Jenis
pemberian imunisasinya. Perlakuan yang
keluhan kesehatan yang paling banyak
tidak membedakan jenis kelamin balita
dirasakan penduduk selama tiga tahun
menunjukkan bahwa selama tahun 2011-
berturut-turut adalah batuk, pilek dan panas.
2013, dalam hal imunisasi tidak terjadi bias
Tahun 2013, penduduk Daerah Istimewa
gender.
Yogyakarta terdapat 45,84 persen penduduk
yang merasakan keluhan batuk, sementara
Keluhan Kesehatan
sebanyak 42,52 persen penduduk juga
Derajat kesehatan penduduk juga dapat
merasakan keluhan pilek, dan panas sebesar
dilihat dari angka morbiditas (kesakitan)
22,95 persen.
yang menunjukkan ada tidaknya keluhan
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 13
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Mempunyai Penduduk yang mengalami gangguan
Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang
Lalu di D.I Yogyakarta 2011-2013 kesehatan pada umumnya melakukan upaya
Table 2.6 Percentage of Population Who Had Health
Complaint During the Previous Month in pengobatan, baik dengan berobat sendiri
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
maupun berobat jalan.
Keluhan Kesehatan/
2011 2012 2013
Health Complaint
(1) (2) (3) (4) Tabel 2.7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Daerah
Panas / Fever 25,42 23,91 22,95 Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
Table 2.7 Number of Health Facilities in Daerah
Batuk / Cough 49,76 48,48 45,84
Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
Pilek / Flu 47,18 44,79 42,52
Asma, Sesak Nafas
3,05 3,38 3,97
/Asthma, Breatless Fasilitas Kesehatan/ Tahun/Year

id
Diare, Buang-buang Air/ Health Facilities
3,60 3,22 2,10 2011 2012 2013
Diarrhea and Vomiting

o.
(1) (2) (3) (4)
Sakit Kepala / Headache 12,93 12,80 10,54

g
Sakit Gigi / Tooth ache 3,52 3,86 4,17 Rumah Sakit/ General
63 66 96

s.
Lainnya / Others Hospital
38,23 38,98 40,50

bp
Complaint Rumah Bersalin/
70 70 38
Childbirth House
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 a.
Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Balai Pengobatan/
181 181 95
rt
Survey Polyclinic
ka

Puskesmas/ Public Health


576 576 579
Centre
ya

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Apotik/ Dispensaries 455 464 526


og

Untuk meningkatkan kualitas Toko Obat Berijin/ Lisence


y

51 51 53
kesehatan penduduk, pemerintah telah of Drugstore
://
tp

Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 2011-2013


berupaya menyediakan sarana dan prasarana Source : BPS, DIY in Figures, 2011-2013
ht

kesehatan yang disertai dengan distribusi


tenaga kesehatan yang memadai, baik dalam Fasilitas kesehatan yang paling banyak
hal kualitas maupun kuantitas. dikunjungi penduduk yang berobat jalan
Dalam mengatasi masalah kesehatan, pada 2013 adalah Praktek Dokter (35,62
berbagai upaya telah dilakukan oleh persen) dan Puskesmas (32,20 persen).
pemerintah. Salah satunya adalah dengan Kondisi ini hampir sama dengan tahun-tahun
membangun atau memperbaiki fasilitas sebelumnya (2011 dan 2012). Pada tahun
kesehatan. Fasilitas kesehatan harus 2013 terjadi sedikit kenaikan pada praktek
representatif, murah dan aksesnya mudah pengobatan tradisional (Batra) menjadi 2,45
dijangkau sehingga masyarakat dapat persen, sedangkan di tahun 2012 sebesar
menggunakannya dengan optimal. 1,68 persen. Peningkatan ini kemungkinan
disebabkan oleh semakin mahalnya biaya

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 14


pengobatan di praktek dokter swasta
sehingga mereka beralih ke tempat
pengobatan yang lebih murah yaitu
Puskesmas dan Batra. Selain itu akses ke
Puskesmas dan Batra lebih mudah dijangkau,
terutama oleh penduduk yang berada di
pelosok pedesaan.

Tabel 2.8 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan


Menurut Tempat Berobat di Daerah

id
Istimewa Yogyakarta, 2011-2013

o.
Table 2.8 Percentage of Population Treated
Outpatient by Place/Method of Medical

g
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-

s.
2013

bp
Tahun/Year
a.
Tempat Berobat/
rt
2011 2012 2013
ka

(1) (3) (4) (5)


ya

Rumah
16,81 16,82 19,11
og

Sakit/Hospital
Praktek
y

Dokter/Medical 34,88 35,93 35,62


://

Doctor
tp

Puskesmas/Health
32,32 28,90 32,20
ht

Centre
Praktek Batra/
Medical 1,40 1,68 2,45
Traditional
Petugas
Kesehatan/Parame 19,28 21,17 19,89
dical
Lainnya/Others 1,84 1,85 1,98

Sumber : Susenas 2011-2013


Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 15


Bab 3 Pendidikan
Edu cation

Pendidikan merupakan hak asasi peningkatan mutu, relevansi dan daya saing;
manusia dan hak setiap warga negara untuk (c) penataan tata kelola, akuntabilitas, dan
dapat mengembangkan potensi dirinya citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan.
melalui proses belajar. Setiap warga negara Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Indonesia berhak memperoleh pendidikan Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

id
yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat disebutkan dalam sasaran pembangunan

o.
yang dimiliki tanpa memandang status sosial, bidang pendidikan ditujukan untuk

g
s.
status ekonomi, suku, etnis, agama, gender meningkatkan akses masyarakat terhadap

bp
dan lokasi geografis. a. pendidikan dan meningkatkan mutu
Pemenuhan atas hak untuk pendidikan, yang antara lain ditandai oleh
rt
ka

mendapatkan pendidikan yang bermutu menurunnya jumlah penduduk buta huruf;


ya

merupakan ukuran keadilan dan pemerataan meningkatnya persentase penduduk yang


og

atas hasil pembangunan dan sekaligus dapat menyelesaikan program wajib belajar 9
y

merupakan investasi sumber daya manusia tahun dan pendidikan lanjutan serta
://
tp

yang diperlukan untuk mendukung berkembangnya pendidikan kejuruan yang


ht

keberlangsungan pembangunan. Pemerataan, ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga


akses dan peningkatan mutu pendidikan akan terampil.
membuat warga negara Indonesia memiliki Beberapa indikator output yang dapat
kecakapan dalam rangka pembangunan menunjukkan kualitas pendidikan SDM
manusia seutuhnya. antara lain Angka Melek Huruf (AMH),
Dalam beberapa tahun mendatang Tingkat Pendidikan, Angka Partisipasi
pembangunan pendidikan nasional di Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar
Indonesia masih dihadapkan pada berbagai (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
tantangan serius, terutama dalam upaya Indikator input pendidikan salah satunya
meningkatkan kinerja yang mencakup (a) adalah fasilitas pendidikan.
pemerataan dan perluasan akses; (b)

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 16


Angka Melek Huruf (AMH) Dalam Susenas, kemampuan baca tulis
Kegiatan membaca merupakan proses dibedakan menjadi huruf latin dan lainnya.
awal memasuki dunia pengetahuan yang Dalam masyarakat Indonesia, huruf latin
begitu luas menuju masyarakat maju. masih merupakan satu-satunya huruf yang
Membaca akan mempermudah seseorang dominan digunakan, sehingga dalam uraian
untuk memahami informasi terkait bidang ini dititikberatkan pada kemampuan baca
kerja dan berbagai aspek yang menyangkut tulis huruf latin.
peningkatan kualitas hidup. Kemampuan
baca-tulis dianggap penting karena
Gambar 3.1: Angka Melek Huruf menurut Jenis

id
melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh Kelamin di Daerah Istimewa

o.
Yogyakarta, 2011-2013
seseorang untuk dapat mencapai tujuan Figure 3.1 : Latin Literacy Rate by Sex in Daerah

g
Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013

s.
hidupnya. Hal ini berkaitan langsung dengan

bp
bagaimana seseorang mendapatkan
a. 98 95,98 95,65 96,07
pengetahuan, menggali potensinya dan
rt
96
ka

berpartisipasi dalam pembangunan. 94

88,32
88,05
92
ya

86,65
Salah satu indikator mendasar yang 90
og

88
digunakan untuk melihat tingkat kemampuan 86
y

84
membaca dan menulis adalah Angka Melek
://

82
tp

80
Huruf (Literacy Rate). Kata “melek huruf” 2011 2012 2013
ht

dapat diartikan sebagai kemampuan untuk


Laki-laki Perempuan
dapat membaca dan menulis huruf
latin/lainnya pada tingkat yang baik untuk
berkomunikasi dengan orang lain atau dapat
menyampaikan idenya dalam masyarakat
yang mampu baca tulis (BPS, 2011). Angka
Melek Huruf (AMH) adalah tolok ukur
penting dalam mempertimbangkan kualitas
sumber daya manusia di suatu daerah. AMH
merupakan salah satu indikator penting untuk
mengukur keberhasilan implementasi
kebijakan bidang pendidikan.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 17


Tabel 3.1 Angka Melek Huruf Latin menurut Jenis Umumnya angka melek huruf
Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011 - 2013 penduduk laki-laki relatif lebih tinggi
Table 3.1 Latin Literacy Rate by Sex in Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013 dibanding perempuan. Dibandingkan 2012,
AMH penduduk usia 15 tahun ke atas pada
Jenis Kelamin/Sex 2011 2012 2013
2013 mengalami sedikit kenaikan pada semua
(1) (3) (4) (5) penduduk tanpa membedakan jenis kelamin.

Laki-laki/Male 95,98 95,65 96,07


Berdasarkan data Susenas tiga tahun terakhir
(2011–2013), AMH perempuan lebih rendah
Perempuan/Female 86,65 88,05 88,32 dibanding AMH laki-laki.

id
L+P/Male/Female 91,12 91,76 92,11

o.
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

g
Sumber: BPS, Susenas 2011- 2013

s.
Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Pendidikan tertinggi yang ditamatkan

bp
Survey merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber
a.
Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi
rt
Penduduk usia 15 tahun ke atas
ka

tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi


merupakan masyarakat dewasa yang sudah
ya

tingkat kesejahteraannya. Daya saing suatu


seharusnya dapat membaca dan menulis
og

bangsa tidak dapat dipisahkan dari kualitas


huruf latin. Namun pada kenyataannya pada
y

SDM yang dimiliki sebagai salah satu modal


://

2013 masih ada sekitar 7,89 persen


tp

dasar pembangunan bangsa.


ht

penduduk usia 15 tahun ke atas tidak dapat


Makin tinggi tingkat pendidikan yang
membaca dan atau menulis huruf latin. Ini
ditamatkan tentunya makin tinggi kualitas
berarti angka melek hurufnya adalah sebesar
SDMnya. Artinya, peluang negara untuk
92,11 persen, artinya dari setiap 100
mendapatkan kontribusi positif dari
penduduk usia 15 tahun ke atas sekitar 92
pendidikan bagi pembangunan juga akan
orang yang mampu membaca dan menulis
semakin tinggi karena makin besarnya modal
huruf latin. Sedangkan 7,89 persen angka
yang dimiliki penduduk untuk bersaing dalam
buta huruf, artinya dalam 100 orang
konstelasi tenaga kerja. Meskipun ijazah yang
penduduk usia 15 tahun ke atas terdapat
dimiliki terkadang bukan menjadi jaminan
sekitar 8 orang yang tidak dapat membaca
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
dan menulis huruf latin.
baik.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 18


Tabel 3.2 memperlihatkan jumlah Tabel 3.2 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas
menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki dan
penduduk usia 15 tahun ke atas menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa
Yogayakarta, 2012 dan 2013
tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis Table 3.2 Percentage of Population Aged 15 Years and
Above by Educational Attainment and Sex in
kelamin. Hasil Susenas menunjukkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 and
tingkat pendidikan penduduk di Daerah 2013

Istimewa Yogyakarta pada umumnya Tingkat Laki-laki/ Perempuan/ L+P/


Pendidikan/ Male Female M+F
berpendidikan SLTA ke atas. Tahun 2013 Education
Attainment 2012 2013 2012 2013 2012 2013
maupun 2012, penduduk yang berpendidikan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
SLTA ke atas sudah di atas 40 persen. Jika
Tidak/belum pernah

id
dilihat menurut jenis kelamin persentase laki- sekolah/Not Yet 3,36 3,07 10,68 10,32 7,11 6,77
Attending School

o.
laki yang berpendidikan SLTA ke atas lebih Tidak/ belum tamat

g
SD/Not Completed 8,21 8,76 10,30 9,57 9,28 9,17

s.
besar dari pada perempuan. Primary School

bp
Persentase penduduk 15 tahun ke atas
a. SD/Primary School 17,77 18,39 18,31 17,80 18,05 18,09
yang berpendidikan SLTA ke atas pada 2013
rt
SLTP/Junior High
ka

22,28 21,05 19,82 19,52 21,02 20,27


mengalami kenaikan sebesar 1,16 poin School
ya

SLTA ke atas/
dibanding 2012, yaitu dari 44,54 persen Senior High School 48,38 48,73 40,89 42,80 44,54 45,70
og

and Above
menjadi 45,70 persen. Demikian pula bila
Sumber: BPS, Susenas 2012 - 2013
y

dilihat menurut jenis kelamin, baik laki-laki Source: BPS, 2012- 2013, National Socio Economic
://

Survey
tp

maupun perempuan mengalami kenaikan.


ht

Sebaliknya penduduk yang tidak/belum Angka Partisipasi Sekolah


pernah sekolah maupun yang tidak/belum
Salah satu tujuan Millenium
tamat SD, penduduk yang berijasah SD dan
Development Goals (MDGs) adalah
SLTP mengalami penurunan. Ini
menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015
kemungkinan disebabkan semakin tingginya
semua anak, di mana pun, baik laki-laki
angka partisipasi sekolah pada tingkat SD dan
maupun perempuan dapat menyelesaikan
SLTP di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
pendidikan dasar (primary schooling).
keberhasilan Program Wajib Belajar 9 tahun.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan
Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta
mayoritas berpendidikan SLTA ke atas, baik laki- untuk menilai pencapaian MDGs, yaitu
laki maupun perempuan
digunakan untuk melihat akses pada
pendidikan khususnya bagi penduduk usia

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 19


sekolah. Semakin tinggi APS semakin besar Sedangkan pada kelompok umur 16-18 APS
jumlah penduduk yang berkesempatan perempuan lebih rendah dibandingkan APS
mengenyam pendidikan. Namun demikian laki-laki.
meningkatnya APS tidak selalu dapat
Angka Partisipasi Kasar
diartikan sebagai meningkatnya pemerataan
Angka Partisipasi Kasar (APK)
kesempatan masyarakat untuk mengenyam
merupakan persentase jumlah penduduk
pendidikan.
yang sedang bersekolah pada suatu jenjang

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis pendidikan (berapa pun usianya) terhadap
Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah jumlah penduduk pada kelompok usia

id
Istimewa Yogyakarta, 2013

o.
Table 3.3 School Participation Ratio by Sex and Age pendidikan tersebut.
Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta,

g
2013 APK digunakan untuk mengukur

s.
bp
Kelompok Umur/ Laki-laki/ Perempuan/ L+P/
keberhasilan program pembangunan
Age group Male Female
a.
M+F pendidikan yang diselenggarakan dalam
rt
(1) (2) (3) (4)
rangka memperluas kesempatan bagi
ka

7-12 99,92 100,00 99,96


ya

penduduk untuk mengenyam pendidikan.


og

13-15 95,88 97,54 96,71 APK merupakan indikator yang paling


y

sederhana untuk mengukur daya serap


://

16-18 83,42 79,48 81,50


penduduk usia sekolah di masing-masing
tp

Sumber: BPS, Susenas 2013


ht

Source: BPS, 2013, National Socio Economic Survey jenjang pendidikan.


Nilai APK suatu jenjang pendidikan

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa Angka bisa lebih dari 100 persen karena masih

Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat terdapat siswa yang berusia di luar batasan

pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu usia sekolah baik yang lebih tua maupun

sebesar 99,96 persen. Artinya masih ada yang lebih muda.

sekitar 0,04 persen penduduk berusia 7-12


tahun yang tidak bersekolah. Tabel tersebut
juga memperlihatkan bahwa APS penduduk
perempuan dan penduduk laki-laki pada
kelompok umur 7-12 dan 13-15 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 20


Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar menurut Jenis melanjutkan pendidikan dengan berbagai
Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2013 alasan.
Table 3.4 Gross Enrollment Ratio by Sex and Age
Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2013
Angka Partisipasi Murni
Laki- Angka Partisipasi Murni (APM) adalah
Tingkat Pendidikan/ Perempuan L + P /
laki/
Education Attainment / Female M+F
Male persentase jumlah anak yang sedang
(1) (2) (3) (4)
bersekolah pada jenjang pendidikan yang
SD/Primary School 108,14 108,50 108,31 sesuai dengan usianya terhadap jumlah
108.31
seluruh anak pada kelompok usia sekolah
SLTP/Junior High School 87,36 79,69 83,54

id
yang83.54
bersangkutan.

o.
SLTA /Senior High School 92,18 87,17 89,74 Bila APK digunakan untuk mengetahui

g
89.74

s.
Sumber: BPS, Susenas 2013 seberapa banyak penduduk usia sekolah yang

bp
Source: BPS, 2013, National Socio Economic Survey
a. sudah dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan di suatu jenjang pendidikan
rt
Berdasarkan Tabel 3.4, pada 2013 APK
ka

di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka
ya

tingkat pendidikan SD berada di atas 100 Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur
og

persen yaitu mencapai 108,31 persen. Ini proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
y
://

berarti yang bersekolah di SD tidak hanya Bila seluruh anak usia sekolah dapat
tp

usia pendidikan SD (7-12 tahun) tapi juga bersekolah tepat waktu, maka APM akan
ht

usia di atas 12 tahun atau di bawah 7 tahun mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM

masih/sudah ada yang duduk di tingkat SD. akan selalu lebih rendah dari APK karena

Tapi ini tidak berarti bahwa usia 7-12 tahun nilai APK mencakup anak di luar usia

sudah semua bersekolah, karena APK tidak sekolah pada jenjang pendidikan yang

dapat mencerminkan besaran anak usia 7-12 bersangkutan.

tahun yang belum pernah bersekolah.


APK laki-laki maupun perempuan pada
tingkat pendidikan SLTP lebih kecil
persentasenya dibanding APK tingkat
pendidikan SD maupun SLTA . Hal ini bisa
diartikan bahwa pada tingkat pendidikan
SLTP banyak anak yang berhenti dan tidak

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 21


Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni menurut Jenis dan SLTA APM laki-laki lebih tinggi
Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2013 dibanding perempuan.
Table 3.5 Net Enrollment Ratio by Sex and Age
Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2013 Kebutuhan guru terhadap murid dan daya
dukung kelas terhadap murid dari tahun ke tahun
Laki- Perempu masih cukup memadai
Tingkat Pendidikan/ L+P/
laki/ an/
Education Attainment M+F
Male Female
(1) (2) (3) (4)

SD/Primary School 98,52 98,94 98,72 Fasilitas Pendidikan

SLTP/Junior High School 77,06 74,57 75,82 Fasilitas pendidikan sebagai salah satu

id
indikator input merupakan kekuatan awal

o.
SLTA /Senior High School 67,29 62,42 64,92
dalam membangun kualitas SDM di bidang

g
s.
Sumber: Susenas 2013
pendidikan. Ketersediaan sarana dan

bp
Source: 2013, National Socio Economic Survey
a. prasarana sangat mempengaruhi proses
Pada 2013, di Daerah Istimewa belajar yang pada akhirnya juga akan
rt
ka

Yogyakarta, APM SD menunjukkan angka mempengaruhi output pendidikan.


ya

98,72 persen yang berarti ada sekitar 98,72 Ketersediaan guru atau kelas yang ideal untuk
og

persen anak usia SD (7-12 tahun) yang menangani sejumlah siswa tentu akan
y
://

bersekolah di SD, sementara 1,28 persennya memacu kualitas keluaran yang maksimal.
tp

lagi mungkin sudah bersekolah di tingkat Sebaliknya, ketersediaan yang tidak


ht

pendidikan yang lebih tinggi atau mungkin mencukupi akan memberikan kualitas hasil
juga belum bersekolah. Perlu penelusuran didik yang mungkin di bawah standar.
lebih jauh lagi dari 1,28 persen anak usia 7- Indikator untuk mengukur pemerataan
12 tahun berapa yang betul-betul belum dan perluasan akses pendidikan adalah rasio
bersekolah, dan jumlah ini menjadi sasaran sekolah yang mencakup rasio murid guru dan
dinas/instansi teknis untuk mendorong rasio murid kelas. Fasilitas yang mencukupi
mereka masuk ke bangku sekolah akan mendorong peningkatan APS maupun
SD/sederajat. APM.
Pada jenjang pendidikan SD, APM Tabel 3.6 menggambarkan beban kerja
laki-laki lebih rendah dibanding perempuan. guru serta kepadatan kelas pada suatu jenjang
Sedangkan pada jenjang pendidikan SLTP pendidikan. Rasio murid-guru pada jenjang
pendidikan SD, SLTP, maupun SLTA, masih

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 22


memenuhi persyaratan bagi seorang guru jenjang pendidikan tertentu. Angka ini sering
untuk bisa mengawasi dan memberi perhatian digunakan sebagai indikator berhasil/tidaknya
kepada murid sehingga mutu pengajaran tetap pembangunan di bidang pendidikan.
berjalan dengan baik. Indikator ini digunakan sebagai barometer
Pada 2012/2013 rasio murid-guru SD, pencapaian rencana strategis dalam rangka
SLTP, dan SLTA masing-masing 13, 11, dan peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
9, serta rata-rata jumlah murid di tiap jenjang pendidikan.
pendidikan sebesar 21, 29, dan 29 murid per
Gambar 3.2: Angka Putus Sekolah Menurut
kelas. Tingkat Pendidikan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2010/2011-

id
2012/2013

o.
Tabel 3.6 Perkembangan Rasio Murid-Guru dan Rasio Figure 3.2: Drop-Out Rate by Level of
Murid-Kelas di Daerah Istimewa Education in Daerah Istimewa

g
Yogyakarta, 2011/2012 dan 2012/2013

s.
Yogyakarta, 2010/2011– 2012/2013
Table 3.6 Trends in Pupil-Teacher Ratio and Pupil-

bp
Classroom Ratio in D.I. Yogyakarta,
2011/2012 and 2012/2013 a.
0,6 0,51
rt
Jenjang Pendidikan/
ka

0,5
Rasio/Ratio Education Attainment
Tahun/Years
ya

0,4
SD SLTP SLTA
0,3
og

(1) (2) (3) (4)


0,16
0,2
Murid-Guru/ Pupil-
y

0,07
Teacher
://

0,1
tp

2011/2012 13 11 9 0
SD/MI SMP/MTs SMA/MA
ht

2012/2013 13 11 9
2010/2011 2011/2012
Murid-Kelas/Pupil- 2012/2013
Classroom

2011/2012 18 28 28
Tingginya angka putus sekolah
2012/2013 21 29 29
menunjukkan kesadaran dan atau kemampuan
Sumber: Dinas Pendidikan, Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk akses pada pendidikan masih relatif
Source: Education Services, Daerah Istimewa
Yogyakarta Province rendah. Penyebab utama putus sekolah antara
lain karena kurangnya kesadaran orang tua
Putus Sekolah akan pentingnya pendidikan anak,
Angka putus sekolah mencerminkan keterbatasan ekonomi, keadaan geografis
anak-anak usia sekolah yang sudah tidak yang kurang menguntungkan, keterbatasan
bersekolah lagi dan tidak menamatkan suatu akses menuju ke sekolah, karena sekolah jauh

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 23


atau minimnya fasilitas pendidikan di suatu 2011/2012 menjadi 0,51 pada tahun ajaran
wilayah. 2012/2013.
Tabel 3.7 Perkembangan Angka Putus Sekolah
menurut Tingkat Pendidikan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2010/2011–
2012/2013
Table 3.7 Trends of Drop-Out Rate by Level of
Education in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2010/2011– 2012/2013

Tahun/ SD/MI SMP/MTs SMA/MA


Year PS JHS SHS
(1) (2) (3) (4)

id
2010/2011 0,07 0,17 0,44

g o.
2011/2012 0,07 0,09 0,57

s.
bp
2012/2013 0,07 0,16 0,51
a.
rt
Sumber: Dinas Pendidikan, Daerah Istimewa
ka

Yogyakarta
Source: Education Services, Daerah Istimewa
ya

Yogyakarta
og
y

Tabel 3.7 menunjukkan angka putus sekolah


://

selama periode 2010/2011-2012/2013 di


tp
ht

Daerah Istimewa Yogyakarta. Angka putus


sekolah selama tiga tahun terjadi fluktuasi
kecuali pada jenjang SD/MI. Angka putus
sekolah pada jenjang SD/MI tetap stabil
tercatat 0,07 persen pada tahun ajaran
2010/2011-2012/2013. Pada jenjang
pendidikan SMP/MTs, angka putus sekolah
mengalami peningkatan 0,09 persen pada
tahun ajaran 2011/2012 menjadi 0,16 persen
pada 2012/2013. Sedangkan angka putus
sekolah pada jenjang SMA/MA mengalami
penurunan dari 0,57 persen pada tahun ajaran

