Anda di halaman 1dari 1

PASAR REBO (Pos Kota) – Siswa kelas XI SMU Analisis Kesehatan Tunas Harapan, Pasar

Rebo, Jakarta Timur, babak belur dihajar teman-teman satu kelasnya. Remaja ini menjadi
bulan-bulanan hanya karena kerap membolos.

Feri Kurniawan, 17, menderita luka di bagian mata, lebam di seluruh wajah, dan juga benjol
di kepala. Remaja ini mengaku menerima semua perlakuan rekan-rekannya.

“Saya nggak sama sekali tak merasa dendam terhadap ulah teman-temannya saya. Ini adalah
teguran karena saya sering membolos sekolah,” Feri saat ditemui di tengah jam istirahat di
sekolaahnya, Senin (2/1).

Meski si korban mengaku menerima semua perlakuan teman-temannya dan sudah terjadi
setahun lalu , namun atas desakan keluarga, pengeroyokan itu dilaporkan ke Polres Jakarta
Timur belum lama ini. Tujuh orang siswa ditetapkan sebagai tersangka, yakni Ag, DP, Ol,
MF, MFa, RA, dan Fa.

Diceritakan Feri, pengeroyokan itu terjadi  21 Januari tahun lalu di dalam kelas, lantai dua
gedung SMU Analisis Kesehatan Tunas Harapan, Pasar Rebo. Feri sendiri bukan satu-
satunya yang dikeroyok, melainkan ada tiga siswa lain , yaitu Danu Setiawan, Hari
Wijayanto, dan Noval.

“Kami berempat sering membolos. Mulanya, kami disidang oleh teman-teman karena kami
sering membolos. Setelah disidang itu kami dikeroyok,” tutur Feri.

Korban sendiri mengakui, bahwa dirinya sudah sering bolos sekolah sejak duduk kelas dua.
Dimana dalam seminggu, ia bisa dua sampai tiga hari dia membolos, dengan alasan karena
dia sedang bosan. “Pokoknya kalau sudah malas sekolah ya saya numpang tidur di rumah
teman atau ke bengkel untuk memodifikasi sepeda motor GL 100 menjadi motor CB,”
ucapnya bangga.

Dari alasan itulah yang membuat teman-temannya kesal dan langsung memukul korban. Ia
pun tak berani membalas karena takut mengalami luka yang cukup parah. “Pokoknya pas
dipukul ya kami terima saja. Kalau nanti dibalas takutnya malah jadi masalah,” tuturnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala SMU Analisis Kesehatan Tunas Harapan, Endang Sukirman
mengakui pengeroyokan terhadap Feri oleh beberapa siswa. Namun pengeroyokan itu tak
diketahui oleh guru, melainkan baru diketahui setelah datang laporan dari kepolisian.

“Waktu habis kejadian, guru pengawas memeriksanya, namun semua siswa di kelas duduk
tenang. Rupanya anak-anak bersandiwara dengan kami,” ucap Endang.

Pada saat itu, lanjut Endang, Feri juga ikut bersandiwara bersama teman-temannya. Hal itu
juga terlihat saat kedua orangtua Feri datang ke sekolah, dan pada saat itu Feri mengirimkan
pesan singkat SMS kepada teman-temanny agar jangan ada yang mengaku telah mengeroyok
dia. “Namun semua kasus tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan, jadi tidak ada lagi
yang perlu diperpanjang,” ungkap kepala sekolah. (Ifand)

Anda mungkin juga menyukai