Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN DAN TERAPI PADA PASIEN

HIPERMETROPIA
No. Dokumen : 445/ /SOP-UKP/III/2017
Tgl. Terbit : 24 Maret 2017
SOP No. Revisi : 00
Halaman : 1/4

UPT PUSKESMAS Dwi Joko Purnomo


TUNJUNG TEJA NIP. 197003191992031005

1. Pengertian Pemeriksaan dan Terapi pada pasien hipermetropia adalah suatu perangkat
instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus hipermetropia yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk :
a. Melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada penderita
hipermetropia
b. Mencegah komplikasi akibat hipermetropia
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas No 445/041/SK-UKP/III /2017, tentang Standar
Pelayanan Klinis.
4. Referensi a. PMK No. 5 tahun 2014
b. SOP Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang tahun
2012
5. Prosedur/ a. Dokter melakukan anamnesis didapatkan tanda-tanda :
 melihat dekat dan jauh kabur.
Langkah-
 Gejala penglihatan dekat, kabur lebih awal, terutama bila lelah dan
langkah
penerangan kurang.
 Sakit kepala terutama daerah frontal , pada penggunaan mata yang
lama dan membaca dekat.
 Penglihatan tidak enak bila melihat pada jarak yang tetap dan
diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama.
 Mata sensitif terhadap sinar.
 Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia.
b. Dokter melakukan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
 Pemeriksaan refraksi subjektif
 Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
 Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu mata ditutup,
biasanya mata kiri ditutup
 Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai huruf terbesar
(teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf
terkecil yang masih dapat dibaca. Lensa positif terkecil ditambah
pada mata yang diperiksadan bila tampak lebih jelas oleh
penderita lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan–
lahan dan disuruh membaca huruf-huruf pada baris yang lebih
bawah. Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf
pada baris 6/6. Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan ditanyakan
apakah masih dapat melihat huruf-huruf di atas.
 Mata yang lain diperiksa dengan cara yang sama.
 Penilaian: bila dengan S +2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian
dengan S +2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang dengan S +2.50
tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat
hipermetropia yang diperiksa S
 2.25 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada penderita.
 Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat kuat
atau pada anak-anak, sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan
pemberian siklopegik atau melumpuhkan otot akomodasi.
c. Dokter melakukan penegakan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan refraksi
subjektif .
d. Dokter melakukan penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke RS
 Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik.
 Konseling dan Edukasi
 Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan
bantuan kaca mata.
6. Diagram -
Alir

7. Unit Terkait - BP Umum

8. Dokumen -
Terkait

9. Rekaman Tgl. Mulai


No Yang dirubah Isi Perubahan
Historis Perubahan
Perubahan
SOP PEMERIKSAAN DAN TERAPI PADA PASIEN
HIPERMETROPIA

UPT PUSKESMAS DAFTAR TILIK

TUNJUNG TEJA

No Langkah Kegiatan Ya Tidak

1 Apakah Dokter melakukan anamnesis didapatkan keluhan


 melihat dekat dan jauh kabur.
 Gejala penglihatan dekat, kabur lebih awal,
terutama bila lelah dan penerangan kurang.
 Sakit kepala terutama daerah frontal , pada
penggunaan mata yang lama dan membaca
dekat.
 Penglihatan tidak enak bila melihat pada jarak
yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada
jangka waktu yang lama.
 Mata sensitif terhadap sinar.
 Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan
pseudomiopia?
2 Apakah Dokter melakukan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda :
 Pemeriksaan refraksi subjektif
 Penderita duduk menghadap kartu snellen pada
jarak 6 meter.
 Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu
mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup
 Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai
huruf terbesar (teratas) dan diteruskan pada
baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang
masih dapat dibaca. Lensa positif terkecil
ditambah pada mata yang diperiksadan bila
tampak lebih jelas oleh penderita lensa positif
tersebut ditambah kekuatannya perlahan–lahan
dan disuruh membaca huruf-huruf pada baris
yang lebih bawah. Ditambah kekuatan lensa
sampai terbaca huruf-huruf pada baris 6/6.
Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan
ditanyakan apakah masih dapat melihat huruf-
huruf di atas.
 Mata yang lain diperiksa dengan cara yang sama?

3 Apakah Dokter melakukan penegakan diagnosa berdasarkan anamnesa


dan pemeriksaan refraksi subjektif ?

4 Apakah Dokter melakukan penatalaksanaan pasien


Pasien dirujuk ke RS
 Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang
menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
 Konseling dan Edukasi
 Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus
dikoreksi dengan bantuan kaca mata?

CR = ……%
Serang,……………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)
NOMOR: : 445/296/SOP-UKP/III/2017
REVISI : 00
BERLAKU TGL : 24 Maret 2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN DAN TERAPI PADA PASIEN
HIPERMETROPIA
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Tunjung Teja

Dwi Joko Purnomo, SKM


NIP 197003191992031005

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TUNJUNG TEJA
Jln. Kh. Abdul Kabier Desa Malanggah Kec. Tunjung Teja

Anda mungkin juga menyukai