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 24


AngkatanKerja
Bab 4
Labour Force

Besarnya angkatan kerja ketenagakerjaan meliputi penciptaan


mencerminkan besarnya penawaran tenaga lapangan kerja baru dengan jumlah dan
kerja. Sayangnya besarnya penawaran kualitas yang memadai sehingga dapat
tersebut tidak disertai dengan besarnya menyerap angkatan kerja yang dapat
permintaan terhadap tenaga kerja, sehingga memasuki pasar kerja.
sebagian angkatan kerja tidak terserap dalam Bab ini menyajikan gambaran umum

id
pasar tenaga kerja. Kelebihan pasokan keadaan angkatan kerja di Daerah Istimewa

o.
tenaga kerja dalam jumlah besar Yogyakarta, antara lain Tingkat Partisipasi

g
s.
menimbulkan masalah ketenagakerjaan yang Angkatan Kerja (TPAK), Pengangguran

bp
serius dan tersebar luas yaitu: pengangguran,
a. Terbuka, Lapangan Usaha, dan Status
meledaknya sektor informal dan setengah Pekerjaan.
rt
ka

pengangguran (Sigit, 2000).


ya

Masalah serius dalam ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


og

meliputi pengangguran, setengah Keterlibatan penduduk dalam kegiatan


y

pengangguran dan rendahnya kualitas tingkat ekonomi diukur dengan jumlah penduduk
://
tp

hidup pekerja. Masalah ini sudah lama usia 15 tahun ke atas (biasanya disebut
ht

menjadi masalah serius dan tidak banyak sebagai penduduk usia kerja) yang masuk
berkurang selama 40 tahun pembangunan di dalam pasar kerja, baik yang bekerja maupun
Indonesia. Bahkan ketika terjadi “Keajaiban masih menganggur, disebut sebagai Tingkat
Ekonomi” (ekonomi tumbuh cepat dalam Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK
tahun sembilan-puluhan) struktur ekonomi memperlihatkan besarnya penduduk usia
yang timpang cenderung kurang membaik, kerja (15 tahun ke atas) yang aktif secara
sehingga kondisi ketenagakerjaan tidak ekonomi di suatu wilayah atau negara, serta
banyak perubahan. menunjukkan besaran relatif dari pasokan
Pemanfaatan SDM sebagai suatu tenaga kerja (labour supply) yang tersedia
manifestasi dari kualitas SDM lebih sering untuk produksi barang-barang dan jasa
dilihat dalam dimensi tenaga kerja. Sasaran dalam suatu perekonomian.
utama pembangunan di bidang

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 25


Sejalan dengan meningkatnya jumlah
Pada 2013 terjadi penurunan
penduduk usia kerja, jumlah angkatan kerja TPAK sebesar 1,56 persen
juga terus bertambah. Sementara tumbuhnya
lapangan kerja tidak berbanding lurus
dengan pertambahan angkatan kerja, Tabel 4.1.Tingkat PartisipasiAngkatanKerja (TPAK)
di D.I Yogyakarta, 2012 - 2013
terutama tenaga kerja yang baru (new Table 4.1 Labor Force Participation Rate in Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2012 – 2013
entrance).
Pada 2013 terjadi penurunan TPAK JenisKelamin/Sex 2012 2013

dibandingkan 2012, yaitu dari 70,85 menjadi (1) (2) (3)

id
69,29. Penurunan ini disebabkan oleh adanya Laki-laki/Male 80,34 77,95

o.
penurunan TPAK laki-laki maupun

g
Perempuan/Female 61,78 61,01

s.
perempuan. Namun demikian penurunan dan

bp
atau peningkatan TPAK tidak secara
a. L+P/Male/Female 70,85 69,29

langsung menggambarkan kondisi


rt
Sumber: Sakernas 2012-2013 (Agustus)
Source: National Labour Force Surveys 2012-2013
ka

baik/buruknya ketenagakerjaan suatu (August)


ya

wilayah. Penurunan TPAK, seperti yang


og

ditunjukkan oleh tabel 4.1, perlu ditelusuri Pengangguran Terbuka


y

lebih jauh lagi, apakah dipengaruhi oleh


://

Menganggur adalah kondisi seseorang


tp

tingkat pengangguran atau oleh tingkat yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
ht

penyerapan tenaga kerja (penduduk yang pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu
bekerja) untuk kurun waktu tersebut. usaha baru atau penduduk yang tidak
Jika dilihat menurut jenis kelamin, mencari pekerjaan karena merasa tidak
TPAK laki-laki selalu menunjukkan angka mungkin mendapatkan pekerjaan
yang lebih tinggi dibandingkan TPAK (discouraged workers), atau penduduk yang
perempuan. Hal ini sesuai dengan peran laki- tidak mencari pekerjaan karena sudah
laki sebagai pencari nafkah utama dalam diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi
keluarga, sehingga lebih aktif dalam kegiatan belum mulai bekerja (future starts).
ekonomi. Pada Agustus 2013, TPAK laki-
laki mencapai 77,95 persen, sementara
TPAK perempuan tercatat 61,01 persen.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 26


Indikator yang digunakan untuk ini menggambarkan bahwa selama setahun
mengukur pengangguran adalah Tingkat terakhir dari setiap 100 angkatan kerja yang
Pengangguran Terbuka (TPT). TPT ada terdapat pengangguran sekitar 3 orang.
memberikan indikasi besarnya penduduk Nilai TPT yang stabil selama dua tahun
usia kerja yang termasuk dalam terakhir menunjukkan bahwa peningkatan
pengangguran. TPT merupakan daya serap tenaga kerja sebanding dengan
perbandingan antara banyaknya penganggur peningkatan angkatan kerja. Sehingga
dengan jumlah angkatan kerja. Naiknya kondisi ini dapat memberi pengaruh yang
tingkat pengangguran terbuka menunjukkan baik pada kehidupan sosial ekonomi

id
adanya penurunan daya serap tenaga kerja masyarakat.

o.
atau menunjukkan bahwa kecepatan laju

g
s.
kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi Lapangan Usaha

bp
kecepatan laju pertumbuhan angkatan kerja. a. Proporsi pekerja menurut lapangan
usaha merupakan salah satu ukuran untuk
rt
Tabel 4.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
ka

Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 - 2013 melihat potensi perekonomian dalam


ya

Table 4.2 Open Unemployment Rate in Daerah


Istimewa Yogyakarta, 2012 - 2013
menyerap tenaga kerja. Semakin besar
og

proporsi pekerja di sektor primer (pertanian)


y

JenisKelamin/Sex 2012 2013


dianggap semakin tinggi ‘under utilities’
://

(1) (2) (3)


tp

pekerja, karena sektor pertanian di Indonesia


Laki-laki/Male 4,11 3,59
ht

masih merupakan sektor dengan


Perempuan/Female 3,79 2,81 produktivitas terendah.
L+P/Male/Female 3,97 3,24
Gambar 4.1: Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Sumber: Sakernas 2012-2013 (Agustus) menurut Lapangan Usaha, Agustus 2013
Source: National Labour Force Surveys 2012- Figure 4.1 : Population 15 Years Old and Over Who
2013(August) Worked by Main Industry 2013

Industri Bangunan
Pada periode Agustus 2012 ke 2013, 13,36% 5,54% Lainnya
Jasa
19,93% 7,12%
TPT mengalami penurunan sebesar 0,73
persen yaitu dari 3,97 persen menjadi 3,24
persen. Demikian juga jika dilihat Pertanian
Perdaga- 28,18%
berdasarkan jenis kelamin, TPT laki-laki dan ngan
25.87%
TPT perempuan mengalami penurunan. Hal

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 27


sektor perdagangan, hotel, restoran pada
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke
Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang urutan kedua dan sektor jasa pada urutan
Lalu menurut Lapangan Usaha di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2012-2013 ketiga pada Agustus 2013. Besarnya
Table 4.3 Percentage of Population 15 Years Old and
Over Who Worked During The Previous
persentase penyerapan tenaga kerja di ketiga
Weeks by Main Industry in Daerah sektor tersebut masing-masing adalah
Istimewa Yogyakarta, 2012-2013
sebesar 28,18 persen, 25,87 persen, dan
LapanganUsaha Utama/
2012 2013 19,93 persen
Main Industry
(1) (2) (3)

Pertanian/ Agriculture 29,21 28,18 Kontribusi penyerapan tenaga kerja


PertambangandanPenggalian/Mini sektor pertanian pada Agustus 2013 sekitar
0,11 0,48

id
ng andQuarring

o.
Industri/ Manufacturing Industry 15,64 13,36 28,18 persen. Angka ini mengalami

g
Listrik, Gas dan Air penurunan bila dibandingkan dengan kondisi

s.
0,08 0,29
Minum/Electricity, Gas, and

bp
Water Agustus 2012 yaitu sebesar 29,21 persen,
Bangunan/Construction 0,37
a. 5,54
Perdagangan, rumah makan, dan
tetapi sektor pertanian di Daerah Istimewa
rt
30,72 25,87
hotel/Trade, Restaurant, and Hotel Yogyakarta merupakan sektor penyerap
ka

Transportasi&Komunikasi/
1,04 3,48 tenaga kerja terbanyak. Pertanian yang ada
ya

Transportation & Communication


og

Keuangan/Financing 2,07 2,87 merupakan pertanian tradisional, sehingga


y

Jasa/Services 20,76 19,93 cenderung bersifat padat karya. Pekerja yang


://

banyak di sektor ini tidak diiringi dengan


tp

Jumlah/Total 100,0 100,00


ht

meningkatnya produksi pertanian sebanyak


Sumber: Sakernas 2012–2013 (Agustus)
Source: National Labour Force Surveys 2012- yang diharapkan.
2013(August)
Status Pekerjaan
Indikator yang digunakan untuk
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa
memberikan gambaran tentang kedudukan
terdapat tiga sektor yang cukup dominan
pekerja adalah status pekerjaan. Di Daerah
dalam menyerap tenaga kerja di Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2012
Istimewa Yogyakarta, yaitu sektor
maupun 2013, penduduk usia 15 tahun ke
perdagangan, hotel, restoran, sektor
atas yang bekerja selama seminggu yang lalu
pertanian, dan sektor jasa. Sektor pertanian
sebagian besar berstatus buruh/karyawan/
merupakan lapangan pekerjaan yang
pegawai. Pada Agustus 2013 mencapai 39,46
menyerap tenaga kerja paling banyak, diikuti
persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 28


dengan tahun 2012 yang mencapai 39,06 merupakan pekerja bebas atau pekerja
persen. keluarga.

Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke


Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang
lalu menurut Status Pekerjaan Utama di
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013
Table 4.4 Percentage of Population 15 Years Olds
and Over Who Worked During The
Previous Weeks by Employment Status
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013

Status pekerjaan utama/


2012 2013

id
Employment Status

o.
(1) (2) (3)

g
BerusahaSendiri

s.
12,69 12,92
Self Employed

bp
Berusaha dibantu Buruh Tidak
Tetap/Buruh Tidak Dibayar a.
Employed Assisted by 18,78 19,83
rt
Temporary Employee/Unpaid
ka

Worker
ya

Berusaha dibantu Buruh Tetap


4,38 4,57
Employed Assisted by Employer
og

Buruh/Karyawan/Pegawai
y

39,06 39,46
Paid Worker
://
tp

Pekerja Bebas di Pertanian


2,21 1,47
Self Employed in Agriculture
ht

Pekerja Bebas di Non Pertanian


Self Employed in Non 6,50 5,65
Agriculture
Pekerja Keluarga/tak Dibayar
16,38 16,10
Unpaid Worker
Sumber: Sakernas 2012 –2013 (Agustus)
Source: National Labour Force Surveys 20112– 2013
(August)

Persentase penduduk yang berusaha


sendiri pada Agustus 2013 mencapai 12,92
persen. Sementara yang berusaha dengan
dibantu orang lain, baik buruh tetap atau
buruh tidak tetap/tidak dibayar sekitar 24,40
persen. Sisanya sekitar 23,22 persen

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 29


Taraf & Pola Konsumsi
Bab 5 Consumption Level &
Pattern

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Data pengeluaran dapat


lebih reflektif jika dilihat dari tingkat mengungkapkan pola konsumsi rumah
penghasilan rumah tangga. Namun dalam tangga secara umum menggunakan indikator
operasionalnya di lapangan, untuk proporsi pengeluaran untuk makanan dan
mendapatkan data penghasilan rumah tangga non makanan. Komposisi pengeluaran rumah

id
bukanlah hal yang mudah. Keterbukaan dan tangga dapat dijadikan ukuran untuk menilai

o.
kesediaan rumah tangga sendiri untuk tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk.

g
s.
memberikan informasi yang sesungguhnya

bp
masih dirasa kurang kooperatif. Untuk itulah a. Penduduk Miskin
digunakan pendekatan konsumsi Penduduk miskin didefinisikan sebagai
rt
ka

(consumption approach) untuk melihat penduduk yang pendapatannya (didekati


ya

tingkat penghasilan rumah tangga. dengan pengeluaran) lebih kecil dari


og

Salah satu indikator yang digunakan pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup
y

untuk melihat tingkat kesejahteraan rakyat secara layak di wilayah tempat tinggalnya.
://
tp

adalah jumlah dan persentase penduduk Kebutuhan untuk hidup layak tersebut
ht

miskin. Berkurangnya jumlah penduduk diterjemahkan sebagai sejumlah nilai rupiah


miskin mencerminkan pendapatan penduduk yang diperlukan oleh setiap individu untuk
yang meningkat, sedangkan meningkatnya dapat memenuhi kebutuhan makan setara
jumlah penduduk miskin memberi indikasi 2.100 kilo kalori per orang per hari dan
menurunnya pendapatan penduduk. kebutuhan non-makanan yang paling
Pola konsumsi penduduk juga esensial yang terdiri atas perumahan,
merupakan salah satu indikator sosial pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,
ekonomi masyarakat yang sangat dan aneka barang dan jasa lainnya.
dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan Penduduk miskin relatif lebih banyak
setempat. Budaya setempat dan perilaku ditemukan di wilayah pedesaan. Pada 2013
lingkungan akan membentuk pola kebiasaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ditemukan
tertentu pada sekelompok masyarakat. dari 15,43 persen penduduk miskin, yang

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 30


bertempat tinggal di wilayah pedesaan pemerataan pendapatan, karena pemerataan
sebesar 19,29 persen, sedangkan di wilayah merupakan salah satu strategi dan tujuan
perkotaan hanya 13,43 persen. pembangunan nasional Indonesia.
Ketimpangan dalam menikmati hasil
Pada 2013, sebanyak 15,43 persen penduduk pembangunan di antara kelompok-kelompok
Daerah Istimewa Yogyakarta hidup di bawah
garis kemiskinan penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan
masalah-masalah sosial. Karena data
pendapatan tidak tersedia, penghitungan
Tabel 5.1: Persentase Penduduk menurut Tipe Daerah
dan Status Sosial di Daerah Istimewa distribusi pendapatan oleh BPS dilakukan
Yogyakarta, 2013

id
Table 5.1: Percentage of Population by Type of Place menggunakan data pengeluaran sebagai

o.
and Social Status in Daerah Istimewa
proxy pendapatan.

g
Yogyakarta, 2013

s.
Untuk melihat tingkat ketimpangan

bp
Status Sosial pendapatan penduduk digunakan kriteria
Social Status a.
Tipe Daerah
Penduduk ketimpangan dari Bank Dunia, yaitu dengan
rt
Type of Place Penduduk Miskin
Tidak Miskin
ka

Poor melihat persentase pengeluaran yang mampu


Not Poor
ya

(1) (2) (3) dibelanjakan oleh kelompok 40 persen


og

Kota/
86,57 13,43 penduduk yang berpendapatan paling rendah,
Urban
y

40 persen penduduk berpendapatan sedang


://

Desa/
80,71 19,29
tp

Rural
dan 20 persen penduduk berpendapatan
ht

Kota+Desa/
84,57 15,43 tinggi. Selain kriteria yang ditetapkan oleh
Urban+Rural
Sumber: Susenas 2013 (Maret) Bank Dunia ada indikator lain yang juga
Source: 2013, National Socio Economic Survey
(March) sering digunakan yaitu Indeks Gini.

Perkembangan Distribusi Pendapatan


Pembangunan ekonomi yang dilakukan
Ketimpangan distribusi pendapatan yang
oleh suatu negara tidak hanya mengejar berkepanjangan selain menciptakan kemiskinan,
dapat pula menimbulkan masalah sosial
peningkatan pendapatan secara makro, tetapi
juga harus memperhatikan pemerataan
pendapatannya.
Oleh karena itu peningkatan Berdasarkan kriteria Bank Dunia di
pendapatan idealnya diikuti dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, selama 2010-

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 31


2013 terlihat pada kelas 40 persen penduduk
berpendapatan rendah menunjukkan Pada tahun 2013 tingkat ketimpangan
pengeluaran antar kelompok pengeluaran lebih
kecenderungan meningkat yaitu dari 15,29 tinggi dibanding tahun 2012
persen pada tahun 2012 menjadi 16,49
persen pada tahun 2013. Keadaan ini Indikator Gini (Gini Ratio), dengan
menggambarkan bahwa pada kelas 40 persen nilai koefisien berkisar antara 0-1 merupakan
penduduk berpendapatan rendah mambaik indikator yang sering digunakan untuk
dengan tingkat ketimpangan pendapatan menentukan tingkat ketimpangan
sedang. Sementara pada kelompok penduduk pendapatan. Semakin mendekati 0 dapat

id
berpendapatan tinggi terlihat adanya dikatakan bahwa tingkat ketimpangan antar

o.
penurunan persentase yaitu dari 51,56 persen kelompok pengeluaran semakin rendah,

g
s.
pada tahun 2012 menjadi 49,48 persen pada sebaliknya apabila semakin mendekati angka

bp
tahun 2013. a. 1 dikatakan tingkat ketimpangan
pengeluaran tinggi/sempurna.
rt
ka

Gambar 5.1: Persentase Pengeluaran Penduduk Tabel 5.2 menunjukkan bahwa


menurut Kelompok Penduduk 2011-
ya

2013 meningkatnya porsi pengeluaran penduduk


og

Figure 5.1 : Percentage Expenditure of Several


Population Groups 2011-2013 berpendapatan rendah diikuti dengan
y

naiknya koefisien gini, yaitu dari 0,43 pada


://
tp

60
2012, naik menjadi 0,44 pada 2013.
ht

50
Fenomena ini menunjukkan bahwa pada
40
tahun 2013 tingkat ketimpangan pengeluaran
30
antar kelompok pengeluaran lebih tinggi
20
dibanding tahun 2012. Untuk negara
10
berkembang, koefisien gini berkisar antara
0
40% 40% 20% 0,35 sampai dengan 0,50 termasuk dalam
kategori ketimpangan sedang.
2011 2012 2013

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 32


Tabel 5.2 Persentase Pengeluaran menurut tingkat konsumsi makanannya sudah
Kelompok Penduduk dan Angka Gini di
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan
Table 5.2 Percentage Expenditure of Several
Population Groups and Coefficient Gini in pendapatan akan digunakan untuk memenuhi
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
kebutuhan barang bukan makanan atau

Angka ditabung.
40%
40% 20% Gini/
menengah Dengan demikian, pola pengeluaran
Tahun/ Year terendah/ tertinggi/ Gini
/
Low Hight Coefficien dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk
Middle
t
(1) (2) (3) (4) (5) mengukur tingkat kesejahteraan penduduk,
2011 16,46 34,19 49,34 0,31 di mana perubahan komposisinya digunakan

id
2012 15,29 33,15 51,56 0,43 sebagai petunjuk perubahan tingkat

o.
kesejahteraan.

g
2013 16.49 34.03 49.48 0,44

s.
Sunber : Susenas 2011-2013

bp
Source : 2011- 2013 National Socio Economic Survey Gambar 5.2: Persentase Pengeluaran Perkapita
sebulan Makanan dan Bukan
a.
Makanan di D.I Yogyakarta,
rt
2011 -2013
ka

Figure 5.2 : Percentage Expenditure per Capita by


Pengeluaran Rumah Tangga
ya

Food and Non-Food Group in Daerah


Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
Pengeluaran rumah tangga merupakan
og

salah satu indikator yang dapat memberikan


y
://

gambaran keadaan kesejahteraan penduduk.


tp

2013 46.95 53.05


Pengeluaran rumah tangga dibedakan
ht

menurut kelompok makanan dan bukan


makanan. Semakin tinggi pendapatan 2012 42.44 57.56
seseorang maka akan terjadi pergeseran pola
pengeluaran, yaitu dari pngeluaran untuk
2011 42.71 57.29
makanan ke pengeluaran bukan makanan.
Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena
0 25 50 75 100
elastisitas permintaan terhadap makanan
Mkn Bukan Mkn
pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas
permintaan terhadap barang bukan makanan
pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas
terlihat pada kelompok penduduk yang

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 33


Tabel 5.3 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Tabel 5.4 Komposisi Pengeluaran per Kapita
di D.I Yogyakarta, 2011 - 2013 Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di
Table 5.3 Monthly Expenditure per Capita by Food Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
and Non-Food Group in Daerah Istimewa Table 5.4 Composition of Consumption Expenditure
Yogyakarta, 2011 – 2013 per Capita per Month in Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2012-2013
Bukan
Tahun/ Makanan/
Makanan/
Year Food
Non Food Komposisi/Composition 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (4)

2011 42,71 57,29 1. Padi-padian/Cereals 5,54 5,73 5,93

2012 42,44 57,56 2. Umbi - umbian/Tubers 0,23 0,23 0,27

2013 46,95 53,05 3. Ikan/Fish 1,24 1,26 1,50

id
Sunber : Susenas 2011-2013

o.
4. Daging/Meat 1,65 1,76 2,05
Source : 2011- 2013 National Socio Economic Survey

g
s.
5. Telur dan Susu/Egg and milk 2,97 2,96 3,33
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa

bp
persentase pengeluaran untuk a.bukan 6. Sayur-sayuran/Vegetables 3,12 2,69 3,43
rt
makanan pada 2013 lebih rendah 7. Kacang-Kacangan/Legumes 1,57 1,47 1,61
ka

dibandingkan keadaan pada 2012.


ya

8. Buah-buahan/Fruit 2,36 2,31 2,45


Sebaliknya pada 2013 persentase
og

9. Minyak/Lemak/Oil and fats 1,43 1,33 1,36


pengeluaran makanan mengalami kenaikan
y

10. Bahan minuman/Beverage


://

yaitu dari 42,44 persen pada tahun 2012 1,84 1,79 1,96
flavour stuffs
tp

menjadi 46,95 persen pada tahun 2013. 11. Bumbu-Bumbuan/Spices 0,58 0,55 0,61
ht

12. Konsumsi
Lainnya/Miscellaneous food 0,90 0,84 0,90
13. items
Makanan & Minuman
16,24 16,10 17,84
Jadi/Prepared food
14. Tembakau dan sirih/ Tobacco
3,03 3,42 3,70
and betel
Persentase pengeluaran untuk makanan Jumlah Makanan/Total of Food 42,71 42,44 46,95
menunjukkan angka tertinggi
Sumber : Susenas , 2011-2013
Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey

Pengeluaran konsumsi makanan


penduduk per kapita sebulan menurut jenis
kelompok komoditi mempunyai pola yang
hampir sama dari tahun 2011 ke tahun 2013.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 34


Pengeluaran penduduk terbesar dialokasikan Tabel 5.5 Komposisi Pengeluaran per Kapita
Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di
untuk mengkonsumsi makanan dan minuman Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Table 5.5 Composition of Consumption Expenditure
jadi, kemudian padi-padian. Walaupun per Capita per Month in Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011- 2013
memiliki pola yang hampir sama tetapi porsi
konsumsi makanan dan minuman mengalami Komposisi/Composition 2011* 2012 2013
sedikit fluktuasi dari 2011 ke 2013. (1) (2) (3) (4)
Konsumsi padi-padian juga mengalami Perumahan/ Housing 18,94 18,68 19,22
kenaikan dari 5,54 persen pada 2011 menjadi Barang dan Jasa/ Miscellaneous
Good and service
25,34 23,45 22,20
5,73 persen pada 2012 dan mengalami Pakaian, Alas kaki & tutup
3,22 2,88 2,70
kepala/ Cloting, footwear &

id
sedikit kenaikan pada tahun 2013 menjadi headger
Barang Tahan lama/ Durable
6,21 8,87 4,88

o.
Goods
5,93 persen. Pajak dan Asuransi/ Taxes and

g
lnsurances
2,11 1,95 1,77

s.
Keperluan Pesta dan upacara/

bp
Parties and ceremonies
1,48 1,73 2,27
Pada 2013 pengeluaran bukan makanan mencapai
a. Jumlah bukan makanan/
53,05 persen dan pengeluaran tertinggi pada Total of Non Food
57,29 57,56 53,05
rt
aneka barang dan jasa yaitu 22,20 persen
Sumber : Susenas , 2011-2013
ka

Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey


ya

*)Mulai Tahun 2011 Susenas dilaksanakan secara


triwulanan
og

Tabel 5.5 menunjukkan jumlah


y

pengeluaran kelompok bukan makanan pada


://

Konsumsi Energi dan Protein


tp

2013 mengalami penurunan yang cukup


ht

besar dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari Tingkat kecukupan gizi yang
57,56 persen tahun 2012 menjadi 53,05 mencakup konsumsi kalori dan protein
persen pada 2013. Persentase pengeluaran merupakan salah satu indikator yang dapat
terbesar dari kelompok bukan makanan pada digunakan untuk mengukur tingkat
tahun 2013 masih sama seperti tahun-tahun kesejahteraan penduduk. Jumlah konsumsi
sebelumnya yaitu kelompok aneka barang kalori dan protein dihitung berdasarkan
dan jasa diikuti kelompok perumahan. jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap
makanan yang dikonsumsi dengan besarnya
kandungan kalori dan protein dalam setiap
makanan tersebut. Angka kecukupan
konsumsi energi dan protein untuk tingkat
konsumsi sehari-hari berdasarkan

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 35


Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan
2004 masing-masing sebesar 2.000 kkal dan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan.
52 gram protein. Pada tahun 2013 rata-rata konsumsi protein
Rata-rata konsumsi kalori penduduk penduduk perkotaan sebesar 64,66 gram
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun sedangkan di pedesaan sebesar 55,79 gram.
2013 sebanyak 1.996,08 kkal atau naik Pada tahun 2013 rata-rata konsumsi protein
sebesar 202,02 kkal dibandingkan tahun penduduk di daerah pedesaan sudah
sebelumnya. Hal ini berarti konsumsi kalori memenuhi standar kecukupan gizi (52 gram
per hari penduduk Daerah Istimewa per kapita per hari), sedangkan pada tahun

id
Yogyakarta belum memenuhi syarat sebelumnya belum mencukupi standar gizi.

o.
kecukupan gizi berdasarkan Widya Karya

g
s.
Pangan dan Gizi ke-8, untuk tahun 2013 Tabel 5.6 Konsumsi Energi dan Protein per Kapita

bp
per Hari Menurut Daerah Tempat Tinggal
masih kurang sebanyak 3,92 kkal. a. di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-
2013
Rata-rata konsumsi protein per kapita
rt
Table 5.6 Energy and Protein Consumption per
ka

Capita per Day by Type of Area in


penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta per Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011- 2013
ya

harinya mengalami fluktuasi selama tiga


og

Tahun/Year Kota/ Desa/ Kota+Desa


tahun terakhir, yaitu 53,81 gram pada tahun
y

Urban/Rur
Urban Rural
2011, turun menjadi 52,08 gram pada tahun
://

al
(1) (2) (3) (4)
tp

2012 dan naik menjadi 61,65 gram pada


Energi (kkal)
ht

tahun 2013. Untuk konsumsi protein, jumlah 2011 1 .802,31 1 891,16 1 832,26
yang dikonsumsi penduduk pada tahun 2011 2012 1 793,33 1 795,50 1 794,06

sampai dengan 2013 sudah berada di atas 2013 1 999,32 1 989,77 1 996,08
Protein (gram)
batas kecukupan gizi.
2011 54,80 51,87 53,81
Apabila dibandingkan menurut
2012 53,70 48,92 52,08
daerah tempat tinggal, terlihat bahwa rata- 2013 64,66 55,79 61,65
rata konsumsi kalori penduduk perkotaan Sumber : Susenas , 2011-2013 (Maret)
Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey
pada tahun 2013 sedikit lebih tinggi (Maret)
dibandingkan penduduk pedesaan yaitu
1.999,32 kkal untuk perkotaan dan 1.989,77
kkal untuk pedesaan.
Rata-rata konsumsi protein penduduk

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 36


Perkiraan Produksi Pertanian Sementara produksi jagung mengalami
Pertanian merupakan mata pencaharian penurunan dibandingkan tahun sebelumnya
utama sebagian besar penduduk Daerah yaitu dari 3.366.080 kuintal menjadi
Istimewa Yogyakarta. Usaha pertanian yang 2.895.800 kuintal atau turun sekitar 13,97
dilakukan antara lain pertanian tanaman persen.
pangan, seperti padi dan jagung yang Di Daerah Istimewa Yogyakarta,
merupakan kebutuhan pokok penduduk. penyediaan per kapita beras tahun 2013
Tabel 5.7 menunjukkan produksi beras dan mengalami sedikit penurunan dibanding
jagung pada tahun 2011-2013. tahun sebelumnya dari 1,70 menjadi 1,67

id
kuintal beras per kapita. Untuk komoditas

o.
Tabel 5.7 Produksi Beras dan Jagung per Kapita per
Tahun (Kuintal) di Daerah Istimewa jagung juga mengalami penurunan dari 0,96

g
Yogyakarta, 2011 - 2013

s.
Table 5.7 Annually Product of Rice and Maize per kuintal perkapita menjadi 0,81 kuintal per

bp
Capita (Quintal) in Daerah Istimewa kapita.
Yogyakarta, 2011 - 2013
a.
rt
ka

Uraian/
2011 2012 2013
ya

Explanation
og

(1) (2) (3) (4)


y

Beras/Rice 5 288 568 5 980 135 5 991 856


://
tp

Jagung/Maize 2 915 960 3 366 080 2 895 800


ht

Penduduk/
3 487 327 3 514 762 3 594 854
Population*
Per kapita/
Percapita
Beras/Rice 1,52 1,70 1,67

Jagung/Maize 0,84 0,96 0,81

Sumber : BPS, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


dalam Angka 2013
Source : BPS, Daerah Istimewa Yogyakarta Province
in figure 2013
Ket,/ Note: *) Estimasi BPS / BPS Estimation

Produksi beras pada tahun 2013


mengalami kenaikan sebesar 0.196 persen
dibandingkan 2012, yaitu dari 5.980.135
kuintal menjadi 5.991.856 kuintal.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 37


Bab 6 Perumahan & Permukiman
Housing & Settlemen

Perumahan dan permukiman selain perlindungan dari gangguan, dan fungsi


merupakan kebutuhan dasar manusia, juga lainnya bagi penghuninya. Rumah selain
mempunyai fungsi yang sangat strategis sebagai bangunan yang berfungsi sebagai
dalam perannya sebagai pusat pendidikan tempat tinggal atau hunian, rumah juga
keluarga dan peningkatan kualitas generasi sebagai sarana pembinaan keluarga. Dalam

id
yang akan datang. Terwujudnya fungsinya sebagai tempat tinggal rumah

o.
kesejahteraan rakyat ditandai dengan sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan

g
s.
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak status sosial dari pemiliknya. Sebagai sarana

bp
dan bermartabat, antara lain melalui
a. pembinaan keluarga, rumah diharapkan
pemenuhan kebutuhan rumah dan mampu menghasilkan hasil yang maksimal
rt
ka

lingkungan yang sehat dan nyaman. Oleh yaitu tercapainya peningkatan kualitas
ya

karena itu, pembangunan perumahan dan sumber daya manusia.


og

permukiman menjadi salah satu prioritas Menurut Krieger and Higgins (2002),
y

utama dalam meningkatkan sumber daya selain merupakan kebutuhan dasar manusia,
://
tp

manusia. rumah juga merupakan determinan kesehatan


ht

masyarakat. Perumahan yang layak untuk


tempat tinggal harus memenuhi syarat
Rumah selain sebagai bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian, rumah juga kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat.
sebagai sarana pembinaan keluarga.
Perumahan yang sehat, nyaman dan asri
adalah rumah yang mampu menunjang
Perumahan dalam konteks yang lebih kondisi kesehatan tiap penghuninya. Hal ini
luas disebut permukiman, yaitu tempat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan
tinggal anggota masyarakat dan individu- sarana terkait, seperti tersedianya fasilitas
individu yang biasanya hidup dalam ikatan penerangan, sumber air minum, tersedianya
perkawinan atau keluarga beserta berbagai jamban, dan lantai yang memenuhi standar
fasilitas pendukungnya. Perumahan menjadi kesehatan.
tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi,

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 38


Tidak dapat dipungkiri bahwa 8,76 persen dibandingkan tahun 2012. Selain
kelengkapan fasilitas pokok/standar tempat itu banyaknya listrik yang dijual mencapai
tinggal merupakan faktor penentu 2.205.797.164 kwh, mengalami kenaikan
kenyamanan dan kesehatan suatu tempat 7,93 persen dibanding listrik yang dijual
tinggal. Keberadaan fasilitas-fasilitas pada tahun 2012.
tersebut akan menentukan kualitas tempat
tinggal. Antara lain tersedianya fasilitas Tabel 6.1 Banyaknya Pelanggan Listrik, Listrik yang
Diproduksi dan Terjual di Daerah Istimewa
penerangan, sumber air minum, tersedianya Yogyakarta, 2011-2013
Table 6.1 Number Consumer Electricity, Electricity
jamban, dan lantai bukan tanah sebagai jenis Generated and Sold in Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011 – 2013

id
lantai utama yang memenuhi standar

o.
kesehatan. Pengguna

g
Listrik yang Listrik yang
Listrik untuk

s.
diproduksi/ dijual/
Tahun/ RT
Electricity Electricity by

bp
Year Consumer
Sumber Penerangan Producted Sales
a. Electricity
(KWH) (KWH)
(Pelanggan)
Laju pertumbuhan pengguna listrik
rt
(1) (2) (3) (4)
ka

untuk rumah tangga menunjukkan


ya

2011 788 976 2 018 312 691 1 869 768 571


peningkatan setiap tahun. Tahun 2013,
og

jumlah pengguna listrik untuk rumah tangga 2012 825 014 2 199 138 432 2 043 752 015
y

tumbuh 4,83 persen dibandingkan tahun


://
tp

2013 864 833 2 391 821 388 2 205 797 164


sebelumnya. Sementara laju pertumbuhan
ht

pengguna listrik tahun 2011 baru tercatat Sumber : PLN Wil. XIII, Cabang Daerah Istimewa
Yogyakarta
sebesar 3,74 persen. Bagi pelanggan rumah Source : Government Electricity Company for Area
XIII Distribution of Yogyakarta
tangga, listrik PLN umumnya digunakan Subdivision

untuk penerangan.
Tabel 6.1 menunjukkan bahwa
Seiring dengan meningkatnya
banyaknya listrik yang terjual selama 3 tahun
kebutuhan akan penggunaan listrik,
selalu memperlihatkan peningkatan. Selain
pemerintah melalui PLN terus meningkatkan
data bersumber dari PLN, penggunaan listrik
produksinya. Hal ini ditunjukkan dengan
oleh rumah tangga juga diperoleh dari
semakin bertambahnya listrik yang
Susenas. Listrik merupakan sumber
diproduksi dan terjual dari tahun ke tahun.
penerangan yang lebih baik dibandingkan
Pada 2013 banyaknya listrik yang diproduksi
dengan sumber penerangan lainnya. Ini
mencapai 2.391.821.388 kwh atau meningkat

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 39


disebabkan karena listrik lebih praktis dan Sumber Air Minum
modern, serta tidak menimbulkan polusi. Indikator tingkat kesejahteraan suatu
Rumah tangga yang menggunakan listrik daerah dapat dilihat dari kondisi kesehatan
dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan rumah tangga. Ketersediaan air bersih dan air
yang lebih baik. minum suatu perumahan merupakan aspek
Berdasarkan data Susenas, persentase cukup penting untuk menunjang kondisi
rumah tangga pengguna listrik dalam tiga kesehatan bagi penghuninya.
tahun terakhir menunjukkan tren yang
Persentase rumah tangga yang menggunakan
fluktuatif. Tahun 2011, tercatat 99,55 persen sumber air minum bersih pada 2013 tercatat

id
rumah tangga menggunakan listrik sebagai sebesar 90,79 persen.

o.
sumber penerangan, turun menjadi 99,40

g
s.
persen pada tahun 2012 dan meningkat Air minum bersih merupakan air

bp
kembali menjadi 99,65 persen pada tahun a. minum yang bersumber dari air kemasan
2013. bermerek, air isi ulang, air leding, sumur
rt
ka

bor/pompa, sumur terlindung dan mata air


ya

Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber terlindung. Selama tiga tahun terakhir,
Penerangan di Daerah Istimewa
og

Yogyakarta, 2011-2013 penggunaan sumber air minum bersih


y

Table 6.2 Percentage of Household by Source of


terbanyak oleh rumah rumah tangga di
://

Lighting in Daerah Istimewa Yogyakarta,


tp

2011 -2013
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dari
ht

Sumber Penerangan/Source of Lighting sumur atau mata air terlindung dan


Tahun/ Listrik Petromak,
PLN/ Aladin/
Pelita,
Lainnya/ Jumlah/
menunjukkan tren meningkat setiap tahun.
Year Sentir/
State Pumped Others Total
Electricity Lamp
Oil Lamp Tahun 2013, persentase rumah tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) menggunakan sumur atau mata air terlindung
2011 99,55 0,04 0,37 0,04 100,00 mencapai 56,89 persen sementara pada tahun
sebelumnya tercatat sebesar 56,49 persen.
2012 99,40 0,00 0,45 0,15 100,00

2013 99,65 0,02 0,17 0,16 100,00

Sumber : Susenas 2011-2013


Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 40


Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber rumah tangga dengan rumah tinggal
Air Minum di Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011-2013 berlantaikan tanah pada 2013 mencapai 6,32
Table 6.3 Percentage of Household by Source of
Drinking Waterin Daerah Istimewa persen. Angka ini mengalami sedikit
Yogyakarta, 2011 -2013
kenaikan dibanding 2012 yang mencapai
Sumber air minum/Source of Drinking Water 6,12 persen.
Sumur/Mata
Sumur/
Air Tidak
Tahun/ Air Mata Air Gambar 6.1: Persentase Rumah Tangga
Ledeng Terlindung/ Lainnya
Year Kemasan/ / Pompa/ Terlindung/
Unprotected / Menurut Jenis Lantai Terluas ,
Packagin Pump Protected 2013
Pipe well/Unpro- Others
g Water well/Protec-
tected Figure 6.1 : Percentage of Household by
ted spring primary construction material
spring
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) of the floor of living quarter

id
2013

o.
2011 16,15 9,00 7,60 56,37 7,40 3,48

g
s.
100
2012 18,79 7,85 6,24 56,49 7,35 3,28

bp
90
a. 100.00 80
2013 18,30 8,89 6,71 56,89 5,95 3,26 70
rt
ka

60
Sumber : Susenas 2011-2013
Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey 50
ya

40
og

30
Di sisi lain, persentase rumah tangga
y

20
yang menggunakan sumber air minum bersih
://

10
tp

sedikit mengalami peningkatan yaitu dari 0


ht

2011 2012 2013


89,37 persen pada tahun 2012 menjadi 90,79 Tanah Bukan Tanah

persen pada tahun 2013.


Selama tiga tahun terakhir, lebih dari
Jenis Lantai 90 persen rumah tangga bertempat tinggal
Aspek kedua yang mengindikasikan dengan jenis lantai terluas bukan tanah. Ini
kondisi kesehatan rumah tangga meningkat mengindikasikan bahwa sebagian besar
adalah peningkatan jumlah rumah tangga masyarakat telah memiliki pengetahuan
dengan jenis lantai terluas tempat tinggal masyarakat tentang hidup sehat, sehingga
bukan tanah. Tahun 2013, sebesar 93,68 mereka membangun rumah tinggalnya
persen rumah tangga di Daerah Istimewa dengan lantai bukan tanah.
Yogyakarta dengan jenis lantai terluas
tempat tinggal bukan tanah. Di sisi lain

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 41


Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis air besar jenis leher angsa, mengindikasikan
Lantai Terluas dari Tempat Tinggal di
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 bahwa kesadaran masyarakat akan hidup
Table 6.4 Percentage of Household by primary
construction material of the floor of living sehat semakin meningkat. Jenis leher angsa
quarter in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011 - 2013
dianggap sebagai tempat pembuangan air
besar yang paling sehat, karena di bawahnya
Jenis Lantai/
Tahun/ Type of floor terdapat saluran berbentuk huruf “U” untuk
Year Tanah/ Bukan Tanah/
Earth Non Earth menampung air sehingga bau tinja tidak bisa
(1) (2) (3) keluar.
2011 6,20 93,80

id
Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis

o.
2012 6,12 93,88 Kloset di Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011-2013

g
s.
Table 6.5 Percentage of Households by Closet
2013 6,32 93,68 Facility in Daerah Istimewa Yogyakarta,

bp
2011-2013
Sumber : Susenas 2011- 2013 a.
Source : 2011- 2013 National Socio Economic
rt
Jenis Kloset
Survey
ka

Closet Facility
Tahun/ Leher Plengsengan
ya

Tempat Pembuangan Air Besar Year Tidak


Angsa Cemplung/Cub Jumlah/
ada
og

Swan luk Total


Seperti tahun sebelumnya persentase Trine Pit Privy
None
y

(1) (2) (3) (4) (5)


rumah tangga yang menggunakan fasilitas
://
tp

buang air besar jenis kloset leher angsa tahun 2011 89,44 10,38 0,18 100,00
ht

2013 menduduki peringkat pertama. Tabel 2012 90,69 9,23 0,08 100,00
6.5 memperlihatkan bahwa 92,62 persen
rumah tangga telah menggunakan tempat 2013 92,62 7,38 0,00 100,00

pembuangan air besar jenis leher angsa. Sumber : Susenas 2011-2013


Source : 2011-2013 National Socio Economic
Sementara rumah tangga yang mengunakan Survey

plengsengan dan cemplung pada tahun 2011


hingga tahun 2013 menunjukkan penurunan
yang cukup signifikan, dari 10,38 persen Banyaknya rumah tangga yang mempunyai jarak
sumber air minum ke tempat penampungan
pada tahun 2011 menjadi 7,38 pada tahun kotoran lebih dari 10 m, pada 2013 mengalami
penurunan, yaitu menjadi 74,74 persen.
2013.
Semakin banyak rumah tangga yang
menggunakan fasilitas tempat pembuangan

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 42


Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak
Sumber Air Minum ke Tempat
Penampungan Kotoran Penampungan Kotoran di Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2011 - 2013
Table 6.6 Percentage of Household by Distance
Jarak penampungan kotoran yang Between Source of Drinking Water to Septic
Tank or other Toilet Discharge in Daerah
terlalu dekat dengan sumber air minum dapat Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013
menyebabkan perembesan ke dalam
Jarak ke penampungan kotoran/
sumber air minum sehingga akan Distance to Septic Tank or
Tahun/
Other Toilet Discharge (m)
mempengaruhi kualitas air untuk keperluan Year
< 10 ≥ 10
rumah tangga.
(1) (2) (3) (4)
Pada 2013 persentase rumah tangga

id
2011 17,43 78,78 3,79

o.
yang mempunyai sumber air minum dengan

g
2012 19,39 74,81 5,80
jarak ke tempat penampungan kotoran

s.
bp
kurang dari atau sama dengan 10 m tercatat 2013 18,57 74,74 6,69
sebanyak 18,57 persen.
a.
Mengalami
Sumber : Susenas 2011-2013
rt
penurunan dibandingkan tahun 2012 yang Source : 2011-2013 National Socio Economic
ka

Survey
sebesar 19,39 persen. Sedangkan yang
ya

mempunyai jarak lebih dari 10 m sedikit


og

Hal yang tidak kalah penting untuk


mengalami penurunan yaitu 74,81 persen
y

diperhatikan adalah pembangunan


://

pada tahun 2012 menjadi 74,74 persen pada perumahan yang semakin meningkat di
tp
ht

tahun 2013. Hal tersebut kemungkinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Harus diikuti
disebabkan karena semakin terbatasnya dengan perencanaan lingkungan yang teratur,
ketersediaan lahan untuk perumahan, sehat, dan memadai, mengingat lahan yang
sehingga jarak penampungan dengan sumber tersedia semakin terbatas.
air minum semakin kecil.
Untuk jarak penampungan kotoran Status Kepemilikan Rumah Tinggal
pada tahun 2013, rumah tangga yang Selain fasilitas perumahan, untuk
menjawab tidak tahu atau TT adalah sebesar melihat tingkat kesejahteraan masyarakat
6,69 persen, mengalami peningkatan dan juga peningkatan taraf hidup adalah
dibandingkan tahun 2012 yang tercatat status kepemilikan rumah tinggal. Kondisi
sebesar 5,80 persen. ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh
terhadap kepemilikan rumah tinggal. Status

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 43


kepemilikan rumah tinggal yang dicakup Rumah tangga yang menempati rumah
adalah rumah milik sendiri, kontrak, bebas bukan milik sendiri terdiri atas 7,61 persen
sewa, rumah dinas, rumah milik orang kontrak, sewa 6,60 persen, bebas sewa 1,30
tua/saudara atau status kepemilikan lainnya. persen, rumah dinas 0,25 persen, milik orang
Rumah tangga yang menempati rumah milik tua/saudara 7,60 persen dan lainnya 0,19
sendiri dikatakan telah mampu memenuhi persen.
kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin
dan permanen dalam jangka panjang. Tabel 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut
Status Kepemilikan Rumah Tinggal di
Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013
Table 6.7 Percentage of Households by Housing

id
Gambar 6.2: Persentase Status Kepemilikan
Bangunan tempat Tinggal , 2013 Ownership Status in Daerah Istimewa

o.
Figure 6.2 : Percentage of Households by Yogyakarta, 2011-2013

g
Housing Ownership Status 2013

s.
Status Kepemilikan

bp
0.25 7.60 Rumah Tinggal/ 2011 2012 2013
1.30 0.19 a. Tenure of Housing Unit
6.60 (1) (2) (3) (4)
rt
7.61 Milik Sendiri / Own 76,51 76,62 76,45
ka

Kontrak / Lease 7,36 7,07 7,61


ya

76.45 Sewa / Rent 6,62 6,94 6,60


Bebas Sewa /Rent free 1,87 1,12 1,30
og

Rumah Dinas/ Official 0,40 0,19 0,25


y
://

Milik Orang Tua,


Saudara / Parent 7,14 7,88 7,60
tp

Milik Sendiri Kontrak Sewa


property
ht

Bebas sewa Rumah Dinas Milik Org Tua Lainnya / Other 0,10 0,18 0,19
Lainnya
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013
Susenas 2013 memperlihatkan bahwa Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic
Survey
rumah tangga di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang menempati rumah milik
sendiri sebesar 76,45 persen, sedangkan
sisanya (23,55 persen) menempati rumah
bukan milik sendiri.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 44


Bab 7 Sosial Lainnya
Other Social
Concerns
Aspek sosial lainnya yang dapat Selain itu kesejahteraan masyarakat
mengindikasikan tingkat kesejahteraan juga dapat dilihat dari kegiatan non ekonomi
masyarakat antara lain: pariwisata, akses yang menyangkut kebutuhan spiritual seperti
perjalanan, akses terhadap media informasi keagamaan. Waktu yang dimiliki tidak
dan komunikasi, tingkat keamanan, dan akses semata-mata untuk kegiatan mencari nafkah,

. id
terhadap kehidupan spiritual. tetapi juga harus bisa meluangkan waktu

go
Wisata yang merupakan kebutuhan untuk kegiatan keagamaan. Khususnya pada

.
ps
tersier masyarakat dapat menunjukkan masyarakat muslim, tingkat kesejahteraan
tingkat kesejahteraan. Pada umumnya, .bbisa dilihat dari peningkatan jumlah jemaah
r ta
semakin sejahtera seseorang, semakin tinggi haji dari waktu ke waktu.
a ka

peluang untuk memenuhi kebutuhan non


gy

primer. Tingkat kesejahteraan sosial Tingkat kesejahteraan sosial masyarakat dapat


yo

dilihat dari tingkat kegiatan sosial dan budaya


masyarakat dapat dilihat dari tingkat
://

kunjungan wisatawan. Makin tinggi tingkat


tp
ht

kunjungan wisatawan dapat memberi dampak


penambahan kesejahteraan masyarakat Pariwisata
melalui belanja dari kunjungan para Pariwisata sebagai sektor andalan di
wisatawan. Daerah Istimewa Yogyakarta, senantiasa
Kepemilikan dan akses terhadap media diusahakan untuk dikembangkan serta
informasi merupakan basis perkembangan ditingkatkan eksistensinya. Beberapa hal
pengetahuan seseorang yang dapat mengubah yang menunjukkan perkembangan
pandangan dan cara hidupnya ke arah yang kepariwisataan adalah, indeks wisatawan
lebih baik. Dengan demikian, kepemilikan yang menginap di fasilitas penginapan seperti
dan akses terhadap media informasi juga hotel maupun losmen. Selama 2013 jumlah
menunjukkan tingkat kesejahteraan wisatawan manca negara yang menginap di
seseorang. losmen dan hotel mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dibandingkan 2012.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 45


Tabel 7.1 Indeks Wisatawan yang Menginap di
Gambar 7.1: Jumlah Wisatawan yang
Losmen dan Hotel di Daerah Istimewa
Menginap di Losmen dan Hotel,
Yogyakarta (2004 = 100), 2011-2013
2011-2013
Table 7.1 Index of Tourist who Spent The Night in
Figure 7.1 : Number of Tourist who Spent The
Hotel in Daerah Istimewa Yogyakarta,
Night in Hotel 2011-2013
2011-2013

4,000,000 Wisnus+
3,500,000 Wisman/ Wisnus/ Wisman/
Tahun Indeks/ Indeks/ Indeks/
Foreign Domestic Dom.+
3,000,000 Year Index Index Index
Tourist Tourist For.
2,500,000 Tourist
2,000,000
1,500,000 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1,000,000
2011 148 756 175 3 057 578 148 3 206 334 149

id
500,000

.
0

go
2011 2012 2013
2012 148 496 174 3 397 835 164 3 546 331 165

.
ps
wisman wisnus

Secara umum, banyaknya wisatawan .b 2013 207 278 244 3 603 366 175 3 810 644 178
ta
baik domestik maupun mancanegara yang
r
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
ka

2013
menginap di losmen dan hotel selama 2013 Source: 2013, BPS-Statistics of Daerah Istimewa
a
gy

Yogyakarta Province
mengalami peningkatan sebesar 7,45 persen
yo

dengan besaran indeks 178 (2004=100). Ini


Perjalanan
://

berarti jumlah wisatawan yang menginap di


tp

Konsep perjalanan yang digunakan


losmen dan hotel pada tahun 2013 meningkat
ht

BPS dalam Susenas adalah perjalanan yang


hampir 0,78 kali dibandingkan pada kondisi
dilakukan penduduk dalam wilayah geografis
2004.
Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan
Bila dilihat menurut asalnya, jumlah
dan bukan untuk tujuan memperoleh
wisatawan mancanegara yang menginap di
upah/gaji di tempat yang dikunjungi atau
losmen dan hotel pada tahun 2013 terhadap
sekolah, serta bersifat perjalanan bukan rutin.
2004 mengalami peningkatan yang jauh lebih
Tabel 7.2 memperlihatkan selama periode
tinggi di bandingkan dengan wisatawan
2011-2013, persentase penduduk yang
nusantara. Indeks wisatawan mancanegara
melakukan perjalanan mengalami penurunan
pada tahun 2013 tercatat 244, sedangkan
memperlihatkan tren yang menurun. Pada
wisatawan nusantara sebesar 175.
tahun 2011 tercatat 19,90 persen penduduk
yang melakukan perjalanan, turun menjadi

