Teknologi proses produksi high impact polystyrene adalah polimerisasi, polimerisasi merupakan hasil reaksi penggabungan monomer membentuk rantai polimer yang Panjang dan berulang. Polimerisasi ini juga memungkinkan bahan additive lain seperti chain tranfer agent, stabilizer, internal lubricant dan mould release agent dimasukkan ke dalam proses produksi. Proses produksi high impact polystyrene membutuhkan penambahan rubber dan additive. Penambahan bahan additive tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan penambahan rubber berfungsi meningkatkan kekuatan (toughness) dari polimer yang dihasilkan. Dikarenakan adanya penambahan rubber maka dibutuhkan penggunaan co-solvent untuk membantu monomer untuk melarutkan rubber (Teknologi polimer industri pertanian, 2015).
2.2 Pemilihan Proses
Ada beberapa proses pembuatan high impact polystyrene, diantaranya teknologi proses dijelaskan sebagai berikut (Perry, 2008) : 1. Polimerisasi Larutan (Solution Polymerization) 2. Polimerisasi Masa (Bulk Polymerization) 3. Polimerisasi Suspensi (Suspension Polymerization) 4. Polimerisasi Emulsi (Emulsion Polymerization)
Polimerisasi Larutan menggunakan pelarut sebagai penghilangan panas selama polimerisasi baik dengan pelarut organik ataupun air, selain itu, larutan juga dapat berfungsi sebagai high thermal conductivuty (penghantar panas yang sangat baik). Meskipun demikian perlu dipertimbangkan pemilihan jenis pelarut yang dipakai supaya produksi polimer tersebut tidak mahal. Pemilihan pelarut dipengaruhi beberapa faktor seperti titik bakar, harga, dan sifat racun. Reaktor merupakan tempat polimerisasi dilakukan yang terbuat dari stainless steal atau kaca. Kekurangan dari proses polimerisasi larutan ini adalah persentase hasil yang rendah dan perlunya tahapan pemisahan pelarut.
2.2.2 Polimerisasi Masa (Bulk Polymerization)
Polimerisasi massa merupakan teknik yang sederhana dan menghasilkan polimer dengan tingkat kemurnian yang tinggi, hanya memerlukan monomer awal yang larut dalam pelarut. Keuntungan dari teknik ini adalah persentase hasil yang tinggi, pengambilan kembali polimer dari larutan relatif mudah, dan adanya kemungkinan pemilihan campuran polimerisasi menjadi produk akhir. Beberapa kendala dalam polimerisasi massa adalah kesulitan dalam menghilangkan panas yang dihasilkan selama polimerisasi. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan polimerisasi yang menghasilkan panas tambahan. Penghilangan panas menjadi sulit ketika mendekati akhir polimerisasi karena tingginya viskositas (kekentalan). Viskositas tinggi akan susah diaduk. Polimerisasi massa dapat digunakan untuk beberapa polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi pertumbuhan bertahap (kondensasi).
Pada polimerisasi suspensi, digunakan reagen awal dan monomer yang tidak larut dalam air, oleh karena itu reaktor dilengkapi dengan pengaduk. Kadang-kadang dalam polimerisasi radikal bebas ditambahkan reagen pengubah rantai untuk mengontrol berat molekul. Tetesan monomer yang terdiri atas reagen pemula dan reagen pengubah rantai akan terbentuk dengan ukuran diameter antara 50 – 200 µm dan bertindak sebagai reaktor mini. Pelekatan satu sama lain dari tetesan yang lengket ini dicegah oleh penambahan koloid pelindung, biasanya digunakan poli(vinil alkohol), dan dengan pengadukan secara terus menerus. Pada akhir polimerisasi, partikel akan mengeras dan dapat dipisahkan melalui penyaringan dan dilanjutkan dengan tahap pencucian. Meskipun harga pelarut dan proses pemisahan lebih murah dibandingkan dengan Solution Polymerization (polimerisasi larutan), akan tetapi kemurnian polimer dalam polimerisasi suspensi lebih rendah karena adanya reagen-reagen tambahan yang sulit dipisahkan secara sempurna, selain itu, biaya reaktor juga lebih mahal. Polimer yang biasa dibuat dengan teknik polimerisasi suspensi diantaranya resin penukar ion stiren, poli(stiren-co-akrilonitril), dan poli(vinilidin khlorida-co-vinil khlorida).
Teknik lain yang menggunakan air sebagai reagen penyalur panas adalah polimerisasi emulsi. Selain air dan monomer, digunakan juga reagen pemula yang larut dalam air, reagen pengubah rantai, dan surfaktan. Molekul monomer yang tidak larut dalam air membentuk tetesan besar dan distabilkan oleh molekul surfaktan. Besarnya tetesan monomer tergantung pada temperatur polimerisasi dan kecepatan pengadukan. Pada konsentrasi surfaktan tertentu molekul surfaktan membentuk ‘misel’, tergantung dari surfaktannya misel dapat bulat atau oval dengan panjang 50 Ǻ yang terdiri atas 50 – 100 molekul surfaktan.
Tabel 2.1 Perbandingan proses polimerisasi produksi high impact polystyrene
Jenis Proses Produksi Kelebihan Kekurangan 1. Polimerisasi Larutan - Mudah dalam - Dibutuhkan proses (Solution penghilangan panas lebih lanjut untuk Polymerization) polimerisasi memisahkan - Viskositas rendah polimer dan - Pengontrolan suhu pelarutnya lebih mudah - Massa molekul - Kemurnian produk rendah tinggi 2. Polimerisasi Masa - Kandungan residu - Sangat eksoterm (Bulk Polymerization) monomer rendah - Viskositas tinggi - Kemurnian produk - Sulit dalam tinggi menghilangkan - Penanganan material panas polimerisasi mudah - Waktu pengerjaan lama 3. Polimerisasi Suspensi - Tidak ada kesulitan - Memerlukan (Suspension dengan panas ketelitian tinggi Polymerization) polimerisasi - Prosesnya rumit - Polimer berbentuk - Memerlukan unit butiran sehingga pengering dan mudah disimpan pencucian dalam proses produksi 4. Polimerisasi Emulsi - Prosesnya cepat tidak - Proses nya rumit (Emulsion ada kesulitan dengan - Dimungkinkan Polymerization) panas polimerisasi terjadinya - Dapat diterapkan kontaminasi polimer secara kontinyu dengan air dan agen pengelmusi (Stevens, 1999)
Dengan membandingkan kelebihan dan kekurangn dari beberapa teknologi
proses yang ada maka diambil proses polimerisasi larutan, hal ini dikarenakan: - Mudah dalam penghilangan panas polimerisasi - Viskositas rendah - Pengontrolan suhu lebih mudah Kemurnian produk tinggi
2.3 Deskripsi proses
2.3.1 Tahap Penyiapan Bahan Baku Pada tahap ini semua bahan umpan (Styrene, Polybutadiene, Ethylbenzene, Benzoyl peroxide, T-Dodecyl mercaptan, Distyearyl pentaerythriol piphospite, White mineral oil, dan Zinc Stearate) sebelum dimasukkan pada unit proses dilakukan penyesuaian ukuran dan pemanasan awal, Proses penyesuaian ukuran pada partikel polybutadiene menggunakan centrifugal mill sehingga mempermudah proses pelarutan, setelah dilakukan penyesuaian ukuran, bahan kemudian dipanaskan menggunakan Heat Exchanger. Bahan yang memiliki fasa padat akan diumpankan dengan Auto Feeder dan bahan baku yang memiliki fasa cair akan dialirkan menggunakan Pump sebelum dilakukan proses pencampuran bahan baku di dalam dissolver. (DS-101)
2.3.2 Tahap Pencampuran
Proses pencampuran di dalam dissolver (DS-101) pada temperatur 80- 1200C dan tekanan 1 atm. Fungsi utama dissolver adalah untuk melarutkan polybutadiene. Polybutadiene dilarutkan menggunakan styrene dan dibantu oleh ethylbenzene sebagai co-solvent. Bahan baku lainnya yaitu benzoyl peroxide, T- Dodecyl mercaptan, Distyearyl pentaerythriol piphospite, White mineral oil, dan Zinc Stearate juga dimasukkan ke dalam dissolver (DS-101). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, Campuran tersebut kemudian dialirkan kedalam reactor (R-101) dengan menggunakan pump (P-104).
2.3.3 Tahap Reaksi
Campuran umpan dari dissolver (DS-101) dialirkan ke dalam reactor (R- 101) dengan menggunakan pump (P-104). Reactor (R-101) dioperasikan pada temperatur 120 0C dan tekanan 1 atm dengan konversi 45%. Hasil keluaran (polymer mixture) dari reactor (R-101) ke dalam reactor (R-102) dengan menggunakan pump (P-105). Reactor (R-102) dioperasikan pada temperatur 120 0 C dan tekanan 1 atm dan konversi 95%.
2.3.4 Tahap Pemisahan Produk
Hasil keluaran (polymer mixture) dari reaktor (R-102) dialirkan ke dalam devolatillizer (DV-101) dengan menggunakan pump (P-106). Devolatilizer (DV- 101) dioperasikan pada temperatur 150 0 C dan tekanan 0,5 atm. Fungsi devolatilizer adalah untuk memisahkan monomer untuk tidak terkonversi yaitu styrene dan co-solvent yaitu ethylbenzene dengan cara pemanasan, Styrene dan ethylbenzene berubah fasa dari fasa liquid ke fasa gas akibat proses pemanasan. Styrene dan ethylbenzene terbawa arus udara bertekanan yang dialirkan dari ejector (E-101) dan kemudian didinginkan dengan menggunakan heat exchanger (HE-104). Styrene dan ethylbenzene dipisahkan dari udara menggunakan knock out drum (KOD-101). Hasil keluaran dari knock out drum (KOD-101) dialirkan ke dalam storage tank (T-104) dengan menggunakan pump (P-107). Hasil keluaran (polymer mixture) dari devolatilizer (DV-101) masuk kedalam extruder (EX-101). Hasil keluaran (polymer melted) dilelehkan dan dibentuk didalam extruder (EX- 101) dan dipotong menjadi bentuk pellet dengan menggunakan chipper (CP-101). Produk high impact polystyrene dalam bentuk pellet kemudian disimpan kedalam silo (S-107) dengan menggunakan blower (B- 102).