Anda di halaman 1dari 85
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR Sp. 2 PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN MARET 2003 Kantor Sekretariat KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN (BALAI KEAMANAN BENDUNGAN) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR/ KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN NOMOR : 05/KPTS/2003 Tentang A. PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN B. PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BENDUNGAN C., PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN Menimbang : a. Mengingat ls Direktur Jenderal Sumber Daya Air/ Ketua Komisi Keamanan Bendungan Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai kemanfaatan umum, perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat yang menerus serta jaminan atas keselamatan masyaraket; Bahwa upaya pengamanan bendungan perlu ditindak Janjuti dengan pengaturan inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan dalam suatu Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan; Bahwa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Komisi Keamanan Bendungan berwenang untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaannya; - Bahwa schubungan hal terscbut diatas, perlu ditetapkan Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air. ‘Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan; Peraturan Pemerintzh Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pongaturan Air; Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; Keputusan Presiden RI Nomor 228 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; ‘Menetapkan PERTAMA, 6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang ‘Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor O1/KPTS/M/2001 tentang Organisesi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 8. Peraturan Menteri PU Nomor 41/PRT/1989 tentang SNI ‘No 1731 - 199 F tentang Pedoman Keamanan Bendungan; 9. Peraturan Menteri Pekerjean Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan Jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana_Wilayah + Nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Perubehan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. 10. Keputusan Menteri Pekerjazn Umum Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian Wilayah Sungai; 11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang Penunjukan/Pengangkatan Ketua, Anggota, Sekretaris pada Organisasi Keamanan Bendungan; 12. Kepitusan Presiden Nomor 105/M. 2002 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG: A. PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN; B. PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BNDUNGAN;, . PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN. ‘Mengesahkan berlakunya ketiga Pedoman tersebut diatas sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi para Pemilik/Pengelola Bendungan dan Balai Keamanan Bendungan dalam melakukan kajian pembangunzn dan pengopersian bendungan, KEDUA Kepvtusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya bilamana dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya. Ditsiapkandi =: JAKARTA Padatanggal =: 14 Moret 2003 DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN KIMPRASWIL, KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN DR. Ir, Roestam Sjarief, MNRM. ee ‘Tembusan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: Bapak Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Sckretaris Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Inspektur Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Kepala Balitbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Kerja Kepala Puslitbang Sumber Daya Air Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya air (0.Kepala Biro Perenconaan dan KLN, Depertemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 1.Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan/Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi 12, Perum Jesa Tirta I dan IL SNAVAYNE sy KATA PENGANTAR Salah satu tugas Balai Keamanan Bendungan adalah melakukan kajian terhadap keamianan pembangunan dan penghapusan fungsi bendungan, yang merupakan salah satu upaya mendorong penerapan kaidah-kaidah keamanan bendungan sebagaimana_diatur di dalam SNI No. 1731-1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan Pedoman Kajian Keamanan Bendungan ini, terutama dimaksudkan sebagai pegangan bagi Tim Kajian Balei Keamanan Bendungan dalam molakukan kajian keamanan bendungan, agar pelaksanaen kajian dapat lebih terarah mencakup semua aspek yang berkaitan dengan keamanan bendungan. Pedoman ini dapat pula digunaken sebagai pegangan bagi Pemilik atau Pengelola Bendungan, terutama dalam rangka persiapan untuk mendapatkan persetujuan tahapan pembangunan atau penghapusan fungsi bendungan yang akan dilaksanakan, agar sejalan dengan keidah-kaidah keamanan bendungan yang disyaratkan. Pedoman Kajian Keamanan Bendungan ini disamping berlaku untuk pembangunan bendungan baru, juga berlaku bagi setiap perubahan, perluasan dan ‘ehabilitasi bendungan lama yang telah ada. Pedoman hanya memuat petunjuk secara garis besar soja, sehingga didalam aplikasinya hendaknya digunakan bersama-sama dengan Stander dan Pedoman lain yang beriaku. Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada penyusun Pedoman ini serta semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi di dalam penyelesaiannya. Saran dan Kritik positip sangat diharapkan demi penyempurnaan Pedoman Jakarta, Juli 2002 Kepala Balai Keamanan Bendungan (Ir, Pudji Hastowo Dipl, HE ) 1) 3) DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA Pemrakarsa Balai Keamanan Bendungan Pengarah Ir. Pudji Hastowo, Dipl. HE Penyusun NAMA LEMBAGA, a 2. 