INFEKSI NOSOKOMIAL
Dosen Pengampu : Yoga Triwijayanti,SKM.,MKM
Disusun Oleh :
FATIMAH AZ ZAHRA
ENITA SOVIA
PUTRI LIANI
TA 2021/ 2022
pneumonia, dan faringitis streptokokus (scarlet fever pada bayi dan anak
kecil).
relatif singkat dan berpindah dalam jarak yang pendek, oleh karena itu, harus
terjadi kontak yang berdekatan antara sumber dan pejamu yang rentan untuk
terjadinya infeksi.
4.Vehicles
Melalui makanan dan minuman, peralatan dan obatan yang
5.Vektor
Melalui serangga sebagai pembawa infeksi seperti lalat dan nyamuk.
maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
lainnya.
kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
jamur, parasite, dan virus) termasuk bakteri endospore dari benda mati
endospore.
a. Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir dan dengan
sabun biasa dan air bersih adalah sama efektifnya mencuci tangan dengan
terkena infeksi (misalnya: bayi yang baru lahir dan pasien yang dirawat di
ICU).
Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang
telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh cairan.
• Pelindung mata dan wajah harus dipakai pada prosedur yang memiliki
• Apron terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air
C.Perawatan pasien
cairan steril, obat atau makanan serta untuk memantau tekanan darah sentral
pengobatan melalui pembuluh darah. Terdapat risiko serius bagi pasien yang
penularan infeksi serius, donor darah diambil secara aseptik dan dengan
sistem tertutup, simpan darah pada suhu yang tepat, pastikan darah cocok agar
transfusi, pantau tanda vital dan reaksi pasien serta hentikan transfusi jika
reaksi berlawanan.
D.Penggunaan antiseptic
mengendalikan infeksi.
E.Dekontaminasi
Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan sabun cair dan air untuk
kontak langsung dengan aliran darah atau cairan tubuh lainnya dan jaringan.
2.2 PENGOBATAN
Infeksi nosokomial merupakan supra infeksi pada seorang pasien.
sudah bisa dimulai, bila sudah ada hasil kultur antibiotik bisa diubah
misalnya cefoperazone.
Bila setelah 7 hari masih demam dan ada tanda-tanda kandidiasis sistemik,
mulailah terapi antifungal (oral atau IV). Jangan lupa untuk menduga
kateter sebagai sumber infeksi, kalau begitu maka kateter harus dicabut
dan diganti dengan yang baru dan steril. Selain cefalosporine, quinolone
pasien neutropenia, tapi penggunaan obat ini secara luas untuk profilaksis
norfloxacin.
3.1 Kesimpulan
Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya
penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk
infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit. Infeksi nosokomial saat ini
Infeksi ini dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmelweis dan saat
Segala koreksi dan saran demi kesempurnaan laporan ini penulis harapkan
PENDAHULUAN
Bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya
infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi
di rumah sakit
maupun di negara maju. Infeksi ini dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh
Semmelweis dan saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian
juga merugikan pihak rumah sakit serta perusahaan atau pemerintah dimana
penderita bekerja.
Bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya
infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi
maupun di negara maju. Infeksi ini dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh
Semmelweis dan saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian
RSUD dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 1983-1984 mulai aktif meneliti dan
penderita, tetapi juga merugikan pihak rumah sakit serta perusahaan atau
(NNIS) dan Centers of Disease Control and Prevention’s (CDCP’s) pada tahun
2002 melaporkan bahwa 5 sampai 6 kasus infeksi nosokomial dari setiap 100
Serikat menyebutkan bahwa pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
dari pada pasien yang dirawat diruang rawat biasa. Infeksi nosokomial banyak
terjadi di ICU pada kasus pasca bedah dan kasus dengan pemasangan infus dan
tidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba pathogen. Hal ini
dimungkinkan karena :
berarti rumah sakit (nosos = penyakit, komeo = perawatan). Jadi dengan kata lain
infeksi yang didapat pasien ketika pasien tersebut dirawat di rumah sakit
saat masuk rumah sakit pasien tidak menunjukkan gejala-gejala klinis infeksi,
tidak dalam masa inkubasi dari infeksi dan terjadi 3 x 24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit, infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari
seperti bagian anak, ICU, bedah dan bagian penyakit dalam. Dalam penelitian
Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seorang pasien yang
harus diusahakan agar sebersih dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu
penting adalah kembali kepada kaedah sepsis dan antisepsis dan perbaikan
(2006), yaitu :
virulensinya.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stres pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat
1. Faktor-faktor yang ada dari diri penderita (instrinsic factors) seperti umur,
jenis kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi atau adanya penyakit lain
ruangan.
1.Karena orang sakit ada di rumah sakit, di tempat inilah kemungkinan terbesar
2.Banyak pasien rumah sakit khususnya yang rentan terhadap infeksi, sebagai
terhadap infeksi dan sebab daya tahan tubuh terganggu oleh pengobatan,
agar tidak terjadi penyebaran baik penyebaran secara kontak langsung antar
sesama pasien atau antara pasien dengan tenaga medis dan antara pasien
kurang / tidak steril atau tindakan medis yang dapat merusak barrier alamiah
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada sesama pasien, tenaga medis ataupun
antara lain :
2. Reservoir / sumber
3. Lingkungan
4. Penularan
jalan yang dapat ditempuh antara lain : Kontak, baik langsung maupun tidak
5. Hospes
-Melalui traktus respiratorius bagian atas partikel > 5m. Melalui traktus
Panduan isolasi yang ditetapkan oleh CDC pada 1996 terdiri atas dua
tingkat: Standard Precaution : yang berlaku terhadap semua klien dan pasien
cara antara lain : kontak baik langsung maupun tidak langsung, udara, droplet,
pasien yang terdiagnosa atau dicurigai infeksi yang dapat ditularkan melalui
udara, cairan atau kontak atau terinfeksi atau terkolonisasi dengan organisme
epidemis.
1. Contact Precautions
pasien yang terinfeksi atau terkolonisasi melalui kontak langsung maupun tidak
Begitu pula cacar air dapat menyebar melalui udara dan kontak pada tahap –
kontak langsung. Selain itu, contact precautions harus diterapkan pada pasien
dengan infeksi basah atau draining yang mungkin menular (mis., draining
a.Kontak langsung
tubuh antara 2 orang pasien, dimana yang satu sebagai sumber infeksi
nasokomial sedangkan yang satu lagi pasien yang gampang dimasuki oleh
antara tenaga medis dengan pasien, misalnya pada saat tenaga medis
memandikan pasien.
melalui instrumen- instrumen rumah sakit yang kurang steril, seperti jarum
suntik, sarung tangan, cairan infus termasuk selang dan jarumnya. Oleh karena
itu untuk mencegah hal ini tenaga medis dianjurkan agar menggunakan
dispossable syringe (jarum suntik yang hanya dipakai untuk satu pasien),
sarung tangan dan alat-alat infus yang baru untuk satu pasien.
Biasanya tejadi pada pasien yang tinggal satu ruangan dengan pasien
selama beberapa jam dan tersebar luas kemudian dihirup oleh pasien yang
rentan terhadap infeksi (ukuran partikel biasanya ≤ 5m atau lebih kecil).
dan temuan foto paru harus menjalani airborne precaution hingga diagnosis TB
dapat disingkirkan.
adanya suatu mekanisme yang dapat menilai (triase) pasien yang dicurigai TB
terbukti sebagai faktor penting dalam penyebaran penyakit ini di rumah sakit.
3.Droplet
batuk, bersin atau bicara dengan sumber infeksi, jarak sebar pendek dan