Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N YANG MENGALAMI
HIPERTENSI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
AKUT DI RS KARTIKA HUSADA

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:

MUHAMMAD RAMADHAN

SRP20317028

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N YANG MENGALAMI
HIPERTENSI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
AKUT DI RS KARTIKA HUSADA

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

MUHAMMAD RAMADHAN
NIM. SRP20317028

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Yang Mengalami
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut Di Rs Kartika Husada
Nama : Muhammad Ramadhan

NIM : SRP20317028

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler A

Menyetujui,
Pembimbing

Ns. Gusti Jhoni Putra, M. Pd, M. Kep


NIDN : 11166108503

ii
HALAMAN PEGESAHAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh :

Muhammad Ramadhan

NIM :SRP20317028

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Ilmiah Akhir

Program Studi Ners Regular A

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Tanggal 22 Juli 2021

Disetujui

Pembimbing Penguji

Ns. Gusti Jhoni Putra, M. Pd, M. Kep DR. Suriadi, MSN, AWCS
NIDN : 11166108503 NIDN : 1103076601

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd., M.Kep


NIDN: 1116108503

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-

benar hasil pekerjaan saya. Adapun kutipan atau seduran hanya sebatas referensi

semata dan apabila dikemudian hari karya ilmiah akhir yang saya buat ini terbukti

meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis

maupun sanksi pidana dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, Juli 2021

Hormat saya,

Muhammad Ramadhan

NIM. SRP20317028

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muhammad Ramadhan

Tempat,Tanggal Lahir : Pontianak, 31 Agustus 1998

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Status Dalam Keluarga : Anak ke-2 dari 3 bersaudara

Alamat Sekarang : Jl. Prof. M. Yamin, Gg. Morodadi 5. Jalur 1, No.

10

No. Hp 089616790805

Email : ramadhanmuhammad362@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : M. Thahir

Ibu : Nurdiana

v
Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 34 Pontianak Kota (2004-2010)

2. Mts Negeri 2 Pontianak (2010-2013)

3. MAN 3 (2013-2016)

4. STIK Muhammadiyah Pontianak (2016-

sekarang)

vi
KATA PENGANTAR

ç¸ u a´ ˚ u ç ¸
¹' ¹' ¸

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan
kesempatan dan kesehatan untuk menjalankan kehidupan ini menjadi lebih baik
dengan penuh kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan,
terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan dan kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Ny. N Yang Mengalami Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Rs Kartika Husada”

Selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir, penulis banyak mendapatkan


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Haryanto, S.Kep, Ns, MSN, Ph. D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
2. Bapak Gusti Jhoni Putra, S.Kep. Ners., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
Sekaligus Pembimbing Pertama Yang Telah Memberikan bimbingan,
motivasi dan masukan sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir
pada waktunya
3. Dosen dan seluruh civitas akademik STIK Muhammadiyah Pontianak
yang telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal
lain yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.

vii
4. Kedua orang tua, adik dan keluarga yang selalu memberikan doa,
semangat, dukungan moril serta kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
5. Annisya Siti Salwa yang menyemagati dan mensuport dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teman-teman satu angkatan Program Studi Ners Tahap Profesi Reguler
Angkatan 2020 STIK Muhammadiyah Pontianak yang saling membantu
dan memberikan motivasi dalam proses menyelesaikan karya ilmiah akhir.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,
perhatian, motivasi dan kerja sama kepada penulis dalam menyusun karya
ilmiah akhir.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, waktu, dan kemampuan. Untuk itu
penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini. Atas bantuan dari
semua pihak penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin

Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul


Khairot
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pontianak, Juli 2021

MUHAMMAD RAMADHAN
SRP20317028

viii
DAFTAR

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iv
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR SKEMA............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
ABSTRAK.........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................4
C. Sistematika Penulisan................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................7
A. Konsep Masalah Keperawatan Utama.......................................................7
B. Konsep Hipertensi.....................................................................................16
D. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................38
A. Pengkajian.................................................................................................38
B. Diagnosis, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Keperawatan...............46
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................66
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan................................................66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................74
A. Kesimpulan................................................................................................74
B. Saran..........................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................77
LAMPIRAN.......................................................................................................80

ix
DAFTAR

Skema 3.1 Genogram.....................................................................................41

x
DAFTAR

Gambar 2.1 Skala Nyeri..................................................................................14


Gambar 2.2 Visual analog scale (VAS)..........................................................15
Gambar 2.3 Verbal ranting scale (VRS).........................................................16
Gambar 2.4 Numeric ranting scale (NRS)......................................................16
Gambar 2.5 Wong baker pain (WBP).............................................................17

xi
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
(NERS)

MUHAMMAD RAMADHAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Yang Mengalami Hipertensi Dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rs Kartika Husada
ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten


dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal.
Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakkan gejala. Pada tahun 2016 didapatkan data prevalensi hipertensi
di Kota Pontianak sebanyak 3.859 kasus dan meningkat pada tahun 2017 menjadi
14.639 kasus.

Tujuan: Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


nyeri akut.

Metode Penyelesaian Masalah: Metode penyelesaian masalah pada karya ilmiah


ini adalah menggunakan strategi pelaksanaan diagnosa asuhan keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Hasil: Berdasarkan data subjektif dan data objektif penulis mendapatkan masalah
keperawatan, kemudian penulis melakukan intervensi serta implementasi, dan
setelah itu penulis melakukan evaluasi masalah keperawatan pada Ny. N teratasi.

Kata Kunci: Nyeri Akut, Hipertensi

xii
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
(NERS)

MUHAMMAD RAMADHAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Yang Mengalami Hipertensi Dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rs Kartika Husada
ABSTRAK

Background: Hypertension can be defined as persistent blood pressure where the


systolic pressure is above 140 mmHg and the diastolic pressure is above 90
mmHg. Hypertension is the main cause of heart failure, kidney failure. Called the
silent killer because people with hypertension often do not show symptoms. In
2016 data on the prevalence of hypertension in Pontianak City were 3,859 cases
and increased in 2017 to 14,639 cases.

Objective: Able to carry out nursing care for clients with acute pain disorders.

Problem Solving Method: The problem solving method in this scientific work is
to use the strategy of implementing nursing care diagnoses, interventions,
implementation and evaluation of nursing.

Results: Based on subjective data and objective data, the authors get nursing
problems, then the authors perform interventions and implementations, and after
that the authors evaluate nursing problems in Ny. N resolved.

Keywords: Acute Pain, Hypertension

xiii
BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut

sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering tidak

menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015 dalam Sumaryati, 2018).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan

angka diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan

alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(Sphygomanometer) ataupun alat digital lainnya (Irwan,2016 dalam

Sumaryati, 2018).

World Health Organization (WHO) mencatat prevalensi hipertensi di

Amerika sebanyak 35%. Secara keseluruhan di antara orang dewasa yang

menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga

mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari

dan tidak mengetahui faktor resikonya, para peneliti memperkirakan bahwa

tekanan darah tinggi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler

pada setiap tahun (WHO, 2015 dalam Jayanti, 2017).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 dalam Jayanti,

2017 menunjukkan hasil survei dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8

1
2

provinsi yang kasus penderita Hipertensi melebihi rata – rata, yang paling

tinggi Provinsi Jawa Timur (37,4%) diikuti oleh provinsi Bangka Belitung

(30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa

Barat (29,4%), Gorontalo (29%), Sulawesi Tengah (28,7%), Kalimantan

Barat (28,3%) Sulawesi Utara (27,1%) (Riskesdas, 2013,13 dalam Jayanti,

2017). Sementara di Jombang hipertensi menduduki peringkat ke 5 dengan

jumlah 45.099 orang, khususnya di Pulorejo angka kejadian hipertensi

sebanyak 5.041 orang (Dinkes Kab Jombang, 2014,1 dalam Jayanti, 2017).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,

jumlah kasus hipertensi di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2017 (dalam

Martiningsih, 2015) sebanyak 17.376 kasus. Dalam tiga tahun terakhir,

penyakit hipertensi berada pada urutan kedua dari gambaran 10 besar

penyakit terbanyak di Kota Pontianak. Pada tahun 2016 didapatkan data

prevalensi hipertensi di Kota Pontianak sebanyak 3.859 kasus dan meningkat

pada tahun 2017 menjadi 14.639 kasus. Berdasarkan data capaian penderita

hipertensi yang dilayani di seluruh Puskesmas Kota Pontianak pada tahun

2017, tercatat bahwa di Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak

menunjukkan angka capaian hipertensi dilayani paling rendah yaitu dari

jumlah estimasi penderita hipertensi sebanyak 5.547 kasus hanya 63 orang

yang datang berobat ke pelayanan kesehatan dengan capaian persentase

sebesar 1,1%.

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat


3

menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas

fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009,19 dalam Jayanti, 2017).

Makanan dapat mempengaruhi penyakit hipertensi, jenis makanan yang

menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung

pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, dan kelebihan

konsumsi lemak (Susilo dan Wulandari,,(2011,22 dalam Jayanti, 2017).

Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya,

padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita

hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap

ringan penyakitnya. Sehingga keluhan hipertensi ditemukan ketika sudah

memasuki masa kronis atau menetap dan menimbulkan berbagai macam

komplikasi. Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ yang di serang,

seperti serebrovaskular, mata, kardiovaskular, ginjal, arteri perifer, maupun

yang lainnya, Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan masalah

keperawatan yang serius apabila tidak cepat ditangani dengan baik. Masalah

keperawatan yang akan timbul akibat hipertensi adalah nyeri akut, penurunan

curah jantung, kelebihan volume cairan, Ketidakefektifan koping, intoleransi

aktivitas, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera,

defisiensi pengetahuan dan ansietas. Hal ini jika tidak segera ditangani, akan

mengakibatkan iskemik jaringan otak dan bahkan menyebabkan kematian

(Gunawan, 2012 dalam Rahman, 2019).

