Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

SOP No.Dokumen :
032/445.PKM-KB/A.I/I/20
23
No. Revisi : 00

Tanggal Terbit : 11 Januari


2023

Halaman : 1/22

UPTD Puskesmas Indrawati R Laamiri,Skm


Kampung Baru Nip.19801122 200502 2 005
1. Definisi Asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, supaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan
asfiksia bayi baru lahir

2. Tujuan Sebagai acuan dalam memahami jalannya persalinan normal, pengenalan


komplikasi persalinan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat sehingga pengelolaan persalinan menjadi lebih baik dengan tingkat
komplikasi yang rendah

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 032/445.PKM-KB/A.I/I/2023 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi 1. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal oleh jaringan Nasional
pelatihan Klinik – Kesehatan reproduksi (JNPK-KR) Depkes RI. Tahun 2009
2. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2010

5. Prosedur/Langkah- Alat dan Bahan :


langkah 1. Klem
2. Gunting
3. Benang tali pusat
4. Penghisap lendir steril, DTT
5. Pakaian Ibu/Bayi
6. Timbangan
7. Pita ukur
8. Stetoskop bayi
9. Thermometer
10. Oksitosin 10 unit
11. Spuit 3 cc
12. Vitamin K1
13. Spuit 1
14. Penutup kepala
15. Kacamata
16. Sarung tangan

Prosedur/Langkah-langkah :

1. Memeriksa tanda berikut :


 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-ran) : ibu merasa tekanan
yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vagina
 Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial
 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT dalam
wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat
 Timbanagan , pita ukur, stetoskop bayi, dam thermometer dalam kondisi
baik dan bersih
 Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril di dalam
partus set/wadah DTT
 Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, rindang, hangat, handuk atau
pakaian bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot dengan
jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Persiapkan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu : cairan kristalo set
infus air, tutup kepala, masker dan kaca mata
3. Kenakan baju peutup atau celemek plastic yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca
mata
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk/tisu bersih
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin unit dan letakkan kembali spuit tersebut di
partus set/wadah DTT atau tanpa mengontaminasi spuit
7. Bersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang bersih yang dibasahi air DTT
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah dengan syarat kepala sudah
masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam keadaaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit
dan cuci kedua tangan setelahnya
10. Periksa DJJ segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160x/menit) ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
11. Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
 Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman. Anjurkan ibu untuk minum
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran
 Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setelah
kontraksi uterus selesai
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi
16. Letakkan kain bersih yang dilipat segitiga bagian di bawah
bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering sementara tangan yang laian menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala
 Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai
jika hal ini terjadi
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi
 Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik langsung
gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
22. Setelah kepal melakukan putaran paksi luara pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi
 Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arcus pubis
 Gerakkan kea rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir geser tangan yang berada di bawah
keatas perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki bayi
 Pegang kedua mata kai (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Lakukan penilaian selintas dan jawab 3 pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia bayi
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
 Apakah bayi menangis atau beranapas/ tidak megap-megap ?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
26. Bila tidak ada tanda asfiksia lanjutkan manajemen bayi baru
lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas
perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.
KECUALI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN
VERNIKS
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beri tahukan kepada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit
tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilicus) bayi
(kecuali pada asfiksia neonates lakukan sesegran mungkin).
Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah
distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal
dari klem pertama
31. Potong dan ikat tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil melindungi bayi)
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 %
32. Tempatkan bayi yang melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga menempel dengan baik di
dinding, dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas simpisis dan tegakkan tali pusat dan klem
dengan tangan lain
36. Setelah uterus berkontarksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah
dorso kranial secara hati-hati
 Jika uterus tidak segera berkontaksi minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik
tali pusat dengan arah sejajae dengan lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan tekanan dorso kranial
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan tali pusat
 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan fundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
40. Periksa kedua sisi plasenta yang menempel ke ibu meupun
janin di pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan
kontak kulit ibu bayi (di dada ibu minimal 1 jam)
 Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan muali menyusu
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlansung pada menit
45-60. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
 Bila bayi harus dipindahkan dari kamar bersalin sebelum satu jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersama
dengan mempertahakan kontak kulit ibu dan bayi
 Jika bayi belum menemukan putting ibu – IMD dalam waktu 1 jam
posisikan bayi lebih lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
 Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata). Kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya
 Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti kedua kakinya
sampai bayi hangat kembali
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya
44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai
 Timbang dan ukur bayi
 Beri bayi salep atau tetes mata anti biotik profilaksis atau antibiotic
lainnya
 Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2 mg atau IM di paha
kiri anterolateral bayi)
 Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5)
 Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada
 Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibis
sumbing atau langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan
(tanda-tanda bahay pada bayi)
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B pada paha kanan anterolateral bayi
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil meyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bisa berhasil menyusu
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
 Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menangangi atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik
47. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus
dan mamantau kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada
ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
ibu setiap menit selama 1 jam pertama pasca salin dan tiap
30 menit selama jam kedua pasca salin
 Periksa temperature ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
salin
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60x/menit serta suhu tubuh
normal 36,5-37,5)
 Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga 24 jam
setelah suhu stabil
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi 10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman
 Bantu ibu memberikan ASI
 Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.
Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering
58. Lengkapi partograf periksa tanda vital dan asuhan kala 4
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

