Anda di halaman 1dari 10

68

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Menentukan Konteks


Variabel ini mentukan langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan
dalam pelayanan pertolongan persalinan normal berdasarkan hasil
wawancara, observasi dan telaah dokumen. Proses pertolongan
persalinan normal berpotensi besar menimbulkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja pada petugas kesehatan. Berdasarkan telaah
dokumen Puskesmas, bahwa adanya buku pedoman dan SOP pertolongan
persalinan normal yang dimiliki oleh BLUD Puskesmas Bojong Nangka.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakuakan oleh peneliti terkait
prosedur atau SOP dengan informan kunci, informan utama dan informan
pendukung, pada proses pertolongan persalinan normal memiliki
prosedur atau SOP. Berikut ini kutipannya:

“Mempunyai, punya SOP nya. Ada kita lengkap SOP nya yah.”
(informan kunci)
“memiliki” (informan utama)
“iya ada” (informan pendukung)

Berikut tabel hasil lembar telaah dokumen dan hasil observasi


langkah kerja yang dilakukan pada proses pertolongan persalinan normal.
Table 4.1
Hasil Lembar Observasi Telaah Dokumen
No Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan Ada T√dak
1. Mengenali Gejala Dan Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
Tanda Kala Dua √
2. Menyiapkan - Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi siapkan: Tempat datar, rata, bersih,
Pertolongan Persalinan kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi),
Alat penghisap lender, Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
- Untuk ibu: Menggelar kain di perut bawah ibu, Menyiapkan oksitosin 10 unit,
Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set. Pakai celemek plastic atau dari
bahan yang tidak tembus cairan. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan

yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik).
3. Memastikan Pembukaan - Membersihkan vulva dan perineum
Lengkap Dan Keadaan - Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Janin - Dekontaminasi sarung tangan √
- Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
- Periksa denyut jantung janin (DJJ).
4. Menyiapkan Ibu Dan - menyiapkan posisi meneran
Keluarga Untuk - memposisikan setengah duduk atau posisi lain

Membantu Proses
Meneran
5. Persiapan Untuk - Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
Melahirkan Bayi kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
- Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu. √
- Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
- Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

69
6. Pertolongan Untuk Melahirkan kepala, bahu, badan dan tungkai
Melahirkan Bayi √

7. Asuhan Bayi Baru Lahir - Suntik oksitosin


- pegang tali pusat, klem tali pusat
- Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
- Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi. √

- Selimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala
bayi
- Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
8. Manajemen Aktif Kala - Pindahkan klem tali pusat
III - tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus
kea rah belakang-atas (dorso cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri).
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung kemih penuh √
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wajah yang telah disediakan.
melakukan eksplorasi sisa selaput plasenta
masase uterus
9. Menilai Perdarahan Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.

70
10. Asuhan Pascapersalinan Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan √
kering Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV persalinan

71
4.2 Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam melakukan identifikasi bahaya pada tahapan proses pertolongan
persalinan normal di BLUD Puskesmas Bojong Nangka Kabupaten
Tangerang, penelitian memilih menggunakan metode Job Safety analysis
(JSA) sebagai sistem identifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan sebagai
langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan terjadi di suatu
lingkungan kerja. Adapun langkah-langkah dalam melakukan metode Job
Safety Analysis (JSA) diantaranya, memilih pekerjaan (Job Selection),
menguraikan bahaya (Job Brakdown), mengidentifikasi bahaya (Hazard
Identification), dan pengendalian bahaya (Hazard Control).
Untuk mendukung dalam mengidentifikasi bahaya peneliti melakukan
identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan melakukan
wawancara kepada informan dan observasi untuk melihat langsung potensi
bahya yang ada dengan form JSA pada langkah-langkah proses pertolongan
persalinan normal di BLUD Puskesmas Bojong Nangka. Dari hasil
wawancara dan observasi diketahui terdapat potensi bahaya pada setiap
aktivitas pekerjaan. Penggolongan bahaya terdiri dari bahaya fisik, bahaya
kimia, bahaya biologi, nahaya psikologi, dan bahaya ergonomi.
Pertama kali yang peneliti tanyakan kepada informan utama adalah apa
itu bahaya, menurut hasil observasi dan pemikiran peneliti jika pekerja
mengetahui bahaya apa saja yang terdapat pada saat proses pertolongan
persalinan normal, maka ada kemungkinan petugas untuk bekerja secara
aman. Berikut kutipannya:

Hasil penelitian di BLUD Puskesmas Bojong Nangka pada proses pertolongan


persalinan yang diwawancara dan di observasi dengan informan kunci yaitu PJ Bidan
PONED, informan utama yaitu bidan pelaksana, dan informan pendukung yaitu PJ
UKP (Unit Kesehatan Perorangan) BLUD Puskesmas Bojong Nangkadari
karakteristik responden didapatkan rentang usia mereka yaitu 28 tahun sampai

72
dengan 34 tahun. Dalam hal pendidikan tentunya informan juga memiliki pendidikan
yang berbeda dengan rentang pendidikan dari D.III sampai dengan S1.

Langkah-langkah kerja pada proses pertolongan persalinan normal di BLUD


Puskesmas Bojong Nangka diantaranya:

1.

2.

3. dst. Disesuaikan dengan langkah kerja yg ada di penentuan konteks

4.1.1 langkah ………….

Berikut hasil identifikasi bahaya yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil


wawancara dan observasi:

1. Langkah 1
Kegiatan pada langkah kerja ini adalah untuk…… pada langkah ini terdapat
jenis sumber bahaya yang terdiri dari
2. Bahaya fisik
3. Bahaya kimia
4. Bahaya biologi
5. Bahaya ergonomi
6. Bahaya psikososial

Bahaya juga tergambar dari kutipan wawancara dengan informan dibawah ini

……. Hasil wawancara…….

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada langkah kerja…… dapat kita
lihat bahwa terdapat beberapa perbedaan deskripsi bahaya yang muncul,
diantaranya:

Bahaya fisik

Kimia

73
Ergonomi

Psikososial

Peneliti melakukan observasi untuk mendukung proses identifikasi bahaya


pertolongan persalinan kala I…… selain menggunakan teknik wawancara
gambaran observasi identifikasi bahaya pada langkah kerja …… dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 4…… identifikasi bahaya

No Unit Kegiatan Peralatan Bahan Jenis Deskripsi


Kerja Bahaya Bahaya

4.1.2 langkah kerja 2 dst

6.3 Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dalam melakukan penilaian pada tahapan proses pertolongan
persalinan normal di BLUD Puskesmas Bojong Nangka Kabupaten
Tangerang, penelitian memilih pendekatan Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) sebagai sistem penilaian risiko
yang mungkin akan terjadi di suatu lingkungan kerja.
Untuk mendukung dalam melaksanakan Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) penulis melakukan penilaian risiko
keselamatan dan kesehatan kerja dengan melakukan wawancara kepada
informan dan observasi untuk melihat langsung potensi bahya yang ada pada
poses pertolongan persalinan normal di BLUD Puskesmas Bojong Nangka.

74
Dari hasil wawancara dan observasi dengan form HIRARC diketahui
terdapat risiko pada setiap aktivitas pekerjaan.
Peneliti menanyakan kepada informan utama mengenai apa itu risiko,
menurut hasil observasi dan pemikiran peneliti jika pekerja mengetahui
risiko apa saja yang terdapat pada saat proses pertolongan persalinan normal,
maka ada kemungkinan petugas dapat terhindar dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Berikut kutipan pernyataannya:

6.4 Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan kunci,
dan informan pendukung, bahwa pada proses pertolongan persalinan normal
sudah dilakukan pengendalian. Dengan adanya Jadwal kerja dan rambu-rambu
bahaya. Berikut kutipan wawancaranya:

“APD, jadwal ada, rambu-rambu udah sih” (informan utama)

“pengendalian supaya tidak terjadi risiko-risiko yang diinginkan kita


sudah, sudah dilaksanakan, Alhamdulillah sudah dilaksanakan semua,
jadi kalo misalkan supaya tidak terjadi risiko terkena infeksi kita
memakai APD kita sudah dilaksanakan dan semuanya itu eeeeeee
keselamatan pasien juga kita udah, waktu itu ada terjadi pasien jatoh
sudah kita kendalikan, sudah tersistem semua. Kita kan udah akreditasi
jadi semua itu udah ada ininya” (Informan kunci)

“yang sudah dilaksanakan yah, kita ada APAR yah untuk kebakaran,
kita juga ada rambu-rambu disetiap sumber bahaya listrik, terus ada
petunjuk arah naik dan turun pada tangga, kita juga sudah punya titik
kumpul, dan itu penangkal petir, termasuk kan yah yah hahaha”
(Informan pendukung)

75
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan
kunci, bahwa tindakan pengendalian yang dapat meminimalisir risiko harus
bekerja mengikuti prosedur atau SOP. Berikut pernyataannya:

“harus bekerja sesuai prosedur yah biar tidak menyimpang, kan kalo
sesuai standar berarti itu sudah menjauhkan dari bahaya yang bisa
buat kecelakaan yah” (informan utama)

“yah harusnya sih kalo kerja sesuai SOP itu sudah sangat
meminimalisir yah Cuma kan namanya manusia kadang suka ceroboh.”
(informan kunci)

Peneliti melanjutkan menanyakan keamanan dan kenyamanan petugas


saat membantu proses pertolongan persalinan normal. Berikut wawancara
dengan informan utama:

“selama di PONED ini, belom masih perlu ada perbaikan”

Sedangkan informan kunci menyatakan sebagai berikut:

“eemmm mungkin kalo aman dan nyaman, kalo aman sih aman tapi
kalo misalkan kenyamanan eeeeeeeeeh kita itu tempatnya belum ada
pembangunan yah, keliatan kan tempat bersalinnya masih sempit yah,
kurang apa? Kurang luas menurut saya dan secara ini kan eeeeeeee
menurut kriteria itu, itu kurang luas aja, tidak sesuai standar, belum
ada ruangan PI juga jadi kamar mandi pasien dengan tempat kita alat
cuci alat bergabung, mungkin nanti kita ada renovasi karena kan kita
punya pemerindah jadi ga bisa sembarangan harus ada pengajuan.”

76
Pernyataan kedua informan menyatakan bahwa masih kurang merasa
nyaman saat bekerja dan diperlukan perbaikan agar petugas bisa lebih merasa
nyaman saat bekerja. Oleh karena itu harus ada perhatian khusus Kepala
Puskesmas untuk memperbaiki bagian-bagian apa saja yang membuat para
petugas merasa tidak nyaman dalam bekerja. Rasa aman dan nyaman
berpengaruh terhadap kondisi petugas pada saat sedang bekerja.

Untuk jadwal kerja peneliti ingin mengetahui berapa jam kerja yang
berlaku. Berikut kutipan wawancara:

“kita sih disini 2 shift yah, agak panjang sih kita kalo jaga lebih dari 8
jam” (informan utama)

“jam kerja disini untuk jaga PONED nya kami panjang, ada 2 shifting.
Shift pagi dari jam 07.00 s/d jam 17.00 sedangkan shift sore dari jam
17.00 s/d jam 07.00 pagi. Yah kelebihan jam kerja yah soalnya lebih
dari 8 jam hehehehehehe” (informan kunci)

“yah karena kita sudah ada SOP dan SK untuk PONED kami buka 24
jam dengan 2 shift” (informan pendukung)

Jadi, kesimpulannya pada proses pertolongan persalinan normal sudah


melakukan pengendalian bahaya dan risiko, yaitu APD. APD di PONED
Puskesmas sudah tersedia lengkap. Selain itu, Puskesmas sudah memberikan
rambu-rambu peringatan pada lokasi bahaya, seperti pada colokan listrik.
Akan tetapi sangat disayangkan pada saat observasi peneliti menemukan
ketidaksesuaian pemilahan sampah infeksius dan non infeksius, tempat
pencegahan infeksi, ketidak rapian penyimpanan alat baik yang sudah steril
maupun yang belum disterilkan, banyaknya kabel, sirkulasi udara ruangan
yang kuran g, serta kebersihan ruangan.

77

Anda mungkin juga menyukai