Masalah keperawatan nyeri akut bisa ditangani dengan cara farmakologi

dan non farmakologi. Penanganan farmakologi pada hipertensi dengan


4

masalah nyeri akut dapat dilakukan dengan pemberian obat amlodipine dan

obat vasodilator lainnya sedangkan cara penanganan nyeri akut non

farmakologi yaitu dengan distraksi, relaksasi, mengubah pola hidup penderita

dan latihan fisik secara ergonomik, menurut (Muttaqin 2009 dikutip dalam

Saputro, 2013 dalam Rahman, 2019)

The International Association for the Study of Pain mendefiniskan nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri

merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan

sampai nyeri berat namun sejalan dengan proses penyembuhan (Price &

Wilson, 2014 dalam Iman, 2019).

A. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan ini adalah memberikan Gambaran

Tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Yang Mengalami

Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rs Kartika

Husada

2. Tujuan khusus

a. Memberikan gambaran pengkajian data pada Ny. N dengan kasus

Hipertensi Di RS Kartika Husada.

b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada Ny. N dengan

kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.


5

c. Memberikan gambaran intervensi keperawatan pada Ny. N dengan

kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.

d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada Ny. N

dengan kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.

e. Memberikan gambaran evaluasi tindakan keperawatan pada Ny. N

dengan kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.

f. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik lapangan asuhan

keperawatan pada Ny. N dengan kasus Hipertensi Di RS Kartika

Husada.

g. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dilakukannya

asuhan keperawatan pada Ny. N dengan kasus Hipertensi Di RS

Kartika Husada.

B. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan pada karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima (5)

BAB yaitu Bab I Pendahuluan, pada BAB ini terdiri dari latar belakang,

tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bagian inti dari sebuah tulisan

ilmiah dibuka dengan pendahuluan. Pendahuluan menghadirkan

spesifikasi yang menjadi perhatian penulis dan menjelaskan strategi yang

dikembangkan oleh penulis untuk membuat tulisan ilmiah. Bab II

Landasan Teori, berisi hasil penelusuran literatur atau studi kepustakaan

mengenai masalah yang dibahas dan konsep serta teori yang melandasi

penyelesaian masalah. Pendekatan yang digunakan adalah masalah

keperawatan utama yang dialami klien selama dalam masa perawatan. Bab
6

III Asuhan Keperawatan, Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan

yang diberikan kepada Ny. N, dengan Hipertensi di Rs. Kartika Husada.

Asuhan keperawatan ini dilakukan dari awal pengkajian pada tanggal 23

oktober 2020 sampai 25 Oktober 2020. Bab IV Pembahasan, memberikan

ulasan dan bahasan diagnosa keperawatan dengan Hipertensi pada Ny. N

yang ditinjau dari sudut pandang teori dan konsep. Pembahasan

difokuskan pada aspek pengkajian dan diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab V Kesimpulan Dan Saran,

Terakhir di bab ini, merujuk pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai.

Bagaimana teori ditetapkan dalam situasi yang nyata serta hasil yang

diperoleh, hambatan atau kemudahan yang dialami. Saran merupakan

ulasan usulan operasional yang ditunjukan untuk mengatasi atau

mengurangi hambatan-hambatan yang muncul saat melakukan asuhan

keperawatan, sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam kesimpulan.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

BAB ini penulis akan membahas tentang landasan teoritis berisi hasil

penelusuran literature atau studi kepustakaan mengenai masalah yang dibahas dan

konsep teori yang melandasi penyelesaian masalah. Masalah keperawatan utama

yang dialami klien selama masa perawatan adalah nyeri akut.

A. Konsep Masalah Keperawatan Utama


1. Definisi Nyeri

The International Association for the Study of Pain mendefiniskan

nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan

aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu intensitas bervariasi mulai

dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun sejalan dengan proses

penyembuhan ( Price & Wilson, 2014 dalam Iman, 2019).

Nyeri dapat di atasi dengan intervensi manajemen nyeri yaitu dengan

pemberian terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi

farmakologi terkadang dapat menimbulkan efek samping yang juga dapat

menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan terapi non

farmakologi yang merupakan tindakan mandiri perawat dengan berbagai

keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, simple dan

tidak berbiaya mahal salah satunya dengan kompres hangat. Terapi ini

7
8

dapat dilakukan dengan teknik relaksasi, distraksi, stimulasi dan imajinasi

terbimbing (Rosdalh & Kawalski, 2015 dalam Iman, 2019).

2. Etiologi

Menurut PPNI (2016), penyebab dari nyeri akut yaitu agen cedera

fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencendera kimiawi

(mis. Terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis). Abses,

amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan).

3. Manifestasi Klinis

Menurut PPNI (2016), manifestasi klinis dari nyeri akut yaitu

mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan

darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses

berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

4. Faktor penyebab nyeri

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis

yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien terhadap nyeri

dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi mencakup umur,

sosial budaya, status emosional, pengalaman nyeri masa lalu, sumber nyeri

dan dasar pengetahuan pasien.Kemampuan untuk mentoleransi nyeri dapat

rnenurun dengan pengulangan episode nyeri, kelemahan, marah, cemas

dan gangguan tidur. Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan obat-


9

obatan, alkohol, hipnotis, kehangatan, distraksi dan praktek spiritual (Le

Mone & Burke, 2008 dalam Prasetya, 2018).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara

lain:

a. Pengalaman Nyeri Masa Lalu

Semakin sering individu mengalami nyeri, makin takut pula

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan

diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit

mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan

sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu dengan

pengalaman nyeri berulang dapat 18mengetahui ketakutan peningkatan

nyeri dan pengobatannva tidak adekuat (Potter & Perry, 2005 dalam

Prasetya, 2018).

b. Kecemasan

Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan

dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.

Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar

serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil

dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang

mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri (Le Mone & Burke, 2008

dalam Prasetya, 2018).

c. Umur
1

Umumnya para lansia menganggap nyeri sebagai komponen

alamiah dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani

oleh petugas kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat

pada dewasa muda dapat dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa

tua. Orang dewasa tua mengalami perubahan neurofisiologi dan

mungkin mengalami penurunan persepsi sensori stimulus serta

peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang lebih

umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan,

kardiovaskuler atau diabetes mellitus dapat mengganggu transmisi

impuls saraf normal (Le Mone & Burke, 2008 dalam Prasetya, 2018).

d. Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.

Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis

kelatnin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya dijumpai

pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan

alat reproduksi 19atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan

jenis kelamin (Le Mone & Burke, 2008 dalam Prasetya, 2018).

5. Klasifikasi nyeri

Dua kategori dasar yang secara umum diketahui menurut Smeltzer

(2010) dalam buku Prasetya (2010), adalah sebagai berikut:

a. Nyeri akut
1

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan

dengan cidera spesifik. Nyeri akut didefinisikan bahwa kerusakan atau

cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa

nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari

situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan

tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya

menurun sejalan dengan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini

umunya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu

bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri

yang berlangsung dari beberapa dtik hingga enam bulan.

Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyri akut dapat sembuh

secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh, jari

yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang

hilangdengan cepat, barangkali dalam beberapa detik atau beberapa

menit. Pada kasus dengan kondisi yang lebih berat, seperti fraktur

ekstremitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan

dengan penyembuhan tulang.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronok dapat tidak

mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk
1

diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat

menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan

sebagaimana mestinya, nyeri kronik biasanya menjadi masalah dengan

sendirinya.

Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung

selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu

periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan

nyeri kronik. Suatu episode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri

kronik sebelum enam bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri

dapat tetap bersifat akut secara primer selama lebih dari enam bulan.

Meskipun demikian setelah enam bulan banyak nyeri yang dialami

diikuti dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan nyeri itu

sendiri. Nyeri kronik tidak mempunyai tujuan yang berguna dan jika hal

ini menetap, ini menjadi gangguan utama.

c. Skala nyeri

Berdasarkan eksperesi wajah dapat dilihat:

Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale) 0 = Tidak ada rasa

sakit. Merasa normal. 1 nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat

ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak

pernah berpikir tentang rasa sakit. 2 (tidak menyenangkan) = nyeri

ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. 3 (bisa ditoleransi) = nyeri


1

Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung

berdarah, atau suntikan oleh dokter. 4 (menyedihkan) = Kuat, nyeri

yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. 5

(sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti

pergelangan kaki terkilir 6 (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk

begitu kuat sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian

indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu. 7 (sangat

intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar

mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi

dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri. 8 (benar-benar

mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat

berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang

parah jika sakit datang dan berlangsung lama. 9 (menyiksa tak

tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa

mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera

menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek

samping atau risikonya. 10 (sakit tak terbayangkan tak dapat

diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang

tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini.

Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah,

tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit

yang luar biasa parah. Pengelompokan: Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri

Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu) Skala nyeri 4-6
1

berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik) Jika kedua skala nyeri

di atas digabungkan maka akan menjadi seperti ini:

Gambar: 2.1 Skala nyeri

d. Penilaian Nyeri

Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri

menggunakan skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi. Skala

assessment nyeri Uni-dimensional:

1) Hanya mengukur intensitas nyeri

2) Cocok (appropriate) untuk nyeri akut

3) Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome pemberian

analgetik

4) Skala assessment nyeri uni-dimensional ini meliputi 4:

a) Visual Analog Scale (VAS) Skala analog visual (VAS) adalah

cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala

linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang

mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai

garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa - tanda pada tiap

sentimeter.

Gambar: 2.2 Visual Analog Scale (VAS)


1

Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau

pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,

sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang

mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS

juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri.

Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat

utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana.

Namun, untuk periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat

karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta

kemampuan konsentrasi.

b) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan

pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri.

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)

Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode

pascabedah, karena secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu

mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal


1

menggunakan katakata dan bukan garis atau angka untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat

berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat

dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang,

cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini

membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan

berbagai tipe nyeri.

c) Numeric Rating Scale (NRS)

Gambar: 2.4 Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap

dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada

VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya

adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa

nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri

dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar

kata yang menggambarkan efek analgesik.

d) Wong Baker Pain Rating Scale Digunakan pada pasien dewasa

dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas

nyerinya dengan angka


1

Gambar 2.5 Wong Baker Pain

(Yudiyanta, Novita Khoirunnisa, Ratih Wahyu Novitasari, 2015


dalam Prasetya, 2018).

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan

tekanan darah melebihi 140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah, semakin

tinggi tekanannya, maka semakin tinggi pula resikonya ( Sylvia A.Price,

2015 dalam Iman, 2019).

2. Anatomi Fisiologi Jantung dan Pembuluh darah

Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah

menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri darah,

jantung, dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan

melakukan pertukaran zat dengan sel-sel tersebut harus di pompa secara

terus-menerus oleh jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari

jantung, memompa darah melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk


1

melakukan pertukaran antara oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012

dalam Iman, 2019).

Gambar: 2.6 Anatomi Fisiologi Jantung dan Pembuluh darah

Walaupun jantung memompa darah ke seluruh tubuh, jantung tidak

menerima nutrisi dari darah yang di pompanya. Nutrisi tidak dapat

menyebar cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk

memberi nurisi semua lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk

alasan ini, miokardium memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu

sirkulasi koroner (Tortora, 2012 dalam Iman, 2019).

Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronari kiri

dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisan dari sinus aorta pada

dasar aorta, di belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblockade

oleh tonjolan katup selama sistol karena adanya aliran sirkulasi dan

sepanjang siklus jantung.

Arteri koronari kanan terus berjalan diantara bronkus pulmonalis dan

atrium kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah

jantung, arteri terbagi menjandi cabang descendes anterior. Terdapat


1

anastomosis antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri descendens

anterior dan poserior, meskipun anastomosis ini tidak cukup untuk

mempertahankan perfusi jika salah satu sisi sirkulasi konorer tersumbat.

Sebagaian besar darah kembali ke atrium kanan melalui sinus

koronarius dan vena jantung anterior. Vena koronari besar dan kecil secara

berturut-turut terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan

berakhir di dalam sinus. Banyak pembuluh-pembuluh kecil lainnya yang

langsung berakhir di dalam ruang jantung, termasuk vena thebesisn dan

pembuluh arterisinusoidal. Sirkulasi koroner mampu membentuk sirkulasi

tambahan yang baik pada penyakit jantung iskemik, misalnya oleh plak

ateromatoa. Sebagai besar ventrikel kiri disuplai oleh arteri koronari kiri,

dan oleh sebab itu adanya sumbatan pada arteri tersebut sangant

berbahaya, AVN dan nodus sinus disuplai oleh arteri koronaria kanan pada

sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini dapat menyebabkan

lambatnya denyut jantung dan blockade AVN ( Aaronson, 2010 dalam

Iman, 2019).

Gambar 2.7 Arteri dan vena koroner di bagian anterior


2

(Tortora, 2012 dalam Iman, 2019)

Fisioligi utama pembuluh darah arteri untuk mendristribusikan darah

yang kaya oksigen (O2) dari jantung keseluruh tubuh, sedangkan fungsi

utama vena adalah mengalirkan darah yang membawa sisa metabolisme,

dan karbon dioksida (C02) dari jaringan, kembali kejantung. Pada

peredaran darah paru, pembuluh arteri mengandung darah miskin oksigen

(O2) dan banyak karbon dioksida (C02) sedangkan vena pulmonal

mengadung banyak oksigen. Darah dalam vena dapat dipompakan oleh

jantung menimbulkan perubahan tekanan yang mampu memompakan

darah dari jantung dan kembali ke jantung. Tekanan darah sangat penting

dalam sistem sirkulasi darah selalu diperlukan untuk daya dorong

mengalirkan darah dalam arteri, arteriole, kapiler dan sistem vena sehingga

terbentuk aliran darah yang menetap. Pada perekaman tekanan didalam

sistem arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya

sekitar 120 mmHg, tekanan ini disebut tekanan sistole, tekanan ini

menyebabkan aorta distensi, sehingga tekanan didalamnya turun sedikit.

Pada saat diastole, ventrikel tekanan aorta cenderung menurun sampai 80

mmHg, tekanan ini dalam pemeriksaan disebut diastolik. Adapun pusat

pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh:

a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat yang terdapat di batang otak, diluar

susunan saraf pusat, dan sistemik

b. Sistem humoral: Berlangsung lokal atau sistemik, seperti renin

angiostensi, vasopresin, dan epinefrin.


2

c. Sistem hemodinamika: Lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,

susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik, hidrostatik bagian luar dan

dalam sistem vaskuler (Syaifudin, 2013 dalam Iman, 2019).

3. Etiologi

a. Hipertensi Esensial

Penyebab hipertensi esensial atau hipertensi primer bersifat

multifaktorial, yakni sebagai hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut.

Beberapa faktor yang memicu timbulnya hipertensi tersebut antara lain

faktor risiko, aktivitas sistem saraf simpatik, keseimbangan vasodilatasi

dan vasokonstriksi pembuluh darah, serta aktivitas sistem renin-

angiotensin. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko di antaranya

usia, jenis kelamin, dan faktor herediter atau keturunan. Selain itu pola

hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol, merokok, kurang

olahraga, dan makanan berlemak dapat menjadi pemicu hipertensi.

Seiring dengan pertambahan usia, elastisitas dinding pembuluh darah

semakin menurun. Demikian pula dengan jenis kelamin, laki-laki

memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini

berkaitan dengan adanya hormon estrogen pada wanita yang

berkontribusi pada kelenturan pembuluh darah. Penurunan produksi

estrogen pada usia menopause membuat risiko pada wanita juga akan

meningkat.Faktor lain yang dapat memicu hipertensi adalah

perangsangan sistem saraf simpatik. Berbagai kondisi yang

menimbulkan stresor baik secara fisik maupun psikologis dapat memicu


2

aktivitas saraf simpatik Efek yang ditimbulkan dari perangsangan

sistem saraf simpatik adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan

peningkatan denyut jantung. Kedua hal ini akan menyebabkan

peningkatan resistensi perifer pembuluh darah sistemik sehingga

memicu peningkatan tekanan darah. Selain itu perangsangan sistem

saraf simpatik memicu aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron

yang berperan dalam meningkatkan tekanan darahSistem renin-

angiotensin-aldosteron sebenarnya be-kerja secara otonom sebagai

respons terhadap kondisi tubuh. Saat terjadi syok, peningkatan sistem

saraf simpatik, atau penurunan kadar natrium, ginjal akan mengeluarkan

renin yang mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I.

Selanjutnya atas bantuan Angiotensin converting enzym (ACE)

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Keberadaan angiotensin II

ini akan memicu pengeluaran aldosteron oleh korteks adrenal.

Keberadaan aldosteron ini akan menarik air dan NaCl tetap di dalam

tubulus sehingga meningkatkan volume cairan ekstraseluler yakni

dalam pembuluh darah Angiotensin II ini juga memicu vasokonstriksi

darah. Kombinasi peningkatan volume pembuluh darah dan

vasokonstriksi ini menyebabkan peningkatan tekanan darah.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu.

Angka kejadiannya berkisar antara 10-20% saja. Beberapa penyakit

atau kelainan yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder antara lain:


2

1) Glomerulonefritis akut Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan

memburuk dengan cepat. Jika tidak segera ditangani maka dapat

menyebabkan gagal jantung

2) Sindrom nefrotik

Penyakit ini berlangsung lambat danmenimbulkan gejala klinis

sindrom nefrotik seperti proteinuria berat, hipoproteinemia, dan

edema yang berat. Meskipun pada tahap awal fungsi ginjal masih

baik, namun lama kelamaan daya filtrasi glomerulus semakin

menurun, faal ginjal memburuk, dan terjadi kenaikan tekanan

darah.

3) Pielonefritis

Terdapat kaitan antara pielonefritis dan adanya hipertensi.

Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan kelainan struktur

bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal. Diagnosis klinis sering

sukar ditegakkan. Namun demikian terdapat keluhan yang biasanya

muncul yaitu nyeri pinggang, mudah lelah, dan rasa lemas pada

badan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya

proteinupiuria, dan kadang-kadang disertai dengan hematuria.

4) Kimmelt Stiel Wilon

Penyakit pada ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit

diabetes melitus yang berlangsung lama Gejala yang timbul

nyerupai glomerulonefritis kronis dapat disertai dengan tekanan


2

darah tinggi. Penyakit ini memiliki prognosis yang buruk, penderita

dapat meninggal akbat gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.

5) Hipertensi renovaskular

Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis.

Stenosis yang terjadi pada arteri renalis ini memicu pengeluaran

renin yang berlebihan. Meskipun kemudian mengalami penurunan,

namun kadarnya tidak akan mencapai tingkat terendah. Selain itu

terdapat pula penambahan volume cairan tubuh serta peningkatan

curah jantung. (Deni, Nuriswati, & Arafat, 2016 dalam Prasetya,

2018).

4. Manifestasi klinis

a. Sakit kepala (pusing, migrain)

b. Gampang marah

c. Epistaksis (mimisan)

d. Tinitus (telinga berdenging)

e. Palpitasi (berdebar-debar)

f. Kaku kuduk

g. Pandangan mata berkunang-kunang

h. Susah tidur

i. Tekanan darah di atas normal

(Awan Harianto dan Rini Sulistyowati, 2017 dalam Iman, 2019)

5. Penatalaksanaan hipertensi

a. Farmakologi
2

Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat

berikut:

1) Hidroklorotazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dengan dosis tunggal

pada pagi hari

2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tungga

3) Propanolol mulai dari 10mg dua kali sehari

4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari

5) Nifedipin mulai dari 5mg dua kali sehari

b. Non farmakologi Hipertensi

Langkah awal biasanya dengan mengubah pola hidup penderita, yakni

dengan cara: (Ardiansyah 2012 dalam )

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau

kadar kolesterol darah tinggi

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap hari

4) Mengurangi konsumsi alkohol

5) Berhenti merokok

6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat.

6. Komplikasi

a. Storoke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di

otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah nonotak.
2

Stroke dapat terjadi karena hipertensi kronis apabila arteri yang

pemperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah yang diperdarahinya menjari berkurang. Arteri otak

yabg mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga dapat

meningkatkan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trhombus yang dapat menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan waktu hantaran

listrik saat melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan resiko pembentukan pembekuan darah.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakanprogresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,

darah akan mengalir ke unit fungsional ginjal neuron akan terganggu,

dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin, sehingga

tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.


2

d. Ensefalopati

Atau sering juga disebut dengan kerusakan otak yang dapat terjadi

terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat).

Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang

intertisium di seluruh susuan saraf pusat. Akibatnya neuron-neuron di

sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian. (Ardiansyah

2012 dalam Rahman, 2019).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu:

a. Biodata

Data lengkap dari pasien meliputi: nama lengkap, umur, jenis

kelamin, kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi:

nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan pasien dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang

disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan Sekaran


2

Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing,

jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan

pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan

epistaksis spontan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan:

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic,

lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor-

faktor yang meningkatkan resiko seperti: obesitas, alcohol,

merokok, serta polisetemia.

b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:

Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria

dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika

orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik

resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.

a) Riwayat psikososial

Gejala: Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah

kronik, factor stress multiple.


2

Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka

tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola

bicara.

b) Riwayat spiritual Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan

kasus hipertensi belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari

dan kepercayaan masing-masing individu.

c) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : Pasien nampak lemah

2) Tanda-tanda vital:

Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi

juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

diastolic di atas 90 mmHg.

4) Review of sistem

a) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan

tung kongesti/ katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda:

Kenaikan tekanan darah Nadi: denyutan jelas dari karotis,

jugularis, radialis, perbedaan denyut. Denyut apical: titik point of

maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat. Frekuensi /

irama: takikardia, berbagai disritmia. Bunyi jantung: tidak

terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi

jantung III. Murmur stenosis valvular. Distensi vena


3

jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak terdengar di atas

karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). Ekstremitas:

perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin

lambat atau tertunda.

b) Neurosensori

Gejala: Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub

occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis. Tanda: Status

mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,

proses fikir atau memori. respon motorik: penurunan kekuatan,

genggaman tangan Perubahan retinal optik: sclerosis,

penyempitan arteri ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat,

hemoragi.

c) Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung).

Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital

berat. Nyeri abdomen/massa.

d) Pernafasan (berhubungan dengan efek ardiopulmonal tahap lanjut

dari hipertensi menetap/berat).

Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,

ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok.


3

Tanda: Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan,

bunyi nafas tambahan, sianosis.

e) Keamanan Keluhan:

Gangguan koordinasi / cara berjalan. Gejala: Episode parastesia

unilateral transien, hypotensi postural.

d. Aktivitas sehari-hari

1) Aktivitas

Gejala: Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda:

Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.

2) Eliminasi

Gejala: Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,

obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

3) Makanan dan cairan

Gejala: Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,

lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti

vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.

e. Pemeriksaan diagnostic

1) BUN/ kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi /fungsi

ginjal.

2) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-

katkan hipertensi.
3

3) Urinalisa: Darah, protein, glukosa sangat m engisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

4) EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi.

f. Penatalaksanaan

1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan

dan diet rendah garam.

2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada

hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor,

beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretic mengurangi massa

ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan

yang paling efektif.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang

mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengalami

perubahan yang tidak diharapkan (Mubarak, 2009: 62 dalam Suriyanti,

2018):

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia

miokardia.

b. Nyeri (akut): sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral pada region sub oksipital


3

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic pola

hidup monoton.

3. Intervensi keperawatan

Resiko Tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi dan iskemia miokardia.

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan penurunan

curah jantung tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

a. Tekanan darah dalam batas normal/terkontrol (110/70-120/80 mmHg)

b. Irama dan Frekuensi Jantung stabil (HR=60-100x/i)

c. Akral hangat

d. Kulit tidak pucat

e. Pengisian kapiler (Capilarry refile) baik, kembali dalam waktu 2-3 detik

f. Oedema tidak ada

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia

Tabel 2.1. Intervensi keperawatan diagnosa 1


Intervensi Rasional

1) Pantau tekanan darah, ukur 1) Perbandingan dari tekanan

tangan/paha, untuk evaluasi memberikan gambaran yang

awal lebih lengkap tentang bidang


3

2) Catat keberadaan, kualitas masalah vascular.

denyutan sentral dan 2) Denyutan karotis, jugularis,

perifer radialis dan femoralis

3) Auskultasi tonus jantung mungkin teramati/terpalpasi.

dan bunyi nafas 3) Umum terdengar pada pasien

4) Amati warna kulit, hipertensi berat karena adanya

kelembaban suhu, dan hipertrofi atrium

masa pengisiaan kapiler 4) Adanya pucat, dingin, kulit

5) Catat edema umum dan lembab, dan masa pengisian

tertentu kapiler lambat mungkin

6) Berikan lingkungan tenang, berkaitan dengan

nyaman, kurangi vasokonstriksi

aktivitas/keributan 5) Dapat mengindikasikan gagal

lingkungan jantung, kerusakan ginjal, dan

7) Pertahankan pembatasan vascular.

aktifitas 6) Membantu untuk menurunkan

8) Lakukan tindakan yang rangsangan

nyaman simpatis:meningkatkan

9) Anjurkan tekhnik relaksasi, relaksasi

panduan imajinasi, 7) Menurunkan stress dan

aktivitas pengalihan ketegangan yang

10) Pantau respons terhadap mempengaaruhi tekanan

obat untuk mengontrol darah

tekanan darah. 8) Mengurangi ketidaknyamanan

11) Berikan obat-obatan sesuai dan dapat menurunkan

indikasi rangsangan simpatis

12) Berikan pembatasan cairan 9) Menurunkan rangsangan yang

dan diit natrium sesuaii dapat menimbulkan stress,

indikasi sehingga dapat menurunkan

tekanan darah.

10) Respon terhadap terapi obat


3

tergantung padindividu dan

efek sinergis obat

11) Karena efek kerja obat

bervariasi waktupun secara

umum dapat menurunkan

tekanan darah

12) Dapat menangani retensi

cairan dengan respon

hipertensi

Nyeri akut: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan


vascular selebar

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan diagnosa 2

Intervensi Rasional
1) Pertahankan tirah baring 1) Meminimalkan

selama fase aktif stimulus/tindakan relaksasi

2) Berikan tindakan non 2) indakan yang menurunkan

farmokologis untuk tekanan vaskuler serebal dan

menghilangkan sakit yang memperlambat/memblok

kepala respon simpatis efektif dalam

3) Hilangkan minimal menghilangkan sakit kepala

aktifitas vasokontraksi dan komplikasinya.

yang dapat meningkatkan 3) Aktifitas yang meningkatakan

sakit kepala. vasokontraksi menyebabkan

4) Bantu pasien dalam skit kepala.

ambulasi sesuai 4) Pasien juga dapat mengalami

kebutuhan. episode impotensi postural.

5) Berikan cairan,makanan 5) Meningkatkan kenyamanan

lunak,perawatan mulut umum.


3

yang teratur bila terjadi 6) Menurunkan nyeri dan

pendarahan hidung menurunkan rangsangan

6) Berikan obat sesuai system syaraf simpatis.

dengan indikasi analgesic. 7) Mengurangi tekanan dan

7) Anti ansientas. ketidak nyamanan yang

diperberat oleh stress

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tabel 2.3. Intervensi keperawatan diagnosa 3

Intervensi Rasional
1) Kaji respon pasien terhadap 1) Menyebutkan parameter

aktivitas, perhitungan membantu dalam mengkaji,

frekuensi nadi lebih dari respons fisiologis terhadap

20x/menit di atas frekuensi stress aktivitas dan bila ada

istirahat merupakan indicator dari

2) Instruksikan pasien tentang kelebihan kerja yang

teknik penghematan energy berkaitan dengan tingkat

3) Berikan dorongan untuk aktivitas

melakukan aktifitas 2) Teknik menghemat energy

perawatan diri terhadap jika mengurangi penggunaan

dapat di toleransi energy, juga membantu

keseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.

3) Kemajuan aktivitas terhadap

menncegah peningkatan kerja

jantung tiba
3

Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


masukan berlebihan berhubungan dengan kebutuhan metabolic, pola
hidup monoton dan keyakinan budaya.

Tabel 2.4. Intervensi keperawatan diagnosa 4

Intervensi Rasional
1) Kaji pemahaman pasien 1) Kegemukan adalah resiko

tentang hubungan langsung tambahan pada tekanan darah

antara hipertensi dan naik

kegemukan 2) Kesalahan kebiasaan makan

2) Bicarakan pentinganya dapat menunjang terjadinya

menurunkan masukan kalori arterosklerosis dan

dan batasi masukan lemak, kegemukan

garam, dan gula sesuai 3) Memberikan data dasar

indikasi tentang keadekuatan nutrisi

3) Dorong pasien untuk yang dimakan dan kondisi

mempertahankan masukan emosi saat makan.

makan harian termasuk kapan 4) Menghindari makanan tinggi

dan dimana makan dilakukan lemak jenuh dan kolesterol

dan lingkungan dan perasaan penting dalam menvegah

sekitar saat makanan di makan perkembangan aterogenesis

4) Instruksikan dan bantu 5) Memberikan konseling dan

memilih makan yang tepat, bantuan dengan memenuhi

hindari makanan dengan kebutuhan diet individual

kejenuhan lemak tinggi.

5) Rujuk ke ahli gizi sesuai

indikasi
3

4. Implementasi

Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada

tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri

tetapi juga melibatkan anggota keluarga. Faktor penghambat adalah

kondisi pasien yang sulit untuk dikaji dikarenakan usia klien sudah tua

sehingga penulis dalam melakukan pemeriksaan fisik tidak secara optimal.

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang

telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan keluarga agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah

ditetapkan. Tujuan evaluasi ini yaitu untuk melihat kemampuan keluarga

dalam mencapai tujuan.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N

DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
1. Identitas klien

Inisial klien : Ny. N

Tempat tanggal lahir : Pontianak, 26 Februari 1973, 48 Th

Jenis kelamin : Perempuan

Satus kawin : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Tanjung pulau, Dalam bugis, Pontianak

Timur

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kapan serang datang:

1 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengalami sakit hebat di bagian

kepala sehingga kalien tidak mampu menahan sakit, seperti ditususk tusuk,

Lamanya:

1 hari

Gejala:

39
4

Klien mengalami nyeri pada bagian kepala sampai ke tengkuk sehingga

pasien tidak mampu untuk duduk dan berdiri, hanya bisa terbaring di

tempat tidur.

Faktor predisposisi:

Klien mengatakan bahwa penyakitnya tidak ditrunkan oleh keluarganya

Tindakan pengobatan:

Klien mengatakan kalau serangan sakit kepala datang pasien langsung

minum obat dan menempel koyo di bagian kepala

Harapan klien terhadap pemberian perawatan:

Klien mengatakan sakitnya tidak lagi ia rasakan sehingga bisa melakukan

aktivitas seperti biasanya.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

a. Penyakit

1) Kecelakaan dan hospitalisasi

2) Operasi

3) Penyakit yang paling sering diderita

b. Alergi

1) Tipe

2) Reaksi

3) Pengobatan

c. Imunisasi

d. Kebiasaan

1) Alcohol : Banyaknya : Lamanya :


4

2) Merokok : + Banyaknya : 1 bungkus / hari Lamanya : 15 th

e. Pola tidur

1) Sebelum sakit

pasien mengatakan bahwa saat sebelum sakit pasien bisa tidur

selama 8 jam sehari

2) Saat sakit

pasien mengatakan saat sakit ia tidak bisa tidur sama sekali karna

diakibatkansakit kepala yang ia rasakan tidak kunjung redah, pasien

mengatakan kalau pun bisa tidur diperkirakan salama 1 jam sehari

itu pun sering terjadi.

f. Pola latihan

1) Sebelum sakit

Saat sebelum sakit klien hanya melakukan kegiatan seperti biasa

memasak dan bersih-bersih.

2) Saat sakit

Saat sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur

g. Pola nutrisi

1) sebelum sakit

pasien mengatakan saat sebelum sakit ia makan selalu habis, tidak

ada pantangan saat makan

2) saat sakit

saat sakit pasien tidak mampu untuk makan, yang dimakan tidak

habis
4

h. Pola kerja

1) Saat sebelum sakit

Pasien mengatakan saat sebelum sakit ia berkerja sebagai orang

pintar yang bisa mengobati orang sakit

2) Saat sakit

Pasien yang dirawat

4. Riwayat Keluarga

a. Kesehatan anggota keluarga

Pasien menggatakan hanya dia yang memiliki riwayat hipertensi.

Genogram:

X X X

Keterangan:

: laki-laki

: Perempuan

: pasien

X : meninggal

: menikah
4

b. Faktor resiko penyakit dalam keluarga

Pasien mengatakan tidak ada penyakit turunan yang diturunkan

keluarganya.

5. Riwayat Lingkungan

a. Kebersihan: pasien mengatakan di sekitar rumah selalu bersih

b. Bahaya Kesehatan: pasien mengatakan tidak ada bahaya kesehatan

disekitar rumah nya.

c. Polutan: pasien mengatakan udara di sekitar rumah segar, jauh dari

polusi/ asap kendaraan.

6. Riwayat Psikososial

a. Bahasa yang digunakan: sehari-hari klien menggunakan bahasa melayu

b. Organisasi masyarakat: klien mengatakan sebelum sakit ia mengikuti

arisan dan ikut pengajian di masyarakat.

c. Sumber dukungan masyarakat: klien mengatakan mendapatkan support

dan doa dari masyarakat.

d. Suasana hati: pasien mengatakan sedih selama sakit

e. Tingkat perkembangan:

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
4

Inspeksi: bentuk simetris, rambut bewarna hitam, kebersihan kulit

baik

Palpasi: tidak ada nyeri tekan

b. Mata

Inspeksi: bentuk simetris, pupil isokor

Palpasi: tidak ditemukan kelainan

c. Hidung

Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat polip

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

d. Mulut dan tenggorokan

Inspeksi: mukosa bibir lembab

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, reflek menelan baik

e. Telinga

Inspeksi: tidak ditemukan cairan yang keluar, bentuk simetris

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada kelainan

f. Leher

Inspeksi: tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

g. Kelenjar limfe

Inspeksi: tidak terdapat pembengkakan di daerah aksila

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

h. Paru-paru

Inspeksi: tidak ditemukan kelainan


4

Perkusi: sonor

Palpasi: vocal kremitas kanan kiri sama

Auskultasi: vesikuler

i. Jantung

Inspeksi: bentuk simetris

Auskultasi: terdengar S1/S2 reguler

Perkusi: redup

Palpasi: teraba denyut jantung

j. Abdomen

Inspeksi: tidak ada ditemukan kelainan dan benjolan pada abdomen

Auskultasi: bising usus 12x/menit

Perkusi: terdengar suara dullness

Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan

k. Genetalia: pasien tidak terpasang kateter

l. Ekstremitas atas: bentuk simetris, tidak ditemukan kelainan

m. Ekstremitas bawah: bentuk simetris, tidak ditemukan kelainan

n. Kulit: tidak ditemukan pigmentasi kulit

8. Data penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan hasil nilai normal ranges


rujukan
WBC 17.5 10 9/ L 3.5 10.0
RBC 4.63 10 12/ L 3.50 5.50
HGB 13.0 a/ dl 11.5 16.5
4

HCT 41.3 % 35.0 55.0


PLT 382 10 q/ L 150 400
MPV 8.3 F1 8.0 11.0
PDW 11.0 F1 0.1 999
MCV 89.1 F1 75.0 100.0
LPCR 15.9 % 0.1 99.9
RDW% L 8.9 % 11.0 16.0
RDW a 72.8 F1 30.0 150.0
MCH 28.1 Pa 25.0 35.0
MCHC 31.5 9/ dl 31.0 38.0
LYM H 6.3 10 q/L 0.5 5.0
GRAN H 9.2 10 q/L 1.2 8.0
MID H 2.0 10 q/L 0.1 1.5
LYM % 36.0 % 15.0 50.0
GRA % 52.3 % 35.0 80.0
MID % 11.7 % 2.0 15.0

b. Rontgen: -

c. CT-Scan:-

d. EEG:-

e. ECG:-

f. Terapi/ pengobatan

1) Infus RL 20 tpm

2) Injeksi dekstrofen 1x

3) Injeksi ondan 3x

4) Captopril 25 mg 3x

5) Injeksi omeprazole 40 mg 2x1

6) Altran 3x1
4

7) Amlodiprine 1x100 mg

8) ISDN 3x5 mg

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Analisa data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS Agen pencedera biologis Nyeri akut

- Klien

mengatakan

nyeri pada
tekanan darah tinggi
bagian kepala

- P: nyeri datang

tiba-tiba
nyeri akut
Q: seperti di

tusuk-tusuk

R: sakit bagian

kepala

S: skala nyeri 7

T: nyeri hilang

datang

DO

- Klien meringis

kesakitan

- Klien tampak

gelisah

- Klien tampak

menunjukkan

nyeri pada

bagian kepala

belakang
4

TTV

TD: 200/ 100 mmgH

N: 86

S: 36,5

RR: 20 x/mnt

2. DS nyeri bagian kepala gangguan pola

- Klien mengeluh tidur

sulit tidur hambatan tidur

- Klien mengeluh

sering terjaga gangguan pola tidur

- Klien mengeluh

tidur tidak

nyenyak

- Klien

mengatakan

saat sebelum

sakit klien bisa

tidur selama 7-

8 jam/ hari

- Klien

mengatakan

saat sakit hanya

bisa tidur 1-3

jam/ hari

- Klien

mengatakan

sulit tidur saat

nyeri datang

DO

- Klien tampak

lemah, lesu
4

- Mata klien

tampak cekung

3. DS sirkulasi darah yang Resiko perfusi

- Klien kurang ke otak serebral tidak

mengatakan efektif

pusing dibagian hipertensi

kepala

- Klien perfusi serebral tidak

mengatakan efektif

mual

- Klien

mengatakan

sudah 5 th

mengalami

penyakit

hipertensi

- Klien

mengatakan

memiliki

riwayat

merokok

DO

- Klien tampak

lemah

- TTV

- Td : 200/100

mmHg

- S : 36,6 ‘C

- N : 86 x/m

- RR : 20 x/m
5
5

2. Intervensi Keperawatan

No Diangnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah Observasi: 1. untuk mengetahui tingkatan

Tgl: agen pencedera dilakukan - Identfikasi nyeri agar mempermudah

23/10/2020 fisiologis tindakan karakteristik nyeri tindakan yang akan diberikan

keperawatan (mis. Pereda, 2. membatasi aktivitas pasien

3x24 jam di kualitas, lokasi, 3.pasien bisa mengatasi nyeri

harapkan nyeri intensitas, secara mandiri

klien berkurang frekuensi, durasi) 4. menyiapkan lingkungan yang

dengan kriteria - Identifikasi riwayat nyaman ke pada pasien

hasil : alergi obat 5. meredakan nyeri

1. Keluhan - Identfikasi

nyeri cukup kesesuaian jenis

menurun (4) analgesik (mis.

2. Meringis Non-narkotik,

cukup NSAID) dengan

menurun (4) tingkat keparahan

3. Gelisah nyeri

cukup - Monitor tanda-

menurun (4) tanda vital sebelum

dan sesudah

pemberian

analgesik

- Monitor efektifitas

analgesik

Terapeutik:

- Pertimbangkan

penggunaan infus

kontinu, atau bolus


5

opioid untuk

mempertahankan

kadar dalam serum

- Tetapkan target

efektifitas analgesik

untuk

mengoptimalkan

respons pasien

Edukasi:

- Jelaskan efek terapi

dan efek samping

obat

kolaborasi:

- Kolaborasi

pemberian dosis

dan jenis analgesik,

sesuai indikasi

2. Gangguan pola setelah dilakukan 1. Identifikasi pola 1. Untuk mengetahui

tidur b.d nyeri tindakan aktivitas dan tidur aktivitas pasien

pada bagian keperawatan 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui

kepala 3x24 jam pengganggu tidur letak dimana pasien

diharapkan: (fisik/psikososial) mengalami gangguang

1. keluhan sulit 3. modifikasi saat tidur

tidur cukup lingkungan 3. Membuat pasien

meningkat (4) 4. batasi waktu tidur tenang dan rileks saat

2. keluhan sering siang tidur

terjaga cukup 5. jelaskan pentingnya 4. Agar mempermudah

meningkat (4) tidur cukup selama istirahat pada malam

3. keluhan tidak sakit. hari

puas tidur cukup 5. Agar pasien lebih

meningkat (4) memahami bahwa


5

4. keluhan tidur penting untuk

istirahat tidak kesehatan tubuh.

cukup, cukup

meningkat (4)

3. Resiko perfusi setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui penyebab

selebral tidak tindakan penyebab timbulnya resiko

efektif b.d keperawatan peningkatan peningkatan tekanan

hipertensi, 3x24 jam 2. Monitor status darah

kurangnya diharapkan: pernapasan 2. Mempertahankan

asupan darah ke 1. tingkat 3. Berikan posisi semi status pernafasan

otak kesadaran cukup fowler 3. Memberikan rasa

meningkat (4) 4. Hindari pemberian nyaman

2. sakit kepala cairan IV hipotonik 4. Timbulnya gejala

cukup menurun 5. Pertahankan suhu yang lain/ komplikasi

(4) tubuh normal 5. Menghindari kejang-

3. tekanan darah kejang

sistolik cukup

membaik (4)

4. tekanan darah

diastolic cukup

membaik (4)
5

3. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf
waktu (DAR)
1 Jumat Nyeri akut b.d DATA S:

23-10-2020 Agen pecendera fisiologis DS : - Klien

- Klien mengatakan nyeri mengatakan 55


dibagian kepala
masih nyeri
- P : saat diam
- P : saat diam
- Q : Seperti ditusuk –
- Q : seperti
tusuk
ditusuk tusuk
- R : Kepala
- R : kepala
- S : Skala 7
- S : Skala 7
- T : Ilang datang
- T : ilang
DO :
datang
- klien meringis
O:
kesakitan
- Klien
- klien tampak mencarai
melakukan
posisi pereda nyeri
tehnik
TTV
relaksasi
TD : 200/100 mmHg
nafas dalam
N : 86 x/m
- Klien telah
S : 36,6 ‘C
menghindari
RR : 20 x/m
suara
ACTION
kebisingan
- mengidentifikasi,
- Setelah
lokasi, karakteristik,
diberikan
frekuensi, kualitas,
obat analgetik
intensitas nyeri
nyeri
- mengajarkan tehnik
berkurang
relaksasi nafas dalam
sedikit,
- mengontrol lingkungan
Dexketoprofe
yang memperberat rasa
n 2x1
nyeri
TTV
- kaloborasi pemberian
TD : 200 / 100
analgetik
mmHg
RESPON
N : 90 x/m
RS :
S : 36,5 ‘C
- klien mengatakan nyeri
RR : 20 x/m
berkurang sedikit

- P : saat diam
A:
- Q : seperti di tusuk-
Masalah Belum
tusuk
teratasi
- R : Kepala
P:
- S : Skala 7
Lanjutkan Intervensi
2. Jumat gangguan pola tidur b.d Data 20.0 WIB

23-10-2020 nyeri pada bagian kepala Ds: S:

- Klien mengeluh sulit - Klien 56


tidur mengataka

- Klien mengeluh sering n masih

bangun tengah malam sulit tidur

- Klien mengatakan tidur akibat

tidak nyenyak nyeri yang

- Klien mengatakan sulit dirasakan

tidur akibat nyeri yang - Klien

dirasakan mengataka

- Klien mengatakan n sering

hanya bisa tidur selama terbangun

1-3 jam sehari saat tidur

- Klien mengatakan - Klien

sudah 2 hari tidur tidak mengataka

nyenyak n tidak

DO: nyenyak

- Klien tampak lesu tidur

- Mata klien tampak - Klien

cekung mengataka

- Klien tampak kurang n saat sakit

konsentrasi tidur hanya

Action: 1-3 jam

- Mengidentifikasi pola - Klien

aktivitas dan tidur mengeluh

- Mengidentifikasi faktor sudah 2


pengganggu tidur hari sulit
- Membatasi waktu tidur tidur
siang O:
- Menjelaskan - Klien
pentingnya tidur cukup tampak
selama sakit lesu

Respon: - Mata klien

RS: tampak
- Klien mengatakan sulit cekung
tidur karena nyeri - Klien
- Klien mengatakan tidur sudah bisa
siang hanya sekitar 1 memodifik
jam asi
RO: lingkungan
57
3. Jum’at Resiko perfusi selebral Data S:

23-10-2020 tidak efektif b.d hipertensi, DS : - Klien

kurangnya asupan darah ke - Klien mengatakan mengatakan

otak pusing dibagian kepala masih sakit

- Klien mengatakan mual kepala

- Klien mengatakan O:

sudah 5 th mengalami - Pasien

penyakit hipertensi tampak

- Klien mengatakan lemah

memiliki riwayat TTV

merokok - TD : 190 /

100 mmHg

DO : - N : 90 x/m

- Klien tampak lemah - S : 36.5 ‘C

- TTV - RR : 20

- Td : 200/100 mmHg x/m

- S : 36,6 ‘C A:

- N : 86 x/m masalah belum

- RR : 20 x/m teratasi

Action P:

- Mengidentifikasi lanjutkan intervensi

penyebab peningkatan

- Memonitor status

pernafasan

- Memberikan posisi

semifowler

- Mempertahankan subu

tubuh normal

Respon

RS :

- Klien mengatakan

masih sakit kepala

RO :

- TTV Klien

- Td : 190 / 100 mmhg

- N : 90

- S : 36.5 ‘C

- RR : 20x/m
1. Sabtu Nyeri akut b.d Data S:

24-10-2020 Agen pecendera fisiologis Ds : - Klien

- Klien mengatakan nyeri mengatakan 58


dibagian kepala
nyeri
- P : saat diam
berkurang
- Q : seperti ditusuk-
sedikit
tusuk
- P : saat diam
- R : kepala
- Q : seperti
- S : skala 6
ditusuk-tusuk
- T : ilang datang
- R : kepala
Do :
- S : skala 5
- Klien meringis
- T : ilang
kesakitan
datang
- Klien tampak mencari
O:
posisi pereda nyeri
- Klien tampak
Ttv
lebih tenang
- Td : 150 / 110 mmhg
sedikit
- N : 84 x/m
- Klien mampu
- S : 36.0 ‘C
melakukan
- RR : 20 x/m
tehnik
Action
relaksasi
- Mengidentifikasi,
nafas dalam
lokasi, karakteristik,
- Setelah
frekuensi, kualitas,
diberikan
intensitas nyeri
obat nyeri
- Mengajarkan tehnik
berkurang
relaksasi nafas dalam
sedikit
- Mengontrol lingkungan
Ttv
yang memperberat rasa
- Td : 150 /
nyeri
110 mmhg
- Kaloborasi pemberian
- N : 84 x/m
obat analgetik
- S : 36.0 ‘C
(Dexketoprofen 1x)
- RR : 20 x/m
Respon
A:
Rs :
masalah teratasi
- Klien mengatakan nyeri
sebagian
berkurang sedikit
P:
- P : saat diam
lanjutkan intervensi
- Q : seperti ditusuk-

tusuk

- R : kepala
2 Sabtu gangguan pola tidur b.d Data S:

24-10-2020 nyeri pada bagian kepala DS : - Klien

- Klien mengeluh sulit mengataka 59


tidur
n masih
- Klien mengeluh sering
sulit tidur
terjaga
karana
- Klien mengeluh tidur
nyeri
tak nyenyak
- Klien
- Klien sulit tidur karna
mengataka
nyeri yang timbul
n tidur
- Klien mengatakan saat
siang < 1
sakit tidur hanya 1-3
jam sehari
jam sehari
- Klien
Do :
mengataka
- Klien tampak lesu
n saat
- Mata klien cekung
malam
Action
bisa tidur
- Mengidentifikasi pada
sekitar 1-3
aktivitas dan tidur
jam sehari
- Mengidentifikasi faktor
itu pun
penganggu tidur
sering
- Membatasi waktu tidur
terjaga
siang
O:
Respon
- Klien
Rs :
tampak
- Klien mengatakan
lesu
masih sulit tidur karana
- Klien
nyeri
tampak
- Klien mengatakan tidur
lesu
siang < 1 jam sehari
- Klien
- Klien mengatakan saat
mulai
malam bisa tidur sekitar
memahami
1-3 jam sehari itu pun
pentingnya
sering terjaga
tidur
Ro :
cukup
- Klien tampak lesu
saat sakit
- Klien mulai memahami
A:
pentingnya tidur cukup
masalah belum
saat sakit
teratasi

P:
Lanjutkan Intervensi
60

3 sabtu resiko perfusi serebral Data S:

24-10-2020 tidak efektif b.d DS : - Klien

hipertensi - Klien mengatakan mengatakan

pusing dibagian kepala sakit kepala

- Klien mengatakan mual sudah

- Klien mengatakan berkurang

sudah 5 th mengalami O:

penyakit hipertensi - TD: 150/100

- Klien mengatakan mmHg

memiliki riwayat N: 84

merokok RR: 20x/menit

DO : S: 36,0

- Klien tampak lemah A: Masalah sudah

- TTV teratasi sebagian

- Td : 150 / 90 mmHg P: lanjutkan

- S : 36,6 ‘C intervensi

- N : 86 x/m

- RR : 20 x/m

Action

- Mengidentifikasi

penyebab peningkatan

- Memonitor status

pernafasan

- Memberikan posisi

semifowler

- Mempertahankan subu

tubuh normal

Respon

RS :

- Klien mengatakan sakit

kepala sudah berkurang

RO :

- TTV Klien

- Td : 150 / 100 mmhg

- N : 90

- S : 36.5 ‘C

- RR : 20x/m
1 Minggu Nyeri akut b.d Data S:

25–10-2020 Agen pecendera fisiologis Ds : - Klien

- Klien mengatakan nyeri mengatakan 61


dibagian kepala
nyeri
- P : saat diam
berkurang
- Q : seperti ditusuk-
dibagian
tusuk
kepala
- R : kepala
- P : saat diam
- S : skala 4
- Q : seperti
- T : ilang datang
ditusuk-tusuk
Do :
- R : kepala
- Klien tampak gelisah
- S : skala 3
- Klien merigis
- T : ilang
Ttv
datang
- Td : 140/90 mmHg
O:
- S : 36,6 ‘C
- Klien tampak
- N : 90 x/m
lebih tenang
- RR : 20 x/m
sedikit
Action
- Klien mampu
- Mengidentifikasi,
melakukan
lokasi, karakteristik,
tehnik
frekuensi, kualitas,
relaksasi
intensitas nyeri
nafas dalam
- Mengajarkan tehnik
- Setelah
relaksasi nafas dalam
diberikan
- Mengontrol lingkungan
obat nyeri
yang memperberat rasa
berkurang
nyeri
sedikit
- Kaloborasi pemberian
Ttv
obat analgetik
- Td : 140/90
(Dexketoprofen 1x)
mmHg
Respon
- S : 36,6 ‘C
Rs :
- N :90 x/m
- Klien mengatakan nyeri
- RR : 20 x/m
berkurang sedikit
A : masalah teratasi
- P : saat diam
P:
- Q : seperti ditusuk-
Hentikan Intervensi
tusuk

- R : kepala

- S : skala 3

- T : ilang datang
2 Minggu gangguan pola tidur b.d Data S:

25–10-2020 nyeri pada bagian kepala DS : - Klien


62
- Klien mengeluh sulit mengataka
tidur n masih
- Klien mengeluh tidur sulit tidur
tak nyenyak karana
- Klien mengatakan saat nyeri
sakit tidur hanya 4-6 - Klien
jam sehari mengataka
Do : n tidur
- Klien tampak lesu siang < 1
- Mata klien cekung jam sehari
Action - Klien
- Mengidentifikasi pada mengataka
aktivitas dan tidur n saat
- Mengidentifikasi faktor malam
penganggu tidur bisa tidur
- Membatasi waktu tidur sekitar 5-6
siang jam sehari
Respon itu pun
Rs : sering
- Klien mengatakan
terjaga
masih tidur sedikit lebih
O:
enak
- Klien
- Klien mengatakan tidur
tampak
siang < 1 jam sehari
lesu
- Klien mengatakan saat
- Klien
malam bisa tidur sekitar
tampak
5-6 jam sehari
lesu
Ro :
- Klien
- Klien tampak lemah
mulai
- Klien mulai memahami
memahami
pentingnya tidur cukup
pentingnya
saat sakit
tidur

cukup

saat sakit

A:

masalah teratasi

P:

Hentikan intervensi
6

3 Minggu resiko perfusi serebral Data S:

25–10-2020 tidak efektif b.d DS : - Klien

hipertensi - Klien mengatakan mengatakan

pusing dibagian kepala sakit kepala

- Klien mengatakan sudah

sudah 5 th mengalami berkurang

penyakit hipertensi O:

- Klien mengatakan - TD: 140/80

memiliki riwayat mmHg

merokok - N: 84

DO : - RR 20x/menit

- Klien tampak lemah - S: 36,0

- TTV A: Masalah teratasi

- Td : 140/90 mmHg P: Hentikan

- S : 36,6 ‘C Intervensi

- N : 86 x/m

- RR : 20 x/m

Action

- Mengidentifikasi

penyebab peningkatan

- Memonitor status

pernafasan

- Memberikan posisi

semifowler

- Mempertahankan subu

tubuh normal

Respon

RS :

- Klien mengatakan sakit

kepala sudah berkurang

RO :

- TTV Klien

- Td : 140 / 90 mmhg

- N : 90

- S : 36.5 ‘C

- RR : 20x/m
6
BAB IV

PEMBAHASA

Bab ini akan memberikan ulasan dan bahasan mengenai asuhan

keperawatan yang diberikan kepada Ny. N dengan Hipertensi ditinjau dari

sudut pandang konsep dan teori. Pembahasan difokuskan pada askep

pengkajian dan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi serta

evaluasi.

A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Setiadi, 2012). Pengkajian adalah proses untuk

mengumpulkan dan menganalisa data dalam menentukan diagnosa

keperawatan.

Pada tahap pengkajian terdapat persamaan antara kasus dan teori.

Sebelumnya klien memiliki riwayat perokok aktif rokok dapat

meyebabkan plak pada pembeluh darah sehingga akan menghambat

aliran darah yang akan memperberat kerja jantung hal ini sejalan

dengan hasil penelitian (Ni’mah, 2019) memaparkan bahwa perokok

aktif dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (Hipertensi) karena

merokok adalah salah satu penyebab terjadinya hipertensi karena zat-zat

dalam rokok yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah atau

65
6

arterosklerosis. Merokok dapat menyebabkan tekanan darah meningkat

karena zat nikotin dalam rokok menyebabkan penyempitan dindin

pembuluh darah arteri.

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan

tekanan darah melebihi 140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah,

semakin tinggi tekanannya, maka semakin tinggi pula resikonya (Sylvia

A.Price, 2015 dalam Iman, 2019). Jika tekanan darah diatas normal atau

hipertemsi maka akan cenderung darah yang yang membawa oksigen

dan nutrisi tidak akan sampai dengan baik pada bagian tubuh terutama

pada bagian kepada sehingga bagian ini akan kekurangan aksigen dan

akan memaksa untuk melakukan metabolisme anaerob yang akan

mnimbulkan nyeri pada bagian kepala.

2. Diangnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah

(Nursalam, 2011).

Diagnosa-diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien. Diagnosa nyeri akut


6

menjadi diagnosa yang utama karena nyeri jika tidak ditangani segera

akan mempengaruhi pola aktivitas sehari-hari klien sehingga

mempengaruhi proses penyembuhannya dan akan mengakibatkan rasa

ketidaknyamanan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Maslow

keamanan/kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan

penanganan dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang

lainnya (Perry, 2013).

Diagnosa kedua yang di angkat oleh penulis adalah gangguan pola

tidur, gangguan pola tidur ini terjadi karena adannya nyeri, kecemasan

yang sering dialami oleh klien sehingga perlu mendapatkan penanganan

hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Susanti, 2020) menunjukkan

adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas tidur pada pasien dengan hipertensi

sangat erat hubungannya dengan kecemasan yang dialami pasien

hipertensi. Peneliti (Arissandi, dkk 2019) memaparkan bahwa pola tidur

yang kurang baik dapat mempengaruhi tekanan darah karena hal ini

akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh terutama dalam hal

pengeluaran hormon yang dapat memicu meningkatnya tekanan darah.

Sedangkan diangnosa yang ke tiga adalah resiko perfusi serabral

tidak efektif hal ini dikarenakan tekanan darah yang tinggi akan

beresiko menghambat perfusi serebral pada pasien hal ini sejalan

dengan hasil penelitan (Azizah, 2019) bahwa Nyeri yang timbul

diakibatkan karena ketidakefektifan perfusi jaringan otak, yang mana


6

terjadi akibat darah yang membawa oksigen tidak sampai ke pembuluh

darah otak sehingga terjadi iskemik yang akan menyebabkan terjadinya

infark.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan penulis pada kasus

Ny. N ada 3 diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu:

a. Nyeri akut b.d Agen pecendera fisiologis

b. Gangguan pola tidur b.d Nyeri kepala

c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi

Berdasarkan teori terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul,

sedangkan berdasarkan kasus diatas terdapat 3 diagnosa keperawatan

yang muncul. Diagnosa keperawatan berdasarkan teori adalah Resiko

tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia

miokardia, Nyeri akut: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan

tekanan vascular selebar, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen, Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan berhubungan dengan kebutuhan

metabolic, pola hidup monoton dan keyakinan budaya. Diagnosa-

diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan keluhan-keluhan

yang dirasakan oleh klien.


6

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2011).

Pada intervensi atau rencana, proses keperawatan setelah data

terkumpul, di analisa dan ditentukan rencana keperawatan. Perencanaan

juga disusun berdasarkan prioritas masalah, tujuan dari tindakan,

penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan pada masing-masing

diagnosa keperawatan.

Rencana keperawatan yang penulis susun dalam karya ilmiah

akhir ini menggunakan referensi dari Nurarif (2015). Pada

pelaksanaannya disesuaikan dengan kasus dan kebutuhan klien. SLKI

(Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan pada saat

merumuskan tujuan keperawatan dan kriteria hasil. Sedangkan SIKI

(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan sebagai

referensi dalam merumuskan intervensi keperawatan.

Penentuan intervensi keperawatan dalam karya ilmiah akhir ini

menggunakan referensi dengan mempertimbangkan jenis

intervensi/tindakan yang sesuai dengan kemampuan perawat, kondisi

klien, penilaian efektivitas dan efisiensi keberhasilan mengatasi

masalah klien. Pada karya ilmiah akhir ini menggunakan beberapa


7

intervensi salah satunya adalah ajarkan klien teknik pengendalian nyeri

dengan berkolaborasi dengan medis untuk pemeberian analgesic

(dexketoproven) untuk mengatasi nyeri hal ini dilakukan oleh penulis

dikarenakan nyeri yang dialami oleh klien sudah termasuk nyeri berat

dengan skala 7 hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Vitaloka, 2019)

bahwa Obat non-antibiotik yang digunakan golongan antiinflamasi

sebesar 36%. Obat yang digunakan yaitu asam mefenamat, natrium

diklofenak, dexketoprofen. Salah satu kandungan Natrium diklofenak

telah memberi peran sebagai analgesi yang efektif. Natrium diklofenak

menjadi analgesik yang efektif dinilai oleh pengurangan skor nyeri.

4. Implemtasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesikomfik. Tujuan dari implementasi adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).

Strategi pelaksanaan yang penulis gunakan dalam memberikan

tindakan keperawatan khususnya untuk mengatasi masalah keperawatan

utama pada Ny. N yaitu dengan teknik kompres hangat pada leher.

Menurut Amilia (2013), mengatakan bahwa intensitas nyeri setelah

dilakukan intervensi mengalami penurunan karena dapat melancarkan

aliran darah serta menurunkan ketegangan otot. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian (Setyawan, 2014) bahwa Kompres hangat merupakan


7

salah satu penatalaksanaan nyeri dengan memberikan energi panas

melalui konduksi, dimana panas tersebut dapat menyebabkan

vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan relaksasi otot

sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen,

serta nutrisi ke jaringan.

Implementasi keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 23

Oktober 2020 sampai 25 Oktober Secara umum, intervensi yang telah

direncanakan pada diagnosa keperawatan dapat diimplementasikan baik

yang bersifat mandiri maupun kolaborasi intervensi yang diberikan

bersifar kolaborasi pemeberian analgesic dikarenakan nyeri yang dilami

oleh pasien sudah masuk ke tahap nyeri berat dengan skala nyeri 7

sehingga penulis berinisiatif untuk melakukan kolaborasi pemberian

analgesik hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Wahyuni, 2020)

bahwa penatalaksanaan hipertensi yang dilakukan ialah mengkonsumsi

obat anti hipertensi yaitu Kaptopril 25 mg, tetapi setelah dilakukan

pengukuran tekanan darah didapatkan hasil bahwa nilai tekanan darah

yaitu 180/120 mmHg yang berarti Penatalaksanaan hipertensi dengan

obat-obatan dan diet sering mengalami ketidakberhasilan karena

kurangnya kepatuhan keluarga.

Dalam pelaksanaan, penulis tidak mempunyai hambatan dari pihak

klien maupun keluarga. Penulis melakukan implementasi selama 3 hari

sesuai dengan rencana intervensi yang telah direncanakan.


7

Kekuatan dari implementasi ini adalah saat penulis melakukan

tindakan keperawatan, klien menerima tindakan keperawatan yang

dilakukan penulis dan keluarga klien dapat diajak bekerjasama dalam

membantu proses penyembuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi

(Nursalam, 2011).

Evaluasi keperawatan pada karya ilmiah akhir ini dilakukan selama

3 hari. Tujuan dari evaluasi keperawatan adalah untuk mengakhiri,

memodifikasi, atau meneruskan rencana tindakan keperawatan yang

telah diberikan kepada klien dengan terlebih dahulu menganalisa

masalah kesehatan klien apakah tidak teratasi, teratasi sebagian atau

masalah teratasi dengan membandingkan antara tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan pada rencana asuhan keperawatan dengan

evaluasi keperawatan.
7
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang ditulis merujuk pada masalah dan tujuan penulisan.

Bagaimana teori diterapkan dalam situasi yang nyata serta hasil yang diperoleh,

hambatan atau kemudahan yang dialami. Saran adalah usulan operasional yang

diajukan untuk mengatasi atau mengurangi hambatan-hambatan yang muncul

pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Ny. N, sesuai dengan apa saja

yang dijelaskan dalam kesimpulan.

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun karya

ilmiah akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal

diantaranya: Asuhan keperawatan pada Ny. N dengan hipertensi penulis

menegakkan 3 diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri akut b.d Agen pecendera

fisiologis, Gangguan pola tidur b.d Nyeri kepala, Resiko perfusi serebral

tidak efektif b.d hipertensi. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis sebagai masalah

prioritas utama karena nyeri jika tidak ditangani segera akan mempengaruhi

pola aktivitas sehari-hari klien sehingga mengakibatkan rasa

ketidaknyamanan. Masalah ini juga selalu menjadi keluhan klien dan

penulis melihat kondisi umum klien pada saat pengkajian pada tanggal 23

Oktober 2020.

1. Berdasarkan dari ketiga diagnosa keperawatan yang diangkat pada Ny. N

setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan 3 hari

74
7

yaitu pada tanggal 23 – 25 Oktober 2020 menunjukkan bahwa ketiga

diagnosa keperawatan semuanya teratasi.

2. Asuhan keperawatan pada Ny. N telah dilakukan sesuai dengan kondisi

dan keluhan yang klien ungkapkan ketika dilakukan pengkajian, sehingga

dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

oleh penulis. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan pada asuhan keperawatan, kondisi klien serta sarana

dan prasarana yang ada di rumah dengan memperhatikan beberapa aspek

yaitu mengarah pada tujuan yang akan dicapai dan melibatkan kerjasama

yang baik dengan klien, maupun keluarga.

3. Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. N penulis dapat mengetahui

faktor pendukung dan faktor penghambat yang dirasakan selama

melakukan asuhan keperawatan pada Ny. N. Adapun faktor pendukung

yang dirasakan oleh penulis adalah sikap klien dan keluarga yang sangat

kooperatif dalam memberikan informasi sehingga penulis dapat lebih

mudah melakukan penilaian untuk merumuskan pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan faktor penghambat

yang dirasakan oleh penulis adalah terbatasnya waktu yang diberikan

untuk melakukan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi).


7

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan khususnya pada klien dengan hipertensi, yaitu:

1. Untuk Keluarga

Diharapkan sebagai keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami nyeri khususnya pada pasien hipertensi dengan menggunakan

teknik nonfarmakologi seperti kompres hangat.

2. Untuk Mahasiswa/i

Penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi

tambahan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

dan selalu inovatif untuk mengembangkan tindakan keperawatan yang

dilakukan sesuai dengan evidence based.


DAFTAR PUSTAKA

Arissandi, D., Setiawan, C. T., & Wiludjeng, R. (2019). Hubungan Gangguan


Pola Tidur Dengan Hipertensi Lansia Di Desa Sei Kapitan Kabupaten Kota
Waringin Barat (Studi Di Desa Sei Kapitan Kotawaringin Barat). Hubungan
Gangguan Pola Tidur Dengan Hipertensi Lansia Di Desa Sei Kapitan
Kabupaten Kota Waringin Barat, 3(2), 82-88.

AZIZAH, N. (2019). Pengelolaan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak Pada


Ny. S Dengan Hipertensi Di Ruang Bougenvile Rsud Ungaran (Doctoral
dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).

Fachrul Iman, M. U. H. A. M. M. A. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien


Hipertensi Dengan Nyeri Akut Di Ruang Dahlia Ii Rsud Ciamis.

Jayanti, W. P., Puspitasari, M. T., & Arisanti, N. (2017). Asuhan Keperawatan


Keluarga pada Anggota yang Mengalami Hipetensi dengan
Ketidakmampuan Koping Keluarga Mengatasi Nyeri Akut di Desa Badang
Ngorojombang. Jurnal Keperawatan, 14(1).

Martiningsih, U. (2015). Hubungan peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan


minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak. Jurnal ProNers, 3(1).

Ni'mah, F. (2019). Hubungan Perokok Aktif dan Pasif dengan Hipertensi pada
Kuli Bangunan dan Keluarga (Studi Di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto
Kabupaten Jombang) (Doctoral dissertation, STIKes Insan Cendikia Medika
Jombang).

Nurarif, Amin, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Yogyakarta:
Mediaction

Nursalam. (2011). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika

77
7

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2013). Patient safety.
Fundamentals of nursing, 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby

Rahman, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertensi Dengan Masalah


Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Dahlia Ii Rsud Ciamis.

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setyawan, D., & Kusuma, M. A. B. (2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat


Pada Leher Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasian
Hipertensi Di Rsud Tugurejo Semarang. Karya Ilmiah.

Sumaryati, M. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga


Ny” M” Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 7(2), 205-209.

Suryanti, P., & Usman, R. D. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada


Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer: Hipertensi Di Ruang
Mawar Blud Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Susanti, S., & Rasima, R. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas
Tidur pada Penderita Hipertensi di UPT Puskesmas Cot Seumeureung
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019. Jurnal Serambi
Akademica, 8(3), 387-396.

Vitaloka, N. R., Susanti, R., & Yuswar, M. A. Efektivitas Penggunaan Antibiotik


Profilaksis Pada Pasien Bedah Sesar (Sectio Caesarea) Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Rubini Mempawah. Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran Untan, 1(1).

Wahyuni, T. S., Syamsudin, S., & Nurhayati, L. (2020). Penerapan Senam


Ergonomik Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Ny. M Dengan
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 6(1), 25-34.
7

Yoga Prasetya, B. Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Pasien Ny. T Dan Ny. S
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Melati Rsud Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai