Anda di halaman 1dari 3

Dalam sejarah Indonesia modern, terutama kelompok Islam dengan

kelompok nasionalis banyak mengalami perdebatan dalam hal Keislaman


dan Keindonesiaan. Kelompok ekstrim kanan seperti HTI menuntut untuk
mendirikan agama khilafah, dan di sisi lain kelompok sekuler yang ingin
memisahkan sepenuhnya agama dari negara. Keduanya telah merusak
karakterisitk Indonesia yang moderat dan toleran. Hal ini tentu
mengakibatkan pada terjadinya konflik-konflik sosial, seperti terorisme dan
intoleransi dalam beragama.

Agama yang semestinya menjadi faktor integratif, yaitu yang memersatu


bangsa, malahan menjadi faktor disintegratif (pemecah belah) bangsa.
Padahal Indonesia Sejak awal dikenal sebagai masyarakat beragama yang
moderat dan toleran. Namun pada kenyataannya, peristiwa konflik antar-
warga, termasuk yang dilatarbelakangi agama justru semakin meningkat
setiap tahunnya. Banyak gerakan-gerakan keagamaan terutama ekstrim
islam bermunculan, mereka menghendaki berdirinya Dawlah Islamiyyah
atau Khilafah Islamiyyah. Bahkan kini juga mulai bermunculan kelompok
esktrim kiri. Mereka merupakan kelompok yang berusaha untuk
menghidupkan kembali PKI yang pada masa orde lama telah cukup banyak
memberi kerugian terhadap bangsa.

Umat Islam di sebagian besar dunia Islam memperhatikan faktor agama


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka tidak hanya
memandang islam sebagai sistem teologis, tetapi juga cara hidup yang
memeperhatikan etika moral dalam norma-norma kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Indonesia sebagai negara demokratis, sangat menghargai posisi agama


dalam kehidupan negara. Umat Islam di negara Indonesia dalam konteks
hubungan antara warga sangat toleran terhadap kelompok lain. Mereka
cukup akomodatif dalam terhadap ideologi negara dan sistem demokrasi.
Meski tetap memiliki orientasi keagamaan, mereka tetap menerima
Pancasila sebagai ideologi negara dan demokrasi sebagai sistem politik di
negara ini. Hal ini menunjukkan, bahwa karakteristik Islam di Indonesia
adalah Islam yang moderat dan damai . Antara agama dan negara
menciptakan hubungan yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk:
 Integrated
Penyatuan antara agama dan negara. Lingkup ketatanegaraan kita
menyediakan beberapa ruang eksperimentasi yang cukup bagi integrasi
keduanya. Salah satunya proses pembuatan hukum (law-making process)
yang memungkinka untuk menyelipkan diksi-diksi hukum berbasis doktrin
agama ke dalam struktur perundangan atau ketatanegaraan indonesia.
 Simbiolik
Hubungan saling membutuhkan antara agama dan negara. Agama
membutuhkan negara untuk melestarikan dan mengembangkan
ajarannya. Demikian sebaliknya, negara juga memerlukan agama
dalam pembinaan moral dan etika.
 Sekularistik
Pemisahan antara agama dan agama, karena dianggap sebagai
bentuk yang berbeda yang memiliki tugasnya masing-masing. Abdur
Raziq berpendapat bahwa dalam pembentukan negara tidak
disarankan oleh agama (syari’at) melainkan berdasarkan
pertimbangan akal sehat manusia.

Relasi agama dan negara yang dianut oleh Indonesia adalah Simbiotik. Indonesia menjadikan
pancasila sebagai dasar negara, yang merupakan bukti keharmonisan dan kekokohan relasi
antara agama dan negara. Kepentingan agama di Indonesia sangat dijamin dan difasilitasi
oleh negara, sebagai timbal balik negara didukung dan dibina atas dasar agama. Relasi ini
menjadikan Indonesia sebagai prototipe dunia-Islam yang dibanggakan.

Hidup tidaklah lengkap tanpa adanya konflik. Mungkin itulah kalimat yang pas diucapkan
melihat Sejarah kehidupan manusia yang tidak pernah sunyi dari konflik. Salah satunya
konflik antar umat beragama. Konflik satu ini telah ada sejak munculnya umat beragama itu
sendiri. Konflik antar umat beragama sering berakar pada peristiwa sejarah
masa lalu. Konflik yang berkaitan dengan agama dalam bernegara
umumnya dipicu oleh tiga faktor:
1. Faktor pendirian rumah ibadah dan penyiaran agama yang tidak
sesuai dengan aturan serta penodaan agama.
2. Faktor pemahaman keagamaan seseorang, yakni antara mainstream
dan penyimpangan (deviation).
3. Faktor yang berkaitan dengan agama, seperti faktor politik, ekonomi
atau lainnya.

Sedangkan konflik antar umat bernegara bisa dipicu oleh beberapa faktor, seperti Anggapan
yang paling benar. Setiap agama pasti mengklaim dirinya paling benar. Tak jarang dari
mereka memandang rendah ajaran agama lain. Bahkan antar golongan dari penganut agama
yang sama seringkali terjadi hal demikian.

Indonesia bukanlah negara sekuler, bukan pula negara agama. Melainkan


negara demokrasi yang menempatkan dan menghargai posisi agama
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Antara agama dan negara
tidak boleh ada keterbenturan, melainkan harus harmonis. Beberapa upaya
yang bisa dilakukan untuk menguatkan agama dalam bernegara
 Menguatkan wawasan dan keharmonian berbangsa
 Merevitalisasi ideologi Pancasila dalam berbagai kehidupan
berbangsa
 Menolak serta melarang organisasi-organisasi yang bertolak
belakang dengan ideologi Pancasila.
 Meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan rakyat

Anda mungkin juga menyukai