Anda di halaman 1dari 4

HASIL ANALISIS DATA PENGUKURAN STUNTING

DI TINGKAT KECAMATAN ARGA MAKMUR


DI WILAYAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting


Stunting adalah suatu kondisi dimana kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bawah
Lima Tahun), sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Hal ini disebabkan karena
kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun.
Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyognyanya mendapat perhatian
khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas
seseorang di masa depan. Stunting memiliki dampak yang besar bagi kualitas sumber daya
manusia . Anak stunting cendrung memiliki kemampuan koqnitif lebih rendah
dibandingkan dengan anak normal dan ketika tumbuh dewasa secara rata-rata
produktivitasnya 20% lebih rendah.
Prevalensi anak stunting pada anak dibawah usia lima tahun (Balita) di Indonesia
Tahun 2018 sebesar 30.8 %. Meskipun telah mengalami penurunan dari 37.2% pada tahun
2013, namun angka ini masih cukup tinggi karena artinya 1 dari 3 balita mengalami
stunting. Begitupun halnya dengan data prevalensi di Kabupaten Bengkulu Utara,
prevalensi stunting berdasarkan hasil pengukuran dan aplikasi Elektronik Pencatatan
Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat tahun 2019 sebesar 10.53% dan di tahun 2020
mengalami penurunan sebesar1.6% yaitu 8.93%. Sebaran data stunting di 19 Kecamatan di
Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara pun beragam ada yang mengalami penurunan dan ada
juga yang mengalami kenaikan seperti yang ditunjukkan pada grafik 1 dibawah ini

Grafik 1. Sebaran Prevalensi Stunting di Tingkat Kecamatan


24.71

2019 2020
20.46
19.26

17.72

17.10
17.04
15.82

15.37

15.05
12.33
12.01
11.51

11.14

10.87
10.54

10.03
9.67

9.16
9.11

9.04

8.03
7.75

7.51
6.81

6.54
6.19
6.13

5.55
5.02

4.78

4.35
2.91

2.32
1.44
1.23
1.00

0.76
0.75

NO P A
L
LI
K SI P IK YA UR AYA L YA ANG IS U YA UN TI
H I
P A IJ A
U T
A A BE RK A P AL JA KM J L A K NA R A H LA
G N A P I R E A U D I A P U K U H BE
G R NG A K L U RM A NG I M PA T G
KE
T L
OK UTR
I
IS
E
EN AI U M A I R IR BA NAN PA KT
G U H A
G A AD G A PI NA UL P
A
AR
P SA
U NG GA
NJ AR
TA M

Sumber : Hasil Pengukuran Operasi Timbang 2019 - 2020


Grafik 1. Menunjukkan bahwa Hasil pengukuran dari tahun 2019 sampai 2020,
terdapat 13 kecamatan yang mengalami penurunan angka stunting pada tahun 2020
meskipun persentase penurunan berkisar 1-5 %. Namun terdapat 6 Kecamatan mengalami
kenaikan persentase angka stunting yaitu Kecamatan Hulu Palik, Enggano, Giri Mulya, Air
Besi, Kerkap, Putri Hijau dengan kenaikan prevalensi sebesar 0.25%-2%.
Salah satu kecamatan dari 13 kecamatan yang mengalami kenaikan yaitu kecamatan
Arga Makmur Puskesmas Arga Makmur yaitu 4,8 % di tahun 2019 menjadi 5,7 % di tahun
2020, dan mengalami penurunan yaitu 5,1 % di tahun 2021 seperti ditunjukkan pada Grafik
2 dibawah ini

Grafik 2. Sebaran Prevalensi Stunting di Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Arga Makmur

16
13.4
14
12.5

11.6
12

10
10

9.3
9
7.4
8
7.2

7.1

7.1
6.6

5.08

6
5.4

6
5.3
4.8

4.8

4.8
3.9

3.4
4
2.7

2.7
2.6
3

3
2.4
2.3

2.2

1.9

2
0

0
Gunung Karang Lubuk Gunung Rama Sido Tanjung Gunung Talang Datar
Alam Suci Sahung Agung Agung Urip Raman Selan Denau Ruyung

2019 2020 2021

Sumber : Hasil Pengukuran Operasi Timbang 2019 - 2021

Grafik 2. Menunjukkan bahwa di Kecamatan Arga Makmur , terdapat 9 Desa 1


Keluran. Sebaran balita stunting terdapat disemua desa. Untuk angka tertinggi stunting
berada di Desa Sido Urip dengan angka prevalensi stunting sebesar 13.4%, jika
dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 13.4 % maka terjadi penurunan sebesar 6.3 %.
Selain itu terjadi kenaikan kasus didesa Gunung Selan yaitu sebesar 6.3 % .
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Arga
Makmur dalam rangka upaya mencegah dan menurunkan angka stunting melalui perbaikan
gizi di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) antara lain meningkatkan edukasi dan
konseling pemberian ASI Eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak ( PMBA)
dengan lebih memberdayakan PKK desa, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil
melalui kunjungan rumah, pemberian susu tinggi akan zat gizi mikro zink melalui
pemberdayaan dana desa, peningkatan penyehatan lingkungan dan sanitasi, pemberian
intervensi kepada bumil bermasalah gizi kurang energi kronik (KEK). Selain di masa 1000
HPK, upaya yang intervensi juga dilakukan kepada remaja putri yang merupakan calon ibu
yaitu dengan pemberian tambah darah darah , pemberian konseling kesehatan reproduksi
pra nikah.
A. Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian
Faktor determinan yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian stunting adalah
masyarakat masih tingginya kebiasaan ayah baduta atau orang terdekat yang merokok
didalam rumah sehingga baduta terpapar asap rokok, kecacingan yang disebabkan
kebersihan lingkungan yang kotor masih menjadi salah satu faktor utama penyebab
cacingan, terutama didaerah denggan sanitasi yang buruk. melakukan aktivitas buang air
besar di kali, di sungai bahkan dikebun. Dari 9 desa 1 Kelurahan, baru Desa Rama Agung
yang merupakan desa ODF (Open Defecation Free) atau desa dimana masyarakatnya
secara keseluruhan sudah buang air besar di jamban. Belum memiliki jaminan kesehatan
hampir sebagian balita dan baduta meskipun orangtua mereka memilikinya (bantuan
pemerintah /PBI), Selain itu faktor determinan pemberian ASI Eksklusif masih harus
ditingkatkan dan selalu diberikan edukasi tentang pentingnya ASI Eksklusif, masih adanya
ibu hamil yang mengalami kurang energi kronik dan bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di Wilayah Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Arga Makmur.

B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang masih Bermasalah


Di wilayah Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Arga Makmur masih banyaknya ibu
hamil diusia remaja sehingga selama kehamilan kurang melakukan ANC lengkap,
mengalami kurang energi kronis dan anemia. Puskesmas bersama pemerintah desa dan
PKK desa, berupaya memberikan motivasi, edukasi dan konseling kepada ibu hamil
umumnya dan ibu hamil diusia remaja khususnya untuk secara rutin melakukan ANC,
memberikan makanan tambahan, pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb) secara berkala dan
memberikan TTD yang disesuaikan dengan kondisi Hb.
Selain itu meskipun telah dilakukan berbagai intervensi, masih terdapat bayi lahir
dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) dari ibu hamil yang bermasalah tersebut. Upaya
intervensi yang dilakukan adalah mengoptimalkan pertumbuhan bayi agar tidak menjadi
anak stunting yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) saat persalian,
konseling ASI eksklusif melalui pendampingan kelompok pendukung pendukung ASI
sehingga menjamin bayi diberikan ASI Eksklusif.

C. Kelompok Sasaran Berisiko


Kelompok sasaran berisiko adalah remaja putri, ibu hamil KEK dan Anemia, bayi
BBLR dan PB < 48 cm , baduta dan balita gizi kurang. Dinas Kesehatan melalui puskesmas
, pemerintah desa dalam mengoptimalkan dana desa untuk penanganan stunting,
pendamping desa, PKK desa dan pihak sekolah SMP bersama melakukan berbagai upaya
dan intervensi kepada sasaran berisiko dengan pemberian PMT dan suplementasi melalui
dana desa, pemberian TTD bagi remaja putri dan bumil serta kegiatan sensitif lainnya
seperti bantuan jamban dan sarana air bersih . Tahun tahun mendatang diharapkan peran
lintas sektoral dalam penanganan stunting dalam lebih meningkat sehingga angka stunting
dapat lebih di minimalkan kasusny.

Anda mungkin juga menyukai