TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan proses memberikan resistensi tubuh dari
suatu penyakit dengan cara memasukkan sesuatu kedalam tubuh dengan
tujuan agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya bagi
seseorang atau penyakit yang sedang mewabah. Imunisasi didapatkan
dari kata imun yang memiliki arti resistan atau kebal. Agar terhindar
dari penyakit lainnya diperlukan imunisasi dengan jenis yang berbeda
karena proses imunisasi hanya memberikan resistensi pada penyakit
yang diimunisasikan. Anak-anak lebih diutamakan untuk imunisasi
karena rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh anak-anak yang belum sebaik orang dewasa. Imunisasi harus
dilakukan secara lengkap dan bertahap terhadap berbagai penyakit yang
dapat membahayakan kesehatan anak (Dewi & Megaputri, 2021).
Menurut Ariani, dkk (2019) pengertian imunisasi berasal dari
kata imun yang memiliki arti resisten (kebal) atau imunitas yang berarti
kekebalan. Untuk terhindar dari penyakit maka diperlukan imunisasi
yang tidak hanya satu jenis imunisasi karena pemberian imunisasi
hanya akan memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu
saja. Imunisasi adalah upaya untuk memberikan kekebalan pada tubuh
secara aktif maupun pasif dengan cara buatan atau dengan sengaja
memberikan antigen yang merangsang atau menstimulus imunobiologik
(antibodi) ke dalam tubuh.
Imunisasi adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh secara aktif baik pada bayi, anak-anak serta orang
dewasa terhadap suatu penyakit atau antigen sehingga apabila seseorang
tersebut terpapar antigen yang serupa maka tidak akan menjadi suatu
penyakit dalam tubuhnya. imunisasi menjaga bayi dan anak terhadap
5. Macam-Macam Imunisasi
Menurut Fitriani (2018), imunisasi ada dua yaitu aktif yaitu saat
tubuh aktif dalam proses pembentukan imun dan pasif saat tubuh tidak
andil dalam pembentukan imun dan hanya menerima saja.
a. Imunisasi aktif
Proses memasukkan kuman inaktif yang memiliki tujuan agar tubuh
terangsang dan membentuk antibodi sendiri disebut imunisasi aktif.
Tentara tubuh yang terbentuk akan tetap ada sampai manusia itu
mati, efektif, efisien, tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang
terjadi merupakan kelebihan imunisasi ini. Contoh imunisasi aktif
yaitu polio atau campak.
b. Imunisasi pasif
Proses memasukkan zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
(imunoglobulin) dan digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah memasuki tubuh manusia yang terinfeksi merupakan
pengertian dari imunisasi pasif. Racun dalam aliran darah perlu
dinetralkan dengan antibodi terhadap racun itu pada kondisi difteria
atau tetanus. Diharapkan tidak timbul efek samping terhadap toksin
ini ketika diberikan antibodi dari luar pada tubuh yang belum pernah
diberikan injeksi imunisasi sebelumnya. Antibodi diberikan pada
kondisi tertentu misalnya gigitan hewan berbisa
2. Sasaran Imunisasi
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), sasaran imunisasi
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran Imunisasi pada Bayi
1) Hepatitis B
Diimunisasikan pada bayi usia 0-7 hari dengan frekuensi
pemberian sebanyak satu kali.
2) BCG
Diimunisasikan pada bayi umur 1 bulan dengan frekuensi
pemberian sebanyak satu kali.
3) Polio (IPV)
Diimunisasikan pada bayi yang berumur 1,2,3,4 bulan dengan
frekuensi pemberian sebanyak empat kali. Jarak minimal
pemberian imunisasi ini yaitu 4 minggu.
4) DPT-HB-Hib
Diberikan pada bayi usia 2,3,4 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak tiga kali. Interval minimal pemberian imunisasi ini
yaitu 4 minggu.
5) Campak
Diberikan pada bayi usia 9 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
b. Sasaran Imunisasi pada Anak Balita
1) DPT-HB-Hib
Diberikan pada anak usia 18 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
2) Campak
Diberikan pada anak usia 24 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
c. Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)
1) Campak
Diberikan pada anak kelas 1 SD dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
2) DT
e. Imunisasi Campak
Antibodi campak diberikan untuk merangsang kekebalan
dinamis terhadap campak. Pada usia anak 9-11 bulan, antibodi
campak porsi 0,5 ml diinjeksikan secara subkutan pada lengan kiri
atas. Imunisasi yang dilarutkan harus digunakan sebelum 6 jam
berlalu.Gejala selepas imunisasi campak adalah demam ringan dan
ruam dalam waktu 3 hari dan dapat berlangsung selama 8-12 hari.
f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksinasi MMR merupakan imunisasi yang berisi virus
campak edmoson strain lemah, rubella strain RA27/3, dan virus
inaktif gondong yang ditujukan untuk memberikan kekebalan
terhadap campak, gondongan, wabah perotic (gondong), dan campak
Jerman atau rubella. Imunisasi ini tidak disarankan untuk bayi di
bawah satu tahun karena takut terhalang oleh antibodi ibu yang
berlebihan. Vaksinasi campak monovalen harus diberikan terlebih
dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan dapat diberikan
penguat MMR pada usia 15 sampai 18 bulan khususnya di daerah
endemik.
g. Imunisasi Thypus
Vaksinasi Thypus Abdominalis merupakan imunisasi yang
digunakan dalam pencegahan terjadinya penyakit thypus. Vaksin
kuman inaktif dapat diberikan untuk bayi usia 6-12 bulan sebanyak
0,1 ml, usia 1-2 tahun sebanyak 0,2 ml dan 0,5 ml pada usia dua
tahun sampai 12 tahun. Imunisasi sebanyak 2 kali diberikan pada
imunisasi awal dengan jarak satu bulan yang dilanjutkan booster
selepas 1 tahun selanjutnya. Untuk anak usia diatas enam tahun pada
hari pertama, kedua dan kelima sebelum makan dapat diberikan
kapsul vaksin kuman yang dilemahkan.
h. Imunisasi Varicella
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
cacar air. Vaksin ini merupakan virus hidup varicella zoozter strain
yang dilemahkan.
i. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A dapat diimunisasikan pada anak diatas
dua tahun yang bertujuan untuk pencegahan penyakit hepatitis A.
Injeksi Havrix mengandung virus hepatitis A strain HM175 inaktif
digunakan dalam imunisasi awal dengan dua kali suntikan yang
berjarak satu bulan untuk imunisasi selanjutnya dan jarak enam
bulan untuk penguat.
7. Kontraindikasi dan Efek Samping Imunisasi
Menurut Wong (2004) dalam Hidayat (2008) kontraindikasi
imunisasi yaitu sebagai berikut:
a. Semua vaksin
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami reaksi
anafilaksis terhadap vaksin tersebut dan seseorang yang menderita
penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.
b. DPT
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami ensefalopati
dalam 7 hari pasca pemberian dosis DPT sebelumnya.
c. Polio
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami infeksi dengan
HIV, gangguan imunodefisiensi yang diketahui (tumor hematologis
f. Campak
Tidak nafsu makan, panas selama 10 hari, malaise, dan ruam.
g. Rubella
Demam, limfadenopati, ruam ringan (berakhir 1-2 hari setelah
imunisasi), artalgia, parestesia tangan dan kaki.
h. Varicella
Nyeri tekan, ruam dan makopapular.
8. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi antara lain sebagai berikut:
a. Difteri
Difteri yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae dan ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan.
Penyakit difteri dapat menyebabkan komplikasi yaitu gangguan
pernafasan yang berakibat kematian. Gejala penyakit ini
yaitu:Radang tenggorokan, Hilang nafsu makan, Demam ringan, dan
Dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan
dan tonsil.
b. Pertusis
Pertusis yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertussis (batuk rejan) dan ditularkan melalui
Melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin.
Penyakit pertusis dapat menyebabkan komplikasi yaitu pneumonia
bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. Manifestasi klinis
penyakit ini adalah:hidung meler, mata merah, bersin, demam, dan
batuk ringan yang dalam jangka panjang dapat menjadi semakin
parah dan menimbulkan batuk keras.
c. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Penyakit tetanus dapat
Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Menurut Rahmawati & Umbul (2014) kepatuhan dapat diartikan
sebagai tingkatan perilaku seseorang untuk melakukan dan mengikuti
program seperti diet yang direkomendasikan (dianjurkan), minum obat
dan merubah pola hidup sesuai dengan anjuran dari tim kesehatan atau
tim medis. Rendahnya tingkat kepatuhan berpengaruh pada
menurunnya efektifitas serta manfaat dari regimen pengobatan dan
meningkatkan biaya pengobatan karena pelaksanaan regimen yang
tidak tepat atau tidak sesuai.
Kepatuhan memiliki arti sebagai sifat patuh dan taat. Kepatuhan
yaitu tindakan mengikuti perintah ataupun saran, penerimaan atau
persetujuan, disposisi untuk mengikuti orang lain. Kepatuhan dianggap
sebagai sebuah persetujuan pasien untuk mengikuti petunjuk atau
arahan dari petugas kesehatan yang profesional dalam hal jadwal
pengobatan, regimen pengobatan atau gaya hidup yang harus diubah.
Menurut kepatuhan dibagi menjadi tiga yaitu kepatuhan sebagai
Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Darmayanti (2020) dukungan
keluarga merupakan tindakan penerimaan atau sikap keluarga terhadap
anggota keluarganya. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
misalnya seperti dukungan yang diberikan oleh saudara kandung, suami
atau istri atau dukungan sosial keluarga eksternal. Menurut Husnida et al
(2019), dukungan keluarga berpengaruh dalam ketaatan atau kelengkapan
pemberian imunisasi.
Dukungan keluarga adalah jenis hubungan relasional yang
menggabungkan perspektif, aktivitas, dan pengakuan kerabat, sehingga
kerabat merasa ada yang fokus. Bantuan ramah keluarga di dalam
mengacu pada dukungan sosial yang dilihat oleh kerabat sebagai sesuatu
yang dapat diperoleh atau ditampung keluarga yang secara konsisten siap
untuk memberikan bantuan dan bantuan jika diperlukan ( Erdiana, 2015
dalam Waluyanti, 2009). Menurut Friedman (2010) dalam Darmayanti
(2020) dukungan keluarga terbagi atas empat dimensi yaitu :
2. Dukungan Emosional
Dukungan emosional melibatkan perhatian, semangat, cinta,
kehangatan pribadi, empati, atau bantuan emosional lainnya yang
bertujuan untuk pemulihan atau istirahat, membantu penguasaan
emosional serta meningkatkan moral keluarga. Dukungan emosional
berarti seluruh tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan
Jenis-Jenis Imunisasi
a. BCG Imunisasi
b. Polio DasarBalita
c. Hepatitis B Usia 0-9 bulan
d. DPT
e. Campak
Faktor-Faktor
Kepatuhan Imunisasi Kepatuhan
1) Pengetahuan Imunisasi
2) Pendidikan
3) Sikap
4) Pekerjaan
5) Fasilitas posyandu
Macam-macam
6) Lingkungan
Dukungan Keluarga Dukungan
7) Dukungan Keluarga
Keluarga
a. Informasional
a. P
b. Penghargaan
e c. Emosional
d. Instrumental
n
d
i
d
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
i
Sumber : Friedman (2010) (Fitriani, 2018), Harmasdiyani
k (2015),
Wong (2004) dalam Hidayat (2008)a
n
2.
3.
Variabel Pengganggu
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Sikap
Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara peneliti yang kebenarannya akan
dibuktikan pada penelitian tersebut (Notoatmojo, 2012)
Ha: Ada hubungandukungan keluarga dalam pemberian imunisasi dasar
pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah Puskesmas Bruno.
H0: Tidak adanya hubungan dukungan keluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah Puskesmas
Bruno.