Case Report AMIRA DAN WULAN
Case Report AMIRA DAN WULAN
OLEH
2021
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak atau tumor
intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak ruang (space occupying
lession atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di
dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Tumor otak bersifat
jinak maupun ganas dan timbul didalam otak.5
Tumor otak primer (80%) , sekunder (20%) . Tumor primer kira-kira 50%
adalah glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang
dewasa 60% terletak di supratentorial, sedangkan pada anak- anak 70% terletak di
infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah tumor
serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma. Statistic primer adalah 10%
dari semua proses neoplasma dan terdapat 3-7 penderita dari 100.000 orang
penduduk. 4
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor
kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai
predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak.
Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan
tumor benigna dan maligna.5
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 %) dibanding
perempuan (39,26 %) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai > 60 tahun
(31,85 %) selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3
2
bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita
(74,1 %) yang dioperasi dan lainnya (26,9 %) tidak dilakukan operasi karena
berbagai alas an, seperti inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi
tumor terbanyak di lobus parietal (18,2%), sedangkan tumor-tumor lainnya
tersebar dibeberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum,
brainstem, cerebellopontineangle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi, jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah Meningioma (39,26 %),
sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lani yang tidak dapat ditentukan.
4
2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
4
b. Status Generalis
Kelainan mukosa kulit / subkutan yang menyeluruh
Pucat: (-)
Sianosis: (-)
Ikterus: (-)
Edema: (-)
Turgor: < 2 detik
KGB: (-)
Kepala
Wajah : Normocephali
Rambut :hitam tidak mudah dicabut
Mata : SI (-/-), CA (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)
5
Mallampati: 3
Leher
Ukuran : Pendek (-)
Trakea : Deviasi (-)
Buka mulut: 3
HMD 3
TMD 2
Thorax
Bentuk : Normochest
Inspeksi : Simetris
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, lesi (-), retraksi (-)
Palpasi : Massa (-), ekspansi simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheeing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar dan lembut
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Genitalia Eksterna
Laki-laki
Ekstremitas
Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-)
6
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 18 Nov 2021
Hematologi
Kimia Klinik
1 GDS <140
2 Ureum 19-44
3 Kreatinin 0,9-1,3
Golongan Darah
Golongan Darah B
Imunologis
HBsAg Non Reaktif
7
EKG
Foto Thorax
8
CT-SCAN
Pemeriksaan CT scan tanpa bahan kontras; Pada CT Scan Kepala didapatkan Kesan :
9
2.4 Anestesi
a. Diagnosis Anestesi
ASA l
b. Mulai Puasa
Selasa, 23 Nov 2021. Pukul 01.00 WIB
c. Tindakan Anestesi
General Anestesi
Premedikasi : Sulfat Atropin 0.25mg; Fentanyl 100mcg
Induksi : Propofol 120mg
Muscle Relaxant : Atracurium 25mg
Maintenance : Sevofluran 2mg dan N2O : O2 = 2L : 2L
Reversal : Sulfat Atropin 0.25mg; Neostigmin 0.5mg
Analgetik : Tramadol 100mg; Ketorolac 30mg
d. Ekstubasi
Tanda-tanda:
Napas spontan, batuk, pupil midriasis, tidal volume napas spontan ½ dari tidal
kebutuhan pasien.
10
2.5 Terapi Cairan
Cairan Durante Operasi
Maintenance : 2 x BB = 2 x 60kg = 120 ml/jam
Defisit Puasa : 8 (Jam Puasa) x M = 8 x 120 = 960 ml/jam
Stres Operasi : 8 (Operasi Berat) x BB = 8 x 60kg = 480 ml/jam
11
Jumlah 1080 ml 840 ml 840 ml 600 ml
Total 3360 ml
cc Cairan keluar
Darah 350 ml
12
Tidak ada respon (0)
Warna Kulit
Merah muda (2)
Pucat (1)
Sianosis (0)
T : 37,2 C⁰
O TD : 218/114 mmHg
(obyektif) RR : 22 x/ menit
HR : 72 x/ menit
SPO2 : 98 %
A SH ec ICH
(Asessment)
P - IFVD D5 ⅟₂ Ns 20 tpm
(Planning) - Inj Piracetam 3 x 1 g
-Inj Kalnex 3x 1 ampul
- Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
- Inj Metamizol 3 x 1 ampul
- Inj Ceftiaxone 2 x 1 gr
- Inj Furosemide 2 ampul
Candestartan 1x 8mg
Rencana Operasi
13
2.8 Post Operasi di Ruang ICU
Tanggal/Pukul Hasil Pemeriksaan Analisis Dengan FormatSOAP
15/10/2021 S OS tampak sakit sedang setelah post
Pukul 12.00 (subyekif) operasi craniotomy et causa stroke
hemorrhagic.
A Post Op Craniotomi
(Asessment)
P - Monitor TTV
(Planning) - Monitor Kesadaran
- Head up 40⁰
- O2 3L/menit
- Suction berkala
14
Pukul 12:00 S Tampak sakit sedang
(subyekif)
A Post op craniotomi
(Asessment)
P IVFD D5 ⅟₂ Ns
(Planning) Inj Ceftriaxon
Inj Ranitidin
Inj Piracetam
Inj As. Tranexamat
Inj Metamizol
Inj furosemide
Hemostatis
15
Laboratorium 16 Oktober 2021
Hematologi
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Otak
Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar
dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium
(tengkorak), yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada
orang dewasa. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron atau dapat diibaratkan sejumlah bintang di langit. Masing-
masing neuron mempunyai 1000 sampai 10.000 korteks sinaps dengan sel saraf
lainnya, sehingga mungkin jumlah keseluruhan sinaps di dalam otak dapat
mencapai 100 triliun.Gambar penampang otak dapat dilihat pada gambar di bawah
gambar 2.7 :
Epidemiologi
Tumor primer biasanya timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan
selaput myelin. Tumor sekunder berasal adalah tumor metastasis yang biasa
berasal dari hampir semua tumor pada tubuh. Tumor metastasis SSP yang melalui
perderan darah yaitu yang paling sering adalah tumor paru-paru dan prostat,
ginjal, tiroid, atau traktus digestivus, sedangkan secara perkontinuitatum masuk ke
ruang tengkorak melalui foramina basis kranii yaitu infiltrasi karsinoma
anaplastik nasofaring.
Pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki kecenderungan
bermetastasis, hanya satu yaitu meduloblastoma yang dapat bermetastasis ke
medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui peredaran likuor
serebrospinalis.Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1.
Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira
50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada
orang dewasa 60 % terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 %
terletak di infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah
tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma.Statistik primer adalah
10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 – 7 penderita dari 100.000
orang penduduk. 4
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.Selain itu pada pasien-pasien
penderita tinea kapitis yang medapat radiasi kepala jangka panjang
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.5
Tabel 2.4 Klasifikasi tumor otak berdasarkan World Health Organization (WHO):
1. TUMOR NEUROEPITHELIAL
1. Tumor Glial
a. Astrositoma
i. Astrositoma Pilositik
ii. Astrositoma Difus
iii.Astrositoma Anaplastik
iv.Glioblastoma
v. Xantoastrositoma Pleomorfik
vi.Astrositoma Subependimal Sel Raksasa
b. Tumor Oligodendroglial
i. Oligodendroglioma
ii. Oligodendroglioma Anaplastik
c. Glioma campuran (Mixed Glioma)
i. Oligoastrositoma
ii. Oligoastrositoma Anaplastik
d. Tumor Ependimal
i. Ependimoma Myxopapilari
ii. Subependimoma
iii.Ependimoma
iv.Ependimoma Anaplastik
e. Tumor Neuroepithelial lainnya
i. Astroblastoma
ii. Glioma Koroid dan ventrikel III
iii.Gliomatomosis serebri
2. Tumor Neuronal dan campuran neuronal – glial
a. Ganglisitoma
b. Gangliglioma
c. Astrositoma desoplastik Infantile
d. Tumor Disembrioplastik Neuroepithelial (BNET)
e. Neurositoma operasi
f. Liponeurositoma Serebelar
g. Paraganglioma
3. Tumor Non-glial
a. Tumor Embrional
i. Ependimoblastoma
ii. Meduloblastoma
iii. Tumor Primitif Neuroektodermal Supratentorial (PNET)
b. Tumor Pleksus Khoroideus
i. Papiloma Pleksus Khoroideus
ii. Karsinoma Pleksus Khoroideus
c. Tumor Parenkim Pineal
i. Pineoblastoma
ii. Pineositoma
iii. Tumor Parenkim Pineal dengan Diferensiasi Intermediet
2. TUMOR MENINGEAL
1. Meningioma
2. Hemangoperisitoma
3. Lesi Melanositik
3. TUMOR GERM CELL
1. Germinoma
2. Karsinoma Embrional
3. Tumor Sinus Endodermal (Yolk sac)
4. Khoriokarsinoma
5. Teratoma
6. Tumor Germ cell bercamputan
4. TUMOR SELLA
i. Adenoma hiposifif
ii. Karsinoma Prostat
iii. Kraningofaringoma
5. TUMOR DENGAN HISTOGENESIS YANG TIDAK JELAS
i. Hemangioblastoma Kapiler
6. LIMFOMA SISTEM SARAF PUSAT PRIMER
7. TUMOR NERVUS PERIFER YANG MEMPENGARUHI SSP
8. TUMOR METASTASIS
Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan
perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral.
A. Definisi
Anestesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan kesadaran secara
sementara dan biasanya ada kaitannya dengan pembedahan. Secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh¹.
B. Persiapan Praanestesi4
Klasifikasi ASA
Pemeriksaan rutin pre anestesi baik atas dasar indikasi sesuai gambaran
klinis pasien ataupun tidak telah menjadi bagian praktek klinik selama bertahun-
tahun. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk menilai status kesehatan pasien
dan segala penyulit sebelum dilakukan tindakan anestesi, memperkirakan
komplikasi pasca bedah, melakukan identifikasi kondisi yang tidak terduga yang
mungkin memerlukan tidakan sebelum operasi atau perubahan dalam tatalaksana
operasi atau anestesi peri operatif, menilai penyakit yang sudah diketahui
sebelumnnya yang dapat mempengaruhi anestesi perioperatif.
Klasifikasi ini penting untuk menilai keadaan penderita sebelum operasi :
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat hingga aktifitas rutin
terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan
aktifitas rutin penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam¹.
PREMEDIKASI
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dilakukan, dengan tujuan melancarkan induksi, rumatan, dan ketika pasien bangun
dari anestesi.
Tujuan Premedikasi sangat beragaman, diantaranya :
- Mengurangi kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi dan anesthesia
- Mengurangi sekresi ludah dan broncus
- Meminimalkan jumlah obat anesthetic
- Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
- Menciptakan amnesia
- Mengurangi isi cairan lambung
- Mengurangi reflek yang membahayakan
INDUKSI ANESTESI
Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan. Sebelum memulai induksi anestesia sebaiknya disiapkan
peralatan dan obat-obatan yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi
keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepatdan lebih baik.
RUMATAN ANESTESI
Rumatan anestesi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi dan
campuran keduanya. Rumatan anestesia bertujuan menciptakan keadaan
hypnotis, anelgesia cukup dan relaksasi otot lurik yang baik.
INTUBASI TRAKEA
a. Indikasi Intubasi :
- Menjaga jalan nafas dari gangguan apapun.
- Mempermudah ventilasi dan oksigenisasi
- Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
b. Kesulitan Intubasi :
- Leher pendek berotot
- Mandibula Menonjol
- Maksila menonjol
- Uvula tidak terlihat (malampati 3 atau 4)
- Gerakan sendi temporo mandibula terbatas
- Gerakan vertebra cervical terbatas
c. Komplikasi Intubasi
1. Selama Intubasi :
- Trauma gigi geligi
- Laserasi bibir, gusi dan laring
- Merangsang simpatis
- Aspirasi
- Spasme bonchus
2. Selama Extubasi :
- Spasme laring
- Aspirasi Gangguan fonasii
- Edema glottis-subglotis
- Infeksi laring, faring, trakea.
Kriteria Malampati :
Gradasi Pilar Faring Uvula Palatum Mole
1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -
EKSTUBASI
Sejalan dengan berkurangnya efek anestesi, dilakukan suction pada
pasien dan ET dicabut setelah lebih dulu diberikan ventilasi tekanan positif
untuk memberi kesempatan penngeluaran atau sekret keluar dari glotis.
Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika intubasi kembali akan
menemukan kesulitan dan adanya resiko Aspirasi. Ekstubasi umumnya
dikerjakan pada keadaan anestesi sudah ringan, dengan catatan tidak akan
terjadi spasme laring. Sebelum tindakan hendaknya rongga mulut, laring,
faring dibersihkan dari sekret dan cairan.²
MEDIKASI³
Ranitidin:
Indikasi: untukpengobatan tukak duodenum,refluks gastrointetinal,
keadaan hipersekretorik patologik, profilaksis terhadap aspirasi paru, tukak stres,
perdarahan gastrointestinal atas pada pasien sakit kritis.³
Farmakologi : merupakan antagonis reseptor H2 memblokir sekresi
hidrogen yang ditimbulkan histamin-pentagastrin- dan asetilkolin oles sel parietal.
Sekresi lambung dan akibat makanan juga diinhibisi. Ranitidin tidak mempunyai
efek yang bermakna terhadap pengosongan lambung, volume, atau sekresi
pankreas.Ranitidin juga menekan vasodilatasi perifer dan efek inotropik akibat
histamin. Ranitidin mempunyai pasokan minimal kedalam susunan saraf pusat
dan demikian, berlawanan dengan simetidin, menimbulkan efek samping yang
lebih sedikit seperti gangguan fungsi saraf pusat pada pasien manula.³
Dosis :
Oral: 150 mg 2 kali sehari, sebagai alternatif 150-300 mg
IV / IM : 50 mg setiap 6-8 jam
Infus: 6,25 mg/jam
Kemasan:
Tablet: 150 mg, 300 mg
Larutan oral : 15 mg/ml
Ampul : 25 mg/ml
Farmakoknetik:
Awitan: IV / IM < 15 menit, PO < 30 menit
Efek puncak: IV/IM 1-2 jam, PO 2-3 jam
Reaksi samping utama:
- Kardiovaskuler: takikardi
- Pulmoner: bronkospasme
- SSP : sakit kepala. Pusing, depresi, kebingungan
- Hati : mual
- Dermatologik: eritema multiforme.
Ondansentron
Propofol
OBAT RELAKSAN:
Recuronium bromida
Toksisitas:
Blokade neuromuskuler dipotensiasi oleh aminoglikosida, antibiotik,
anestetik lokal , diuretik ansa, magnesium, litium, obat-obat penyekat ganglion,
hipotermia, hipokalemia, asidosis repiratorius dan pemberian suksinilkolin
sebelumnya; kebutuhan dosis berkurang (sekitar 30-45%) dan lamanya blokade
neuromuskuler diperpanjang hingga 25% oleh anstetik volatil.
Reaksi samping utama:
- Kardiovaskuler: takikardi, aritmia
- Pulmoner: hipoventilasi, apne, bronkospasme, hipertensi pulmoner
- Muskuloskeletal: blokade yang tidak ade kuat, blokade yang
diperpanjang.
- Dematologik: Ruam, edema tempat suntikan, pruritus.