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 46


19,87 persen pada tahun 2012 dan 19,58 pada tahun 2013 sudah mencapai 27,13
persen pada tahun 2013. Apabila dilihat persen. Ternyata laptop/note book lebih
menurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan banyak disukai daripada PC.
yang mencolok antara laki-laki dan Penggunaan telepon seluler sebagai
perempuan dalam hal melakukan perjalanan. sarana atau alat komunikasi pada saat ini
lebih populer di kalangan masyarakat
Tabel 7.2 Persentase Penduduk yang Melakukan dibandingkan telepon biasa, meskipun harga
Perjalanan Menurut Jenis Kelamin di
Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013 telepon seluler maupun pulsanya lebih mahal.
Table 7.2 Percentage of Population Who Made
Recreational Trips by Sex in Daerah Telepon seluler banyak diminati karena lebih
Istimewa Yogyakarta, 2011-2013

id
praktis sehingga memudahkan penggunan

.
go
Laki- berkomunikasi di mana pun berada dengan
Laki- Perempu Laki +
Tahun/Year

.
Laki an Perempu ditunjang oleh jangkauan jaringan yang

ps
an
(1) (2) (3) (4)
.b semakin meluas. Hal ini ditunjukkan oleh
ta
2011 20,38 19,44 19,90 rendahnya persentase rumah tangga yang
r
ka

2012 20,44 19,32 19,87 menguasai telepon biasa dibandingkan yang


a

menguasai telepon seluler. Ada


gy

2013 20,03 19,14 19,58


kecenderungan terjadi penurunan penggunaan
yo

Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 telepon biasa selama tahun 2011-2013.


://

Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic


tp

Survey Sebaliknya penggunaan telepon seluler


ht

terlihat meningkat dalam kurun waktu yang


Akses pada Teknologi Komunikasi dan
sama.
Informasi
Tabel 7.3 juga memperlihatkan bahwa
Dalam era globalisasi, berbagai
selama tahun 2011-2013 rumah tangga yang
informasi yang ada di seluruh dunia dapat
menguasai telepon biasa mengalami
diakses melalui berbagai media termasuk
penurunan dari 10,17 persen menjadi 8,41
media elektronik. Tabel 7.3 menunjukkan
persen, sedangkan rumah tangga yang
bahwa rumah tangga yang menguasai PC
menguasai telepon seluler meningkat dari
(komputer) semakin menurun selama 3 tahun
85,09 persen menjadi 88,95 persen.
terakhir, tetapi rumah tangga yang menguasai
laptop/note book semakin meningkat. Pada
tahun 2011 rumah tangga yang menguasai
laptop/note book baru mencapai 18,92 persen,

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 47


Tabel 7.3 Persentase Rumah Tangga yang
Gambar 7.2: Persentase Penduduk yang pernah
Mempunyai Akses teknologi Komunikasi
Menjadi Korban Kejahatan
dan Informasi Menurut Jenis Alat
Figure 7.2 : Percentage of Population Who Ever
Komunikasi dan Informasi di Daerah
Became the Victim of Criminal Acts
Istimewa Yogyakarta 2011-2013
Table 7.3 Percentage of Household with Access to
Communication and Information 1.91
Technologies by Types of Communication
Information Tools in Daerah Istimewa 1.49 1.49
Yogyakarta, 2011-2013
0.96
0.86 0.83
Alat
Komunikasi/Communic
2011 2012 2013
ations and Information
Tools

id
(1) (2) (3) (4) 2011 2012 2013

.
go
Telepon/Telephone 10,17 9,06 8,41 Laki-Laki Perempuan
Telepon Seluler/Mobile

.
85,09 85,81 88,95
Dilihat menurut jenis kelamin,

ps
Cellular
PC/Desktop/Computer 13,95 12,78 12,73
.b
penduduk laki-laki lebih banyak menjadi
Laptop/Note Book 18,92 22,87 27,13
ta
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 korban kejahatan dibandingkan penduduk
r
ka

Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic


perempuan. Pada tahun 2013, penduduk laki-
Survey
a

laki yang menjadi korban kejahatan sebanyak


gy

Tindak Kejahatan 1,49 persen, sedangkan penduduk perempuan


yo

sebanyak 0,83 persen.


://

Indikator lain yang digunakan untuk


tp

mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat


ht

Tabel 7.4 Persentase Penduduk yang Pernah


adalah tingkat keamanan di suatu wilayah.
Menjadi Korban Kejahatan Menurut Jenis
Tabel 7.4 memperlihatkan bahwa penduduk Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta
2011-2013
yang pernah menjadi korban kejahatan Table 7.4 Percentage of Population Who Ever
Became the Victim of Criminal Acts by
selama kurun waktu tiga tahun terakhir terus Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta,
2011-2013
mengalami penurunan. Pada tahun 2011
penduduk yang menjadi korban kejahatan Tahun Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +
Year Male Female Perempuan
sebanyak 1,42 persen turun menjadi 1,17 (1) (2) (3) (4)

persen pada tahun 2012 dan turun lagi 2011 1,91 0,96 1,42

menjadi 1,16 persen pada tahun 2013. 2012 1,49 0,86 1,17
2013 1,49 0,83 1,16
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013
Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic
Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 48


Jemaah Haji
Jumlah jemaah haji di Daerah Istimewa
Pembangunan kehidupan beragama Yogyakarta pada tahun 2013 turun sebesar 19,92
persen dibandingkan tahun 2012
bertujuan untuk meningkatkan kualitas umat
beragama sehingga tercipta suasana Tabel 7.5 Banyaknya Pemeluk Agama Islam, Jemaah
Haji, dan Rasio Jemaah Haji per 100.000
kehidupan beragama yang penuh keimanan, Penduduk Pemeluk Agama Islam di Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013
ketaqwaan, dan kerukunan. Salah satu upaya Table 7.5 Number of Moslem, Haji Pilgrim, and Ratio
of Haji Pilgrim per 100,000 Moslem in
yang dilakukan antara lain melalui Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011- 2013
peningkatan pelayanan jemaah haji.
Banyaknya/Total Rasio per
Perkembangan jumlah jemaah haji 100.000
Jemaah haji/

id
Tahun/ Pemeluk pemeluk
selama tiga tahun terakhir ini menunjukkan Haji Pilgrim
Year agama agama

.
go
Islam/ Laki- Perempu
penurunan setiap tahun. Jamaah haji pada Laki/ an/
Islam/
Moslem Ratio

.
Male Female

ps
tahun 2011 tercatat sebesar 3.270 orang,
(1) (2) (3) (4) (5)
sedangkan pada tahun 2012 merurun menjadi
.b 2011 3 242 727 1 613 1 657 100,84
ta
3.093 orang. Sementara itu pemotongan
r
ka

kuota jemaah haji pada tahun 2013 2012 3 349 561 1 465 1 628 92,34
a

menyebabkan jumlah jamaah haji asal D.I.


gy

2013 3 355 990 1 188 1 289 73,81


yo

Yogyakarta hanya mencapai 2.477 orang.


://

Meskipun mengalami penurunan yang Sumber : Kanwil Kemenag. Daerah Istimewa


Yogyakarta
tp

cukup signifikan selama tiga tahun terakhir Source : Regional Office of Religious Affairs
ht

Department of Daerah Istimewa Yogyakarta


ini namun dilihat dari tingkat kesejahteraan
masyarakat khususnya pemeluk agama Islam Tabel 7.5 menunjukkan bahwa rasio

yang meningkat disertai dengan peningkatan jemaah haji per 100.000 penduduk pemeluk

bimbingan dan pelayanan pemerintah yang agama Islam pada 2013 sebesar 73,81. Ini

lebih baik dalam pelaksanaan ibadah haji, berarti bahwa dari setiap 100 ribu penduduk

serta peningkatan kesadaran menjalankan muslim sekitar 74 penduduk menunaikan

Rukun Islam ke-5 diharapkan jumlah Jemaah ibadah haji pada 2013. Jumlah jemaah haji

Haji akan meningkat kembali di tahun perempuan lebih banyak dibandingkan

berikutnya. Jadwal tunggu keberangkatan jumlah jemaah haji laki-laki. Jemaah haji

yang sekarang ini sudah mencapai 10 tahun, laki-laki sebanyak 1.188 orang sedangkan

bukan menjadi penghambat minat masyarakat jemaah haji perempuan mencapai 1.289

untuk menunaikan ibadah haji. orang.

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 49


Lampiran 1.1

Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun


menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 1980-2010
Annual Growth Rate by Regency/City in Daerah Istimewa Yogyakarta, 1980-2010

Tahun/Year
Kabupaten/Kota
Regency/City 1980-1990 1990-2000 2000-2010
(1) (3) (4) (4)
Kulonprogo 0,22 0,04 0,48
Bantul 0,94 1,19 1,57
Gunungkidul 0,13 0,30 0,07

id
Sleman 1,43 1,50 1,90

.
go
Yogyakarta 0,34 0,39 0,21

.
ps
Daerah Istimewa Yogyakarta 0,58 0,72 1,04
Sumber: Sensus Penduduk 1980, 1990, 2000, 2010
.b
ta
Source : 1980, 1990, 2000, 2010 Population Census
r
ka

Lampiran 1.2
a
gy

Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan


yo

Status Perkawinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013


Percentage of Population 10 Years Old and Over by Regency/City
://

and Marital Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013


tp
ht

Status perkawinan/Marital Status


Kabupaten/Kota Belum Cerai Cerai
Regency/City Kawin/ Jumlah/
kawin/ hidup/ mati/
Married Total
Single Divorced Widowed
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kulonprogo 27,04 62,82 1,91 8,23 100,00
Bantul 31,30 59,68 1,35 7,67 100,00
Gunungkidul 22,68 67,54 1,82 7,96 100,00
Sleman 35,84 57,34 1,16 5,66 100,00
Yogyakarta 42,00 48,50 1,43 8,07 100,00

Daerah Istimewa Yogyakarta 27,04 62,82 1,91 8,23 100,00


Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 50


Lampiran 1.3

Persentase Wanita Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota


dan Umur Perkawinan Pertama di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013
Percentage of Population Ever Marriage by Regency/City and Age
at First Marriage in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Umur perkawinan pertama/Age of First Marriage


Kabupaten/Kota Regency/City Jumlah/
16 17 – 18 19 - 24 25 +
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kulonprogo 5,76 17,75 55,04 21,45 100,00
Bantul 4,75 13,86 57,55 23,85 100,00

id
Gunungkidul 14,31 30,04 46,71 8,95 100,00

.
go
Sleman 5,33 14,34 51,65 28,67 100,00

.
ps
Yogyakarta 5,64 15,33 47,16 31,87 100,00
Daerah Istimewa Yogyakarta 7,27 .b
18,23 52,04 22,46 100,00
ta
Sumber: Susenas 2013
r
ka

Source : 2013, National Social Economic Survey


a
gy

Lampiran 2.1
yo

Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota


://

dan Penolong Pertama Waktu Lahir di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013


tp

Percentage of Children Under Fives by Regency/City and First of Birth Attendant


ht

in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Penolong pertama waktu lahir/First of Birth Attendant


Kabupaten/Kota Tenaga medis Dukun/
Dokter/ Bidan/ lain/ Traditional Lainnya/
Regency/City Birth
Doctor Midwife Other Medical Others
Personnel Attendant
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kulonprogo 35,20 62,46 1,45 0,26 0,63
Bantul 5,.19 48,51 0,30 0,00 0,00
Gunungkidul 19,68 79,43 0,00 0,88 0,00
Sleman 43,73 54,98 0,84 0,46 0,00
Yogyakarta 62,47 37,53 0,00 0,00 0,00

Daerah Istimewa Yogyakarta 42,59 56,51 0,50 0,33 0,07


Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 51
Lampiran 2.2

Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan


Penolong Terakhir Waktu Lahir di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013
Percentage of Children Under Fives by Regency/City and Last of Birth Attendant
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Penolong terakhir waktu lahir/Last of Birth Attendant


Kabupaten/Kota Tenaga medis
Dukun/
Regency/City Dokter/ Bidan/ lain/Other Lainnya/
Traditional
Doctor Midwife Medical Others
Birth Attendant
Personnel
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kulonprogo 40,53 57,39 1,45 0,00 0,63
53,10 46,56 0,34 0,00 0,00

id
Bantul

.
Gunungkidul 20,98 78,14 0,00 0,88 0,00

go
Sleman 46,32 53,68 0,00 0,00 0,00

.
ps
Yogyakarta 63,56 36,44 0,00 0,00 0,00
Daerah Istimewa Yogyakarta 44,89 54,62 .b 0,26 0,16 0,07
ta
Sumber: Susenas 2013
r
ka

Source : 2013, National Social Economic Survey


a
gy

Lampiran 2.3
yo

Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan


://

Tempat Berobat di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013


tp

Percentage of Population Treate d Outpatient by Regency/Cityand Place


ht

of Medical in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Praktek Praktek
Rumah Puskesmas Petugas
Kabupaten/Kota Dokter Tradisional Lainnya
Sakit Health Kesehatan
Regency/City Medical Traditional Others
Hospital center Paramedical
doctor Treatment
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8)
Kulonprogo 19,17 31,09 32,64 21,00 1,86 1,58
Bantul 18,88 28.,6 25,31 30,28 0,69 1,34
Gunungkidul 8,29 42,35 38,42 16,52 2,17 0,89
Sleman 27,75 38,83 24,96 17,94 8,77 4,19
Yogyakarta 21,83 35,52 49,03 1,54 0,58 1,28

Daerah Istimewa Yogyakarta 19,11 35,62 32,20 19,14 3,20 1,98


Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 52


Lampiran 3.1

Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan


Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population 15 Years of Age and Over by Regency/City and Level of
Educational Attaintment in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan


Tdk/Blm Tdk/Blm
SMK
Pernah Tamat D4/Univ
Kabupaten/ Kota SMTP SMU Vocatio- D3/SM
Sekolah SD/ Not SD D1/D2 . Univer-
Regency/City Never/ Com- Primary
Junior Senior nal
Diploma
Academy
sity/
Jumlah
High High Senior Diploma Total
Not Yet plete School I /II Diploma
School School High III
Attended Primary IV
School

id
School School

.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (12)

. go
ps
Kulonprogo 5,74 14,22 24,09 21,20 13,56 15,10 1,53 1,10 3,47 100,00
.b
r ta
a ka

Bantul 6,96 9,13 18,07 19,83 20,15 14,20 0,55 3,25 7,85 100,00
gy
yo
://
tp

Gunungkidul 14,39 14,02 28,11 24,25 10,44 5,26 0,77 0,59 2,18 100,00
ht

Sleman 4,28 6,65 12,30 18,67 24,82 15,40 1,14 4,08 12,66 100,00

Yogyakarta 1,72 3,51 12,02 18,25 30,67 13,46 0,91 4,53 14,93 100,00

Daerah Istimewa
6,77 9,17 18,09 20,27 20,30 12,90 0,93 2,92 8,65 100,00
Yogyakarta
Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 53


Lampiran 3.2

Persentase Penduduk 7-24 Tahun menurut Golongan Umur,


Jenis Kelamin dan Jenjang Partisipasi Bersekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population 15 Years of Age and Over by Regency/City and Level of Educational
Attaintment in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan


Male Female Male + Female

Belum/ Belum/ Belum/


Kelompok Tidak Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak
Umur Pernah Pernah Pernah

id
Masih Berseko- Masih Berseko- Masih Berseko-
Age Group Berse- Sekolah lah Lagi Berse- Sekolah lah Lagi
Berse-
Sekolah lah Lagi

.
go
kolah kolah kolah
Attending Attending Attending Attending Attending Attending
Never/Not Never/Not Never/Not
School School School School School School

.
Yet Yet Yet

ps
Anymore Anymore Anymore
Attended Attended Attended

.b
School School ta School

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
r
a ka
gy

7 – 12 0,00 99,92 0,08 0,00 100,00 0,00 0,00 99,96 0,04


yo
://
tp

13 – 15 0,47 95,88 3,65 0,00 97,54 2,46 0,23 96,71 3,06


ht

16 – 18 1,44 83,42 15,14 0,00 79,48 20., 2 0,74 81,50 17,76

19 – 24 0,31 48,99 50,70 0,00 44,17 55,83 0,17 46,73 53,11

Sumber: Susenas 2013


Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 54


Lampiran 4.1

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama


Selama Seminggu yang Lalu dan Tipe Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population 15 Years Old and Over by Main Activity During
The Previous Weeks and Type of Place in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Tipe Daerah
Kegiatan utama/ Type of Place
Main Activity Kota Desa Kota + Desa
Urban Rural Urban + Rural
(1) (2) (3) (4)
Bekerja/Working 63,44 74,25 75,15
Pengangguran/Unemployment

id
2,59 1,55 2,80

.
go
Mengurus rumah tangga/House Keeping 9,06 3,39 7,80
Sekolah/Attending School

.
17,88 15,33 5,43

ps
Lainnya/Others 7,02 5,48 8,82
.b
ta
Jumlah/Total 100,00 100,00 100,00
r
Sumber: Sakernas Agustus 2013
ka

Source: National Labour Force Surveys in August 2013


a
gy
yo
://
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 55


Lampiran 4.2

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Tipe Daerah
di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population 15 Years Old and Over who Worked During the Previous
Weeks by Main Industry and Type of Place in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Jenis Kelamin
Sex
Lapangan Pekerjaan Utama
Main Industry Laki-laki
Laki-laki Perempuan
+Perempuan
Male Female
Male+Female
(1) (2) (3) (4)

id
.
Pertanian/ Agriculture 14,00 52,38 27,64

. go
Pertambangan dan Penggalian/Mining and

ps
0,42 0,59 0,85
Quarring
.b
ta
Industri/ Manufacturing Industry 14,21 11,91 13,03
r
ka

Listrik, Gas dan Air Minum/Electricity, Gas, 0,39 0,10 0,44


a

and Water
gy
yo

Bangunan/Construction 5,64 5,38 9,84


://

Perdagangan, rumah makan, dan hotel/Trade,


tp

32,29 14,92 21,16


Restaurant, and Hotel
ht

Transportasi dan Komunikasi/Transportation & 4,39 1,94 5,43


Communication

Keuangan/Financing 3,86 1,17 3.,66

Jasa/Services 24,81 11,62 17,94

Jumlah/Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: Sakernas Agustus 2013


Source: National Labour Force Surveys in August 2013

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 56


Lampiran 4.3

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu
menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin
di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population 15 Years Old and Over who Worked During
The Previous Weeks by Main Employment Status and Sex in D.I.Yogyakarta, 2013

Jenis Kelamin
Sex
Status pekerjaan utama/
Main Employment Status Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Male Female
Perempuan
Male+Female

id
(1) (2) (3) (4)

.
go
Berusaha Sendiri 10,56 16,50 9,58
Self Employed

.
ps
Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh
Tidak Dibayar .b
ta
30,52 13,93 32,43
Employed Assisted by Temporary Employee/
r
Unpaid Worker
a ka

Berusaha dibantu Buruh Tetap


gy

3,23 5,08 2,89


Employed Assisted by Employer
yo
://

Buruh/Karyawan/Pegawai
23,22 45,23 18,39
Paid Worker
tp
ht

Pekerja Bebas di Pertanian


1,49 1,09 1,44
Self Employed in Agriculture

Pekerja Bebas di Non Pertanian


3,34 7,10 7,13
Self Employed in Non Agriculture

Pekerja Keluarga/tak Dibayar


27,62 11,07 28,14
Unpaid Worker

Jumlah/Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: Sakernas Agustus 2013


Source: National Labour Force Surveys in August 2013

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 57


Lampiran 5.1

Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Status Sosial


di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Population by Regency/City and Urban/Rural
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Status Sosial/Social Status


Kabupaten/kota
Regency/City Penduduk Penduduk Tidak Jumlah
Miskin/Poverty Miskin/ Not Poverty Total
(1) (2) (3) (4)
Kulonprogo 21,39 78,61 100,00
Bantul 16,48 83,52 100,00

id
Gunungkidul 21,70 78,30 100,00

.
go
Sleman 9,68 90,32 100,00

.
ps
Yogyakarta 8,82 91,18 100,00
Daerah Istimewa 15,03
.b 84,97 100,00
ta
Yogyakarta
Sumber: Susenas Juli 2013
r
ka

Source : July 2013, National Social Economic Survey


a

Lampiran 6.1
gy

Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota


yo

dan Sumber Penerangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013


://

Percentage of Households by Regency/City and Source of Lighting


in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
tp
ht

Sumber penerangan/Source of Lighting


Kabupaten/Kota Listrik PLN/ Listrik non Petromak/
Regency/ City PLN PLN/ Aladin/ Pelita/Sentir/ Lainnya/
Electricity Non PLN Oil Lamp Others
Electricity Pumped Lamp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kulonprogo 99,37 0,17 0,17 0,29 0,00
Bantul 99,28 0,10 0,00 0,10 0,52
Gunungkidul 99,46 0,00 0,00 0,42 0,12
Sleman 99,91 0,00 0,00 0,09 0,00
Yogyakarta 99,86 0,00 0,00 0,05 0,09

DIY 99,61 0,04 0,02 0,17 0,16


Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 58


Lampiran 6.2

Banyaknya Pelanggan Listrik menurut Unit Pelayanan


di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Number of Consumers of Electrical Power by Service Unit
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013

Unit Pelayanan Tahun/Year


Service Unit 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)

Kulonprogo 89 056 93 066 97 736


Bantul 145 929 153 105 160 038
Gunungkidul 141 280 148 285 156 963
Yogya Selatan 104 312 109 127 113 318

id
Yogya Utara 76 812 80 256 83 742

.
go
Sleman 112 168 117 255 123 352
Sedayu 98 206 102 837 108 221

.
ps
Kalasan 83 764 87 885 92 451
Daerah Istimewa 851 527
.b
891 816 935 821
ta
Yogyakarta
Sumber: PLN Wilayah XIII Cabang Yogyakarta
r
ka

Source : Government Electricity Company for Area XIII Distribution of Yogyakarta Sub Division
a
gy
yo
://
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 59


Lampiran 6.3

Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota


dan Sumber Air Minum di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Percentage of Households by Regency/City and Source of Drinking Water
in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Sumber air minum/Source of Drinking Water
Sumur/Ma- Sumur/Mata
Kabupaten/Kota Air dlm ta Air Air Tidak Air hujan,
Regency/ City Kemasan/ Ledeng/ Pompa/ Terlindung/ Terlindung/ lainnya/
Packaging Pipe Pump Protected Unprotected Rain Water,
Water well/Protec- well/Unpro- Others
ted spring tected spring
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kulonprogo 3,85 9,67 2,21 67,91 16,18 0,18
Bantul 12,79 1,85 10,22 69,84 5,30 0,00

. id
Gunungkidul 2,25 25,07 6,14 39,90 10,12 16,52

go
Sleman 27,67 3,72 2,18 62,78 3,23 0,42

.
ps
Yogyakarta 38,98 11,57 16,51 32,84 0,10 0,00
Daerah Istimewa .b
ta
18,29 8,89 6,71 56,89 5,95 3,27
Yogyakarta
r
Sumber: Susenas 2013
ka

Source : 2013, National Social Economic Survey


a

Lampiran 6.4
gy
yo

Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jarak Sumber Air Minum
ke Tempat Penampungan Kotoran/Tinja Terdekat di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
://

Percentage of Households by Regency/City and Distance Between Source of Drinking Water


tp

to Nearest Septic Tank or Other Sanitary Facilities


ht

in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013

Jarak penampungan/ Distance (M)


Kabupaten/kota
Regency/City Tidak tahu
10 10
Unknown
(1) (2) (3) (4)
Kulonprogo 15,06 81,89 3,05
Bantul 24,25 71,66 4,09
Gunungkidul 14,41 70,34 15,25
Sleman 16,69 76,80 6,51
Yogyakarta 18,70 74,65 6,65
Daerah Istimewa 18,57 74,74 6,69
Yogyakarta
Sumber: Susenas 2013
Source : 2013, National Social Economic Survey

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 60


Lampiran 7

Banyaknya Jemaah Haji menurut Kabupaten/Kota


di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 – 2013
Number of Haji Pilgrim by Regency/City in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2013

Kabupaten/kota
2010 2011 2012 2013
Regency/City

(1) (2) (3) (4) (5)


Kulonprogo 221 286 257 265
Bantul 831 955 812 647

id
Gunungkidul 252 314 229 262

.
go
Sleman 1 274 1 229 1 173 912

.
ps
Yogyakarta 499 486 618 391
Daerah 3 077 3 270
.b 3 093 2 477
ta
Istimewa
Sumber : Kanwil Depag. Daerah Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta
r
Source : Regional Office of Religious Affairs Departmentof Daerah Istimewa Yogyakarta
a ka
gy
yo
://
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 61


Daftar Pustaka/ References

 Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014, Daerah Istimewa
Yogyakarta Dalam Angka 2013, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta

 Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta


2014, Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta 2013.

id
.
.go
ps
.b
r ta
a ka
gy
yo
://
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013 62


id
o.
DATA
MENCERDASKAN BANGSA
a.
bp
s.
g
rt
a ka
gy
yo
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul
Telp. (0274) 4342234 Fax. (0274) 4342230
Homepage: http://yogyakarta.bps.go.id E-Mail: bps3400@mailhost.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai