Anda di halaman 1dari 12
‘Mengingat Memperhatikan Menetapkan wa =e PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG NOMOR 24TAHUN 2020 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UIN RADEN INTAN LAMPUNG a. bahwa setiap sivitas akademika yang ada di VIN Raden Intan Lampung. berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentule kekerssan seksual sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa setiap bentuk Kekerasan Sekstal merupakan kejahatan terhadap uartabat Kemenusiaan dan pelanggaran hak asasi marusia yang harus icegah dan ditangani tanwa Kekerasam seksual merupakan perbuatan yang bertentangen dengan tujuan pendidilan tings 4. bahwa dibutuhKen landasan hum untuk melakukan pencegahan dan pehanganan Kekerasan sekeual di lingkungan UIN Raden. Intan Lampung; c. bala Tendasan hukum di UIN Raden Intan Lampung belum secara Utematis mampu mencegah dan menangani kekerasan seksual; 1. fatwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huraf bepunut b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu dibentuk Peraturan Remtor tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Sekszal 1. Undang-undang Nomer 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyclenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 22 dan 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Statuta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung; 4. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia No. 5494 Tahun 2019 tentang Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. 5. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 22 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Raden Intan Lampung; 6. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 31 tahun 2017 tentang Statuta UIN Raden Intan Lampung; 7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020. Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) UIN Raden Intan Lampung Tahun 2020. MEMUTUSKAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SRWSITAT DETTIN RADEN INTAN | AMPIING. Dipindai dengan CamScanner BAB I KETENTUAN UMUM Pagal 1 Dalam Peraturan Rektor ini yang dimakeud dengan: 1. Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan Iainnya terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang, dan/ atau fung reproduksi, secara pakea, atau bertentangan dengan kehendak seseorang serta dalam Kondisi seseorang itu serta tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas Karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual yang dilakukan oleh dan/ atau kepada civitas akademika UIN Raden Intan Lampung; 2. Pencegahan adalah segala upaya untuk mencegah terjadinya Kekerasan Seksual dan keberulangan Kekerasan Seksual; 3. Penanganan adalah segala upaya untuk menangani, melindungi, memulihkan Korban, menindak pelaku/terlapor dan mengupayakan tidak terjadi keberulangan Kekerasan Seksual; 4, Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada Korban, Keluarga Korban, dan/atau Saksi; 5. Pemulihan adalah upaya mendukung Korban Kekerasan Seksual untuk menghadapi proses hukum, pendampingan psikososial dan keagamaan dalam rangka mengupayakan kesejahteraan dan kehidupan yang bermartabat dengan berlandaskan prinsip pemenuhan hak Korban; 6. Rektor adalah Rektor UIN Raden Intan Lampung: 7. Fakultas adalah Fakultas di lingkungan UIN Raden Intan Lampung: 8. Pascasarjana adalah Program Pascasarjana di lingkungan UIN Raden Intan Lampung; 9. Program Studi adalah Program Studi di lingkungan UIN Raden Intan Lampung: 10. Sivitas Akademika adalah satuan yang terdiri atas Dosen dan Mahasiswa Universitas; 11. Tenaga Kependidikan adalah masyarakat yang mengabdikan diri yang diangkat dengan tugas utama untuk menunjang kependidikan tinggi di universitas, baik Aparatur Sipil Negara (ASN) atau non Aparatur Sipil Negara (ASN); 12. Warga Kampus adalah civitas akademika dan tenaga kependidikan universitas; 13. Korban/Pelapor adalah civitas akademika tenaga kependidikan dan warga kampus UIN Raden Intan Lampung yang mengalami peristiwa kekerasan seksual atau Sivitas Akademika UIN Raden Intan Lampung, keluarga Korban, dan/ atau saksi yang memberikan laporan, informasi, atau keterangan mengenai tindakan Kekerasan Seksual yang ia alami, lihat, dengar, dan/ atau ketahui; 14, Pelaku/Terlapor adalah Sivitas Akademika, tenaga kependidikan dan warga kampus UIN Raden Intan Lampung yang melakukan tindakan Kekerasan Seksual dan atau orang di luar UIN Raden Intan Lampung; 15. Pelecehan seksual adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk tindakan fisik atau non-fisik kepada orang lain, yang berhubungan dengan bagian tubuh sescorang dan terkait hasrat seksual, sehingga mengakibatkan orang lain terintimidasi, terhina, direndahkan, atau dipermalukan, 16. Eksploitasi seksual adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, tipu daya, rangkaian kebohongan, nama atau identitas atau martabat palsu, atau penyalahgunaan kepercayaan, agar seseorang melalukan hubungan seksual dengannya atau orang lain dan/atau perbuatan yang memanfaatkan tubuh orang tersebut yang terkait hasrat scksual, dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain; 17. Pemaksaan aborsi adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk memaksa orang lain untuk melakukan aborsi dengan kekerasan, ancaman kekerasan, tipu muslihat, rangkaian kebohongan, penyalahgunaan kekuasaan, atau menggunakan Kondisi seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan; 18. Perkosaan adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, atau tipu muslihat, atau menggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan untuk melakukan hubungan seksual; 19, Pemaksaan pelacuran adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk kekerasan, fancaman kekerasan, rangkaian kebohongan, nama, identitas, atau martabat palsu, atau, penyalahgunaan kepercayaan, melacurkan sescorang dengan maksud menguntungkan diti sendiri dan/ atau orang lain; Page 12 Dipindai dengan CamScanner 20. 21. 22. 23. 24. 2s. 26. Perbudakan seksual adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk membatasi ruang gerak atar mencabut kebebasan seseorang, dengan tujuan menempatkan orang tersebut melayani kebutuhan seksual dirinya sendiri atau orang lain dalam jangka waktu tertentu; Kingiksaan seksual adalah Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk menyiksa corban; Kekerasan seksual digital adalah kekerasan seksual berbasis media digital, baik internet maupun media sosial; Saksi adalah setiap orang yang memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan Persidangan di sidang Dewan Majelis Etik tentang tindakan Kekerasan Scksual yang ia lami, lihat atau dengar sendiri atau dengar dan ketahui dari Korban; Keluarga adalah orang yang memiliki hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah, dan garis menyamping sampai derajat ketiga, atau yang mempunyai hubungan Perkawinan, atau memiliki hubungan perwalian atau pemeliharaan; Sistem Layanan Terpadu, yang selanjutnya disingkat SLT adalah sistem pelayanan dan pemeriksaan yang dilakukan secara koordinatif dan terintegrasi di tingkat Universitas; Unit Layanan Terpadu, yang selanjutnya disingkat ULT adalah tempat pelayanan bagi civitas akademika UIN Raden Intan Lampung untuk memberikan layanan, pendampingan, Perlindungan bagi korban, proses hukum dan informasi yang dibutuhkan termasuk menerima dan mendokumentasikan laporan dugaan Kekerasan Seksual; BABII ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual ini didasarkan pada asas: papge Penghargaan atas harkat dan martabat manusia; non-diskriminasi; Keadilan; Kemanfaatan; dan kepastian hukum. Pasal 3 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual bertujuan: neg mencegah segala bentuk Kekerasan Seksual baik yang dilakukan oleh/atau terhadap sivitas akademika, tenaga kependidikan dan warga kampus UIN Raden Intan Lampung: menangani, melindungi dan memulihken Korban; menindak pelaku; dan mewujudkan linglungan bebas Kekerasan Seksual. BABII RUANG LINGKUP Pasal 4 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual meliputi: Pencegahan; Penanganan; Pemeriksaan: Perlindungan korban/pelapor; Pemulihan korban/pelapor; dan Penindakan Pelaku/Terlapor. Page 3 Dipindai dengan CamScanner BAGIAN KESATU PENCEGAHAN Pasal 5 Pencegahan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf a dilakukan dengan: 1. menyebarluaskan informasi tentang anti Kekerasan Seksual di lingkungan UIN Raden Intan Lampung; 2. menyediakan program dan anggaran untuk Pencegahan Kekerasan Seksual; 3. memberikan materi anti Kekerasan Seksual dalam suatu kegiatan kepada sivitas akademika UIN Raden Intan Lampung; 4, meningkatkan pemahaman anti Kekerasan Seksual melalui pemberian materi orientasi Pengenalan akademik kampus, perkulishan, seminar, diskusi, pelatihan, maupun melalui ‘media lain baik cetak maupun clektronik serta dengan memanfaakan teknologi informasi di Jingkcungan UIN Raden Intan Lampung; 5. mendorong pengembangan kajian keilmuan dan dokumentasi secara berkala dan teratur tentang Kekerasan Seksual berbasis pada nilai-nilai Pancasila; 6. mengembangkan Klinik anti kekerasan seksual dalam bentuk konsultasi dan pendampingan bagi civitas akademika UIN Raden Intan Lampung; dan 7, -mengembangkan penataan tata ruang dan fasilitas kampus yang aman, ramah dan nyaman. Pasal 6 (1) Peneegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dilakukan oleh Rektor, Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, serta pimpinan unit kerja terkait. (2) Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dapat dilakukan oleh Rektor, Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, serta pimpinan unit kerja atau melalui pusat studi yang terkait dengan Kekerasan Seksual berbasis pada pengarusutamaan gender yang berlandaskan Pancasila. AGIAN KEDUA PENANGANAN Pasal 7 (1) Penanganan sebagaimana disebut dalam Pasal 4 huraf b adalah: a. memberikan informasi terhadap seluruh proses dan hasil Penanganan, perlindungan, dan pemulihan kepada korban; . memberikan dokumen hasil penanganan; memberikan pendampingan dan bantuan hukum; |. memberikan penguatan psikologis; memberikan pelayanan keschatan meliputi pemeriksaai aos (indakan dan perawatan medis; Pagela Dipindai dengan CamScanner Q 0 @ @) 0 @ 8 a dan {. memberikan layanan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan khusus Korban. Penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan proses pemantauan secara berkala terhadap kondisi Korban, BAGIAN KETIGA, PEMERIKSAAN Pasal 8 Pemeriksaan dilakcukan dalam rangkaian proses oleh Unit Layanan Terpadu UIN Raden Intan Lampung Dalam menyelesaikan pemeriksaan, Ketua dan anggota Unit Layanan Terpadu melakukan hal-hal sebagai berilcut: a. Memberikan penjelasan mengenai acara pemeriksaan persidangan secaraberimbang ‘kepada para pihak; b, Mengupayakan penyelesaian pemeriksaan secara baik sesuai dengan prinsip- prinsip enanganan eebagaimana Keputusan Dirjen Pendis No 5494 Tahun 2019, ¢. Menuntun para pihak dalam pembuktian. Produk atas pemeriksaan Unit Layanan Terpadu UIN Raden Intan Lampung tersebut adalah berupa putusan, Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut disampaikan kepada Rektor dalam bentuk rekomendasi dan selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan untuk memberilkan keputusan BAGIAN KEEMPAT PERLINDUNGAN KORBAN/PELAPOR Pasal 9 Perlindungan tethadap Korban/pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d meliputi: a. Penyediaan informasi mengenai hak dan fasilitas Perlindungan; b. penyediaan akses terhadap informasi penyelenggaraan Perlindungan; ©. Perlindungan dari ancaman atau kekerasan pelaku/terlapor dan pihak lain serta berulangnya kekerasan; 4, Perlindungan atas kerahasiaan identitas; e. Perlindungan dari sikap dan perilaku aparat penegak huluum yang merendahkan dan/ atau menguatkan stigma terhadap Korbs f Perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mut. politik; dan &. Perlindungan Korban dan/atau pelapor dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas peristiwa Kekerasan Seksual yang ia laporkan. Pelaksanaan hak atas Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh Unit Layanan Terpadu dalam sctiap proses pemerikeaan; Dalam keadaan tertentu, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Korban/Pelapor, Korban/Pelapor dapat meminta Perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. i pekerjaan, pendidikan, atau akses BAGIAN KELIMA PEMULIHAN KORBAN/PELAPOR Pasal 10 Pemulihan sebagaimana dimakeud dalam Pasal 4 huruf e dilakukan terhadap korban/pelapor sejak Korban/pelapor mengajukan laporan, pemeriksaan persidangan Pages Dipindai dengan CamScanner hhingga putusan. (2) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. layanan kesehatan; - penguatan psikososial Pemantauan keadaan Kerban dan keluarga; dan/ atau | Pendampingan spiritualitas dan keagamaan + penguatan dukungan keluarga dan atau komunitas untuk pemulihan korban Jaminan terhadap keberlanjutan pendidikan atau pekerjaan di lingkungan UIN Raden Intan Lampung. (9) Pemutihan dilakukan oleh Unit Layanan Terpadu bekerjasama dengan lembaga lembaga lain yang terkait. repos AGIAN KEENAM PENINDAKAN PELAKU/TERLAPOR Pasal 11 Penindakan terhadap Pelaku/Terlapor sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf f, tidak menghalangi mekanisme administrasi disiplin pegawai dan mekanisme hukum yang’ dapat litempuh, BABIV BAGIAN KESATU SISTEM LAYANAN TERPADU Pasal 12 (1) Sistem Layanan Terpadu terdiri atas: a. Konsultasi terhadap seluruh Sivitas Akademika UIN Raden Intan Lampung . Pelayanan terhadap korban kekerasan seksual cc. Proses pemeriksaan terhadap Pelaku/Terlapor melalui persidangan Unit Layanan Terpadu, dan d. Pemulihan terhadap korban kekerasan seksual 2) Layanan sebagaimana dimakeud pada ayat (1) meliputi: a. layanan medis dan/atau psikososial; b. konseling; ©. pendampingan; |. perlindungan keamanan; penyediaan tempat tinggal (jika diperlukan); perlindungan atas kerahasiaan identiias; penentuan kualifikasi jenis Kekerasan’ Seksual, penyusunan kronologi kejadian, dan dokumentasi laporan; dan/ atau . layanan lain yang diperlukan @)_Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huraf ¢ dapat dibantu oleh: konselor; b. psikolog; ©. psikiater; 4d. pekeri i £ Fy enee . pendamping hulum; dan/atau; pendamping keagamaan; &. pendamping lain sesuai dengan kebutuhan. (4) Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diutamakan berjenis kelamin yang sama dengan Korban. {5} Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ dilakukan sejak persyaratan berkas laporan yang diterima oleh Unit Layanan Terpadu dari Korban/Pelepor, eudah dinyatakan lengkap. (6) Sistem Layanan Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Rektor bersama Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan. Page|6 Dipindai dengan CamScanner ® @ 8 BAGIAN KEDUA UNIT LAYANAN TERPADU Pasal 13 Unit Layanan ‘Terpadu adalah unit layanan terpadu VIN Raden Intan Lampung yang berkedudukan di lingkungan kempus UIN Raden Intan Lampung. Unit Layanan Terpadu dikelola oleh pengurus dan anggota yang dibentuk berdasarkan SK Rektor. BABV BENTUK KEKERASAN SEKSUAL Pasal 14 Bentuk kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam peraturan Rektor ini adaiah: ‘a. pelecehan sekeual; b. Intimidasi seksual; . eksploitasi seksual; . pemaksaan aborsi; . perkosaan dan pencabulan; - perbudakan seksual; 4. {. pemaksaan pelacuran; 8 h. penyiksaan seksual; dan/atat i, kekerasan seksual digital Bentuk Kekerasan Scksual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peristiwa Kekerasan Seksual dalam lingkup relasi personal, relasi kerja, publik, dan situasi khusus Jainnya sepanjang masih berada dalam lingkup UIN Raden Intan Lampung, Bentuk Kekerasan Seksual digital sebagaimana dimakeud ayat (1) huruf i adalah: ‘8. Cyber grooming: Pendekatan untuk memperdaya; penggunaan teknologi untuk dengan sengaja mencari calon korban yang memiliki potensi (baik secara pendidikan, us kondisi tubuh, ataupun ekonomi) untuk dilecehkan ataupun ditipu; . Cyber harrashment, Pengiriman teks untuk menyakiti /menakuti /mengancam/ menggangeu; pengiriman teks secara terus menerus dengan memanfaatkan teknologi, baik internet, ponsel, ataupun perangkat lain, yang dimaksudkan untuk menyakkt mengganggu, menakut-nakuti ataupun mengancam seseorang: c. Illegal Content; Kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data ataupun informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, melanggar hukum, dan mengganggu ketertiban umum, seperti penyebaran konten yang berbau pornograf ‘cyber pomography, all; 4. Morphing; Penggunaan teknologi untuk mendownload dan mengedit gambar ali korban tanpa izin dan kemudian memposting lang atau mengunggah kembali gambar editan tersebut ke berbagai situs web; ©. Surveillance/Tracking/Cyber Stalking; Penggunaan teknolog) untuk menguntit dan memantau aktivitas atau perilaku korban yang menciptakan ketakutan atau rasa tidak aman pada korban; £. Seperti pelacakan GPS melalui ponsel, pengambilan video aktivitas pribadi korban tanpa iin, memasuki chat-rooms yang sering kali diakses korban; 8 Online Prostitution; Tindakan yang berhubungan dengan layanan pornografionline seperti kegiatan jual-beli seks secara visual untuk mendapatkan uang; Page|? Dipindai dengan CamScanner h, Revenge Porn/Non-consensual pornography. Kegiatan menyebarkan foto atatt video intim seseorang secara online tanpa ijin sebagai bentuk usaha balas dendam dan bertujuan untuk merusak kehidupan korban di dunia nyata ataupun mempermalukan korban di depan publik, misalnya penyebaran video intim di media social; i, Sexting; Kegiatan pelaku yang dengan sengaja mengirimkan gambar intimnya ataupun pesan bernada seksual dengan maksud untuk melecehkan korban, seperti pengiriman foto alat kelamin tersangka, pengiriman pesan ajakan berhubungan intim, dll. BAB VI PELAPOR DAN TERLAPOR Pasal 15 (1) Para pihak dalam pemeriksaan persidangan kekerasan seksual terdiri dari Pelapor/Korban dan Terlapor yang masing-masing tidak boleh lebih dari satu orang, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama. | Pelapor/Korban dan Terlapor dalam pemeriksaan persidangan kekerasan seksual adalah Sivitas Akademika, tendik dan warga kampua UIN Raden Intan Lampung (| Pelapor/Korban dan Terlapor wajib menghadiri secara langsung setiap proses persidangan dengan/atau tanpa didampingi oleh pendamping. (4) Bagi korban dan terlapor dengan disabilitas proses pendampingan harus memperhatikan Kondisi-kondisi khusus terkait disabilitas. BAB VII ‘TAHAPAN DAN JANGKA WAKTU PERSIDANGAN Pasal 16 (1) Persidangan diperiksa dan diputus oleh Unit Layanan Terpadu UIN Raden Intan Lampung yang terdiri atas Ketua dan anggota yang ditetapkan dengan jumlah ganjil. (2) Tahapan Proses Pemeriksaan Persidangan meliputi: a. Pendaftaran b. Pemeriksaan kelengkapan laporan pelanggaran kekerasan seksual ¢. Penetapan Majlis Pemeriksa d. Pemeriksaan pendahuluan ¢. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak f. Pemerikeaan sidang g. Pembuktian hh, Putusan Pasal 17 Jangka waktu persidangan pemeriksaan kekerasan seksual oleh Unit Layanan Terpadu paling Jama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak hari sidang yang pertama dan dapat diperpanjang paling lama selama 30 (tiga puluh) hari kalender. BAB VIL PEMERIKSAAN UNIT LAYANAN TERPADU BAGIAN KESATU PENDAFTARAN Pasal 18 (1) Pelapor/Korban mendaftarkan laporannya ke bagian pendaftaran Unit Layanan Terpadu baik secara langsung (luring) maupun online (daring). (2) Pelapor harus: Page |8 Dipindai dengan CamScanner ‘2, Menunjulkkan Identitas Pelapor/Korban dan Terlapor (KTP/ KTM/ SIM/ Paspor) . Mengisi blangko yang berisi penjelasan ringkas mengenai duduk perkara, yang sedikitnya memuat: 1) waktu dan tempat kejadian perkara; 2) kronologi perkara; 3) bentuk Kekerasan Seksual; 4) informasi mengenai Saksi atau pihak lain yang dapat dimintai keterangan terkait dengan dugaan tindakan Kekerasan Seksual. 5) _informasi lain yang relevan dengan tindakan Kekerasan Seksual. 6) ‘Tuntutan Pelapor/Korban (jika ada) 7) Pelapor menyertakan bukti dalam bentuk dokumen yang mendukung laporan pada saat mendaftarkan laporannya. (3) Pelapor dalam hal mengisi blangko laporan dapat dibantu oleh unit layanan terpadu atau lembaga yang ditunjuk. BAGIAN KEDUA PEMERIKSAAN KELENGKAPAN LAPORAN Pasal 19 (1) Ketua dan seluruh anggota Unit Layanan Terpadu melakukan pemerikeaan syarat pendaftaran laporan berdasarkan Pasal 9, Pasal 21, dan Pasal 24 peraturan ini. (2) Ketua dapat mengembalikan laporan atau diminta untuk melengkapi berkas laporan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Pelapor/Korban. BAGIAN KETIGA PENETAPAN HARI SIDANG. Pasal 20 Dalam hal laporan telah terpenuhi semua persyaratan, Ketua menetapkan hari sidang yang Pertama selambat-lambatnya 14 hari setelah berkas laporan dinyatakan lengkap. BAGIAN KEEMPAT PEMANGGILAN DAN KEHADIRAN PARA PIHAK, Pasal 21 (1) Dalam hal Pelapor/Korban tidak hadir pada hari sidang pertama tanpa alasan yang sah, maka laporan dinyatakan gugur. (2) Dalam hal Terlapor : a. Tidak hadir pada hari sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua secara patut. . Tidak hadir Kembali pada hari sidang kedua, maka Ketua dapat langsung memutus laporan tersebut tanpa hadirnya Terlapor ¢. Pada sidang hari pertama hadir dan pada hari sidang berikutnya tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka laporan diperiksa dan diputus secara contradictoir (diputuskan tanpa kehadiran pelapor). BAGIAN KELIMA, PEMERIKSAAN PERSIDANGAN Pasal 22 (1) Pada hari sidang pertama, Ketua meminta Pelapor/Korban mengemukakan alasan-alasan pelaporannya dan Terlapor menyampaikan tanggapannya. (2) Terlapor dapat menyampaikan tanggapan secara lisan maupun tertulis. (3) Jika terlapor menghendali tanggapan disampaikan secara tertulis, maka terlapor diberikan Page 9 Dipindai dengan CamScanner i) ea 8) a 8 @ @ a @ a kesempatan paling lama tiga hari untuk menyusun tanggapannya. BAGIAN KEENAM PEMBUKTIAN Pasal 23, Laporan yang diakui dan/atau tidak dibantah oleh Terlpor, tidak peria diakukan pembuktian. ‘Terhadap laporan yang dibantah, Ketua dan anggota Unit Layanan Terpad melakukan pemeriksaan pembuktian berdasarkan bukti tertulis dan bukti pendukung lainnya serta saksi-saksi yang diajukan oleh para pihak. Jika diperlukan, Ketua Unit Layanan Terpadu dapat memanggil Saksi serta meminta keterangan ahli untuk memperlancar proses persidangan. BAGIAN KETUJUH KESIMPULAN DAN PEMBELAAN Pasal 24 Setelah proses pembuktian selesai, maka Pelapor/Korban diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan secara lisan/tertulis dan Terlapor juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pembelaan secara lisan/tertulis. Jika Pelapor menghendaki kesimpulan disampaikan secara tertulis, maka Pelapor diberikan ‘Kesempatan paling lama tiga hari untuk menyusun kesimpulannya. Jika Terlapor menghendaki pembelaan disampaikan secara tertulis, maka Terlapor diberikan kesempatan paling lama tiga hari untuk menyusun pembelaannya. Kesimpulan dan/atau Pembelaan yang dibuat secara tertulie wajib disampaikan dan dibacakan di persidangan pada waktu yang ditentukan oleh Ketua Unit Layanan Terpadu. BAB IX PUTUSAN DAN BERITA ACARA PERSIDANGAN Pasal 25 Putusan Unit Layanan Terpadu diberikan setelah memeriksa dan mempertimbangkan pelaporan/pengaduan, tanggapan, alat bukti, keterangan Saksi dan/ atau ahli, perabelaan serta mengadakan musyawarah dalam sidang tertutup. Putusan Unit Layanan Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a, menerima pelaporan/pengaduan; atau bb, menolak atau tidak menerima pelaporan/pengaduan Ketua Unit Layanan Terpadu membacakan putusan dalam sidang tertutup yang dihadiri oleh Pelapor dan Terlapor. Dalam hal Pelapor dan/atau Terlapor tidak hadir, Ketua Unit Layanan Terpadu menyampaikan pemberitahuan putusan paling lambat 2 (dua) hari setelah putusan diucapkan kepada Pelapor/Korban dan/atau Terlapor Pasal 26 Putusan terdiri dari atas: a. Kepala putusan dengan irah-irah yang berbunyi “ b. Identitas para pihak fe. Uraian singkat mengenai duduk perkara d. Pertimbangan hukum . Amar putusan Sekretaris mencatat jalannya persidangan dalam Berita Acara Persidangan yang smillaahirrohmaanirrohiim” Page|10 Dipindai dengan CamScanner ditandatangani oleh Ketua dan seluruh anggota Unit Layanan Terpadu. BABX PELAKSANAAN PUTUSAN Pasal 27 (})_Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 disampaikan kepada Rektor atau Pejabat diatasnya, () Terhadap putusan atasterlapor yang berstatus ASN, Unit Layanan Terpadu menyampaikan Permohonan kepada Rektor atau pejabat di atasnya untukditindaklanjuti. (| Terhadap putusan atas terlapor yang berstatus mahasiswa dan warga kampus non ASN, Unit Layanan Terpadu menyampaikan permohonan kepada rektor untuk ditindak lanjuti, (4) Dalam hal Rektor tidak menindaklanjuti putusan Unit Layanan Terpadu, Unit Layanan Terpadu berhak melaporkan kepada pejabat di atas Rektor. BAB XI SANKSI Pasal 28 (1 Dalam hal Keputusan Rektor berupa sanksi bagi Terlapor yang berstatus sebagai Mahasiswa, maka penjatuhan sanksi dilaksanakan berdasarkan Peraturan Rektor tentang tata tertib Mahasiswa. @) Dalam hal Keputusan Rektor berupa sanksi bagi Terlapor yang berstatus sebagai ASN dan warga kampus non ASN, maka penjatuhan sanksi dilaksanakan berdasarkan pertimbangan. tik dan/atau ketentuan mengenai disiplin pegaw: 8) Apabila diperlukan, sanksi dapat memuat hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib mabasiswa maupun disiplin pegawai BAB XI PEMULIHAN NAMA BAIK Pasal 29, Dalam hal Terlapor berdasarkan Putusan Unit Layanan Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 tidak terbukti melakukan Kekerasan Seksual maka diberikan pemulihan nama baik. BAB XIII HAK PARA PIHAK Pasal 30 (1) Selama proses persidangan, Terlapor berhak : a. memperoleh kerahasiaan identitas. ‘Mengajukan pendampingan bantuan hukum jika diperlukan. (2) Selama proses persidangan Pelapor dan Saksi mendapatkan jaminan: ‘a. perlindungan atas kerahasiaan identitas; b. pendampingan oleh konselor, psikolog, psikiater, pendamping keagamaan, pendamping hukum, atau pendamping lain sesuai kebutuhan, ¢. perlindungan dari ancaman atau kekerasan dari Terlapor dan/atau pihak lain; d. jaminan terhadap keberlanjutan pendidikan atau pekerjaan di UIN Raden Intan Lampung; dan/atau Penyediaan rumah aman atau tempat tinggal sementara (jika diperlukan), Page [11 Dipindai dengan CamScanner BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ~~. Ditetapkan di : Bandar Lampung Page |12 Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai