Anda di halaman 1dari 25

BAB IX ANALISIS KEUANGAN DAN KELAYAKAN INDUSTRI

Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Modal Tetap dan Modal/Kerja, (2)
Biaya Produksi, (3) Penentuan Harga Jual Produk, (4) Cash Flow Penentuan
Modal Kerja, dan (5) Cash Flow Selama Umur Pabrik, (6) Analisis Kelayakan
Usaha.
9.1 Modal Tetap dan Modal Kerja

Tabel 58. Modal Tetap Langsung

Harga Satuan Jumlah


a. Prasarana Satuan (m2)
(Rp) (Rp)
1. Tanah 998,46m2 330.000 329.491.800
2. Gedung dan Bangunan 930,1m2 1.397.500.000
b. Sarana
1.Mesin dan Peralatan Industri
a. Alat Proses Utama 407.382.552
b. Alat Proses Penunjang 14.455.094
c. Alat Kebersihan 1.584.000
d. Alat Transportasi 533.950.000
2. Perlengkapan Listrik 141.887.000
3. Peralatan Kantor 58.135.000
Total Modal Langsung 2.884.385.446
154

Tabel 59. Modal Tetap Tidak Langsung

No Item (Uraian) Biaya Total (Rp)


1 Perizinan 5% dari Modal Langsung 129.221.772,3
2 Engineering dan Supervisi 5% dari Modal 129.221.772,3
Langsung
3 Konsultan 3% dari Modal Langsung 77.533.063,38
4 Kontraktor 9% dari Modal Langsung 232.599.190,1
5 PBB 10% dari Modal Langsung 258.443.544,6
Total Modal Tetap Tidak Langsung 827.019.342,7

9.2 Biaya Produksi

Tabel 60. Biaya Tetap


No Item (Uraian) Harga Total (Rp)
Biaya Umum/Administrasi
1 Gaji Pegawai 1.924.320.000
Tunjangan (15%) 288.648.000
Depresiasi (10%)
2 Mesin dan Alat Proses 40.738.255
Bangunan 139.750.000
Kendaraan 53.395.000
Biaya Pemeliharan
3 Mesin dan Alat Proses (5%) 20.369.127
Bangunan (3%) 41.925.000
Kendaraan (3%) 16.018.500
Asuransi (5%) -
4. Mesin dan Alat Proses 19.349.227
Bangunan 69.875.000
155

Kendaraan 26.697.500
Pajak
5 Pajak Bumi dan Bangunan (10%) 139.750.000
Pajak Kendaraan (3%) 16.018.500
Total Biaya Tetap Produksi Per Tahun 2.796.854.109
156

Tabel 61. Biaya Tidak Tetap

No Uraian Harga Total (Rp)


1 Total Biaya Bahan Baku Rp 4.431.528.390
Bahan Pengemas
2 Pengemas Primer (Kantung teh celup) Rp 1.210.500.000
Pengemas Sekunder (Kardus ) Rp 968.400.000
3 Biaya Utilitas (Air, Listrik, BBM) Rp.1.054.481.686
4 Biaya Laboratorium Rp 95.080.000
Total Biaya Tidak Tetap Per Tahun Rp 7.759.990.076

Jumlah modal tetap = modal tetap langsung + modal tetap tidak langsung

= Rp 2.884.385.446+ Rp 827.019.342,7
= Rp 3.711.404.771

Jumlah biaya produksi = biaya tetap + biaya tidak tetap

= Rp 2.796.854.109 + Rp 7.759.990.076

= Rp 10.556.844.190

Investasi awal = modal tetap + modal kerja

= Rp 3.711.404.771+ Rp 10.556.844.190

= Rp 14.268.248.960
157

9.3. Penentuan Harga Jual

1. Jumlah Produksi /tahun


- Jumlah Produksi/hari = 1800/Kg
- Jumlah Produksi 1 tahun = 432.000/Kg
- Berat bersih/kemasan = 50 Gram
- Jumlah Produksi = jumlah produksi/th :
berat/kemasan
=432.000/Kg: 0,05 Kg
=8.640.000

2. a.) Diperkirakan Rusak 7 %= Jumlah Produksi x 7 %

= 8.640.000x 7%

= 604.800 kemasan

b.) Produk yang Dipasarkan = Jumlah Produksi – Jumlah Kerusakan

= 8.640.000 – 604.000

= 8.036.000

Biaya Produksi
3. Harga Pokok / Kemasan =
Unit /tahun

Rp . 10.556 .844 .190


=
8.640 .000

= Rp 1.222

4. Harga jual = harga pokok +(keuntungan x harga pokok)

= Rp 1.222+ (50% x Rp 1.222)

= Rp 1.833
158

5. Pendapatan kotor/th = unit x harga jual

= 8.036.000 x Rp 1.833

= Rp. 14.729.988.000
6. Pendapatan bersih = Pendapatan – Biaya Produksi

= Rp. 14.729.988.000– Rp 10.556.844.190


= Rp 4.173.143.810
7. Depresiasi = 10% x Pendapatan Bersih

= 10% x Rp 4.173.143.810
= Rp.417.314.381
8. Keuntungan Kotor = Pendapatan Bersih – Depresiasi

= Rp 4.173.143.810- Rp. 417.314.381

= Rp. 3.755.829.429
9. PPn = 10% x Keuntungan Kotor

= 10% x Rp. 3.755.829.429

= Rp 375.582.943

10.
159

11. Keuntungan Setelah PPn = Keuntungan Kotor – PPn

= Rp. 3.755.829.429– Rp 375.582.943


= Rp. 3.380.246.486

12. PPh = Gaji karyawan x 10%

= 1.924.320.000 x 10%

= Rp. 192.432.000

13. Pajak Yang Harus Dibayar = PPn + PPh

= Rp 375.582.943+ Rp.192.432.000

= Rp. 568.014.943

14. Keuntungan Bersih = Keuntungan Kotor – Pajak

= Rp 3.755.829.429 - Rp. 568.014.943

= Rp 3.187.814.486
160

9.6. Analisis Kelayakan Usaha

9.6.1. Analisis Break Event Point (BEP)

Tabel 1. Biaya Analisis Break Event Point (BEP)


Data Jumlah
Rp 16.690.772.000
Hasil Penjualan
Rp 2.796.854.109
Biaya Tetap
Biaya Tidak Tetap Rp 7.759.990.076
Investasi Awal Rp 14.268.248.960
Depresiasi Rp 613.392.781

Jumlah Produksi 8.640.000

Laba Kotor Rp 3.755.829.429

PPn 10% Rp 375.582.943


Laba Bersih Rp 3.187.814.486

 Nilai BEP =

Rp 2.796 .854 .109


= Rp 7.759 .990.076
1−[ ]
Rp.16 .690 .772.000

= Rp. 5.227.051.186

 % BEP =

Rp2.796 .854 .109


x 100 %
= Rp . 16.690 .772.000−Rp 7.759 .990 .076

= 31.32 %

 Kapasitas pada BEP = % BEP x Produksi / Tahun


161

= 31,32% x 8.640.000

= 2.706.048 unit

Lababersih+ depresiasi
 Tingkat BEP = x 100 %
Investasi Awal

Rp .3 .187 .814 .486+613.392 .781


= x 100 %
Rp 14.268.248 .960

= 26,64
1
 Waktu Balik Modal =
Tingkat BEP

1
=
26,64
= 3,8 tahun

9.6.2. Analisis return of investment (ROI)

Return of Investment (ROI) adalah suatu cara untuk mengukur suatu

perusahaan, dimana pengukuran dilakukan dengan cara mengukur keseluruhan

dana yang ditanam secara aktif yang digunakan pada operasi perusahaan agar

menghasilkan keuntungan.

Laba bersih
ROI= x 10 0 %
investasi

Rp 3.187 .814 .486 .


= x 100%
Rp 14.268 .248 .960

= 22,34%
9.6.3. Analisis Benefi Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif.

BCR ini menunjukan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost

yang dikeluarkan. Suatu perusahaan dianggap layak untuk didirikan jika nilai
162

BCR lebih besar atau sama dengan satu.

Perhitungan BCR:

Tabel 2. Biaya Analisis Benefit Cost Ratio


1 Investasi Awal Rp. 14.268.248.960
2 Umur Pabrik 10 tahun
3 Pengeluaran (biaya produksi) Rp 10.556 .844 .190
4 Pendapatan Rp. 14.729.988.000
5 Suku bunga 12%

Analisa BCR :

EAC = Investasi awal ( A/P,10%,10) + Biaya Produksi


= Rp. 14.268.248.960 (0,1627) + Rp 11.756 .076 .190
= Rp 14.077.520.300

pendapatan
BCR Produk =
EAC

Rp . .14 .729 .988.000


=
R p 14.077 .520.300

= 1,04
EAC
BCR Proyek =
pengeluaran

R p 14.077 .520 .300


=
R p 10.556 .844 .190

= 1.33

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui nilai BCR lebih besar dari

1, maka industri ini LAYAK untuk didirikan.

9.6.4. Internal Rate Of return (IRR)

IRR adalah suku bunga modal yang digunakan untuk mendiskonto seluruh

selisih kas sehingga menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi

selama proyek tersebut berlangsung. Dengan kata lain IRR merupakan laba
163

proyek yang biayanya dinyatakan dengan angka persentase. Suatu proyek

menguntungkan bila menghasilkan nilai IRR lebih besar dari nilai biaya yang

digunakan (Opportunity Cost Of Capital) atau nilai IRR yang diperoleh lebih

besar dari nilai tingkat suku bunga yang sedang berlaku dari MARR (Minimum

Alternatif Rate Of Return).

i 1−IRR NPV 1−0


IRR= =
IRR−i2 0−NPV 2

0,60−IRR −16.732 .111.874−0


IRR= =
IRR−0,70 0−14.447.723 .494

IRR = 0,654

IRR = 65,40%

Sebelum penetuan IRR terlebih dahulu dibuat rencana cash flow selama umur
pabrik dan selanjutnya dilakukan analisis IRR selama umur pabrik. Terdapat pada
Lampiran 6.
9.3 Cash Flow Penentuan Modal Kerja
Cash Flow penentuan modal kerja dapat dilihat pada Tabel 62-64.
Tabel 62. Cash Flow Bulan ke-0 sampai Bulan ke-4 Tahun Pertama dan Penentuan Modal Kerja

URAIAN BULAN KE – 0 BULAN KE – 1 BULAN KE - 2 BULAN KE - 3 BULAN KE - 4


1. Pindahan
2. Pinjaman Modal
Kerja
3. Pendapatan
Total Pemasukan
1. Biaya Produksi
a. Biaya Produksi
Tetap
b. Biaya Produksi
Tidak Tetap
4. Angsuran
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
5. Bunga Pinjaman
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
Tabel 62. Cash Flow Bulan ke-0 sampai Bulan ke-4 Tahun Pertama dan Penentuan Modal Kerja

Total Pengeluaran
Net Cash Flow

159
160

Tabel 63. Cash Flow Bulan ke-5 sampai Bulan ke-8 Tahun Pertama dan Penentuan Modal Kerja

URAIAN BULAN KE - 5 BULAN KE - 6 BULAN KE - 7 BULAN KE - 8


1. Pindahan
2. Pinjaman Modal Kerja
3. Pendapatan
Total Pemasukan
1. Biaya Produksi
a. Biaya Produksi Tetap
b. Biaya Produksi Tidak
Tetap
4. Angsuran
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
5. Bunga Pinjaman
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
161

Total Pengeluaran
Net Cash Flow
162

Tabel 64. Cash Flow Bulan ke-9 sampai Bulan ke-12 Tahun Pertama dan Penentuan Modal Kerja

URAIAN BULAN KE - 9 BULAN KE - 10 BULAN KE - 11 BULAN KE - 12 JUMLAH


1. Pindahan
2. Pinjaman Modal
Kerja
3. Pendapatan
Total Pemasukan
1. Biaya Produksi
a. Biaya Produksi
Tetap
b. Biaya Produksi
Tidak Tetap
4. Angsuran
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
163

5. Bunga Pinjaman
a. Modal Tetap
b. Modal Kerja
Total Pengeluaran
Net Cash Flow
9.4 Cash Flow Selama Umur Pabrik

Cash Flow selama umur pabrik dapat dilihat pada Tabel 65 dan Tabel 66.
162
Tabel 65. Cash Flow Umur Pabrik

Tahun Pendapatan Biaya Produksi Pendapatan Tunai Depresiasi


Biaya Tetap Biaya Variable
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Tabel 65. Cash Flow Umur Pabrik

163
164

Tabel 66. Cash Flow Umur Pabrik

Tahun Laba Kotor Ppn 10% (Rp) Cash Flow (Rp)


0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
169
170

BAB X PENUTUP

10.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa PT. PIP
Sukses Jaya Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp. 135.686.489.200,- dengan
jumlah produksi Effervescent Sari Jahe Merah setiap tahunnya sebanyak Rp.
3.283.200 tube/tahun. Harga Effervescent Sari Jahe Merah per tabung kemasan
sebesar Rp. 19.500/tube dan Break Event Point (BEP) sebesar Rp. 30.749.964.200,-
dengan mencapai kapasitas BEP sebesar 156.243.299 tube per tahun serta presentase
BEP sebesar 47,59% sedangkan analisis waktu balik modal terhadap laba bersih yaitu
5 tahun 2 bulan.
Berdasarkan hasil analisis ekonomi diperoleh bahwa harga IRR adalah
47,41% dengan MARR sebesar 6%, BCR proyek sebesar 1,66 dan BCR produk
sebesar 1,02. Dari hasill perhitungan IRR diperoleh bahwa harga IRR>MARR dan
BCR proyek>1 maka perusahaan Effervescent Sari Jahe Merah PT. PIP Sukses Jaya
Indonesia layak untuk didirikan.
10.2 Saran
Mengembangkan dan mempertahankan sebuah usaha bukanlah suatu hal yang
mudah. PT. PIP Sukses Jaya diharapkan dapat berkembang dan bertahan dalam
bidang industri makanan. Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh PT. PIP
Sukses Jaya Indonesia, diantaranya :
1. Menambah alat dan mesin produksi serta selalu memiliki target untuk memperbaharui
mesin-mesin yang digunakan dengan mesin-mesin terbaru yang lebih baik.
2. Meningkatkan kembali kualitas produk sehingga mampu bersaing dengan produk
sejenis.
3. Ditingkatkannya kesadaran disiplin para karyawan dalan menjaga kebersihan agar
171

menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.


4. Menerapkan program HACCP, ISO Dan GMP di PT. PIP Sukses Jaya.

Anda mungkin juga menyukai