Anda di halaman 1dari 25

i

PRENILASI SENYAWA β-DIKETON SEBAGAI PREKURSOR


3-PRENILFLAVON

INDRA SUGIARTO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i

ABSTRAK

INDRA SUGIARTO. Prenilasi Senyawa β-Diketon sebagai Prekursor 3-


Prenilflavon. Dibimbing oleh PURWANTININGSIH SUGITA dan BUDI
ARIFIN.
Salah satu kelompok flavonoid yang belum banyak disintesis adalah 3-
prenilflavon. Tujuan utama penelitian ini adalah membuat prekursor 3-
prenilflavon berupa β-diketon terprenilasi. Mula-mula β-diketon disintesis melalui
4 tahap dari senyawa awal fenol dengan rendemen 24%. Prenilasi β-diketon
dengan prenil bromida dan basa K2CO3 menghasilkan 4 fraksi yang dipisahkan
menggunakan kromatografi lapis tipis prepraratif (KLTP) dengan eluen n-
heksana:EtOAc (8:2). Fraksi dengan Rf = 0.80 dipisahkan lebih lanjut
menggunakan KLTP dengan eluen n-heksana:EtOAc (99:1). Diperoleh 2 fraksi
dengan Rf = 0.38 dan 0.42. Fraksi pertama telah dicirikan sebagai β-diketon
terdiprenilasi dengan rendemen 49%. Penggunaan gugus pelindung pada gugus
OH fenolik pada β-diketon diperlukan agar diperoleh β-diketon termonoprenilasi
yang dapat disiklisasi menjadi 3-prenilflavon.

Kata kunci: flavonoid, 3-prenilflavon, prenilasi, sintesis

ABSTRACT

INDRA SUGIARTO. Prenylation of β-Diketone Compound as Precursor of 3-


Prenylflavone. Supervised by PURWANTININGSIH SUGITA and BUDI
ARIFIN.
One group of flavonoids that has not been commonly synthesized is 3-
prenylflavone. The main objective of this experiment was to synthesize precursor
of 3-prenylflavone. Firstly, β-diketone was synthesized via 4 steps from phenol as
starting compound with total yield of 24%. Prenylation of β-diketone with prenyl
bromide and K2CO3 base produced 4 fractions which were separated by using
preparative thin layer chromatography (PTLC) with n-hexane:EtOAc (8:2) as the
eluent. Fraction with Rf = 0.80 was further separated by using preparative PTLC
with n-hexane:EtOAc (99:1) as the eluent. Two fractions were obtained with Rf =
0.38 and 0.42. The first fraction has been characterized as diprenylated β-diketone
with 49% yield. Application of protecting group on the phenolic OH group in β-
diketone are needed to obtain monoprenylated β-diketone which can be further
cyclized into 3-prenylflavone.

Key words: flavonoid, 3-prenylflavone, prenylation, synthesis


PRENILASI SENYAWA β-DIKETON SEBAGAI PREKURSOR
3-PRENILFLAVON

INDRA SUGIARTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii

Judul Skripsi: Prenilasi Senyawa β-Diketon sebagai Prekursor 3-Prenilflavon


Nama : Indra Sugiarto
NIM : G44062743

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS Budi Arifin, SSi, MSi


NIP 19631217 198803 2 002 NIP 19830109 200604 1 004

Diketahui
Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS


NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus:
iii

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun
berdasarkan kegiatan penelitian dengan judul Prenilasi Senyawa β-Diketon
sebagai Prekursor 3-Prenilflavon yang dilaksanakan pada bulan Desember 2011
sampai dengan Juli 2012 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia
FMIPA IPB, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang
telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang selama menempuh studi,
penelitian, dan penulisan karya tulis ini. Penelitian ini dapat terlaksana berkat
kepercayaan dan bimbingan dari Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS dan Budi
Arifin, SSi, MSi selaku pembimbing yang dengan sabar memberi arahan serta
masukan atas segala permasalahan dalam melaksanakan penelitian ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabur, Ibu Yenni, dan
Mba Nia atas fasilitas dan bantuan yang diberikan selama di Laboratorium
Penelitian Kimia Organik. Semangat dan inspirasi selama menyelesaikan
penelitian ini datang dari teman-teman seperjuangan di Laboratorium Penelitian
Kimia Organik, yaitu Lia Anggraini, Wahyu Hendana, Indah Soekma, Dwi Utami,
Dwi Artha, Livia Elsa, Rina, Rizki Amilia, M. Rifai, Umar Toriq, Indra Bayu,
Fadli Muntaqo, dan Ridho Putrotomo. Analisis 1H NMR dalam skripsi ini dapat
terselesaikan tidak terlepas berkat bantuan saran dan masukan Dumas Flis Tang.
Terima kasih pula kepada teman-teman Program S1 Departemen Kimia angkatan
43 atas kebersamaan selama menempuh studi di Departemen Kimia. Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan secara umum.

Bogor, Januari 2013

Indra Sugiarto
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 14 Oktober 1988. Penulis


merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Siswandi dan Suwarti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Jatilawang pada tahun
2006 dan kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program S1
Kimia melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) IPB
pada tahun 2007/2008, Himpunan Profesi Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB
pada tahun 2007/2008, Dewan Pengawas Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB
pada tahun 2008/2009, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa
(BEM KM) IPB pada tahun 2008/2009. Pada tahun 2012, penulis juga aktif
sebagai mentor dan juri dalam rangkaian acara program Leadership and
Enterpreneurship School (LES) yang khusus diadakan oleh BEM KM bagi
mahasiswa TPB (Tingkat Persiapan Bersama) jalur UTM (Ujian Talenta Mandiri).
Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi nasional luar kampus, seperti Young
On Top Campus Ambassador 2010/2011 dan The Connector Climate Change
Indonesia 2010.
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis selama menempuh pendidikan
di IPB ialah berhasil lolos didanai “Program Mahasiswa Wirausaha 2009” yang
diadakan oleh Dikti dengan merintis usaha “Katalis Corporation”, Most Favorited
Youth Start-up Icon wilayah Jabodetabek 2011 yang diadakan oleh The
Marketers, dan finalis wilayah Jabodetabek Wirausaha Muda Mandiri 2011
kategori mahasiswa yang diadakan oleh Bank Mandiri. Kecintaan akan kampus
IPB diwujudkan penulis dengan aktif mendirikan komunitas online @tweetIPB di
media sosial Twitter yang hingga skripsi ini dibuat telah mencapai 19150
followers dari kalangan civitas akademika IPB.
Keaktifan penulis di lingkungan Departemen Kimia antara lain ialah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia TPB pada tahun ajaran 2007/2008
dan 2009/2010; asisten Praktikum Kimia Organik (PKO) pada tahun 2008/2009;
dan asisten praktikum Kimia Organik Layanan 2009/2010. Pada bulan Juli–
Agustus 2008, penulis juga berkesempatan melaksanakan kegiatan praktik
lapangan di PT Kimia Farma dengan judul Uji Stabilitas Natrium Diklofenak
Tablet Bersalut Enterik.
ii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii 
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 
BAHAN DAN METODE 
Bahan dan Alat ......................................................................................................... 2 
Langkah Kerja .......................................................................................................... 2 
Sintesis Fenil Asetat ................................................................................................. 2 
Sintesis o-Hidroksiasetofenon .................................................................................. 2 
Sintesis o-Benzoiloksiasetofenon ............................................................................. 3 
Sintesis β-Diketon ..................................................................................................... 3
Pemurnian β-Diketon ................................................................................................ 3
Prenilasi β-Diketon ................................................................................................... 4 
HASIL 
β-Diketon Kasar ........................................................................................................ 4 
β-Diketon Murni ....................................................................................................... 5
β-Diketon Terprenilasi .............................................................................................. 5 
PEMBAHASAN
β-Diketon .................................................................................................................. 6 
β-Diketon Terprenilasi .............................................................................................. 7 
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 8 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8 
LAMPIRAN .......................................................................................................... 10 
iii

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Hasil sintesis fenil asetat .................................................................................. 4 
2 Hasil sintesis o-HAP ........................................................................................ 4 
3 Hasil sintesis o-BAP ........................................................................................ 4 
4 Hasil sintesis β-diketon .................................................................................... 4
5 Hasil pemurnian β-diketon ............................................................................... 5
6 Hasil KLTP produk prenilasi β-diketon ........................................................... 5
7 Hasil KLTP fraksi 3 dan 4 ............................................................................... 5
8 Perbandingan hasil produksi β-diketon………………..……………………...6
9 Posisi sinyal-sinyal 1H NMR 1,3-diketon terprenilasi (pelarut CDCl3).…….. 7

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Struktur umum 3-prenilflavon dan morusin...................................................... 1 


2 Analisis retrosintesis 3-prenilflavon ................................................................. 2 
3 Kristal o-BAP kering ........................................................................................ 4 
4 β-Diketon kasar ................................................................................................. 4 
5 β-Diketon murni ................................................................................................ 5 
6 β-Diketon terprenilasi kasar .............................................................................. 5 
7 Reaksi sintesis fenil asetat................................................................................. 5 
8 Reaksi penataan-ulang Fries fenil asetat……. .................................................. 5 
9 Reaksi benzoilasi o-HAP .................................................................................. 6 
10 Reaksi penataan-ulang BV o-BAP menjadi β-diketon ..................................... 6 
11 Reaksi prenilasi β-diketon ................................................................................. 6 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Bagan alir penelitian ...................................................................................... 11 
2 Mekanisme reaksi tiap tahap sintesis ............................................................. 12 
3 Spektrum 1H-NMR hasil prenilasi β-diketon fraksi 3A ................................. 14 
4 Spektrum 1H-NMR hasil prenilasi β-diketon fraksi 3B dan 4B……………..17 
1

PENDAHULUAN
Flavonoid merupakan senyawa metabolit
sekunder yang terbentuk secara alami dalam
tumbuhan, dengan kerangka karbon berupa 2
cincin fenil yang dihubungkan oleh rantai
alifatik 3 karbon (C6−C3−C6). Flavonoid
(a)
mempunyai banyak aktivitas farmakologi
antara lain sebagai antioksidan (Zuhra et al.
2008), antibakteri (Sukadana 2009),
antiradang (Kim et al. 2004), antiobesitas
(Lee et al. 2004), antihipertensi, diuretik,
analgesik, antialergi, dan antikarsinogenik
(Aslam dan Intekhab 2009). Terkait
khasiatnya, flavonoid banyak dipelajari oleh
para ilmuwan dan digunakan dalam industri
obat dan makanan. Isolasi flavonoid secara (b)
langsung dari alam biasanya menghasilkan Gambar 1 Struktur umum 3-prenilflavon (a)
rendemen yang relatif rendah. Wang et al. dan Morusin (b).
(2008) dan Sukadana (2009) melaporkan
rendemen flavonoid hasil isolasi berturut-turut antitumor, anti HIV-1, antibakteri,
sebesar 2.78−4.10% dan 0.14%. Selain antitrombosit, dan antiradang (Ferlinahayati
kandungan flavonoid yang terbatas dalam 2010). Prenilasi di C-3 serta pola trioksigenasi
tumbuhan, proses isolasi umumnya cukup cincin-B di C-2’, C-4’, dan C-5’ diusulkan
panjang sehingga rendemen flavonoid yang sebagai penentu utama bioaktivitas tersebut
dapat diisolasi relatif rendah. Oleh sebab itu, (Nomura et al. 1988; Musthapa 2009;
perlu dikembangkan sintesis senyawa Ferlinahayati 2010).
golongan flavonoid untuk mendapatkan Flavon adalah kelompok flavonoid
rendemen yang lebih tinggi. terisoprenilasi paling melimpah kedua setelah
Salah satu kelompok flavonoid yang flavanon. Sebagian besar substituen
belum banyak disintesis adalah 3-prenilflavon isoprenoid (C5: prenil; C10: geranil, neril,
(Gambar 1a). Senyawa ini banyak diisolasi atau lavanduil; atau C15: farnesil) terikat
dari tanaman genus Artocarpus (Mustapha secara langsung ke molekul flavon (C-
2009) dan Morus (Ferlinahayati 2010). Sejauh prenilflavon), sedangkan O-prenilasi jarang
ini baru ditemukan 1 laporan tentang sintesis terjadi (Valant-Vetschera dan Wollenweber
senyawa dari kelompok 3-prenilflavon, yaitu 2006).
sintesis morusin (Gambar 1b) oleh Tseng et Dalam penelitian sebelumnya, Arifin
al. (2010). Banyak manfaat 3-prenilflavon (2010) dan Septiani (2011) telah berhasil
telah dilaporkan, di antaranya artokarpin menyintesis β-diketon 1-(2-hidroksifenil)-3-
menunjukkan toksisitas terhadap larva udang fenilpropana-1,3-dion sebagai prekursor untuk
Artemia salina, daya hambat terhadap mendapatkan flavon dengan cincin A dan B
transpor asam amino leusina pada membran tidak tersubstitusi. 3-Prenilflavon tak-
usus ulat sutera Bombyx mori, serta aktivitas tersubstitusi akan disintesis dari prekursor β-
hambat terhadap enzim 5α-reduktase dan diketon tersebut. Oleh karena itu, dalam
aktivitas pemutih kulit (Ferlinahayati 2010). penelitian ini β-diketon dimurnikan dan
Manfaat terpenting 3-prenilflavon adalah diprenilasi untuk menghasilkan β-diketon
sebagai antikanker dan antimalaria yang terprenilasi sebagai prekursor 3-prenilflavon.
dilaporkan oleh Mustapha (2009) dan β-Diketon kasar disintesis mengikuti prosedur
Ferlinahayati (2010). Anggraini (2012) yang merupakan
Berbagai bioaktivitas senyawa 3- optimalisasi prosedur Arifin (2010) dan
prenilflavon lainnya telah diteliti. Senyawa Septiani (2011).
artokarpin memperlihatkan aktivitas sitotoksik Analisis retrosintesis 3-prenilflavon dalam
yang sangat aktif terhadap sel murin leukemia penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.
P-388 (Musthapa 2009). Kudraflavon B Senyawa 3-prenilflavon disintesis dari
memiliki efek hepatoprotektif, kuwanon C prenilasi β-diketon (2) yang diperoleh dari
merupakan antibakteri dan antitrombosit, dan kondensasi senyawa 4 (fragmen C6-C2), yaitu
morusin dapat digunakan sebagai promotor o-hidroksiasetofenon (o-HAP) dan senyawa 3
(fragmen C6-C1), yaitu benzoil klorida.
2

Strategi ini dipilih karena reaksinya sederhana diidentifikasi dengan membandingkan nilai Rf,
dan bahan awalnya mudah diperoleh. titik leleh, dan kenampakannya dengan
produk sintesis Anggraini (2012).

Sintesis Fenil Asetat


(modifikasi Septiani 2011)
Sebanyak 0.25 mol fenol dicampurkan
dengan 0.375 mol anhidrida asetat dalam
gelas piala. Campuran ini larut sempurna.
Kemudian sebanyak 0.018 mol CuSO4
anhidrat ditambahkan dan diaduk selama 3
jam. Selama pengadukan, warna katalis
berangsur-angsur berubah dari putih menjadi
biru. Setelah itu, campuran di-work-up dengan
menambahkan 750 mL larutan NaHCO3 10%,
dan produk fenil asetat diekstraksi
menggunakan MTC. Proses ekstraksi
Gambar 2 Analisis retrosintesis 3- dikendalikan menggunakan KLT dengan
prenilflavon. eluen MTC. Ekstrak MTC dikeringkan
dengan Na2SO4 anhidrat, lalu dipekatkan, dan
ditimbang.
Modifikasi metode yang dilakukan adalah
BAHAN DAN METODE waktu sintesis yang lebih lama. Septiani
(2011) melakukan sintesis fenil asetat selama
Bahan dan Alat
1.5 jam dan masih tersisa fenol. Dengan
Pereaksi menggunakan bahan-bahan waktu sintesis yang lebih lama, semua fenol
khusus untuk analisis (p.a) yang diproduksi didapati bereaksi dan tidak tersisa pada
oleh Merck, seperti AlCl3, fenol, benzoil produk.
klorida, piridina kering (< 0.0075% H2O),
piridina, pelet KOH 85%, asam asetat glasial Sintesis o-Hidroksiasetofenon
99.8%, H2SO4 95–97%, metanol, aseton, HCl (Anggraini 2012)
pekat, pelet NaOH, dan NaHCO3. Selain itu,
digunakan pula pelarut teknis, yaitu metilena Sepuluh mmol AlCl3 dimasukkan ke
klorida (MTC), etil asetat, dan aseton yang dalam labu leher dua yang telah dirangkai
didistilasi terlebih dahulu 2 kali sebelum dengan pendingin refluks. Gas N2 dialirkan
dipakai. Semua bahan p.a digunakan langsung untuk mengusir uap air dari dalam radas,
tanpa praperlakuan terlebih dahulu. kemudian 10 mmol fenil asetat ditambahkan
Peralatan yang digunakan antara lain radas tetes demi tetes dengan bantuan syringe,
refluks, radas distilasi uap, dan radas sambil diaduk dengan pengaduk magnet pada
penentuan titik leleh Mel-Temp Model 1202D suhu kamar. Campuran dipanaskan selama 1.5
Barnstead® (tanpa koreksi). Spektrum NMR jam dengan suhu 120 °C sambil terus diaduk.
diukur dengan spektrometer JEOL ECA 500 Campuran kemudian didiamkan ke suhu
yang bekerja pada frekuensi 500 MHz (1H) di kamar, lalu HCl dingin 1:1 ditambahkan
Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek sedikit demi sedikit hingga suhu tidak naik
Serpong. lagi. Hasil sintesis berupa pasta berwarna
merah. Campuran isomer o- dan p-HAP
Langkah Kerja dipisahkan melalui proses distilasi uap. o-
HAP terdistilasi oleh uap, menyisakan p-HAP
Tahapan penelitian (Lampiran 1) terdiri sebagai residu. Sisa fenil asetat, sedikit p-
atas sintesis fenil asetat dari fenol dan HAP, dan pengotor ikut terbawa bersama
anhidrida asetat, penataan-ulang Fries fenil distilat. Fenil asetat memiliki Rf sama dengan
asetat membentuk o-HAP, benzoilasi o-HAP o-HAP, maka harus dipisahkan melalui
dengan benzoil klorida, penataan-ulang BV ekstraksi pengendalian pH.
ester yang terbentuk menghasilkan β-diketon, Distilat diekstraksi beberapa kali dengan
dan prenilasi β-diketon. Produk prenilasi MTC hingga semua komponen terekstraksi
dicirikan dengan spektroskopi NMR. Semua (dipantau dengan KLT). Fase MTC
zat antara dalam proses prenilasi β-diketon dikumpulkan, diuapkan hingga sepertiga
3

bagian kemudian diekstraksi dengan NaOH Sintesis β-Diketon


5%. Garam o-HAP akan terbawa ke fase (Anggraini 2012)
NaOH 5%, sedangkan fenil asetat tertinggal di
fase MTC. Fase NaOH 5% pada ekstraksi Lima mmol o-BAP dalam gelas piala 50
pertama berwarna kuning tua dan semakin mL ditambahkan 5 mL piridina kering, lalu
memudar pada ekstraksi berikutnya. Akhir dipanaskan ke suhu 50 °C dalam penangas air.
ekstraksi ditunjukkan oleh uji FeCl3 negatif Sementara itu, 7.5 mmol (1.5 ekuivalen) KOH
pada fase MTC yang dipekatkan (tidak 85% dihaluskan dengan alu dan lumpang yang
menghasilkan warna ungu). telah dipanaskan dalam oven 100 °C. Serbuk
Fase NaOH 5% kemudian diasamkan KOH ini segera ditambahkan ke dalam
dengan HCl 1:1 (pH diperiksa dengan campuran di gelas piala dan diaduk selama 15
indikator universal). Warna kuning akan menit. Selama pengadukan, larutan akan
memudar dan hilang kembali (seperti distilat mengental dan berubah menjadi pasta
awal). Setelah itu, diekstraksi beberapa kali berwarna kuning-muda. Campuran dibiarkan
dengan MTC sampai semua komponen mendingin ke suhu kamar, kemudian
terekstraksi (dipantau dengan KLT). Selain o- diasamkan dengan 7 mL asam asetat 10%.
HAP, sedikit p-HAP dan pengotor masih Endapan kuning-muda yang terbentuk
terbawa ke fase MTC. Pemurnian o-HAP disaring, dikeringkan di dalam oven pada suhu
untuk skala besar dilakukan dengan 60 °C. Setelah kering, endapan ditimbang dan
kromatografi cair vakum (KCV), sedangkan ditentukan titik lelehnya.
untuk skala kecil digunakan KLT preparatif,
keduanya dengan eluen MTC. Pemurnian β-Diketon
(modifikasi Wheeler 1963)
Sintesis o-Benzoiloksiasetofenon
(Anggraini 2012) Satu mmol β-diketon kasar ditimbang ke
dalam gelas piala 50 mL lalu dipanaskan di
Lima mmol o-HAP dimasukkan ke dalam dalam penangas air. Sambil menunggu suhu
gelas piala 50 mL, kemudian ditambahkan penangas naik, sebanyak 20 mL etanol 95%
berturut-turut 2 mL piridina kering dan 10 yang akan digunakan untuk melarutkan β-
mmol benzoil klorida tetes demi tetes. Reaksi diketon dipanaskan hingga mendidih (±70° C)
berjalan eksoterm. Campuran diaduk kuat di atas penangas tersebut. Etanol 95% panas
hingga tidak terbentuk kalor lagi, lalu tersebut kemudian ditambahkan tetes demi
ditambahkan 60 mL HCl 3% dan ±20 g es tetes dan perlahan ke dalam β-diketon kasar
batu secara bersamaan sambil diaduk kuat hingga semua larut. Larutan disaring dalam
dengan batang pengaduk. Terbentuk lapisan kondisi masih panas dan endapan hasil
minyak kental berwarna kuning yang dapat penyaringan diperiksa dengan KLT serta diuji
dipisahkan dengan mudah dari air. penambahan FeCl3 dan pengukuran titik leleh.
Lapisan minyak ditambah dengan bebe-
rapa porsi metanol untuk kristalisasi. Kristal Prenilasi β-Diketon
murni o-BAP yang terbentuk disaring. Filtrat
(modifikasi Nogueira et al. 2000)
metanol masih mengandung 3 komponen
(hasil pemantauan KLT), termasuk sebagian Dua mmol β-diketon yang telah
o-BAP yang tidak ikut mengkristal. Filtrat ini dimurnikan dimasukkan ke dalam labu leher
dipekatkan, kemudian didiamkan di suhu dua yang telah dilengkapi balon N2.
kamar untuk pembentukan kristal. Kristal o- Kemudian ditambahkan basa K2CO3 sebanyak
BAP yang terbentuk masih mengandung 6 mmol dalam 20 mL aseton. Campuran
pengotor, dan dicuci dengan 1.5 mL metanol diaduk selama 30 menit pada suhu kamar, lalu
dan 1 mL air dingin. ditambahkan prenil bromida dengan
Air yang dipisahkan dari lapisan minyak menggunakan syringe sebanyak 2 mmol dan
juga masih mengandung sedikit o-BAP dan diaduk selama 24 jam pada suhu kamar.
didinginkan semalaman pada suhu 0 °C. Selama reaksi, sistem terus berada dalam
Campuran beku kemudian dibiarkan mencair atmosfer N2. Campuran kemudian disaring
di suhu kamar, kristal yang terbentuk disaring dan filtrat diuji jumlah nodanya dengan KLT
dan dikering-udarakan. Seluruh kristal murni 2 dimensi. Pertama-tama digunakan eluen n-
yang terbentuk digabungkan, ditimbang bobot heksana-EtOAc (8:2) dilanjutkan dengan n-
totalnya, dan ditentukan titik lelehnya. heksana-EtOAc (99:1). Pemisahan fraksi
senyawa dilakukan dengan KLTP
4

menggunakan eluen yang sama. Pengukuran


spektroskopi 1H NMR dilakukan untuk
mengelusidasi produk akhir.

HASIL
β-Diketon Kasar
Fenil asetat sebagai bahan baku o-HAP
disintesis dengan memodifikasi metode
Gambar 3 Kristal o-BAP kering
Septiani (2011) dalam hal lama pengadukan.
Rerata rendemen yang diperoleh 96 % (Tabel Tabel 3 Hasil sintesis o-BAP
1).
mmol mmol o- Rendemen
Ulangan
o-HAP BAP (%)
Tabel 1 Hasil sintesis fenil asetat 1 50.97 38.13 74.9
mmol mmol Rendemen 2 52.29 40.13 76.5
Ulangan Rerata 75.7
PhOH PhOAc (%)
1 250 236.95 94.8
2 250 241.56 96.6 Senyawa β-diketon diperoleh dari
Rerata 95.7 penataan-ulang Baker-Venkataraman o-BAP,
berbentuk padatan kuning-muda dengan nilai
Rf~0.49 dalam eluen heksana-MTC (8:2)
Isomerisasi fenil asetat menjadi o-HAP (Gambar 4). Rendemen β-diketon sebesar
dilakukan dengan metode Anggraini (2012). 83% (Tabel 4) dengan titik leleh 115–118 °C.
Sintesis ini menghasilkan produk samping p- Data lengkap hasil sintesis β-diketon dapat
HAP yang cukup besar. Mekanisme lengkap dilihat di Tabel 4.
pembentukan o-HAP dapat dilihat di
Lampiran 2. Sintesis o-HAP dilakukan 5 kali
ulangan. Hasil sintesis ulangan 1 dimurnikan
dengan KLTP. Hasil sintesis ulangan 2
digabung dengan ulangan 3 dan ulangan 4
digabung dengan ulangan 5 lalu dimurnikan
dengan KCV agar lebih efisien. Rendemen o-
HAP yang didapat ditunjukkan pada Tabel 2,
rerata sebesar 33.5%. Gambar 4 β-Diketon kasar
Tabel 2 Hasil sintesis o-HAP Tabel 4 Hasil sintesis β-diketon
mmol mmol Rendemen mmol
Ulangan mmol Rendemen
PhOAc o-HAP (%) Ulangan β-diketon
o-BAP (%)
1 100.84 31.95 31.7 kasar
2&3 202.38 68.64 33.9 1 5 4.16 82.1
4&5 175.06 60.64 34.7 2 20 16.50 82.5
Rerata 33.5 3 20.1 16.40 81.6
4 20.3 16.72 82.4
5 20.1 16.70 83.1
Benzoilasi o-HAP menjadi o-BAP juga 6 25.2 21.32 84.6
dilakukan dengan metode Anggraini (2012). Rerata 82.7
o-BAP kering berbentuk kristal putih (Gambar
3). Rendemen yang dihasilkan mencapai
Pemurnian β-Diketon
76%, berdasarkan 2 data terbaik yang
diperoleh (Tabel 3). Sebelumnya, sintesis o- Pemurnian β-diketon bertujuan
BAP dilakukan dengan mmol o-HAP lebih mengurangi jumlah pengotor pada produk
kecil, yaitu 5, 20, dan 33 mmol dan rendemen prenilasi. Pemurnian dilakukan dengan
yang dihasilkan berturut-turut 34.1, 46.9, dan metode rekristalisasi sederhana dengan
69.5%. metanol. Rerata rendemen pemurnian yang
diperoleh adalah 95.5% (Tabel 5).
5

Tabel 6 Hasil KLTP produk prenilasi β-


diketon (eluen n-heksana :EtOAc
8:2)
Fraksi Rf Bobot (g)
1 0.55 0.0251
2 0.71 0.1860
3 0.80 1.9314
Gambar 5 β-Diketon murni 4 0.89 0.6835

Tabel 5 Hasil pemurnian β-diketon Tabel 7 Hasil KLTP fraksi 3 dan 4 (eluen n-
heksana:EtOAc 99:1)
mmol β- mmol β-
Rendemen
Ulangan diketon diketon Bobot
(%) Fraksi Rf Rendemen (%)
kasar murni (g)
1 25 23.80 95.2 3A 0.38 1.7219 48.9
2 25 23.91 95.6 3B 0.42 0.1930 -
3 26.5 25.39 95.8 4A 0.50 0.4325 -
Rerata 95.5 4B 0.69 0.1760 -

β-Diketon Terprenilasi
PEMBAHASAN
Prenilasi dilakukan terhadap β-diketon
yang telah dimurnikan sebanyak 2.4 g (10 β-Diketon
mmol). Produk prenilasi berwarna cokelat
muda dan dimurnikan dengan KLTP sebanyak Produksi β-diketon dilakukan melalui 4
2 kali. Eluen pertama ialah n-heksana:EtOAc tahap reaksi. Tahap awal adalah esterifikasi
8:2, menghasilkan 4 fraksi (Tabel 6). Dari 4 fenol menjadi fenil asetat (Gambar 7). Tahap
fraksi tersebut, fraksi 2 tidak selalu muncul. berikutnya memiliki rendemen terendah,
Fraksi 3 dan 4 dielusi kembali dengan eluen yaitu sintesis o-HAP. Sintesis o-HAP
n-heksana:EtOAc 99:1, masing-masing dilakukan dengan penataan-ulang Fries dari
terpisah menjadi 2 fraksi (Tabel 7). Rendemen fenil asetat (Gambar 8). Rendemen yang
fraksi 3A yang kemudian dielusidasi sebagai rendah disebabkan oleh rendahnya
β-diketon terdiprenilasi adalah 49%. regioselektivitas reaksi sehingga p-HAP juga
Spektrum 1H NMR fraksi 3A disajikan pada banyak dihasilkan.
Lampiran 3. Fraksi 3B dan 4B yang bobotnya
terbanyak ketiga dan keempat juga ditentukan
spektrum 1H NMR-nya (Lampiran 4) dan
didapati merupakan pengotor. Fraksi 4A
merupakan sisa β-diketon yang tidak bereaksi.
Gambar 7 Reaksi sintesis fenil asetat

(a) (b) (c)


Gambar 8 Reaksi penataan-ulang Fries fenil
Gambar 6 β-Diketon terprenilasi kasar (a); asetat.
fraksi 3 (b) dan 3A (c) dari β-
diketon terprenilasi Tahap berikutnya adalah esterifikasi o-
HAP menjadi o-BAP (Gambar 9) dilanjutkan
dengan penataan-ulang Baker-Venkataraman
(BV) senyawa o-BAP tersebut menghasilkan
β-diketon (Gambar 10). Penambahan basa
kuat KOH 85% mendeprotonasi karbon-α
pada o-BAP. Anion enolat yang terbentuk
memicu terjadinya penataan-ulang ester
melalui kondensasi Claisen intramolekul.
6

Pengasaman ion fenoksida yang terbentuk yang lebih sederhana. Basa K2CO3 digunakan
akan menghasilkan β-diketon. untuk mengambil Hα pada β-diketon sehingga
terbentuk karbanion yang berperan sebagai
nukleofili dan bereaksi SN2 dengan prenil
bromida. Kemungkinan lain, terjadi prenilasi
pada gugus –OH fenolik yang bersifat asam
dan mudah terdeprotonasi oleh K2CO3.
Mekanisme prenilasi selengkapnya dapat
dilihat di Lampiran 2.

Gambar 9 Reaksi benzoilasi o-HAP

Gambar 10 Reaksi penataan-ulang BV o-


BAP menjadi β-diketon. Gambar 11 Reaksi prenilasi β-diketon
Prenilasi dilakukan dengan bahan awal 10
Semua tahap produksi β-diketon mmol β-diketon. Setelah sintesis selama 24
menghasilkan rendemen yang tidak jauh jam diperoleh 4 fraksi KLTP dengan eluen n-
berbeda dengan rendemen tertinggi yang heksana-EtOAc (8:2). Dua fraksi paling
diperoleh Septiani (2011) dan Anggraini dominan ialah fraksi 3 dan 4 (Tabel 6). Fraksi
(2012) (Tabel 8). Mekanisme reaksi lengkap 1 dan 2 menunjukkan 1 noda pada berbagai
semua tahap produksi β-diketon dapat dilihat eluen, sedangkan fraksi 3 dan 4 menghasilkan
di Lampiran 3. Secara keseluruhan, β-diketon masing-masing 2 noda ketika dielusi dengan
murni pada penelitian ini diperoleh sebanyak n-heksana:EtOAc (99:1) (Tabel 7). Analisis
24% dari bahan awal fenol (Tabel 8) atau 59% sinyal-sinyal NMR proton fraksi 3A yang
dari o-HAP. merupakan senyawa β-diketon terdiprenilasi
dirangkum pada Tabel 9.
Tabel 8 Perbandingan hasil produksi Spektrum 1H NMR menunjukkan 28
β-diketon hidrogen yang tersebar dari 1.55 hingga 7.98
Septiani Anggraini Sugiarto ppm. Secara umum, proton tersebut terbagi
Tahap
(2011) (2012) (2012) menjadi 2 jenis, yaitu proton gugus prenil dan
I 95% - 96% proton cincin aromatik. Ada 2 jenis gugus
II 33% 41% 33% prenil, yaitu O-prenil dan C-prenil. Empat
III 44% 73% 76% sinyal singlet muncul di daerah alifatik dan
IV 85% 86% 83% berasal dari 4 gugus –CH3. Sinyal ini
V - - 93% merupakan bukti kuat bahwa diketon telah
VI 12% 26% 24% mengalami diprenilasi. Jika β-diketon hanya
Keterangan: termonoprenilasi, spektrum 1H NMR hanya
I = Sintesis PhOAc akan menunjukkan 2 sinyal pada daerah
II = Sintesis o-HAP tersebut dan jika tidak terjadi prenilasi, sinyal
III = Sintesis o-BAP proton –CH3 tidak muncul.
IV = Sintesis β-diketon
V = Pemurnian β-diketon
VI = Rendemen seluruh tahap

β-Diketon Terprenilasi

Prenilasi β-diketon dapat dilakukan Tabel 9 Posisi sinyal-sinyal 1H NMR β-


dengan prenil bromida atau prenil alkohol. diketon terdiprenilasi (pelarut
Pada penelitian ini digunakan prenil bromida CDCl3).
(Gambar 11) karena mekanisme sintesisnya
7

efek enantiotopik tersebut, maka hanya


muncul 1 sinyal. Menurut Pavia et al. (2009),
efek enantiotopik terjadi jika penggantian
salah satu proton dengan gugus lain akan
menghasilkan sepasang enantiomer.
Proton C-2 yang mengikat gugus prenil
bertetangga dengan 2 gugus karbonil sehingga
sangat terawaperisai dengan nilai geseran
kimia 5.53 ppm. Proton-α lazimnya memiliki
geseran kimia pada kisaran 2–3 ppm jika
hanya bertetangga dengan 1 gugus karbonil
dan tidak terjadi tautomerisasi. Adanya sinyal
proton C-2 ini membuktikan bahwa di antara
δH 500 Integrasi 2 gugus prenil yang terikat ke β-diketon,
Posisi Multiplisitas,
MHz
Karbon
(ppm)
J (Hz) (Σ H) hanya salah satu terikat ke atom C-2 sehingga
2 5.53 m 1 tersisa 1 proton, gugus prenil lainnya terikat
6 6.88 d, 8.4 1 ke atom O fenolik. Sinyal ini juga
7 7.52 t (lebar), 7.8 1 menunjukkan bahwa bentuk enol tidak
8 6.96 t (lebar), 7.8 1 dijumpai pada produk sintesis, berbeda
9 7.73 dd, 7.8, 1.9 1 dengan β-diketon kasar yang memunculkan
11, 15 7.98 d, 7.1 2 sinyal enol pada geseran kimia 15.59 ppm
12, 13,
7.40–7.45 m 3 (Septiani 2011). Sinyal kecil di daerah 12 ppm
14
(Lampiran 3) adalah sinyal pengotor. Jadi,
16 2.65–2.75 m 2
17 5.12 t (lebar), 5.85 1
keberadaan prenil menggeser kesetimbangan
1.55 s 3 tautomerisasi keto-enol ke bentuk keto.
19, 20, 1.59 s 3 Proton pada daerah aromatik terbagi
24, 25 1.63 s 3 menjadi 2 jenis, yaitu proton cincin A dan
1.68 s 3 cincin B. Jumlah total proton pada kedua
21 4.44 d, 6.5 2 cincin ini ada 8, sesuai dengan jumlah sinyal
1
22 5.25 t (lebar), 6.5 1 H NMR proton yang teramati pada kisaran 7–
8 ppm. Meskipun kedua cincin sama-sama
Proton pada posisi 17 dan 22 memiliki mengalami tarikan-elektron dari gugus
geseran kimia yang sangat berdekatan, yaitu karbonil, secara umum cincin A lebih
5.12 dan 5.25 ppm, daerah geseran kimia yang terperisai karena efek sumbangan-elektron
khas untuk proton vinilik. Proton vinilik pada dari atom O eter. Jadi, sinyal-sinyal yang lebih
posisi 17 lebih ke medan bawah karena ke medan atas dari 8 sinyal proton aromatik
adanya sedikit perambatan tarikan-elektron tersebut berasal dari cincin A.
dari atom O eter. Pola pembelahannya triplet Sinyal proton aromatik pada cincin A
karena bertetangga dengan gugus metilena. terbagi menjadi 2, yaitu daerah yang lebih ke
Kedua triplet tersebut agak melebar karena medan bawah (7 dan 9) dan yang lebih ke
pengaruh kopling alilik jarak-jauh, dan satu medan atas (6 dan 8). Posisi 7 dan 9 lebih
sama lain memiliki kemiripan pola terawapaerisai karena efek tarikan-elektron
pembelahan. gugus C=O menghasilkan geseran kimia di
Proton metilena pada posisi 21 lebih ke 7.52 ppm (posisi 7) dan 7.73 ppm (posisi 9).
medan bawah (4.44 ppm) dibandingkan Posisi 7 sedikit lebih ke medan atas karena
dengan proton metilena pada posisi 16 (2.65– posisinya lebih jauh dari C=O sehingga efek
2.75 ppm) karena adanya tarikan-elektron tarikan-elektron yang dirasakan lebih lemah.
langsung oleh atom O eter. Normalnya proton Sementara posisi 6 dan 8 lebih terperisai
–CH2– memiliki geseran kimia di sekitar 2–3 karena efek-sumbangan elektron dari atom O
ppm seperti pada proton 16. Sinyal proton 21 eter.
memiliki pola pembelahan doblet karena Sinyal proton aromatik pada cincin B
bertetangga dengan sebuah proton vinilik, terbagi menjadi 2 daerah. Kelompok sinyal
sedangkan sinyal proton 16 triplet karena juga pertama dihasilkan oleh 2 proton yang
bertetangga dengan atom hidrogen-α. Efek berposisi orto (11 dan 15) terhadap gugus
enantiotopik menyebabkan kedua proton 16 karbonil dengan geseran kimia 7.98 ppm.
muncul sebagai 2 sinyal berbeda dalam Sinyal kedua dengan integrasi ~3 di daerah
spektrum NMR meskipun kondisinya setara 7.40–7.42 ppm merupakan tumpang-tindih
secara kimia. Proton 27 tidak memperlihatkan
8

sinyal yang berasal dari 3 proton di posisi hydroxybenzoic acids. Bull Korean Chem
meta dan para terhadap gugus karbonil. Soc. 25:1945-1947.
1
Spektrum H NMR β-diketon
Kim HP, Son KH, Chang HW, Kang SS.
terdiprenilasi masih memiliki beberapa sinyal
2004. Anti-inflammatory plant flavonoids
pengotor. Sinyal pengotor ini sebagian juga
and cellular action mechanisms. J
terdeteksi pada spektrum 1H NMR untuk
Pharmacol Sci. 96:229-245.
fraksi 3B dan 4B (Lampiran 4). Hal ini
menunjukkan bahwa pengotor yang ada
Musthapa I. 2009. Keanekaragaman metabolit
kemungkinan besar terbawa dari β-diketon
awal. Jadi, senyawa β-diketon yang telah sekundr turunan fenol dari beberapa
dimurnikan diduga belum cukup murni dan spesies tumbuhan Artocarpus asal
Indonesia serta aktivitas biologinya
masih perlu dimurnikan lebih lanjut seperti
dengan kromatografi kolom. Namun, secara [disertasi]. Bandung (ID): Institut
umum pengotor yang muncul lebih sedikit Teknologi Bandung.
dibandingkan dengan spektrum 1H NMR hasil
sintesis dengan β-diketon tanpa pemurnian Nay B, Arnaudinaud V, Vercauteren J. 2002.
sama sekali (hasil tidak dipublikasikan). Total synthesis of asymmetric flavonoids:
the development and applications of 13C-
labelling. CR Chimie 5:577-590.
SIMPULAN DAN SARAN Nogueira MA, Mahalga EG, Magalha AF,
Biloti DN, Laverde A, Pessine FBT,
β-Diketon murni telah berhasil disintesis Carvalho JE, Koh LK, Antonio MA,
dengan rendemen 24% dalam 4 tahap dari Marsaioli AJ. 2003. A novel sunscreen
senyawa awal fenol. Prenilasi β-diketon agent having antimelanoma activity. Il
tersebut dengan prenil bromida dan basa Farmaco. 58:1163-1169.
K2CO3 dalam aseton menghasilkan β-diketon
terdiprenilasi di Cα dan di O dengan rendemen Nomura T, Hano Y, Aida M. 1998.
49%. Isoprenoid-subtituted flavonoids from
Pemberian gugus pelindung pada gugus – Artocarpus plants (Moraceae).
OH β-diketon diperlukan agar diperoleh Heterocycles 47: 179-1205.
produk yang termonoprenilasi di Cα. β-
Diketon yang digunakan juga perlu Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS, Vyvyan
dimurnikan kembali. JR. 2009. Introduction to Spectroscopy.
Ed ke-4. Belmont: Brooks/Cole.
Septiani D. 2011. Sintesis 1-(2-hidroksifenil)-
DAFTAR PUSTAKA 3-fenilpropana-1,3-dion dari o-
hidroksiasetofenon dan benzoil klorida
Anggraini L. 2012. Sintesis flavon dari fenol [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
dan benzoil klorida [skripsi]. Bogor (ID): Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Sukadana IM. 2009. Senyawa antibakteri
Arifin B. 2010. Pembuatan β-diketon sebagai golongan flavonoid dari buah belimbing
zat antara untuk sintesis 3-prenilflavon manis (Averrhoa carambola Linn.). J Kim.
[tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi 3:109-116.
Bandung.
Tseng TH, Chuang SK, Hu CC, Chang CF,
Aslam M, Intekhab J. 2009. Isolation of a Huang YC. 2010. The synthesis of
flavonoid from the roots of Citrus sinensis. morusin as a potent antitumor agent.
Mal J Pharmaceut Sci. 7:1-8. Tetrahedron. 66:1335-1340.
Ferlinahayati. 2010. Fitokimia dan sifat Valant-Vetschera KM, Wollenweber E. 2006.
sitotoksik senyawa turunan fenol dari Flavones and flavonols. Di dalam:
genus Morus yang tumbuh di Jawa Barat. Andersen OM, Markham KR..
[disertasi]. Bandung (ID): Institut Flavonoids: Chemistry, Biology, and
Teknologi Bandung. Applications. Boca Raton: CRC Pr. hlm
679, 684-689, 692.
Lee JI, Son HS, Park H. 2004. An efficient
synthesis of flavones from 2- Wang X, Yao N, Dixon S, Lam KS. 2007.
Synthesis of flavonoid analogues as
scaffolds for natural product-based
9

combinatorial libraries. J Comb Chem. 9:


668-676.
Wheeler TS. 1963. Flavone. Org Synth. 4:478.
Zuhra CF, Tarigan JBr, Sihotang H. 2008.
Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid
dari daun katuk (Sauropus androgunus (L)
Merr.). J Biol Sumatera. 3:7-10.
10

LAMPIRAN
11

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Asetilasi fenol
menjadi fenil asetat Penataan-ulang fenil asetat
(modifikasi Septiani menjadi o-HAP (Anggraini 2012)
2012)

Benzoilasi o-HAP
menjadi o-BAP
(Anggraini 2012)

Penataan-ulang Baker-Venkataraman
o-BAP menjadi β-diketon
(Anggraini 2012)

Pemurnian β-diketon
(modifikasi Wheeler 1963)

Prenilasi β-diketon
(modifikasi Noguiera et al. 2000)

Pencirian spektroskopi
produk prenilasi β-diketon
12

Lampiran 2 Mekanisme reaksi setiap tahap sintesis


Sintesis Fenil Asetat

Sintesis o-HAP

 
Serangan orto

 
Serangan para

Sintesis o-BAP
13

Sintesis β-diketon

Prenilasi β-diketon
14

Lampiran 3 Spektrum 1H-NMR hasil prenilasi β-diketon fraksi 3A

D
Kelimpahan

E C
B

Geseran kimia (ppm)

Perbesaran sinyal di daerah B:


Pengotor

Pengotor
Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)


15

Perbesaran sinyal di daerah A:

Pengotor
Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)

Perbesaran sinyal di daerah C:


Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)


16

Perbesaran sinyal di daerah D:


Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)

Perbesaran sinyal di daerah E:


Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)


17

Lampiran 4 Spektrum 1H-NMR hasil prenilasi β-diketon fraksi 3B dan 4B

Spektrum Fraksi 3B: 3 sinyal pengotor yang ditemukan pada β‐diketon


terdiprenilasi (fraksi 4A)
Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)

3 sinyal pengotor yang ditemukan pada


Spektrum Fraksi 4B: βdiketon- terdiprenilasi (fraksi 4A)
Kelimpahan

Geseran kimia (ppm)

Anda mungkin juga menyukai