3. Ir. Zainuddin, ME Ir. Bambang Pinuji Oetomo Ir, Soedaryanto, Dipl, HE Balai Keamanan Bendungan Balai Kearnanan Bendungan Konsultan KATA SAMBUTAN Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air yang perlu penanganan secera bijak. Salah satu upaya penanganan yang terbukti telah berhasil baik, adalah menampung air di weduk-waduk dengan cara membangun bendungan. Di Indonesia sampai dengan saat ini telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar maupun kecil, yang mempunyai andil cukup besar di dalam membantu memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat. Selain itu, pembangunan suatu bendungan dapat juga bertyjuan untuk memenuhi kebutuhan lain seperti untuk Pengisian Kembali air tanch, sebagai penampung limbah industri, penampung limbah tambang dan lain sebagainya. Pembangunan suatu bendungan membutuhkan investasi relatif sangat besar, baik berupa dana maupun pengorbanan masyarakat di sekitar lokasi bendungan dan di daerah_genangan waduk. Dengan demikian, kegagalen atau keruntuhan suatu bendungan dapet menimbulkan kerugian ganda, yakni kehilangan investasi dan sekaligus dapat menimbulkan bencana banjir di deerah hilir bendungan. Ancaman bencana dan kerugian di atas dapet ditangkal dan dikurangi dengan molaksanakan program keamanan bendungan yang harus diberlekukan sejak thap penyiapan desain, pelaksanaan konstruksi seria masa operasi dan pemeliharaan bendungan. Pedoman untuk Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan yang diprakarsal_dan disiapkan atas kerjasama antara Balai Keamanan Bendungen dan Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, adalah merupakan bagian dari realisasi program keamanan bendungan yang diherapkan depat menjadi acuan bagi pare pengelola bendungan didalam mengelola bendungannya, sehingga risiko kegagalan bendungen akibat kesalehan operasi dan pemeliharean dapat ditekan sekecil mungkin, serta funasi bendungan dapat lestari sesuai dengan yang diharapkan. Selain cikaji lewat pembahasan-pembahasan di dalam Tim Kecil, Pedoman ini sejauh ‘mungkin juga telah menampung pendapat dan saren para ahil yang terkait melalui diskusi dan lokakarya atau seminar. Dengan diterbitkannya pedoman ini, diharapken para pengelola maupun para Perencana bendungan dapat mengambil manfaet yang ada, terutama didalam Penyusunan panduan maupun didalem pelaksanean operasi dan pemeliharaan bendungan yang dikelotanya. Pedoman ini tidak bersifat statis, dimasa mendateng masih peru dikembangkan dan disempumakan sesuai dengan’ kemajuan teknolo emun apa yang termuat dalam pedoman ini setidaknya telah mencakup dan mencerminkan konsep-konsep dasar operasi dan pemeliharaan bendungan saat ini Akhimya kami ucapkan selamat atas citerbitkannya pedoman untuk Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan ini dengan harapan semoga bermanfaat sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama- Jakarta, Maret 2003 Direktur Bina Teknik, loh. Hasan Dipl. HE. BABI. BAB Il DAFTAR ISI PENDAAHULUAN.. Umum... Maksud dan Tujuan.... Ruang lingkup & Ketorbatas: Pengertian... Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pido Ketentuan Umum Pareho ROK KAJIAN DESAIN 24. Umum. 2.2. Survai dan Investigasi . |. Metode dan Cakupan Surv .2.2. Geologi dan Geologi Teknik... 2.3. Desain Hidrologi dan Hidrolik, kkriteria dan Metoda Desain . 2. Karakteristix Hidrologi, Pola Banjir dan Kondisi Aliran Permukaan (run off). 1. Kondisi Air-Hilir (Taihwater) 13 Banjir di Daerah hilt ene 43 Manajemen Sungai... 43 2.4, Dosain Struktur Dan Perilaki 44 2.4.1. Metoda dan Kriteria Desain 14 2.42. Beban dan Faktor Keamanan 45 2.4.3. Stabiltas fondesi.... 5 2.4.4, Deformasi bendungan. 2.4.5, Kemerosotan Mutu Bahan... 2.4.8. Rembesan dan Gaya Angkat (Upiifi Pressure) . 2.4.7. Reaksi (respons) Terhadap Kegiatan Gempa. 2.4.8. Peralatan Listrik dan Mekanik. 2.5, Instrumentasi 2.5.1. Sistem Pengamatan Hidrolog! 2.5.2. Pemantauan Struktural.. 2.5.3. Pemantauan Gempa....... 2.5.4. Pemantauan Perilaku Bukil/Tebing Tumpuar 2.5.5. Pemantauan Pengendapan/Sedimentasi 2.5.6. Pemantauan Kolam Oiak Pelimpah 2.6. Operasi Waduk... 26.1. Operasi Pelimpah dan Penanganan Banj 2.6.2. Kemantapan Tebing Waduk 2.6.3. Keamanen Lingkungan.. 2.7. Inspeksi Dan Pemeriksaan Lapangan .. 2.7.1, Tim Inspeksi BKB 2.7.2. Jadwal dan Pokok Kajiar 2.73. Pemeriksaan Rutin oleh Pemilik . 2.8. Dokumentasi dan Pengarsipan.. 2.8.1. Cakupan Dokumen.. 2.8.2. Aksesibiltas.. BAB Ill, 2.9. Prosedur Dan Rencana Darurat 2.9.1, Rencana Operasi Darurat i 2.9.2. Gawar darurat/Tanda Peringatan Bahaya. 25 2.40. Aspek Keamanan Kaitannya Dengan Sungai 2.10.1. Keamanan Bendungan dan Eksploitasi Waduk. 2.10.2. Pengendalian Baniir dan Pelepasan air Waduk 26 2.10.3. Kerjasama dan Pengelolaan DPS. 2.10.4. Koordinasi Sistem Gawar/Peringatan Darurat. 2.11. Kriteria Penetapan Kelas Bahaya Bendungan 2.12. Penanggulangan Bencana 2.13, Desain Perluasan, Perubahan, tehal Penghapusan Fungsi Bendungan... E 27 2.13.1. Prosedur desai 27 2.13.2. Asas dan Kriteria Desain . 27 KAJIAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI 3.4. Umum, 3.2. Tindak Lanjut Atas Saran-Saran . 3.3. Geologi Teknik 3.4. Desain Hidrolog 3.4.1. Karakteristk Hidrologi, Pola Banjir dan Kondisi Limpasan Permukaan... 3.4.2. Manajemen Sung: 29 3.5. Desain dan Perilaku Bendungan.. 3.5.1. Kriteria, Desain dan Metode.. 3.5.2. Kondisi Beban dan Faktor Keamanan. 3.8.3. Stabilitas Fondasi dan Bukit Tumpuan.. 3.5.4, Deformasi Pada Tubuh Bendungan dan Bangunan Lain ..31 3.8.5. Rembesan dan Gaya Angkat akibat Tekanan Ar. 3.5.6. Reaksi/Respon Tethadap Kegiatan Gempa.. 3.5.7. Perelatan Hidromekanik. 3.6. Instrumentasi 3.6.1. Pengamatan Hidrolog 3.6.2. Pengamatan Bendungai 3.6.3. Pemantau Kegempean.. 3.6.4. Pengamatan Perilaku Buki/Tebing Tinga 3.7. Operasi Waduk... 3.7.1. Aspek Sosial dan Lingkungar 3.7.2. Gawar/Peringatan Banji 3.8. Inspeksi dan Supervisi....... 3.8.1. Tim Inspeksi Balai dan uk. 3.82. Jedwal dan Obyek Pemerkscan/ingpeks!. 3.8.3, Metode dan Supervisi Rutin..... 3.8.4. Proses dan Evaluasi Hasil Pemeriksaan 3.8.6. Analisis Data dan Laporan... 38.6. Proses dan Prosedur Pangembien Keputusan 3.9. Dokumentasi dan Arsip 3.9.1. Catatan dan Pengarsipan. 3.9.2. Keteresediaan dan Aksesibiltes Data.. 3.10. Kondisi Darurat 3.40.1 Rencana BABIV 3.10.2. Sistem Peringetan Darurat.... 3.10.3. Skema/Bagan Komunikesi Daruret.. 3.10.4. Pengambilan Keputusan, Proses dan Prosedur. 3.10.5. Pelatihan Operasi Darurat 3.11. Sungai Perbatasan. 3.12, Peristiwa dan Musibah.. 3:13, Peneegahan Musibah. mee 3.14. Kesehatan Masyarakat dan Risiko Lingkungan KAJIAN OPERAS! DAN PEMELIHARAAN... 4.4. Umum. 4.2. Geologi Teknik 4.3. Desain Hidrologi.. 4.3.1. Karakteristika Hidrologi dan Pola Ba 4.3.2. Pengendalian Operaasi Waduk. Kondisi Air Hilir (Tail Water)... Pengendalian Ban a Pengelolaan Sungai dan DPS... 4.4. Desain dan Perilaku Bendungan. 44.1, Metode dan Patokan Desain . Kondisi Beban dan Faktor Keamanan...... all Stabiltas Fondasi Deformasi Bendungan dan Bangunan Lain.. Kemerosotan Mutu Bahan Rembesan dan Pengangkatan..... Reaksi/Respon terhadap Kegempaan... Peralatan Elektro-Mekenik .. 4.5. Instrumentasi Sistem Pengematan Hicrologi Pemantau Bendunga Pemantau Kegempzan.... Pemantau Perilaku Bukit Tumpuan Pemantau Sedimentesi.... 6. Pemantau Kolam Terjunan (Plunge Poo!) 4.6. Pengoperasian Waduk... 4.6.1. — Debit Banjir dan Operasi Pelimpah Stabilitas Lereng Waduk 3 Aspek Keamanan Lingkungan. Peringatan Bai in dan Inspeksi. 4. Tim Pengkaii. 4 Jadwal Kajian dan Cakupan...... 4 Metode dan Rutinitas Pemeriksaan... 4, Proses dan Evaluasi Data...... 4 ‘Arus Data dan Laporan 4 Proses dan Prosedur Pengambllian Keputusar 4.8. Dokumentasi dan Arsip..... 4 4 Pre 4 4 47. Catatan dan Pengarsipan....... Ketersediaan dan Aksesibiltas Data edur dan Rencaana Tindak Darurat Kigsifikasi Kondisi Darurat (KO)... Rencana Tindak Derurat (RTO).. 49. BABV 4.40. Sungai Perbatasan. 4.11. Klasifikasi Tingkat Bahaya 4.9.3. Sistem Peringatan Darurat (SPO)....... 4.9.4. Skema Komunikasi Darurat (SSKD). ee 4.9.5. _Prosedur dan Proses Keputusan Darurat (PD) 4.9.6. _Pelatinan Operasi Darurat. 4.10.1 Keamanan Bendungen. 4.10.2 Pengendalian Banjir dan Debit Pengeluaran....... 4.10.3 Pengelolaan DPS Perbatasan dan Kerjasama Operasi...54 4.10.4 Peringatan Darura 4.11.4 Patokan Klasifikasi.. 4.11.2. Keluwesan dan Perubahan 4.12, Musibah, Kecelakaan dan Kejadian Luar Biasa........ 55 4.13. Pembiayaan.. PENGHAPUSAN FUNGSI BENDUNGAN 541. 52. 53. 54. 55. 5.6. 57. 5.8. 5.9. 5.10, Pendanaan....... 4.12.1 Investigasi dan Evaluas 4.12.2 Perbaikan 4.12.3 Pencegahi 4.13.1 Peerkiraan Biaya. 4.13.2 Pendenaan.. Umum, Desain Hidrologi.. 6.2.1. Metode dan Patokan Desain Hicrolog . 5.2.2. Karaktoristika Hidrologi, Pola Banjir. Desain dan Perilaku Bendungan. 5.3.1. Metode dan Patokan Des: 53.2. Kondisi Bean dan Faakior Keamanan.... vee 5.3.3. Stabiltas Fondasi.. 5.3.4, _Deformasi Bendungan.. 6.3.5. Kemerosotan Mutu Bahan... Instrumentasi.. Operasi Waduk .. 5.5.1. Aspek Keamanan Lingkungan. 5.5.2. Peringatan Banji Tinjauan Lapangan dan Inspoksi 5.6.1. Pengawas daan Tim Inspeksi.. 5.6.2. Metode Inspeksi dan Rutinitas Catatan dan Dokumentasi Rencana Tindak Darurat (RTD) ... 5 sones60 ‘Sungai Perbatasan.. 5.9.1. Pengendelian Banji 5.9.2. Operasi dan Pengelolaan Bersama di DPS. fiers * BABI PENDAHULUAN 44 UMUM Telah dimaklumi bahwa di samping manfaatnya yang besar, bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar bagi keselamatan masyarakat dan fiarta benda di hilir bendungan. Oleh kerena itu, pembangunan suatu bendungan perlu penanganan dat pengawasan khusus mulai dari tahap desain, pelaksanaan konstruksi ‘sampai dengan tahap operasi dan pengelolaannya. ‘Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pada tahun 1993 telah dibentuk Organisasi_ Keamanan Bendungan (OKB) di lingkungan Depertemen Pekerjaan Umum melalui Kepmen. PU No.98/1993. Pada perkembangan selanjutnya, keberadaan organisasi ini serta produk Perundang-undangan mengenai keamanan bendungan lainnye telah dimantapken dan diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri PU No.72 | PRT | 1997 tentang Keamanan Bendungan juncto SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.296 / KPTS / M / 2001 tentang Perubahannya. Unit-unit pendukung OKB terdini dari Komisi Keamanan Bondungan (KKB) dan Balai Keamanan Bendungan (BKB). Tucas pokok KKB antara lain melakukan Kegiatan pengamanan pembangunan suatu bendungan dengan memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri berkaitan dengan kegiatan pengamanan tersebut. Sedangkan BKB secara fungsional bertugas antara lain mendukung kegiatan Komisi Keamanan Bendungan dalam hal : * Pengawasan umum terhadap penerapan dan pelaksanaan peraturan atau perundang-undangan tentang keamanan dan tata tertib pembangunan suatu bendungan. * Melakukan kajian keamanan terhadap pembangunan bendungan mulai dari tahap perencanaan teknis (desain), pelaksanaan konstruksi, pengisian waduk, tahap _pengelolaan/eksploitasi, ehabilitasi, perluasan serta penghapusan fungsi bendungan dan waduk © Melakukan inspeksi dalam rangka analisa perilaku bendungan dan emantaauan dari segi Keamanannya. + Melakukan pemantauan berkala dalam rangka melakukan kajian dan pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi bendungan dan pengisian waduk. Kegiatan/nasil kajian BKB selanjutnya dilaporkan dan dievaluasi oleh KKB dalam rangka menyusun rekomendasi kepada Menteri 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi Tim Kajian BKB dalam melaksanakan kajian keamanan bendungan secara menyeluruh sejak dari tahap desain, pelakasanaan konstruksi, operasi dan penghapusan fungsi bendungan, dengan tujuan agar pelaksanaan kajian dapat lebih terarah dan terpadu mencakup semua aspek yang perlu dikaji baik aspek teknis, maupun non teknis seperti sosial_lingkungan, dan lain sebagainya sesuai dengan Pedoman Keamanan Bendungan SNI no.1731-1989-F (SKBI-1,7.10.1987). Pedoman dapat pula digunakan olch Pemilik atau Pengelola Bendungan dalam mempersiapkan proses mendapatkan_persetujuan tahapan pembangunan atau penghapusan fungsi bendungan agar persiapan yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, memenuhi kaidah— kaideh yang telah ditetapkan pada Pedoman Keamanan Bendungan, sehingga proses persotujuan dapat berjalan lancar. 4.3. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN a, Pedoman Kajian Keamanan Bendungan ini berlaku untuk semua jenis bendungan yang memenuhi kriteria seperti diuraikan pada Pasal 2 ayat (1) SNI No. 1731-1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan (SKBI-1.7.10.1987) yang termuat pula pada Keputusan Menteri Kimpraswil No.296/ KPTS/M/2001 tentang perubahan Peraturan Menteri PU No.72/PRT/1997. b. Pedoman Kajian Keamanan Bendungan ini meliputi kajian keamanan bendungan pada tahap-tahap Desain, Pelaksanaan_Konstruksi, Pelaksanaan Pengisian wel serta Penghapusan Fungsi Bendungan. cc. Pedoman ini bukan merupakan panduan di dalam pembangunan suatu bendungan maupun menguraikan secara spesifik tahapan pembangunan yang meliputi desain, pelaksanaan konstruksi, operasi pemelinaraan dan pemantauan bendungan. d. Pedoman ini hanya memberikan petunjuk secara garis besar, sehingga didalam penggunannnya harus dilakukan bersama-sama dengan standar dan pedoman lain yang berkaitan. fe. Secara garis besar materi pokok Kajian disarikan pada Daftar Simak pada Lampiran 1 dan dokumen yang periu dikeji pada setiap tahep Pembangunan dan penghapusan fungsi bendungan disajikan pada Lampiran 2a, 2b, 2c, 2d. 14 PENGERTIAN Balai adalah Balai Keamanan Bendungan seperti dimaksud dalam butir 1.1 Bendungan adalah setiap penahan buatan, jenis urugan atau jenis lainnya, yang menampung air atau dapat menampung air secara ‘alamiah maupun buatan, termasuk fondesi, bukit/tebing tumpuan dan bangunan pelengkap beserta peralatannya, Dalam pengertian ini termasuk juga bendungan limbah, Bangunan pelengkap dan/atau fasilitas adalah semua bangunan atau komponennya dan fasiltas-fasilitas lainnya yang secara fungsional berhubungan dengan bendungan, antara Iain: pelimpah, bangunan pengeluaran, bangunan sadap utama dan konduit, pintu ai fesiitas pembangkit tenaga listrik termasuk peralatan hubung dan saluran tansmisinya walaupun lokasinya terpisah deri bendungan utama, Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi (CMB) atau Probable Maximum Precipitation (PMP) adalah curah hujan paling tinggi yang ‘secara teontik dapat terjadi di suatu daerah dengan durasi tertentu. Daerah Pengaliran Sungal (disingkat DPS) adalah sustu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap dan/atau mengalir melalui lahan, anak-anak sungai dan sungai induknya membentuk suatu sistem pengaliran tertentu. Kajian Keamanan Bendungan adalah upaya atau tindakan dalam rangka menilai atau mengevaluasi kelayakan pembangunan atau penghapusan suatu bendungan ditinjau dari persyaratan keamanan bendungan. Komisi adalah Komisi Keamanan Bendungan seperti dimaksud dalam butir 1.1. Muka Air Maksimum adalah elevasi muka air dalam waduk yang dijinkan dan tingginya telah ditentukan terhadap jagaan minimal yang telah disepakatiitentukan. ‘Muka Air Normal adalah elevasi muka air maksimum dalam waduk pada kondisi ekspioitasi normal. Panel Bebas adelah organisasi atau perorangan yang disetujui oleh Komisi dan dipekerjakan oleh Pemilik Bendungan dan atau Pengelola Bendungan, untuk memberikan saran tentang masalah khusus. Pembangunan Bendungan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan membangun suatu bendungan mulai dari pembuatan desain, Pelaksanaan konstruksi sampai dengan eksploitasinya. Pemilik Bendungan adalah Instansi Pemerintah, Organisasi, Badan Usaha, Badan Hukum, atau perorangan yang mempunyai hak milik yang syah menurut hukum atas tempat bendungan, bendungan ‘an/atau waduk. ™m. Pemborong/Kontraktor adatah Organisasi, Badan Usaha, Badan Hukum, atau perorangan yang telah memilki pengalaman di bidang pembangunan bendungan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanzan konstruksi bendungan dan/atau waduk —secara keseluruhan atau sebagien. 1. Pengelola Bendungan adalah instansi Pemerintah, Organisasi, Badan Usaha, Badan Hukum atau perorengan yang bertanggung jawab terhadap pengawasan, eksplotasi dan pemeliharaan bendungan dan/atau waduk berdesarkan ketetapan resmi dari Pemilik Bendungan. ©. Perencana/pendesain adalah Instansi Pemerintah, Badan Usaha, Badan Hukum atau perorangan yang telah memiliki sertifkat keahiian, an dipercaya/ditunjuk untuk mendesain serta bertanggung jawab terhadap desain bendungan dan/atau waduk secara keseluruhan atau sebagian. p. Perubahan adalah setip penyimpangan dari desain asli yang menghasilkan atau yang akan menghasikan modifikasi struktural. q. Rehabilitasi Bendungan adalah tindakan memperbaiki bendungan danlatau waduk yeng rusak, memburuk, atau yang Kurang aman, dalam rangka mengamankan kondisi struktural dan/atau operasional, termasuk porekayasaen, pelaksaan pekerjaan perbaikan dan ujl perilaku bendungan, tanpa maupun dengan adanya perubahan desain. '. Perluasan bendungan adalah setiap perubahan terhadap bendungan dalam arfi perluasan dan/atau penambahan ketinggian yang dapat meningkatkan atau memungkinkan peningkatan muka air maksimum waduk atau penambahan tinggi jagaan. Penghapusan bendungan adalah penghentian fungsi dan atau pemenfaatan suatu bendungan untuk selamanya dengan cara mengosongkan waduk dan membiarkan sungal membentuk rejim aliran secara alamiah dengan atau tanpa membongkar bendungan, t. Sungai Perbatasan adalah sungai yang membatasi atau melintasi beberapa negara atau Provinsi 4.5 HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN Salah satu upaya dalam mencegah terjadinya kegagalan atau keruntunan sustu bendungan adalah dengan cara _mencermati kemungkinan penyebab terjadinya kegagalanikeruntuhan bendungan, kemudien melakukan upaya-upaya pencegahannya. Hal-hal yang perlu dicermati yang dapat menyebabken keruntuhan bendungan antara lain: a. Persitiwa atau kejadian pasca konstruksi, eksternal dan atau internal yang dapat memicu terjadinya keruntuhan bendungan, antara lain seperti berikut ink 1) Peluapan (overtopping) pada puncak bendungan (urugan) akibat tidak mencukupinya kapasitas bangunan pelimpah, tinggi jagaan atau tidak/kurang berfungsinya pintu-pintu pelimpah. 2) Erosi internal yang terjaci pada batuan fondasi atau di dalam tubuh bendungan, terutama sepanjang kontak antara tubuh bendungan dengan pondasi termasuk tebing tumpuan dan konstruksi bangunan-bangunan pelengkap. Erosi internal dapat terjadi antara lain karena kureng baiknya pemadatan tubuh bendungan pada bidang kontak atau tidak tersedianya filter yang memadai 3) Beda penurunan (differential setiement) yang dapat terjadi akibat tidak homogennya fondasi bendungan dan/atau zona-zona pada tubuh bendungan. 4) Penurunan yang berlebihan pada batuan fondasi danfatau tubuh bendungan yang dapat mengakibatken terjadinya retak- retak yang menyebabkan terjadinya erosi buluh. 8) Poristiwa Iikuifaksi pada fondasi atau tubuh bendungan. Desain yang kurang akurat dan atau konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan keamanan bendungan atau tidak memadainya sistem pemantauan, operasi dan pemeliharaan. Survai dan Investigasi yang tidak/kurang memadai dan/atau terjadinya _kesalahan survai dan investigasi akibat kelalaian manusia sehingga desain bendungan tidak/kurang akurat. Perbaikan atau tindakan pencegahan yang terlambat dilakukan. Walaupun keruntuhan bendungan sering merupakan suatu proses yang kompleks, namun pada umumnya diawali dengan kenampakan- kenampakan atau penyimpangan perilaku bendungan (tidak normal) yang sering tidak terdeteksi atau bahkan diabalkan. Keruntuhan bendungan seringkali diawali dari _bagian bendungan atau pondasi yang lemah, bukan pada kondisi rata-ratanya. Pada bendungan, bagian-bagian lemah tadi antara lain adalah bidang Kontak antara timbunan dengan pasangan beton, bideng kontak di sepanjang dinding pipe konduit atau dengan lereng bukit tumpuan. Lapisan dan zona-zona lemah (weak zones) yang dijumpai pada batuan pondasi dan bagian-bagian lainnya, harus_mendapat perhatian yang seksama Disamping mencermati atau mewaspadai halhal tersebut di alias, _upaya-upaya pencegahan keruntuhanikerusakan bendungan peri dipersiapkan atau dilakukan sedini mungkin oleh Pemilik/ Pengelola bendungan. Desain bendungan harus dibuat seaman mungkin dengan mempertimbangkan hal-hal yang tidak terduga. 1.6 KETENTUAN UMUM a Dokumen bendungan Catatan lengkap mengenai desein, pelaksanaan konstruksi, dan perilaku bendungan dan waduk, beserta setiap kejadian yang mempengaruhi atau dapat mempengeruhi keamanan bendungan dan atau waduk, harus disimpan dan diarsipkan dengan rapih selama umur layanan bendungan. Catatan ini meliputi antara lain 1) Dokumen desain seperti: kriteria desain, perubahan desain, laporan penyelidikan lapangan, pengujian model, perhitungan, gambar dan spesifixasi serta data dan masukan lainnya 2) Catatan pelaksanaan konstruksi seperti: metode konstruksi, bahan bangunen, catatan pengendalian mutu, pengujian laboratorium dan lapangan (insitu), inspeksi selama pelaksanaan konstruksi, observasi dan perilaku struktural, satu set lengkap gambar dan catatan pelaksanaan konstruksi (as built drawing), 3) Dokumen ‘O&P seperti: Petunjuk/Panduan mengenai O&P, catatan mengenai perilaku struktural dan operasioanal (seperti: pembacaan instrumen beserta interpretasinya, catatan inspeksi, dan evaluasi keamanan), semua catatan mengenai perubahan, _pekerjaan perluasan, dan atau rehabilitasi, catatan mengenai kejadian Iuar biasa, atau kejadian yang berhubungan dengan keamanan bendungan dan catatan mengenai musibah dan peristiwa (incident and accident). b. Penyimpanan dokumen 1) Sekurang-kurangnya harus tetap tersedia § set dokumen bendungan, masing-masing satu set di kantor : - Pemilik/JUMB Pusat = Pengelola Bendungan - Ditempat bendungan = Kantor Komisi/Balai Keamanan Bendungan = Direktorat SDA, Dep. Kimpraswil Pengelola bendungan bertanggung jawab atas pengersipan segala jenis catatan data dan pemutakhiran data, sorta 2). tersedianya satu set dokumen di kantornya. Pengelola juga bertanggung jawab didalam penyampaian cetatan dan data- data di atas kepada Komisi/Balal, Dokumen bendungan harus tersedia dan tetap berada di tempatnya selama umur layanan bendungan. BAB II KAJIAN DESAIN 24 UMUM Langkah pertama dalam melakukan kajian deszin, adalah pemeriksaaan terhadep kecukupan, validitas dan kemutakhiran data serta dokumen yang ada, termasuk laporan-laporan berikut sumber dan daftar Pustaka yang digunakan sebagai rujukan atau acuen di dalam pembuatan desain bendungan yang bersangkutan. Langkah berikutnya adalah kajian mengenai aspek teknis maupun non teknis yang digunakan sebagai dasar perhittngan dan penetapan desain, antara lain mencakup kriteria desain, metode dan cakupan survai investigasi (Survin) Hidrologi dan Geologi Teknik, desain hidrolk dan struktur bendungan beserta bangunan-bangunan pelengkapnya, ketersediaan atau kecukupan bahan bangunan di sekitar waduk, kecukupan dan kelayakan sistem instrumentasi, sistem Operasi Pemelinaraan dan Pemantauan bendungan, aspek sosial, aspek lingkungan dan lain sebagainya. Di dalam pembuatan desain, Perencana terlebin dehulu harus menyiapkan kriteria dan metode desain yang harus sesuai dengan tingkat Penguasaan teknologi serta peraturan dan standar yang beriaku saat itu. Semua bangunan pelengkap yang apabila rusak atau runtuh day membahayakan tubuh bendungan, harus didesain dengan kriteria yang sama dengan tubuh bendungan. Untuk periuasan, perubahan, rehabilitasi, perbaikan atau penghapusan fungsi bendungan lama, desain asli bendungan terlebih dulu harus dikaji secara seksama, berikut laporan pelaksanzan konstruksi dan laporan pelaksanaan operasinya. Sebelum dilakukan perubahan desain, kriteria dan konsep desain asli harus benar-bener dipahami. Demikian pula mengenai perilaku bendungan secera keseluruhan dengan melakukan investigasi rinci di lapangan serta mempelajari laporan-laporan inspeksi terdahulu. ‘Seandainya desain asli bendungan dan dokumen-dokumen yang diperlukan tersebut tidak tersedia, maka perlu diperhatiken hel-hal sebegai berikut: ® Sebelum dilakukan perubahan desain dan atau perluasan bendungan, kondisi sebenarya dari bendungan atau Komponen bendungan yang akan dimodifikasi harus di survai terlebin dulu. Hasil survai_harus didokumentasikan dan dimesukkan dalam arsip catatan bendungan. = Apabila rehabilitasi atau perluasan bendungan lama mengakibatkan perubahan secara mendasar terhadap struktur bendungan atau bila asumsi desar dan kondisi lingkungan telah berubah dari kondisi aslinya, maka harus diiakukan analisis ulang terhadap stabiltas seluruh struktur bangunan ‘Tim Konsultan Perencana/Pendesain atau Tim Konsultan Supervisi, seyogyanya dipimpin oleh seorang Anil Rekayasa Bendungan Umum (Dam Engineering Generalist) yang memiliki sertifikat profesional, agar capat menjembatani kemungkinan timbulnya ketidak serasian (gap) di antara para ahi 22 SURVAI DAN INVESTIGASI (SURVIN) Dalam pembangunan bendungan, penentuan jenis dan metode ‘Survin merupakan tahap yang sangat penting dalam rangka mendapatkan data-data pendukung didalam menentukan tipe dan desain bendungan yang akan dibangun. Tidak memadainya Survin bisa menyebabkan tidak akuratnya desain bendungan dan bisa berakibat fatal, yaitu keruntuhan bendungan. Uraian inci mengenai Survin dapat dillhat pada Panduan Perencanean Bendungan Volume | - Direktorat Jenderal Pengairan, Juli 1999. Kajian mengenai Survin antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut. 224 Metode dan Cakupan Survin Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengkaji espsk ini adalah: a. Periksa apakah Survin telah memenuhi kebutuhan minimal sesuei jenis dan dimensi bendungan yang akan dibangun, antara lain ‘cakupan arealnya, lokasi, jenis dan jumlah uji laboratorium maupun insitu, kedalamannya dan lain-lainnya. b. Apakah metode survin, cara dan perhitungannya telah meng aturan, pedoman dan standar baku yang berlaku, ¢. Periksa apakah Peta-Topografi (dan/atau Foto-Udara) serta peta-peta lain yang digunakan sebagai peta dasar adaleh foto atau peta terkini dengan skala yang sesuai dengan standar yang berlaku. 4. Periksa bahwasanya semua pengukuran dan atau penetapan lokasi telah dilakukan berdasarkan titik-titk referensi yang sama. fe. Berdasarkan peta genangan waduk, periksa relevansi dan kelayakan lokasi dan atau relokasi jalan dan jembatan, bendungan-bendungan pelana (auxiliary dam) dan pelimpah darurat kalau ada, lokasi pemukiman kembali (resettlement), dan lain-lainnya, {. Periksa ada tidaknya program survin mengenai _ketidak-stabilan lereng di sepanjang cekungan waduk, termasuk potensi bocoran, rembesan, lereng atau tebing yang relatif tipis, dan tain-lainnya. 9 Periksa_kelengkapan dokumentasi dan evaluasi hasil_survin, seper boratorium, ujlapangan (insitu), core-pemboran, dan tain= lainnya 22.2 Geologi dan Geologi Teknik a. Stratigrafi dan Formasi Batuan 1) Periksa korelasi stratigrafi formasi_batuan di lokasi bendungan dan cekungan waduk dengan geologi regional. 2) Periksa bahwa penamaan batuan (rock) dan tanah (soil) beserta diskripsinya telah sesuai dengan pedoman den stander baku yang berlaku 3) Periksa hasil pengamatan inti pemboran (core) dan kelau perlu lakukan ogging-ulang (relogging). Pastikan bahwa kotak-inti (core box) tertaia dan tersimpan rapi sesuai urutan dan kedalamannya. 4) Pastikan bahwa lokasi, ara dan kedalaman pemboran serta uj lapangan (insitu test) telah sesuai dengan kebutuhan minimal berdasarkan dimensi bendungan dan kondisi geologi setempat serta tata letak bangunan-bangunan yang ada. 5) Selama_peninjauan lapangan, periksa uleng secara acak (random) betas-batas formasi geologi yang ada, tingkat pelapukan batuan, ketebalan tanah penutup (overburden) hubungannya dengan penggalian fondasi dan kemungkinan adanya muaian-elastik (elestic rebound), ketidak stabilan lereng galian fondasi, dll 6) Petiksa_kelayakan desain bendungan difinjau dari daya dukung batuan fondasi berdasarkan kuat massa batuan (rock mass strength). 7) Periksa laporan ketersediaar/kecukupan bahan bangunan di lokasi sumber galian (quarry site dan borrow area), antara lain mengenai status lokasinya, kualitas dan kuantitasnya berdasarkan spesifikasi teknisnya, _kelayakan__metode penggaliannya, jarak angkut dan transportasinya, perlu tidaknya lokasi_ penyimpanen (stock pile), perlu tidaknya pencampuran (blending), dan lain-lainnya. Metode pencampuran _perlu pengawasan ekstra ketat untuk menjamin hasil_pencampuran betul-betul padu (homogen). Bandingkan kesemuanya dengan desain bendungan, bangunan-bangunan pelengkapnya serta kelayakan konstruksinya. b. Struktur Geologi 1) _ Periksa Peta Geologi mengenai pola dan sifat struktur kekar dan sesar, di lokasi bendungen dan di cekungan waduk, struktur 10 perlipatan, arah jurus dan kemiringan (strike/dip) perlapisan batuan, dll 2) Lakukan kajian tethadap desain bendungan kaitannya dengan butir di atas, antare lain mengenai potensi bocoran dan/atau rembesan, ketidak stabilan batuan fondasi maupun bukit ‘tumpuan akibat galian fondasi serta Kemungkinan terjadinya perbedzan penurunan (differential settlement), dll. 3) Kaji ulang mengenai rencana perbaikan fondasi_ termasuk kelayakan grouting, relevansinya, metode dan pola yang digunakan berdasarkan butir di atas serta kelayakan metode perbaikan fondasinya, dan lain-tain. ¢. Hidrogeologi Adalah kondisi air-tanah kaitannya dengan kondisi geologi setempat seperti pola retakan, pola sesar, stratigrafi dan struktur geologi. Untuk itu lakukan pemeriksaan mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) Konfigurasi, posisi dan kedalaman muka air-tanah berdasarkan data-data pada log pemboran dan data-data lain maupun penampang melintangnya. 2) Lokasi-lokasi rembesan dan mata-air yang dijumpai di lokasi bendungan sorta bagaimana hubungannya dengan kondisi geologi setempat. 3) Ada tidaknya_—_kemungkinan__timbulnya_permasalahan menyangkut sistem drainase dan pengeringan (dewatering) selama penggalian. Pastkan bahwa desain telah mencakup pengendalian mengenai masalah 23 DESAIN HIDROLOGI DAN HIDRAULIK 231 Kriteria dan Metoda Desain Lekukan pemeriksaan mengenai hal-hal sebagai berikut: a. Hidrolo. 1) Kesesuaian kriteria desain dengan pedoman dan standar yang beriaku. 2) Validitas data hidrologi dan prosedur analisis sejak dari penyaringan data, perhitungan curah-hujan maksimum boleh- jedi (CMB) atau Probable Maximum Precipitation (PMP), optimasi penentuan durasi hujan Kritis, pola distribusi hujan, perhitungan hujan efektif, hidrograt banjir, dan pengujian hasil perhitungan, 4 23.2 3) _Kelayakan metode analisis hidrologi sesuai dengan jenis dan panjang seri data hujan/debit yang ada. 4) Kewajaran hasil pethitungan. Hidraulik: 1) _ Kesesuaian kriteria desain dengan standar yang berlaku. 2) Penetapan dan akurasi parameter desain hidrolis. 3) Kesesuaian desain tethadap standar dan pedoman yang beriaku: 4) _ Kesesuaian desain terhadap hasil uji model-hidrolik (hydraulic model test). 5) Tinjauan keamanan terhadap kemungkinan kegagelan hi¢rolik (hydraulic failure), antara lain seperti kecukupan kapasitas pelimpan, tinggi jagaen setelan konsolidasi, perlindungan terhadap erosi permukaan, lebar puncak bendungan dan lain sebagainya 6) Tinjauan Keamananikegagalan akibat rembesan (seepage failure), antara Iain mencakup Ketebalan dan persyaratan untuk lapis (zona) kedap airinti, fiter dan drainasi, Keamanan tertiadap rembesan yang berlebihan dan erosi buluh pada tubuh bendungan serta pondasi, dan lain sebagainya . 7) Bila dianggap pertu, periksa apakah desain dan tata letak bangunan telah memperhatikan kemungkinan perluasan bendungan di masa yang akan datang. Karakteristik Hidrologi, Pola Banjir dan Kondisi Aliran Permukaan (run off) Periksa kalibrasi hasil perhitungan banjir desain teoretis berdasarkan data hujan dengan hasil observasi/seri data debit banjir. Bila data debit diperoleh dengan cara korelasi dari data hidrologi dan meteorologi DPS yang berdekatan, periksa faktor konversinya, Bila kalibrasi dan korelasi tidak dapat dilakukan, perhitungan teoretis harus dilakuken minimal dengan menggunaken tiga metoda, periksa sudahkah hal ini dilakukan, Kemungkinan terjadinya perubahan di DPS, sudahkah diantisipasi pengaruhnya pada kondisi aliran dan pola banjir Periksa kewajaran hasil hitungan. 12 f. _Periksa penetapan kapasites bangunan pelimpah telah sesuai dengan SNI No.03-3432-7994 tentang Tata Cara Penetapan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah untuk Bendungan. 9. Periksa banjir desain pengelak telah memenuhi persyaratan keamanan bendungan (minimal 10 tahun kela ulang banjir untuk setigp 1 tahun pelaksanaan konstruksi, tergantung risiko yang dapat diterima dan keandalan data hidrologi). 2.3.3 Kondisi Ai ir (Tailwater) a, Pastikan disain sudah_mencakup investigasi dan analisis pola aliran pada ruas sungal di hlir yang cukup panjang, dan pastikan pada saat debit besar tidak terjadi hambatan aliran yang mengakibatkan terjadinya pembendungan / air balik (back water). b. Periksa_kemungkinan perlunya perbaikan alur_ sungai di hilr bendungan untuk mencegah terjadinya hambatan aliran yang mengakibatkan terjadinya air balik dan menimbulkan pusaran air yang dapat. menimbulkan erosi_ sehingga_membahayakan stabilitas bendungan. c. Periksa bahwa pada kondisi air hilir minimum, efisiensi kolam olak/peredam enefji tidak berkurang. d. Bila pengujian hidraulik dengan mode! fis dilakukan, periksa apakeh sudah memperhatikan kombinasi yang paling tidak menguntungkan antara aliran air di sungei, operasi pelimpah dan bangunan pengeluaran. 2.3.4 Banjir di daerah hilir a. Periksa hasil investigasi di sepanjang ruas sungai di hilir terhadap pengaruh dan akibat aliran banjir dari bendungan. b. — Pastikan pada debit tertinggi yaitu gabungan antara debit pelimpah pada kapasitas penuh dengan jumlah keluaran maksimum lainnya seperti dari bangunan pengeluaran bawah, pembangkit tenaga listrik dan banjir alami, tidak akan membahayakan kehidupan dan kerusakan harta benda. c. Pastikan pengoperasian pelimpah den semua bangunan layanan pelepas debit air tidak menimbulkan genangan/banjir yang lebih besar di daeran hilir dibanding sebelum adanya bendungan. d. _ Pastikan ketersediaan bagan operasi pintu pelimpah; sudah sesuaikah dengan tindakan pengamanan di hilir yang telah ditetapkan. 2.3.5 Manajemen Sungai Pestikan kriteria desain bendungan telah sesuai dengan manajemen sungai (river management) di DPS yang bersangkutan. 13 24, 2.4.1 a f. h DESAIN STRUKTUR DAN PERILAKU BENDUNGAN Metoda dan Kriteria Desain Pastikan metoda dan kriteria desain sesuai dengan perkembangan teknologi dan kondisi setempet antara lain tingket penguasaan teknologi Konstruksi, peralatan yang ada, serta pedoman dan standar yang bertaku. Seandainya standar yang berlaku belumn ada, pastikan bahwa iriteria desain yang digunakan telah disetujui Komisi. Pastikan pekerjaan desain dilakukan oleh regultim yang ahli dalam desain dan pengawasan konstruksi_bendungan, dan dipimpin langsung oleh seorang abli rekayesa umum (dam engineering generalist) yang telah berpengalaman serta bersertiikat profesional Pestikan Pendesain memiliki tenaga yang berpengalaman dalam desain dan pelaksanaan konstruksi sesuai jenis proyek yang sedang didesain, agar dapat mengenal kesulitan yang mungkin dijumpai pada pelaksanaan opersai serta menghindarkan spesifikasi yang tidak wejer. Periksa kecukupan dan akurasi parameter desain, serta hasil test/uji, apakah telah sesuai dengan metoda dan analisis desain yang digunaken ‘Semua bangunan pelengkap yang menahan air atau bangunan tain yang setiap kerusakan atau keruntuhan pada komponennys kan membehayaken stabilitas bendungan, pastikan bahwa desainnya telah sesuai dengan kriteria keamanan yang sama dengan bendungan utama. Periksa kewajaran hasil perhitungan desain. Bila desain dihitung dengan program komputer, pastikan pendesain telah menguasai program tersebut Periksa hasil penyelidikan teoritis dan experimental terhadap enggunaan konsepsi desain baru, serta penggunaan material konstruksi barulyang tidak konvensional. Periksa kesesuaian desain dengan kondisi lokasinya, seperti geomorfologi, topografi dan geologi lokal maupun regional. Periksa bahwa konsepsi dan rincian struktur desain bendungan tidak terlalu rumivkompleks, kecuali disertai alasan teknis yang jelas. Periksa ketersedisan sarana jalan masuk yang cukup menuju ke bagian dan komponen-komponen struklur yang penting, untuk mempermudah pengawasan keamanan dan kemungkinan pekerjaan rehabilitasi di masa yang akan datang 14 242 a. Pastikan, desain telah mencakup penyediaan sistem drainasi dan ventilasi udara yang cukup, antara lain pada: lorong (gallery), terowongan, sumuran (shaff) atau ruangan tertutup lainnya untuk keperluan inspeksi dan perbaikan atau menghinderi kemungkinan tertampungnya gas yang mudah terbakar. Periksa bahwa desain telah mencakup penyediaan_fasilitas untuk eksploitasi dan pemeliharaan yang mudah pengoperasiannya. Periksa sudahkah Pendesain memikirkan kemungkinan perluasan bendungan, kebutuhan penggantian komponen bangunan, dan Penggantian peralatan dimasa yang akan datang, dan menggabungken semua kebutuhan tersebut dalam desain. Demikian pula mengenai penggunaan material dan metoda konstruksi, sudahkah dikaji dan ciantisipasi mutunya, serta ditetapkan prosedur pengendelian mutu yang harus diikuti. Periksa sudahkah ditetapkan jenis can spesitixasi peralatan mekanik dan listrik yang akan digunakan, dan periksa dokumen desain yang disiapkan oleh pabrik pembuatnya Periksa_sudahkah desain inci lengkap telah mencakup seluruh bangunan rekayasa sipll, tanpa ada desain rinol yang dilimpahkan kepada pemborong termasuk perhitungan stabilitas pada lereng galian pelimpah dan tebing waduk yang berpotensi longsor. Beban dan Faktor Keamanan Periksa sudahkah desain bendungan dan bagian-bagiannya _citinjau untuk berbagai kombinasi dan kondisi paling berbahaya dan paling tidak menguntungkan dari beban statik dan dinamik, termasuk yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi Periksa besamya faktor keamanan untuk berbagai kondisi dan kombinasi pembebanan telah memenuhi persyaratan minimal “Periksa bahwa pada analisis stabilitas struktural, seperti stabilitas terhadap gaya angkat akibat tekanan air (uplift pressure), analisis tidak memperhitungkan pengaruh sumur pengurang tekanan air (relief wel), lubang-lubang pantusan/pengucur air (weep holes), dll. karena efisiensinya_kurang dapat diandalkan akibat kurangnya pemelinaraen dan usia. Dalam hal khusus pengaruh ini dapat diperhitungkan dalam analisis, tetapi dengan faktor keamanan yang disesuaikan, serta ada jaminan perawatannya. Periksa bahwa penentuan beban beserta kombinasinya telah ‘memperhitungkan kemungkinan terjadinya perubahan akibat penuaan bendungan. 15 2.4.3. Stabilites fondasi a. Periksa jumlah, cakupan serta kedalaman investigasi fondasi telah sesuai dengan ukuran dan tingkat pentingnya bangunan dan kompleksitas kondisi geologi pondasi serta kegempaan. Lihat Bab.II ‘Sub Bab 2.2.1 tentang Metode dan Cakupan Survin. b. Pastikan bahwa di dalam analisis stabilitas, bangunan beserta fondasinya dianggap sebagai satu kesatuan, ©. Untuk bendungan besar, periksa dan pastikan bahwa disamping uji ‘aboratorium, telah dilakukan pula uji lapangan (insitu) termesuk uji coba grouting (in situ grouting trial), dan uji daya dukung fondasi. 4. Pastikan penentuan parameter desain dari hasil uji contoh tanah/batu (sampel) di laboratorium dan uj-lapangan telah memperhitungkan hubungan antara sampel dengan struktur geologinya secara keselurunan. e. Pastikan tingkat stabiltas bendungan telah ditinjau berdasarkan kondisi geoteknis tapak bendungan, potensi bocoran berikut cara mengatasinya, mencakup keajegan, relevansi, jenis maupun metode perbaikan fondasi. f. Periksa_kemungkinan perlunya penyesuaian rencana_perbaikan fondasi berdasarkan hasil observasi selama penggalian fondasi 2.4.4 Deformasi bendungan a. Periksa penetapan besamya deformasi dari perhitungan teoritis, dan/atau uji model (structural mode! test) akibat meningkatnya beban mati sclama konstruksi dan berbagai kondisi pembebanan akhir. b. Sudahkah dilakukan penyelidikan mengenai kemungkinan pengaruh

Anda mungkin juga menyukai