Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

A. Konsep dan Hakikat Agama Islam

Konsep adalah Istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak: kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yg menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Konsep ialah gagasan, gambaran, bayangan tentang suatu hal yang berasal dari pikiran
manusia. Secara istilah konsep merupakan sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) & peribadatan kepada Tuhan, serta tata kaedah yang berhubungan dengan
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia, dan alam.

Agama secara sederhana berarti pesan Tuhan atau sistem kepercayaan & peribadatan.
Agama sebagai kata kerja berarti meyakini/menganut suatu ajaran, misalnya fulan beragama
Islam, sedangkan agama sebagai kata benda adalah ajaran yang berisi perintah dan larangan
Tuhan. Agama bukan pengetahuan tentang Tuhan karena nalar dan panca indra manusia tidak
bisa mencapai dzat-Nya, tapi hati manusia bisa merasakan adanya keterhubungan/rasa
pengabdian terhadap Tuhan, seolah-olah kita merasa dilihat atau dibanyang-bayangi oleh
Tuhan, serta merasa dilindungi juga dijadikan tempat bergantung dan mengabdi kepada-Nya.

Ragam agama dan maknanya, meliputi : (1).Hindu-Budha: agamas (Sanskrit) berarti


tidak kacau, tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi, aturan tradisi, mengikatkan diri;
(2).Kristen: religic/religre (latin), yaitu: Gambaran keyakinan, adanya kekuatan luar biasa di
luar diri man, rasa takut, pengabdian; dan (3). Islam, Al-Din (Ibrani/Arab) = Balasan, adat,
aturan, kepatuhan, hutang.

Konsep agama Islam memiliki gagasan, pemahaman yang sangat luas meliputi hubungan
terhadap Tuhan dan sesama mahkluk. Kategori agama terbagi menjadi agama samawi dan
agama ardhi (bumi). Agama samawi adalah agama yang mengajarkan pengesaan terhadap
Tuhan, seperti pada kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran. Agama ardhi adalah agama
buatan manusia, seperti gafatar dan lainnya. Agama melahirkan budaya bukan kebalikannya.
Unsur-unsur agama yang sempurna meliputi ajaran, sistem keyakinan, sistem nilai, ritus
peribadatan yang bersifat tetap dan kebenarannya mutlak. Disinilah keunggulan agama Islam
karena tidak mengalami perubahan sejak zaman diturunkannya Al-Qur’an karena dijaga oleh
Allah SWT.
Al-Din sebagai cerminan Islam adalah menyadari akan keadaan keberhutangan (dana-
dayn), keadaan takluk, tunduk berserah, dan patuh pada perintah dan menjauhi larangan
Allah SWT, serta meyakini adanya ganjaran dan hukuman dari-Nya sebagai fitrah seorang
hamba. Sumber utama agama Islam adalah Al-Qur’an dan sumber kedua adalah hadits, serta
Ijtihad adalah penalaran/pengambilan keputusan berdasarkan kedua sumber tersebut.
Misalnya, hasil dari Ijtihad yang memperbolekan obat bius untuk keperluan medis yang
mendesak dengan kadar alkohol yang tidak memabukkan sesuai larangan dari Al-Qur’an dan
hadits.

Ajaran Islam meliputi aqidah (Keimanan terhadap Allah & semua yg


difirmankannya),syariah (Norma hukum aturan Allah untuk mengatur hubungan dengan
Allah, sesama manusia dan alam),dan ahklaq (Sikap atau perilaku yg nampak dari
pelaksanaan aqidah & syariah). Ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan agar dapat
membentuk pribadi muslim sejati yang jika diterapkan oleh setiap muslim maka akan
membentuk kesadaran masyarakat sesuai konsep Al-Din.

B. Keterkaitan Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan Kedokteran


Dalam poin pertama Standar Kompetisi Dokter Indonesia tahun 2012 seorang dokter
profesional dituntut untuk meyakini Ketuhanan yang Maha Esa, sehingga dokter tersebut
dapat berpikir dan bertindak benar sesuai arahan agama. Dalam perkara ini seorang dokter
beragama Islam harus mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah sesuai sabda Nabi Muhammad
SAW. “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya
selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunahku.”
(HR Al-Hakim). Pada poin kedua, dokter harus bermoral, beretika dan berdisiplin.
Komunikasi dasar terhadap pasien dilakukan dengan sikap ramah, sopan, dan penuh rasa
simpati agar pasien merasa tenang dan nyaman ,sehingga mungkin dapat mengurangi rasa
sakit si pasien serta menjalin hubungan saling percaya antara keduanya. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT. dalam QS. Ali-Imran ayat 159 yang artinya:"Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu....".
Adapun profesionalisme kedokteran sangat berkaitan erat dengan refleksi diri seorang
muslim, antara lain :
1) Exellency/unggul, yaitu dokter harus ahli dalam bidangnya. Oleh karena itu, dokter
dituntut mempelajari ilmu kedokteran secara menyeluruh baik yang baru/sedang
berkembang tiap tahunnya (long life learning). Tentu, ini sejalan dengan kewajiban salah
seorang muslim dalam suatu daerah (fardhu kifayah) untuk menuntut ilmu yang bersifat
‘aqliyyah (ilmu medis, teknik, pengetahuan umum lainnya) demi kemaslahatan umat.
Dalam surah At-Taubah ayat 122 artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Beberapa ulama menafsirkan pengetahuan
tentang agama disini mengatur segala aspek bidang masyarakat, sehingga ilmu ‘aqliyah
hukumnya fardu kifayah untuk dipelajari.
2) Akuntabilitas, yaitu seorang dokter harus bertanggung jawab atas tindakan yang diambil
saat menangani pasien. Begitu pula dengan seorang muslim harus melakukan sesuatu
dengan penuh tanggung jawab. Allah SWT. berfirman dalalm At-Taubah ayat 195 yang
artinya : "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya, serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan."
3) Altruisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan pasien/umum daripada
kepentingan pribadi, selaras dengan contoh sikap pengobanan kaum Anshar terhadap
kaum Muhajirin dalam Surah Al-Hasyr ayat 9 yang artinya : “Dan orang-orang (Ansar)
yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun
mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka
itulah orang-orang yang beruntung”
4) Humanisme adalah rasa perikemanusian, hormat, kasih sayang,dan integritas.
Perikemanusian dapat diwujudkan seorang dokter dengan tidak membedakan perlakuan
pasien berdasarkan latar belakangnya (suku, agama, ras, status sosial,dll). Sebagaimana
firman Allah SWT. Yaitu “janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Ma'idah Ayat 8). Seorang dokter harus menjaga Sumpah Dokter
(Sumpah Hippokrates) sebagai tolak ukur integritasnya. Menjaga janji juga merupakan
kewajiban bagi setiap muslim.  Dalam Qur’an suratAl Isra' ayat34 - “ ... dan tepatilah
janji, sesungguhnya janji itu nanti pasti akan dimintai pertanggungjawabannya”, di
Qur’an suratAn-Nahl ayat91 - “Tepatilah perjanjian dengan Allah bila kamu sekalian
berjanji”, dan di Qur’an surat Al Maidah ayat1 - “Wahai orang-orang yang beriman,
tepatilah janji-janjimu itu”

Pekerjaan dokter merupakan pekerjaan yang mulia karena berhubungan dengan


keselamatan nyawa seseorang, seperti melakukan pengobatan dan vaksinasi/penyuluhan
masyarakat untuk mencegah penyakit. Seperti firman Allah SWT dalam Al-Maidah ayat 32
yang artinya”.....Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya ....". Selain itu, Rasulullah
SAW dalam hal ini bersabda, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain." (H.R. Bukhari).

Namun, dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan memuji diri sendiri
berdasarkan kode etik kedokteran. Disamping itu, ajaran Islam juga melarang seorang
muslim untuk bersifat takabur dan riya. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Luqman Ayat 18).Rasulullah SAW. juga pernah bersabda yang artinya:“Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H. R. Muslim). Masih banyak lagi
ilmu Pendidikan Kedokteran yang selaras dengan ajaran Islam. Wallahu a'lam bish-shawab.

Referensi :

Al-Qur’an Karim, Hadits

M.-HASYIM-M.,-S.Ag.,M.Ed._Bahan-Bacaan-1-Makna-Agama.pdf

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf

Buku Panduan Mahasiswa, BLOK 1: Pengenalan Pendidikan Kedokteran.pdf

Muchasan, A. (2016). Pendidikan Islam Menurut Al-Ghozali (Telaah Atas Kitab Ihya’
Ulum Ad-dIN). INOVATIF: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama dan Kebudayaan, 2(1),
80-105.

Nihaya, H. (2016). Konsep Pendidikan Islam Dalam Prespektif Al Qur’an Surat at Taubah
Ayat 122. Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 27-38.
Tambunan, Q. (2018). Konsep Peserta Didik Dalam Surah At Taubah Menurut Tafsir Ibnu
Katsir Dan Tafsir Al Qurthubi (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Meddan).

Anda mungkin juga menyukai