SOP No.Dokumen :
032/445.PKM-KB/A.I/I/20
23
No. Revisi : 00

Tanggal Terbit : 11 Januari


2023

Halaman : 1/22

UPTD Puskesmas Indrawati R Laamiri,Skm


Kampung Baru Nip.19801122 200502 2 005
6. Definisi Asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, supaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan
asfiksia bayi baru lahir

7. Tujuan Sebagai acuan dalam memahami jalannya persalinan normal, pengenalan


komplikasi persalinan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat sehingga pengelolaan persalinan menjadi lebih baik dengan tingkat
komplikasi yang rendah

8. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 032/445.PKM-KB/A.I/I/2023 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

9. Referensi 17. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal oleh jaringan
Nasional pelatihan Klinik – Kesehatan reproduksi (JNPK-KR) Depkes RI. Tahun
2009
3. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2010

10. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-langkah 1. Klem
2. Gunting
3. Benang tali pusat
4. Penghisap lendir steril, DTT
5. Pakaian Ibu/Bayi
6. Timbangan
7. Pita ukur
8. Stetoskop bayi
9. Thermometer
10. Oksitosin 10 unit
11. Spuit 3 cc
12. Vitamin K1
13. Spuit 1
14. Penutup kepala
15. Kacamata
16. Sarung tangan

Prosedur/Langkah-langkah :

59. Memeriksa tanda berikut :


 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-ran) : ibu merasa tekanan
yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vagina
 Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
60. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial
 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT dalam
wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat
 Timbanagan , pita ukur, stetoskop bayi, dam thermometer dalam kondisi
baik dan bersih
 Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril di dalam
partus set/wadah DTT
 Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, rindang, hangat, handuk atau
pakaian bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot dengan
jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Persiapkan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu : cairan kristalo set
infus air, tutup kepala, masker dan kaca mata
61. Kenakan baju peutup atau celemek plastic yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca
mata
62. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk/tisu bersih
63. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam
64. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin unit dan letakkan kembali spuit tersebut di
partus set/wadah DTT atau tanpa mengontaminasi spuit
65. Bersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang bersih yang dibasahi air DTT
66. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah dengan syarat kepala sudah
masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba
67. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam keadaaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit
dan cuci kedua tangan setelahnya
68. Periksa DJJ segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160x/menit) ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
69. Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik
70. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
 Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman. Anjurkan ibu untuk minum
71. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran
 Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setelah
kontraksi uterus selesai
72. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
73. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi
74. Letakkan kain bersih yang dilipat segitiga bagian di bawah
bokong ibu
75. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
76. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
77. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering sementara tangan yang laian menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala
 Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal
78. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai
jika hal ini terjadi
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi
 Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik langsung
gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi
79. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
80. Setelah kepal melakukan putaran paksi luara pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi
 Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arcus pubis
 Gerakkan kea rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
81. Setelah kedua bahu lahir geser tangan yang berada di bawah
keatas perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah
82. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki bayi
 Pegang kedua mata kai (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
83. Lakukan penilaian selintas dan jawab 3 pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia bayi
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
 Apakah bayi menangis atau beranapas/ tidak megap-megap ?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
84. Bila tidak ada tanda asfiksia lanjutkan manajemen bayi baru
lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas
perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.
KECUALI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN
VERNIKS
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
85. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal)
86. Beri tahukan kepada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi baik
87. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
88. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit
tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilicus) bayi
(kecuali pada asfiksia neonates lakukan sesegran mungkin).
Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah
distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal
dari klem pertama
89. Potong dan ikat tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil melindungi bayi)
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 %
90. Tempatkan bayi yang melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga menempel dengan baik di
dinding, dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
payudara ibu
91. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi
92. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
93. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas simpisis dan tegakkan tali pusat dan klem
dengan tangan lain
94. Setelah uterus berkontarksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah
dorso kranial secara hati-hati
 Jika uterus tidak segera berkontaksi minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu
95. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik
tali pusat dengan arah sejajae dengan lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan tekanan dorso kranial
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan tali pusat
 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
96. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
97. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan fundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
98. Periksa kedua sisi plasenta yang menempel ke ibu meupun
janin di pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh
99. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif
100. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
101. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk
melakukan kontak kulit ibu bayi (di dada ibu minimal 1
jam)
 Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan muali menyusu
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlansung pada menit
45-60. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
 Bila bayi harus dipindahkan dari kamar bersalin sebelum satu jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersama
dengan mempertahakan kontak kulit ibu dan bayi
 Jika bayi belum menemukan putting ibu – IMD dalam waktu 1 jam
posisikan bayi lebih lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
 Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata). Kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya
 Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti kedua kakinya
sampai bayi hangat kembali
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya
102. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai
 Timbang dan ukur bayi
 Beri bayi salep atau tetes mata anti biotik profilaksis atau antibiotic
lainnya
 Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2 mg atau IM di paha
kiri anterolateral bayi)
 Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5)
 Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada
 Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibis
sumbing atau langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan
(tanda-tanda bahay pada bayi)
103. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan
suntikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan
anterolateral bayi
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil meyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bisa berhasil menyusu
104. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
 Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menangangi atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik
105. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase
uterus dan mamantau kontraksi, mewaspadai tanda bahaya
pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis
106. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
107. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung
kemih ibu setiap menit selama 1 jam pertama pasca salin
dan tiap 30 menit selama jam kedua pasca salin
 Periksa temperature ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
salin
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
108. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit serta suhu
tubuh normal 36,5-37,5)
 Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga 24 jam
setelah suhu stabil
109. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi 10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
110. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
111. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering
112. Pastikan ibu merasa nyaman
 Bantu ibu memberikan ASI
 Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
113. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
114. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%. Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 selama 10 menit
115. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang
kering
116. Lengkapi partograf periksa tanda vital dan asuhan kala
4
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

SOP No.Dokumen :
032/445.PKM-KB/A.I/I/20
23
No. Revisi : 00

Tanggal Terbit : 11 Januari


2023

Halaman : 1/22

UPTD Puskesmas Indrawati R Laamiri,Skm


Kampung Baru Nip.19801122 200502 2 005
11. Definisi Asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, supaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan
asfiksia bayi baru lahir

12. Tujuan Sebagai acuan dalam memahami jalannya persalinan normal, pengenalan
komplikasi persalinan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat sehingga pengelolaan persalinan menjadi lebih baik dengan tingkat
komplikasi yang rendah

13. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 032/445.PKM-KB/A.I/I/2023 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

14. Referensi 17. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal oleh jaringan
Nasional pelatihan Klinik – Kesehatan reproduksi (JNPK-KR) Depkes RI. Tahun
2009
4. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2010

15. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-langkah 1. Klem
2. Gunting
3. Benang tali pusat
4. Penghisap lendir steril, DTT
5. Pakaian Ibu/Bayi
6. Timbangan
7. Pita ukur
8. Stetoskop bayi
9. Thermometer
10. Oksitosin 10 unit
11. Spuit 3 cc
12. Vitamin K1
13. Spuit 1
14. Penutup kepala
15. Kacamata
16. Sarung tangan

Prosedur/Langkah-langkah :

117. Memeriksa tanda berikut :


 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-ran) : ibu merasa tekanan
yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vagina
 Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
118. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial
 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT dalam
wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat
 Timbanagan , pita ukur, stetoskop bayi, dam thermometer dalam kondisi
baik dan bersih
 Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril di dalam
partus set/wadah DTT
 Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, rindang, hangat, handuk atau
pakaian bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot dengan
jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Persiapkan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu : cairan kristalo set
infus air, tutup kepala, masker dan kaca mata
119. Kenakan baju peutup atau celemek plastic yang
bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan
kaca mata
120. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu
cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk/tisu bersih
121. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan
dalam
122. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin unit dan letakkan kembali spuit tersebut di
partus set/wadah DTT atau tanpa mengontaminasi spuit
123. Bersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang bersih yang dibasahi air DTT
124. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan
amniotomi bila selaput ketuban belum pecah dengan syarat
kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak
teraba
125. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
keadaaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama
10 menit dan cuci kedua tangan setelahnya
126. Periksa DJJ segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160x/menit) ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
127. Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik
128. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran
 Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman. Anjurkan ibu untuk minum
129. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran
 Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setelah
kontraksi uterus selesai
130. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit
131. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm letakkan handuk bersih di atas perut ibu
untuk mengeringkan bayi
132. Letakkan kain bersih yang dilipat segitiga bagian di
bawah bokong ibu
133. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
134. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan
135. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering sementara tangan yang laian menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala
 Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal
136. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang
sesuai jika hal ini terjadi
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi
 Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik langsung
gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi
137. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan
138. Setelah kepal melakukan putaran paksi luara pegang
secara biparietal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi
 Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arcus pubis
 Gerakkan kea rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
139. Setelah kedua bahu lahir geser tangan yang berada di
bawah keatas perineum ibu untuk menyangga kepala,
lengan dan siku sebelah bawah
140. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir lanjutkan
penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki bayi
 Pegang kedua mata kai (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
141. Lakukan penilaian selintas dan jawab 3 pertanyaan
berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
 Apakah bayi menangis atau beranapas/ tidak megap-megap ?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
142. Bila tidak ada tanda asfiksia lanjutkan manajemen
bayi baru lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi
di atas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.
KECUALI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN
VERNIKS
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
143. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam uterus (hamil tunggal)
144. Beri tahukan kepada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi baik
145. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir berikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
146. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi
lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat
(umbilicus) bayi (kecuali pada asfiksia neonates lakukan
sesegran mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
pada 2 cm distal dari klem pertama
147. Potong dan ikat tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil melindungi bayi)
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 %
148. Tempatkan bayi yang melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga menempel dengan baik di
dinding, dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
payudara ibu
149. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering
dan pasang topi pada kepala bayi
150. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva
151. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut
ibu, tepat di atas simpisis dan tegakkan tali pusat dan klem
dengan tangan lain
152. Setelah uterus berkontarksi, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea
rah dorso kranial secara hati-hati
 Jika uterus tidak segera berkontaksi minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu
153. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial
hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil
menarik tali pusat dengan arah sejajae dengan lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan
tetap melakukan tekanan dorso kranial
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan tali pusat
 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
154. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
155. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
156. Periksa kedua sisi plasenta yang menempel ke ibu
meupun janin di pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh
157. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan aktif
158. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
159. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk
melakukan kontak kulit ibu bayi (di dada ibu minimal 1
jam)
 Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan muali menyusu
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlansung pada menit
45-60. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
 Bila bayi harus dipindahkan dari kamar bersalin sebelum satu jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersama
dengan mempertahakan kontak kulit ibu dan bayi
 Jika bayi belum menemukan putting ibu – IMD dalam waktu 1 jam
posisikan bayi lebih lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
 Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata). Kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya
 Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti kedua kakinya
sampai bayi hangat kembali
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya
160. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai
 Timbang dan ukur bayi
 Beri bayi salep atau tetes mata anti biotik profilaksis atau antibiotic
lainnya
 Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2 mg atau IM di paha
kiri anterolateral bayi)
 Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5)
 Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada
 Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibis
sumbing atau langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan
(tanda-tanda bahay pada bayi)
161. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan
suntikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan
anterolateral bayi
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil meyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bisa berhasil menyusu
162. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
 Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menangangi atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik
163. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase
uterus dan mamantau kontraksi, mewaspadai tanda bahaya
pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis
164. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
165. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung
kemih ibu setiap menit selama 1 jam pertama pasca salin
dan tiap 30 menit selama jam kedua pasca salin
 Periksa temperature ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
salin
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
166. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit serta suhu
tubuh normal 36,5-37,5)
 Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga 24 jam
setelah suhu stabil
167. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi 10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
168. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
169. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering
170. Pastikan ibu merasa nyaman
 Bantu ibu memberikan ASI
 Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
171. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
172. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%. Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 selama 10 menit
173. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang
kering
174. Lengkapi partograf periksa tanda vital dan asuhan kala
4
16. Bagan Alir

Memeriksa tanda berikut :

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-


ran) : ibu merasa tekanan yang semakin
meningkat pada rectum dan atau vagina (Tek-
Nus)
 Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
 Vulva vagina dan sfingter ani membuka

Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esesnsil

 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT siap
dalam wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi
dalam kondisi bersih dan hangat
 Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi
17. Unit Terkait 1. Kamar Bersalin

18. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Historis Perubahan
PELAYANAN BAYI BARU LAHIR

SOP No.Dokumen :
034/445.PKM-KB/A.I/I//2
023
No. Revisi : 00

Tanggal Terbit : 11 Januari


2023

Halaman : 1/4

UPTD Indrawati R Laamiri, SKM


PUSKESMAS Nip. 19801112 200502 2 005
KAMPUNG BARU

1. Definisi Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir, selama jam pertama setelah melahirkan

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksana
pernapasan spontan serta mencegah hipotermi

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 034/445.PKM-KB/A.I/I/2023 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Asuhan Persalinan dan Bayi baru lahir. Indrayani, S.ST, Moudy Emma Unaria Djami,
S.ST, MKM. Trans Info Media. Jakarta. 2013

5. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-
langkah 1. Delee
2. Klem 2 buah
3. Penjepit tali pusat
4. Timbangan
5. Centimeter
6. Termometer
7. Handuk

Prosedur :
1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan
kering untuk bayi
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
4. Segera setelah bayi lahir, menilai bayi bernapas, bila bayi tidak menangis cepat
bersihkan jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan
tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi baru lahir
5. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat. Kemudian
pakaian kering yang hangat. Berikan bayi pada ibunya di dada serta diberi ASI,
karena akan membantu pelepasan plasenta
6. Jaga agar bayi tetap hangat
7. Memotong dan menjepit tali pusat
8. Memeriksa talipusat yang telah dipotong untuk memastikan tidak adanya
perdarahan
9. Melengkapi surat keterangan lahir bayi
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
11. Mengukur PB/BB
12. Mengukur tanda vital bayi
13. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
14. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir
15. Pastikan bayi tetap terbungkus/mengenakan pakain hangat dan tutup kepala
bayi
16. Membantu ibu menyusui bayi, mencuci tangan
17. Memperhatikan pengeluaran urine dan meconium
18. Melakukan pencatatan semua temuan dikartu ibu dan bayi serta lakukan
kolaborasi jika ada kelainan
6. Bagan Alir
Menyiapkan alat dan ruangan yang
hangat dan bersih

Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang


bersih, kain bersih dan kering untuk bayi

Mencuci tangan dengan


sabun dan air bersih

Segera setelah bayi lahir, menilai bayi bernapas, bila bayi tidak
menangis cepat bersihkan jalan nafas dengan delee

Segera keringkan bayi dengan Jika tetap tidak


handuk kering, bersih dan hangat. menangis segera
Kemudian pakaian kering yang lakukan tindakan
hangat. Berikan bayi pada ibunya sesuai standar :
di dada serta diberi ASI, karena penanganan
akan membantu pelepasan plasenta asfiksia pada bayi
baru lahir

Memeriksa
Jaga agar Memotong
talipusat yang telah
bayi tetap dan menjepit
dipotong untuk
hangat tali pusat
memastikan tidak

Melengkapi adanya perdarahan


Melakukan
pemeriksaan surat
fisik bayi keterangan
lahir bayi

Melakukan Mengukur Mengukur


pemeriksaan PB/BB tanda vital bayi
7. Unit Terkait Kamar Bersalin
8. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Historis
Perubahan

PEMBERIAN SALEP MATA BAYI BARU


LAHIR
SOP No.Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005

1. Definisi Memberikan terapi salep mata pada bayi baru lahir

2. Tujuan Sebagai acuan dalam mencegah terjadinya Oftalmia Neonatorum akibat dari
penyakit menular seksual

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Sarwono Prawirohardjo, 2001, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Prosedur/ 1. Cuci tangan tehnik 7 langkahp
Langkah-langkah 2. Berikan salep mata pada bayi pada kedua mata
3. Usap dengan kapas bila ada obat yang keluar mata
4. Rapikan bayi
5. Cuci tangan dengan tehnik 7 langkah
6. Bagan Alir
Cuci tangan
tehnik 7 langkah

Berikan salep mata pada bayi pada kedua mata

Usap dengan kapas bila ada obat yang keluar mata

Cuci tangan
Rapikan bayi
tehnik 7 langkah

7. Unit Terkait Kamar Bersalin

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan
INISIASI MENYUSUI DINI

SOP No.Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal :
Terbit

Halaman : 1/3

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005
1. Definisi Segera menaruh bayi di dada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to contact)
segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai menyusu sendiri

2. Tujuan Sebagai acuan dalam pelayanan bayi baru lahir dengan kontak kulit ibu dan kulit
bayi sebagai sentuhan awal yang lembut rasa cinta kasi pada bayi, dan pada
payudara merangsang produksi oksitosin ibu, sehingga ASI mengalir

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Pt. Bina Pustaka Sarwono Prawirohadrjo
Jakarta. 2009

5. Prosedur/ 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan


Langkah-langkah 2. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan
3. Setelah dilakukan pemotongan tali pusat keringkan bayi secepatnya, kecuali
kedua tangannya. Pertahankan lemak putih alami (verniks) yang melindungi
kulit baru bayi
4. Bayi ditengkurapkan di dada atau peurt ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan
kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum 1 jam
atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan
topi.
5. Biarkan bayi mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu
6. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam
atau menyusui awal selesai
7. Rawat gabung ibu dan bayi
6. Bagan Alir

Dianjurkan suami atau keluarga


mendampingi ibu saat persalinan

Biarkan ibu menentukan cara


melahirkan yang diinginkan

Setelah dilakukan pemotongan tali pusat keringkan bayi


secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan lemak putih
alami (verniks) yang melindungi kulit baru bayi

Bayi ditengkurapkan di dada atau peurt ibu. Biarkan kulit


bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan
kulit ini dipertahankan minimum 1 jam atau setelah
menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu
gunakan topi bayi.

Biarkan bayi mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang


bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi
ke putting susu
7. Unit Terkait Kamar Bersalin

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan
KETUBAN PECAH DINI

No.Dokumen :

SOP No. Revisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/4
UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM
KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005
1. Definisi KPD atau Ketuban Pecah Dini adalah ketuban yang pecah sebelum persalinan di
mulai diantaranya :

a. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu


b. Keluar cairan jernih dari vagina
c. Pada pemeriksaan fisik : suhu normal bila tidak infeksi
d. Pada pemeriksaa obsetrik bunyi jantung janin biasanya normal

Pada pemeriksaan inspekulo kertas lakmus merah menjadi biru

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan


penanganan prarujukan kasus ketuban pecah dini (KPD)

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis
4. Referensi Prawirohardjo, Sarwono 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

5. Prosedur/ Langkah – langkah


Langkah-langkah a. Petugas menerima pasien di Ruang KIA setelah mendaftar di loket
pendaftaran
b. Petugas melakukan Anamnesa :
1. Menanyakan identitas
2. Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu
3. Menanyakan riwayat mentruasi
4. Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakain alat kontrasepsi
5. Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit
keluarga
6. Menanyakan keluhan pasien
c. Lakukan pemeriksaan :
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tekanan darah
4. Tinggi fundus uteri
5. Palpasi abdomen
6. DJJ dan lamanya kontraksi
d. Petugas mempersiapkan alat-alat yang digunakan seperti hanscoon untuk
melakukan lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
e. Informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan dalam/VT
f. Kemudian lakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah
warna menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
g. Apabila terdapat mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam
periksa adanya tanda-tanda infeksi
h. Petugas segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit
i. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang
j. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort
hamil

6. Bagan Alir
Langkah – langkah
Petugas menerima pasien di Ruang KIA setelah mendaftar di loket pendaftaran
7. Unit Terkait Kamar Bersalin

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan
PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA
IBU NIFAS

SOP No.Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal Terbit :

Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005

1. Definisi Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas adalah kegiatan pemberian 2 (dua)
vitamin A merah pada ibu nifas, satu kapsul diminum setelah melahirkan dan satu
kapsul lagi diminum pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke 42 setelah
melahirkan

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan pemberian vitamin A


pada ibu nifas.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi 1. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Permenkes 75tahun 2014 tentang Puskesmas

5. Prosedur/ a. Petugas menyiapkan bahan dan alat :


a. Kapsul Vitamin A
Langkah-langkah b. ATK
b. Petugas
a. Mengecek ketersediaan obat
b. Menghitung kebutuhan
c. Memberi Edukasi pada ibu nifas
d. Memberi Vit A pada bufas
e. Pencatatan
6. Bagan Alir
Mengecek ketersediaan obat

Menghitung Kebuuhan

Memberi edukasi pada ibu nifas

Memberi vitamin A pada ibu nifas

7. Unit Terkait Kamar Bersalin Pencatatan

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan
PENANGANAN PERDARAHAN PLASENTA
PREVIA

SOP No.Dokumen
:

No. Revisi :

Tanggal :
Terbit

Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005
1. Definisi Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi seluruh atau
sebagian Osteum Uteri Internum

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan Plasenta Previa Agar perdarahan dapat teratasi
dengan cepat dan tepat, Menurunkan AKI dan AKB

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Buku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan

5. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-langkah
1. Handscoen
2. Cairan Infus RL
3. Abocath
4. Infuset Dewasa

Prosedur/ Langkah-langkah :

1. Terima pasien/tempatkan pasien sesuai dengan kasus


2. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang diberikan
3. Pasien dan suami/keluarga menandatangani persetujuan tindakan
4. Cuci tangan
5. Lakukan anamnesa, pmeriksaan fisik, inspeksi, palspasi, dan auskultasi
6. Pemeriksaan laboratorium (golongan darah dan HB)
7. Pakai sarung tangan
8. Pasang infus (rehidrasi) cairan RL tetesan sesuai advice dokter
9. Persiapkan rujukan
6. Bagan Alir
Terima pasien/tempatkan pasien
sesuai dengan kasus

Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan


yang diberikan

Pasien dan suami/keluarga menandatangani persetujuan


tindakan

Cuci tangan

Lakukan anamnesa, pmeriksaan fisik, inspeksi, palspasi,


dan auskultasi

Pemeriksaan laboratorium (golongan darah dan HB)

Pakai sarung tangan

Pasang infus (rehidrasi) cairan RL tetesan sesuai advice dokter

Persiapkan rujukan
7. Unit Terkait 1. Kamar Bersalin

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan

PENCEGAHAN PERDARAHAN POST


PARTUM

SOP No.Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal :
Terbit

Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005

1. Definisi Perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir

2. Tujuan Sebagai acuan dalam

1. Mengidentifikasi tanda dan gejala serta mendiagnosis perdarahan partum


2. Menatalaksanakan perdarahan post partum sesuai prosedur baku
3. Melakukan kompresi bimanual uterus
4. Melakukan kompresi aorta abdominal
5. Melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir/robekan serviks
6. Melakukan penjahitan robekan serviks
7. Melakukan penglepasan palsenta secara manual
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 074/445.PKM-KB/A.I/I/2017 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
4. Referensi Buku Acuan tentang Pelayanan Kesehatan Obstetri dan Neonatal Emergency
(PONED)

5. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-langkah
1. Spoit 3 cc
2. Handscoen
3. Oksitosin
Prosedur/Langkah-langkah
1. Menyuntikan oksitosin
2. Peregangan tali pusat terkendali
3. Mengeluarkan plasenta
4. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
5. Masase uterus
6. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan

7. Bagan Alir
Menyuntikan Peregangan tali
oksitosin pusat terkendali

Setelah plasenta tampak pada Mengeluarkan


vulva, teruskan melahirkan plasenta

Memeriksa
kemungkinan adanya
perdarahan pasca
Masase uterus
persalinan
8. Unit Terkait Kamar Bersalin

9. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan

RUANG ISOLASI

SOP No.Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005
1. Definisi Ruang isolasi adalah ruangan yang disediakan bagi pasien penderita penyakit
menular. Ruang isolasi digunakan apabila di Puskesmas terdapat pasien yang
menderita penyakit menular, seperti penyakit Virus HIV, Hepatitis B, TB Paru dan
bibit penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah atau udara.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan observasi kewaspadaan khusus bagi pasien yang
mempunyai kerentanan lebih besar terhadap infeksi carrier mikro organisme atau
penyakit yang mudah menular sehingga dapat mencegah penularan terhadap orang
lain.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 284/445.PKM-KB/A.I/II/2020 Tentang


Pelayanan di Masa Pandemi

4. Referensi Buku Pedoman pelayanan ruang ISOLASI

5. Prosedur/ Dalam melaksanakan perawatan pasien diruang Isolasi yang harus dilakukan
Langkah-langkah oleh seorang Perawat terlebih dahulu adalah :
1. Mencuci tangan.
2. Memakai Skort di pegang pada bahu sebelah dalam, kemudian kedua lengan
bersama sama dan tali di ikatkan, kemudian pakai Hands Scoon, masker dan
APD ( alat proteksi diri ) lainnya.
3. Setelah selesai pemeriksaan, buka tali dan lepaskan skort dengan cara
memasukkan jari tangan kedalam lengan sehingga tidak terkontaminasi.
4. Jika skort di gantungkan di dalam kamar, lipat kebagian yang kotor atau
bagian luar ( terbalik ).
5. Setelah digantungkan skort, cuci tangan dengan bersih.
6. Kemudian yang dilakukan perawat kepada pasien adalah : Senyum, Salam,
Sapa ( 3S ).
7. Memberikan motifasi serta dukungan pada pasien dan bertanya apakah ada
keluhan yang dirasa oleh pasien.
8. Mengecek kesehatan pasien.

6. Bagan Alir

7. Unit Terkait Dokter, Perawat/Bidan, Cleaning Service ( CS ), Keluarga Pasien

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan
PELAYANAN MASA NIFAS

SOP No.Dokumen :

No. Revisi : 00

Tanggal Terbit :

Halaman : 1/3

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005

1. Definisi Pemeriksaan fisik pada ibu pasca persalinan sesuai dengan Standar

2. Tujuan Sebagai acuan dalam Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
Memastikan involusi uteri berjalan normal ; uterus berkontraksi,fundus di bawah
pusat, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No 033/445.PKM-KB/A.I/I/2023 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Asosiasi Unit Pelatihan Klinik Organisasi Profesional 2012, tentang Asuhan
Esensial Bagi Ibu Bersalin dan Bayi baru lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi
segera Pasca Persalinan dan Nifas

5. Prosedur/ Alat dan Bahan :


Langkah-langkah
1. Tensi
2. Stetoskop
3. Sarung tangan
4. Termometer
5. Stopwatch
6. Pulpen
7. Buku catatan
Prosedur/Langkah-langkah
1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoen
2. Melakukan informed consent
3. Memastikan tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernapasan)
4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu ( mata, konjungtiva pucat/tidak.sclera
icterus/tidak, muka udem/tidak)
5. Melakukan pemeriksaan payudara : meminta pasien berbaring dengan legan
kiri di atas kepala, kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis sampai
ketiak, raba adanya massa, benjolan yang membesar, pembengkakan atau
abses. Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palapasi payudara kanan hingga
ketiak
6. Melakukan pemeriksaan abdomen : pemeriksaan bekas luka jika operasi baru.
Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas pubis (involution
uteri). Palpasi untuk mendeteksi adanya massa kelebekkan (konsistensi uterus)
7. Memeriksa kaki untuk : varises vena kemerahan pada betis, tulis kering,
pergelangan kaki, jika adanya udem maka perhatikan tingkat udem, piting jika
ada
8. Menekuk betis untuk memeriksa myeri betis (tanda 1 tanad human positif tanda
1 tanda tromboflrbitis) dan mengenakan handscooen
6. Bagan Alir

Mencuci tangan
secara efektif dan Melakukan informed
memakai handscoen consent

Memastikan tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernapasan)

Melakukan pemeriksaan payudara : meminta pasien berbaring


dengan legan kiri di atas kepala, kemudian palpasi payudara kiri
secara sistematis sampai ketiak, raba adanya massa, benjolan
yang membesar, pembengkakan atau abses. Ulangi prosedur
pada lengan kanan dan palapasi payudara kanan hingga ketiak
Melakukan pemeriksaan abdomen : pemeriksaan bekas luka jika
operasi baru. Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus
diatas pubis (involution uteri). Palpasi untuk mendeteksi adanya
massa kelebekkan (konsistensi uterus)

Memeriksa kaki untuk : varises vena kemerahan pada betis, tulis


kering, pergelangan kaki, jika adanya udem maka perhatikan
tingkat udem, piting jika ada

7. Unit Terkait Kamar Bersalin

8. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan Menekuk betis untuk memeriksa myeri betis
(tanda 1 tanad human positif tanda 1 tanda
tromboflrbitis) dan mengenakan handscooen
PELAYANAN PERSALINAN SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19

SOP No.Dokumen :

No. Revisi : 00

Tanggal Terbit :

Halaman : 1/20

UPTD PUSKESMAS Indrawati R Laamiri, SKM


KAMPUNG BARU Nip. 19801112 200502 2 005

1. Definisi 1. Pelayanan persalinan adalah asuhan yang bersih dana man selama persalinan
dan setelah bayi lahir, supaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir.
2. Coronavirus Disease 19 (covid-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
novel Coronavirus (2019-nCoV) yang merupakan virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

2. Tujuan Memahami jalannya persalinan normal, pengenalan komplikasi persalinan dapat


membantu dalam proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sehingga
pengelolaan persalinan menjadi lebih baik dengan tingkat komplikasi yang rendah

3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Kesehatan Kampung Baru


No.415/44.PKM-KB/a.II/III/2020, tentang pelayanan persalinan dimasa covid

4. Referensi Petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa pandemic covid-19, direktoral
pelayanan kesehatan primer direktorat jenderal pelayanan kesehatan kementerian
kesehatan 2020

5. Prosedur/Langkah-  Prosedur pelayanan persalinan dengan hasil rapid test anti covid-19
langkah Reaktif/PDP/ODR dan prosedur pelayanan persalinan yang berisiko
1. Petugas melakukan Rapid Anti Covid-19 pada pasien baru masuk. Apabila
hasil rapid test anti covid -19 reaktif maka di lakukan penatalaksanaan
pemeriksaan di ruang isolasi
2. Menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
3. Pengisian formulir informant conset
4. Petugas melakukan pemeriksaan TTV (TD, N, P, S) , palpasi leopold dan
pemeriksaan dalam
5. Petugas kamar bersalin menyiapkan alat dan bahan untuk proses persalinan
6. Konsultasi dengan dokter yang sedang bertugas pada saat itu

 Prosedur pelayanan persalinan normal


1. Petugas kamar bersalin menyiapkan alat dan bahan untuk proses persalinan
2. Memeriksa tanda berikut :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-ran) : ibu merasa
tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vagina
b. Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
3. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lender steril/DTT dalam
wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi
dalam kondisi bersih dan hangat
b. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi
baik dan bersih
c. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril di dalam
partus set/wadah DTT
d. Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, rindang, hangat, handuk
atau pakaian bersih dan kering, alat penghisap lender, lampu sorot
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
e. Persiapkan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu : cairan kristalo set
infus air, tutup kepala, masker dan kaca mata
4. Kenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dank aca mata
5. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk/tisu bersih
6. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam
7. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin unit
dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/wadah DTT atau tanpa
mengontaminasi spuit
8. Bersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang dengan kapas atau
kasa yang bersih yang di basahi air DTT
9. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah dengan
syarat kepala sudah masuk kedalam panggul dan tali pusat tidak teraba
10. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan dengan keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
klorin selama 10 menit dan cuci kedua tangan setelahnya
11. Periksa DJJ segera setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160x/i) ambil tindakan yang sesuai jika djj tidak
normal
12. Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
13. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
 Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman. Anjurkan ibu untuk minum
14. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat dan
meneran
 Perbaiki cara meneran apabila cara tidak sesuai, nila DJJ setelah
kontraksi uterys selesa
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
16. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
17. Letakkan kain bersih yang dilipat segitiga bagian di bawah bokong ibu
18. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
19. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
20. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala
 Anjurkan ibu meneran sambal bernapas cepat dan dangkal
21. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal ini terjadi
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewatkan kepala bayi
 Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik langsung
guntung di antaranya, jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi
22. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu meneran saat kontraksi
 Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arcus pubis
 Gerakkan ke atrah atas dan distal umtuk melahirkan bahu belakang
24. Setelah kedua bahu lahir geser tangan yang berada di bawah keatas
perenium ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah
25. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir lanjutkan penulusuran tangan yang
berada diatas punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi
 Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kai dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
26. Lakukan penilaian selintas dan jawab tiga pertanyaan berikut untuk menilai
apakah adan asfiksia bayi
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
27. Bila tidak ada tanda asfiksia lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya.
Kecuali Bagian Tangan Tanpa Membersikan Verniks
 Ganti handuk basah dan handuk kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
28. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain di dalam
uterus (hamil tunggal)
29. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
untuk membantu uterus berkontraksi baik
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir berikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
31. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilicus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus
lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali
pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama
32. Potong dan ikat tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambal melindungi bayi)
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi berlawanan
dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
 Lepeskan klem dan masukkan kedalam larutan klorin 0,5 %
33. Tempatkan bayi yang melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel dengan baik di dinding, dada perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dengan payudara
ibu
34. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
36. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
simfisis dan tegakkan tali pusat dan klem dengan tangan lain
37. Setelah uterus berkontraksi tegankan tali pusat kearah bawah sambal tangan
yang lain mendorong uterus ke arah dorso kranial secara hati-hati
 Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi putting susu
38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta
terlepas,lalu minta ibu meneran sambal menerik tali pusat dengan arah
sejajar dengan lantai kemudian kearah atas ,mengikuti poros jalan lahir
dengan tetap melakukan tekanan dorso cranial
 Jika tali pusat bertambah panjang,pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit megangkan tali pusat
 Beri dosis ulangan oxytosin 10 unit IM
 Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
 Bila terjadi perdarahan lakukan plasenta manual
39. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
41. Periksa kedua sisi plasenta yang menempel ke ibu meupun janin di pastikan
bahwa selaputnya lengkap dan utuh
42. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
44. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu bayi (di dada ibu minimal 1 jam)
 Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan muali menyusu
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlansung pada menit
45-60. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu
 Bila bayi harus dipindahkan dari kamar bersalin sebelum satu jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersama
dengan mempertahakan kontak kulit ibu dan bayi
 Jika bayi belum menemukan putting ibu – IMD dalam waktu 1 jam
posisikan bayi lebih lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
 Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin
K1, salep mata). Kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk
menyusu
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya
 Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama.
Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti kedua
kakinya sampai bayi hangat kembali
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu
dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu
sesering keinginannya
45.Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai
 Timbang dan ukur bayi
 Beri bayi salep atau tetes mata anti biotik profilaksis atau antibiotic
lainnya
 Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2 mg atau IM di
paha kiri anterolateral bayi)
 Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5)
 Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah
ibu, waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada
 Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibis
sumbing atau langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan
(tanda-tanda bahaya pada bayi)
46. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B pada paha kanan anterolateral bayi
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil meyusu
di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bisa berhasil menyusu
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
 Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menangangi atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik
48. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan mamantau
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
50. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap menit
selama 1 jam pertama pasca salin dan tiap 30 menit selama jam kedua
pasca salin
 Periksa temperature ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
salin
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
51. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60x/menit serta suhu tubuh normal 36,5-37,5)
 Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga 24 jam
setelah suhu stabil
52. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
54. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
55. Pastikan ibu merasa nyaman
 Bantu ibu memberikan ASI
 Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
56. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
57. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit
58. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering
59. Lengkapi partograf periksa tanda vital dan asuhan kala 4
2. Bagan Alir

Memeriksa tanda berikut :

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (dor-


ran) : ibu merasa tekanan yang semakin
meningkat pada rectum dan atau vagina (Tek-
Nus)
 Perineum menonjol dan menipis (per-jol)
 Vulva vagina dan sfingter ani membuka

Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esesnsil

 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT siap
dalam wadahnya : semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi
dalam kondisi bersih dan hangat
 Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi
baik dan bersih
 Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai
di dalam partus set/wadah DTT
 Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, rindang hangat, handuk atau
pakaian bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu surut 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Persiapan bila terjadi kewagatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid

Kenakan baju penutup atau Lepas semua perhiasan pada lengan


celemek plastik yang bersih, dan tangan lalu cuci kedua tangan
sepatu tertutup kedap air, dengan sabun dan air bersih
tutup kepala, masker, kemudian keringkan dengan
kacamata handuk/tisu bersih
3. Unit Terkait Kamar Bersalin

4. Rekaman Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai