Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan proses memberikan resistensi tubuh dari
suatu penyakit dengan cara memasukkan sesuatu kedalam tubuh dengan
tujuan agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya bagi
seseorang atau penyakit yang sedang mewabah. Imunisasi didapatkan
dari kata imun yang memiliki arti resistan atau kebal. Agar terhindar
dari penyakit lainnya diperlukan imunisasi dengan jenis yang berbeda
karena proses imunisasi hanya memberikan resistensi pada penyakit
yang diimunisasikan. Anak-anak lebih diutamakan untuk imunisasi
karena rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh anak-anak yang belum sebaik orang dewasa. Imunisasi harus
dilakukan secara lengkap dan bertahap terhadap berbagai penyakit yang
dapat membahayakan kesehatan anak (Dewi & Megaputri, 2021).
Menurut Ariani, dkk (2019) pengertian imunisasi berasal dari
kata imun yang memiliki arti resisten (kebal) atau imunitas yang berarti
kekebalan. Untuk terhindar dari penyakit maka diperlukan imunisasi
yang tidak hanya satu jenis imunisasi karena pemberian imunisasi
hanya akan memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu
saja. Imunisasi adalah upaya untuk memberikan kekebalan pada tubuh
secara aktif maupun pasif dengan cara buatan atau dengan sengaja
memberikan antigen yang merangsang atau menstimulus imunobiologik
(antibodi) ke dalam tubuh.
Imunisasi adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh secara aktif baik pada bayi, anak-anak serta orang
dewasa terhadap suatu penyakit atau antigen sehingga apabila seseorang
tersebut terpapar antigen yang serupa maka tidak akan menjadi suatu
penyakit dalam tubuhnya. imunisasi menjaga bayi dan anak terhadap

8 Universitas Muhammadiyah Gombong


9

enyakit tertentu sesuai dengan jenis imunisasi yang diberikan.


Imunisasi merupakan suatu program yang sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang pembentukan antibodi pada tubuh sehingga
dapat resisten atau kebal terhadap suatu penyakit tertentu (Sari, 2020).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), anak yang
diimunisasi memiliki arti bahwa anak tersebut diberikan kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi berasal dari kata imun yang
memiliki arti resisten atau kebal. Anak kebal terhadap suatu penyakit
namun belum tentu anak tersebut kebal terhadap penyakit lainnya.
Imunisasi merupakan usaha untuk memunculkan dan atau memberikan
peningkatan resistensi seseorang secara aktif dari sebuah penyakit
sehingga ketika suatu saat nanti orang tersebut terpapar dengan
penyakit tersebut maka hanya akan mengalami sakit yang ringan atau
bahkan tidak sakit.
2. Sistem Kekebalan
Sistem imunitas adalah sistem kekebalan tubuh atau sebuah
sistem pertahanan tubuh yang berperan untuk mengenali dan
menghancurkan sel abnormal, antigen atau benda asing yang masuk
serta merugikan tubuh. Sistem imunitas tidak dikendalikan oleh otak.
Saat patogen masuk kedalam tubuh, molekul yang terletak pada dinding
sel bakteri atau antigen akan membuat sistem imunitas untuk
menghasilkan antibodi guna melawan dan melindungi tubuh (Aidah,
2020).
Menurut Ranuh dkk (2008) dalam Aidah (2020) respon imun
merupakan usaha atau respon tubuh berupa rangkaian kejadian yang
kompleks terhadap benda asing atau antigen untuk menghancurkan
antigen tersebut. Pertahanan tubuh ada dua macam yaitu mekanisme
pertahanan tubuh nonspesifik dan mekanisme pertahanan tubuh
spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik artinya ditujukan
untuk berbagai macam antigen atau tidak ditujukan hanya untuk satu
macam antigen sedangkan mekanisme pertahanan tubuh spesifik

Universitas Muhammadiyah Gombong


10

ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi


lebih cepat, lebih banyak dan telah terbentuk sel memori pada
pengenalan antigen.
3. Mekanisme Respon Imun Pada Imunisasi
Menurut Ariani dkk (2019), imunitas memiliki kemampuan
untuk mengenal benda asing. Benda asing yang masuk pertama kali
dalam tubuh dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi
sensitisasi sel-sel imun tersebut. Apabila sel imun tersebut berpapasan
kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang masuk
ini akan dikenal lebih cepat dan selanjutnya akan dihancurkan. Karena
imun hanya memusnahkan barang asing yang sebelumya sudah dikenal
maka sistem imun tersebut disebut spesifik. Dalam memusnahkan
barang asing yang berbahaya, sistem imun ini dapat bekerja secara
mandiri, namun pada normalnya terjadi kolaborasi diantara komplemen,
antibodi, sel T makrofag, dan fagosit. Sistem imun ini dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Sistem imun spesifik humoral
Dalam sistem imun spesifik humoral, limfosit B atau sel B
berperan penting. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten.
Apabila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
membentuk zat anti atau antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan didalam serum. Fungsi utama antibodi ini yaitu untuk
pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri (ektraseluler) dan dapat
menetralkan toksinnya.
b. Sistem imun spesifik selular
Dalam sistem imun spesifik selular, limfosit T atau sel T berperan
penting. Sel tersebut berasal dari sel asal yang sama dari sel B.
Faktor timus (timosin) dapat ditemukan dalam peredaran darah
sebagai hormon asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap
diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas

Universitas Muhammadiyah Gombong


11

beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi


utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri
yang hidup intraseluler, jamur, parasit, virus dan keganasan.
4. Tujuan Imunisasi
Menurut Atikah (2010) dalam Sahid (2018) tujuan dari program
imunisasi yaitu memberikan kekebalan untuk mencegah penyakit serta
kematian anak dan bayi yang disebabkan oleh suatu penyakit. Tujuan
imunisasi secara umum yaitu membuat tubuh lebih kebal atau tidak
mudah terkena penyakit, mencegah penyakit yang menular, dan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada balita.
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tujuan umum
imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kematian (mortalitas),
kesakitan (morbiditas) dan kecacatan akibat PD3I (Penyakit Yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Dengan imunisasi tubuh menjadi
resisten terhadap bermacam-macam penyakit misalnya hepatitis B,
polio, campak, tetanus, difteri, batuk rejan, TBC, cacar air dan lain-lain
(Ariani et al., 2019).
Imunisasi memang tidak memberikan kekebalan 100 %, tetapi
pada umumnya dapat mencegah 96 %, sehingga apabila terkena tidak
akan separah jika tidak diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu daya tahan tubuh anak, lingkungan
dan kuman. Kalau status gizi anak baik, anak kuat lalu terinfeksi kuman
yang jumlahnya sedikit dan tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak
akan jatuh sakit (Proverawati & Andini, 2010 dalam Sahid, 2018).
Menurut Fitriani (2018) efek positif imunisasi untuk anak yaitu dapat
digunakan sebagai pencegahan penyakit, kecacatan dan mortalitas,
sedangkan dampak imunisasi untuk keluarga yaitu menurunkan tingkat
ansietas orangtua dan pencegahan tingginya pembayaran perawatan
atau obat-obatan ketika anak terjerat suatu penyakit. Bayi atau anak
yang melakukan tindakan imunisasi dasar secara penuh dapat

Universitas Muhammadiyah Gombong


12

terlindungi dari penyakit tertentu yang berbahaya juga menjadi tindakan


preventif tertularnya penyakit kepada keluarga atau orang disekitarnya.

5. Macam-Macam Imunisasi
Menurut Fitriani (2018), imunisasi ada dua yaitu aktif yaitu saat
tubuh aktif dalam proses pembentukan imun dan pasif saat tubuh tidak
andil dalam pembentukan imun dan hanya menerima saja.
a. Imunisasi aktif
Proses memasukkan kuman inaktif yang memiliki tujuan agar tubuh
terangsang dan membentuk antibodi sendiri disebut imunisasi aktif.
Tentara tubuh yang terbentuk akan tetap ada sampai manusia itu
mati, efektif, efisien, tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang
terjadi merupakan kelebihan imunisasi ini. Contoh imunisasi aktif
yaitu polio atau campak.
b. Imunisasi pasif
Proses memasukkan zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
(imunoglobulin) dan digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah memasuki tubuh manusia yang terinfeksi merupakan
pengertian dari imunisasi pasif. Racun dalam aliran darah perlu
dinetralkan dengan antibodi terhadap racun itu pada kondisi difteria
atau tetanus. Diharapkan tidak timbul efek samping terhadap toksin
ini ketika diberikan antibodi dari luar pada tubuh yang belum pernah
diberikan injeksi imunisasi sebelumnya. Antibodi diberikan pada
kondisi tertentu misalnya gigitan hewan berbisa
2. Sasaran Imunisasi
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), sasaran imunisasi
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran Imunisasi pada Bayi

Universitas Muhammadiyah Gombong


13

1) Hepatitis B
Diimunisasikan pada bayi usia 0-7 hari dengan frekuensi
pemberian sebanyak satu kali.

2) BCG
Diimunisasikan pada bayi umur 1 bulan dengan frekuensi
pemberian sebanyak satu kali.
3) Polio (IPV)
Diimunisasikan pada bayi yang berumur 1,2,3,4 bulan dengan
frekuensi pemberian sebanyak empat kali. Jarak minimal
pemberian imunisasi ini yaitu 4 minggu.
4) DPT-HB-Hib
Diberikan pada bayi usia 2,3,4 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak tiga kali. Interval minimal pemberian imunisasi ini
yaitu 4 minggu.
5) Campak
Diberikan pada bayi usia 9 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
b. Sasaran Imunisasi pada Anak Balita
1) DPT-HB-Hib
Diberikan pada anak usia 18 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
2) Campak
Diberikan pada anak usia 24 bulan dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
c. Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)
1) Campak
Diberikan pada anak kelas 1 SD dengan jumlah pemberian
sebanyak satu kali.
2) DT

Universitas Muhammadiyah Gombong


14

Diberikan pada anak kelas 1 SD dengan jumlah pemberian


sebanyak satu kali.
3) TD
Diberikan pada anak kelas 2 dan 3 SD.
d. Sasaran Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS)
Pemberian imunisasi pada Wanita Usia Subur (WUS) disesuaikan
dengan hasil skrining terhadap status T.
1) TT1
2) TT2
Diberikan 1 bulan setelah TT1 dengan masa perlindungan
selama 36 bulan.
3) TT3
Diinjeksikan enam bulan seusai imunisasi TT2 dengan 5 tahun
masa lindung.
4) TT4
Diinjeksikan 12 bulan seusai imunisasi TT3 dengan masa
lindung selama 10 tahun.
5) TT5
Diinjeksikan 12 bulan seusai TT4 dengan 25 tahun masa
lindung.
6. Jenis Imunisasi Dasar
Menurut Hidayat (2008), jenis-jenis imunisasi dasar di Indonesia yaitu:
a. Vaksinasi BCG (Basillus Calmette Guerin)
Mycobacterium bovis yang inaktif terdapat dalam kandungan
vaksin beku BCG. Injeksi BCG mengurangi resiko TBC berat seperti
tuberkulosa primer dan meningitis tuberkulosa. Imunisasi BCG
diberika dengan dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan
0,1 ml untuk anak lebih dari satu tahun. Pemberian dengan cara
intrakutan pada area lengan kanan insersio deltoid merupakan saran
WHO untuk injeksi BCG.
b. Imunisasi Hepatitis B

Universitas Muhammadiyah Gombong


15

Proses injeksi virus recombinant non infeksius yang


dilemahkan dan memiliki tujuan untuk memperoleh antibodi
penyakit hepatitis merupakan pengertian imunisasi Hepatitis B.
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular diarea anterolateral
paha dengan kandungan 0,5 ml atau sebuah HB PID. Pada bayi baru
lahir sampai usia 7 hari vaksin pertama diberikan dan vaksin
selanjutnya berjarak satu bulan minimal. Efek ringan meliputi rasa
sakit, merah dan bengkak di area penyuntikan biasa terjadi dan
hilang pada umumnya selepas dua hari.
c. Imunisasi Polio
Kemasan vaksin polio berisi virus polio 1, 2 dan 3 meliputi
dua jenis kemasan yaitu Oral Polio Vaccine (OPV) dan Inactivated
Polio Vaccine (IPV). Vaksin OPV yaitu virus hidup dilemahkan
berupa tetes dan oral. Sedangkan IPV yaitu virus in aktif berupa
suntikan. Pemakaian kedua injeksi polio tersebut bisa dilakukan
secara berganti-gantian.
Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri secara intramuskular
sebanyak 0,5 ml atau diberikan kombinasi DTaP/IPV dan
DTaP/Hib/IPV. Vaksin polio oral (OPV) diimunisasikan peroral
sebanyak dua tetes. Kontra indikasi kebanyakan pada mereka yang
sedang menderita demam, penyakit atau penyakit kronis progresif.
Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
d. Imunisasi DPT (Diphteria, Pertusis, Tetanus) dan Imunisasi HiB
(Haemophilus Influenza tipe B)
Antibodi ini merupakan suspensi homogen yang
mengandung bakteri tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B murni (HbsAg) non
infeksius, dan bagian Hib sebagai sub unit imunisasi bakteri
berwujud kapsul polisakarida Haemophilus Influenzae tipe b non
infeksius yang dibentuk menjadi protein patogen tetanus. Indikasi
digunakan sebagai penangkalan penyakit difteri, tetanus, pertusis

Universitas Muhammadiyah Gombong


16

(batuk rejan), hepatitis B, dan paparan Haemophilus influenzae tipe


b secara bersamaan. Antibodi DTP-HB-Hib dengan porsi anak 0,5
ml harus diinjeksikan secara intramuskular di area paha atas
anterolateral.

e. Imunisasi Campak
Antibodi campak diberikan untuk merangsang kekebalan
dinamis terhadap campak. Pada usia anak 9-11 bulan, antibodi
campak porsi 0,5 ml diinjeksikan secara subkutan pada lengan kiri
atas. Imunisasi yang dilarutkan harus digunakan sebelum 6 jam
berlalu.Gejala selepas imunisasi campak adalah demam ringan dan
ruam dalam waktu 3 hari dan dapat berlangsung selama 8-12 hari.
f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksinasi MMR merupakan imunisasi yang berisi virus
campak edmoson strain lemah, rubella strain RA27/3, dan virus
inaktif gondong yang ditujukan untuk memberikan kekebalan
terhadap campak, gondongan, wabah perotic (gondong), dan campak
Jerman atau rubella. Imunisasi ini tidak disarankan untuk bayi di
bawah satu tahun karena takut terhalang oleh antibodi ibu yang
berlebihan. Vaksinasi campak monovalen harus diberikan terlebih
dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan dapat diberikan
penguat MMR pada usia 15 sampai 18 bulan khususnya di daerah
endemik.
g. Imunisasi Thypus
Vaksinasi Thypus Abdominalis merupakan imunisasi yang
digunakan dalam pencegahan terjadinya penyakit thypus. Vaksin
kuman inaktif dapat diberikan untuk bayi usia 6-12 bulan sebanyak
0,1 ml, usia 1-2 tahun sebanyak 0,2 ml dan 0,5 ml pada usia dua
tahun sampai 12 tahun. Imunisasi sebanyak 2 kali diberikan pada
imunisasi awal dengan jarak satu bulan yang dilanjutkan booster

Universitas Muhammadiyah Gombong


17

selepas 1 tahun selanjutnya. Untuk anak usia diatas enam tahun pada
hari pertama, kedua dan kelima sebelum makan dapat diberikan
kapsul vaksin kuman yang dilemahkan.

h. Imunisasi Varicella
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
cacar air. Vaksin ini merupakan virus hidup varicella zoozter strain
yang dilemahkan.
i. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A dapat diimunisasikan pada anak diatas
dua tahun yang bertujuan untuk pencegahan penyakit hepatitis A.
Injeksi Havrix mengandung virus hepatitis A strain HM175 inaktif
digunakan dalam imunisasi awal dengan dua kali suntikan yang
berjarak satu bulan untuk imunisasi selanjutnya dan jarak enam
bulan untuk penguat.
7. Kontraindikasi dan Efek Samping Imunisasi
Menurut Wong (2004) dalam Hidayat (2008) kontraindikasi
imunisasi yaitu sebagai berikut:
a. Semua vaksin
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami reaksi
anafilaksis terhadap vaksin tersebut dan seseorang yang menderita
penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.
b. DPT
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami ensefalopati
dalam 7 hari pasca pemberian dosis DPT sebelumnya.
c. Polio
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami infeksi dengan
HIV, gangguan imunodefisiensi yang diketahui (tumor hematologis

Universitas Muhammadiyah Gombong


18

dan padat), imunodefisiensi kongenital dan terapi imunosupresi


jangka panjang.
d. MMR
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami reaksi
anafilaksis pada telur dan neomisin, kehamilan, serta gangguan
imunodefisiensi.
e. Hepatitis B
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami reaksi
anafilaksis terhadap ragi roti biasa.
f. Varicella
Kontraindikasi terhadap seseorang yang mengalami gangguan
imunokompresi seperti imunodefisiensi kongenital, leukimia,
limfoma serta indivisu yang mendapat dosis kortikosteroid sistemik
dosis tinggi mengalami reaksi anafilaksis terhadap neomisin.
Sedangkan kejadian ikutan pasca imunisasi Menurut Wong
(2004) dalam Hidayat (2008) yaitu sebagai berikut:
a. Difteri
Biasanya pada area suntikan merah dan bengkak, demam kurun
waktu satu sampai dua hari, sakit, rewel, mengantuk serta tidak nafsu
makan.
b. Tetanus
Efek hampir sama semacam difteri ditambah dengan reaksi indurasi
area imunisasi, urtikaria dan malaise.
c. Pertusis
Dapat terjadi kehilangan kesadaran, panas demam, kejang, dan efek
sistemik alergi.
d. HiB
Efek ringan daerah lokal semacam nyeri, eritema, dan demam
ringan.
e. Polio
Dalam 2 bulan imunisasi kelumpuhan karena vaksin jarang terjadi.

Universitas Muhammadiyah Gombong


19

f. Campak
Tidak nafsu makan, panas selama 10 hari, malaise, dan ruam.
g. Rubella
Demam, limfadenopati, ruam ringan (berakhir 1-2 hari setelah
imunisasi), artalgia, parestesia tangan dan kaki.
h. Varicella
Nyeri tekan, ruam dan makopapular.
8. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi antara lain sebagai berikut:
a. Difteri
Difteri yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae dan ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan.
Penyakit difteri dapat menyebabkan komplikasi yaitu gangguan
pernafasan yang berakibat kematian. Gejala penyakit ini
yaitu:Radang tenggorokan, Hilang nafsu makan, Demam ringan, dan
Dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan
dan tonsil.
b. Pertusis
Pertusis yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertussis (batuk rejan) dan ditularkan melalui
Melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin.
Penyakit pertusis dapat menyebabkan komplikasi yaitu pneumonia
bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. Manifestasi klinis
penyakit ini adalah:hidung meler, mata merah, bersin, demam, dan
batuk ringan yang dalam jangka panjang dapat menjadi semakin
parah dan menimbulkan batuk keras.
c. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Penyakit tetanus dapat

Universitas Muhammadiyah Gombong


20

menyebabkan komplikasi yaitu patah tulang akibat kejang,


pneumonia, dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
Gejala penyakit ini yaitu:
1) Indikasi awal: kekencangan otot di rahang, kekakuan di leher,
kesulitan menelan, kekuatan otot tidak fleksibel, berkeringat dan
demam.
2) Pada anak yang baru lahir terdapat efek samping berhenti
menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
3) Indikasi lain yaitu kejang yang hebat dan kekakuan tubuh.
d. Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah dan ditularkan
melalui pernafasan, bersin atau batuk. Penyakit TBC dapat
menyebabkan komplikasi yaitu kelemahan dan kematian. Gejala
penyakit ini yaitu:
1) Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan
keluar keringat pada malam hari.
2) Gejala selanjutnya: batuk terus-menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah.
3) Gejala lain: tergantung pada organ yang diserang.
e. Campak
Campak yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus
viridae measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari
bersin atau batuk penderita. Penyakit ini dapat menyebabkan
komplikasi yaitu diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi
saluran napas (pneumonia). Gejala dari penyakit TBC yaitu:
1) Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjunctivitis (mata merah) dan koplik spots.
2) Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
f. Poliomielitis

Universitas Muhammadiyah Gombong


21

Poliomielitis yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang


disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis
menyerang anak di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh
layu akut (acute flaccid paralysis = AFP). Penyakit ini menular
melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Penyakit ini
dapat menyebabkan komplikasi yaitu dapat menyebabkan kematian
jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani. Gejala dari
penyakit ini yaitu:Demam, myalgia dan paralisis muncul pada
minggu pertama
g. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah penyakit yang dietiologikan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning) dan menular dengan
cara vertikal (dari ibu ke bayi selama proses persalinan) dan
horizontal (dari darah dan produknya, suntikan yang tidak aman,
transfusi darah, melalui hubungan seksual). Penyakit ini dapat
menyebabkan komplikasi yaitu dapat menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati
(Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian. Gejala
dari penyakit ini yaitu:Merasa lemah, Gangguan perut, Gejala lain
seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat dan warna
kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
h. Hemofilus Influenza Tipe B (HiB)
HiB merupakan bakteri yang dapat menyebabkan kontaminasi
semacam meningitis, epiglotitis, pneumonia, nyeri sendi, dan
selulitis dibeberapa organ. Penyakit ini mayoritas menginfeksi anak
kurang dari lima tahun, utamanya usia 6 bulan sampai 1 tahun
dengan penularan melalui droplet (nasofaring). Indikasi penyakit ini
yaitu:manifestasi klinis menigitis (demam, kaku kuduk, kehilangan
kesadaran), Pneumonia (demam, sesak, retraksi otot pernafasan),
terkadang menimbulkan gejala sisa berupa gangguan pendengaran.
i. HPV (Human Papiloma Virus)

Universitas Muhammadiyah Gombong


22

HPV merupakan virus yang menyerang kulit dan membran mukosa


manusia dan hewan. Penyakit HPV menular dengan mudah melalui
hubungan kulit ke kulit. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi
yaitu. Gejala dari penyakit ini yaitu:kutil, sedangkan yang lain dapat
menyebabkan infeksi yang memunculkan luka, ca servik juga
disebabkan oleh infeksi HPV melalui hubungan seks.
j. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus dan
menular melalui kotoran/buang air besar pasien dan biasanya melalui
makanan (fecaloral). Tanda-tanda penyakit ini adalah: kelelahan,
mual dan muntah, sakit perut atau ketidaknyamanan, terutama di
daerah hati, kehilangan rasa lapar, demam, buang air kecil keruh,
otot berdenyut serta kulit dan mata menguning (jaundice).

Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Menurut Rahmawati & Umbul (2014) kepatuhan dapat diartikan
sebagai tingkatan perilaku seseorang untuk melakukan dan mengikuti
program seperti diet yang direkomendasikan (dianjurkan), minum obat
dan merubah pola hidup sesuai dengan anjuran dari tim kesehatan atau
tim medis. Rendahnya tingkat kepatuhan berpengaruh pada
menurunnya efektifitas serta manfaat dari regimen pengobatan dan
meningkatkan biaya pengobatan karena pelaksanaan regimen yang
tidak tepat atau tidak sesuai.
Kepatuhan memiliki arti sebagai sifat patuh dan taat. Kepatuhan
yaitu tindakan mengikuti perintah ataupun saran, penerimaan atau
persetujuan, disposisi untuk mengikuti orang lain. Kepatuhan dianggap
sebagai sebuah persetujuan pasien untuk mengikuti petunjuk atau
arahan dari petugas kesehatan yang profesional dalam hal jadwal
pengobatan, regimen pengobatan atau gaya hidup yang harus diubah.
Menurut kepatuhan dibagi menjadi tiga yaitu kepatuhan sebagai

Universitas Muhammadiyah Gombong


23

perilaku perawatan diri, kepatuhan sebagai proses kognitif-


motivasional, dan kepatuhan sebagai ideologi (Waluyanti, 2009).
2. Faktor-Faktor Kepatuhan Imunisasi
Menurut Harmasdiyani (2015), faktor yang mempengaruhi
ketepatan pemberian imunisasi dasar yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang memiliki arti bahwa
dalam pendidikan itu terjadi proses perubahan, perkembangan, dan
pertumbuhan ke arah yang lebih lebih baik pada individu, kelompok
atau masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya selalu memerlukan bantuan orang lain yang memiliki
kepribadian yang lebih dewasa, lebih mampu, lebih pandai, lebih
tahu, dan sebagainya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam
masyarakat dan seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak
akan terlepas dari kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Fitriani (2018) jenjang atau
tingkatan pendidikan meliputi:
1) Pendidikan Tinggi
Menyelesaikan atau tidak selesai perguruan tinggi atau selesai
SMA atau sederajat
2) Pendidikan Rendah
Tidak bersekolah, selesai ataupun tidak menyelesaikan Sekolah
Dasar, selesai ataupun tidak menyelesaikan Sekolah Menengah
Atas atau sederajat.
Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk sebuah
wawasan. Informasi apapun misalnya masalah informasi mengenai
imunisasi mudah diterima oleh individu yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi namun ibu dengan tingkat pendidikan minim akan
mengalami kesusahan dalam penerimaan berita yang ada sehingga
individu tersebut susah paham tentang kelengkapan kegiatan
imunisasi. Ibu yang memiliki tingginya tingkat pendidikan lebih

Universitas Muhammadiyah Gombong


24

gampang menerima suatu ide baru, penerimaan edukasi lebih cepat


diterima dan dilakukan dibandingkan ibu yang kurang berpendidikan
sehingga pendidikan berpengaruh pada pengambilan keputusan
seseorang.
b. Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Makamban (2014) dalam
Fitriani (2018) menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan dengan
status imunisasi dasar pada bayi. Ibu yang sebagian besar bekerja
sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu untuk membawa anaknya
melakukan imunisasi anaknya. Namun terdapat ibu yang tidak
membawa anaknya untuk melakukan imunisasi karena alasan
bekerja. Menurutnya ibu yang bekerja perhatiannya terbagi dua yaitu
mengurus anak dan pekerjaan yang dapat menyebabkan tidak
diprioritaskannya pemberian imunisasi dasar lengkap dibandingkan
ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga lebih patuh dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap karena memiliki waktu luang di
rumah lebih banyak.
c. Sikap
Menurut Triana (2016) sikap orangtua memiliki pengaruh
terhadap pemberian imunisasi pada bayi. Menurut Fitriani (2018)
sikap yaitu respons seseorang pada suatu objek atau stimulus. Empat
tahapan atau tingkatan sikap terdiri atas :
1) Penerimaan (receiving), menerima diartikan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek)
2) Proses merespons (responding), indikasi dari sikap yaitu
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan karena dengan upaya
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan
maka terjadi penerimaan ide tersebut baik itu benar atau salah.

Universitas Muhammadiyah Gombong


25

3) Tahap menghargai (valuting), berdiskusi atau bekerjasama


dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible) merupakan sikap yang paling
tinggi dari seseorang yaitu tetap bertahan dan
mempertanggungjawabkan sesuatu yang dipilih dengan segala
resiko yang akan diperoleh.
Pengalaman individu, budaya, oranglain yang dianggap penting,
agama serta faktor emosi dalam diri individu yang mempunyai
pengaruh penting dari sikap seseorang. Pengetahuan masyarakat bila
diberikan rangsangan untuk memberi respon berupa sikap positif
maupun sikap negatif yang pada akhirnya akan diwujudkan dalam
bentuk tindakan yang nyata merupakan proses terwujudnya sikap.
Faktor yang mempengaruhi banyaknya responden yang memiliki
sikap negatif tentang imunisasi adalah pengetahuan yang rendah
tentang kegiatan imunisasi. Sikap positif akan dimiliki seseorang
yang telah mengetahui fakta tentang suatu hal misalnya imunisasi.
d. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah dukungan, support atau motivasi yang
diberikan oleh anggota keluarga dalam bentuk dukungan meterial,
emosional dan dukungan lainnya misal informasi untuk melakukan
imunisasi (Fitriani, 2018). Keluarga tetap berperan sebagai
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggota
keluarga sebagai individu atau pasien. Menurut Husnida et al (2019),
dukungan keluarga berpengaruh dalam ketaatan atau kelengkapan
pemberian imunisasi. Empat macam dukungan sosial terdiri dari :
1) Dorongan emosi, meliputi ucapan kepedulian, empati dan
perhatian pada individu yang bersangkutan.
2) Dorongan penghargaan, terjadi melalui ungkapan hormat atau
penghargaan positif, persetujuan, dorongan untuk maju dan
dukungan perasaan.

Universitas Muhammadiyah Gombong


26

3) Dorongan instrumen, misalnya memberi pinjaman uang dan


pekerjaan atau dapat dikatakan meliputi bantuan nyata dan
langsung.
4) Dorongan informasi, meliputi edukasi, petunjuk, berita, fakta,
manfaat, nasihat dan saran.

Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Darmayanti (2020) dukungan
keluarga merupakan tindakan penerimaan atau sikap keluarga terhadap
anggota keluarganya. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
misalnya seperti dukungan yang diberikan oleh saudara kandung, suami
atau istri atau dukungan sosial keluarga eksternal. Menurut Husnida et al
(2019), dukungan keluarga berpengaruh dalam ketaatan atau kelengkapan
pemberian imunisasi.
Dukungan keluarga adalah jenis hubungan relasional yang
menggabungkan perspektif, aktivitas, dan pengakuan kerabat, sehingga
kerabat merasa ada yang fokus. Bantuan ramah keluarga di dalam
mengacu pada dukungan sosial yang dilihat oleh kerabat sebagai sesuatu
yang dapat diperoleh atau ditampung keluarga yang secara konsisten siap
untuk memberikan bantuan dan bantuan jika diperlukan ( Erdiana, 2015
dalam Waluyanti, 2009). Menurut Friedman (2010) dalam Darmayanti
(2020) dukungan keluarga terbagi atas empat dimensi yaitu :
2. Dukungan Emosional
Dukungan emosional melibatkan perhatian, semangat, cinta,
kehangatan pribadi, empati, atau bantuan emosional lainnya yang
bertujuan untuk pemulihan atau istirahat, membantu penguasaan
emosional serta meningkatkan moral keluarga. Dukungan emosional
berarti seluruh tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan

Universitas Muhammadiyah Gombong


27

mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan


dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian.
3. Dukungan informasi
Keluarga berfungsi untuk mengoleksi dan menyebarkan informasi
mengenai hal-hal yang ada di dunia. Dukungan informasi diprakarsai
oleh keluarga dalam bentuk musyawarah tentang strategi pemecahan
masalah, nasehat dan saran.
4. Dukungan instrumental
Bantuan material seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan
atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah
sehari-hari merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara
langsung (instrumental).
5. Dukungan penghargaan
Keluarga berfungsi dalam bimbingan dan menganalisa atau merantai
memecahkan sebuah problematika serta sebagai panutan anggota
keluarga. Bantuan penghargaan terjadi lewat penilaian positif terhadap
ide-ide, perasaan, performa orang lain, ekspresi penghargaan,
persetujuan.

Universitas Muhammadiyah Gombong


28

Kerangka Teori Penelitian

Jenis-Jenis Imunisasi
a. BCG Imunisasi
b. Polio DasarBalita
c. Hepatitis B Usia 0-9 bulan
d. DPT
e. Campak

Faktor-Faktor
Kepatuhan Imunisasi Kepatuhan
1) Pengetahuan Imunisasi
2) Pendidikan
3) Sikap
4) Pekerjaan
5) Fasilitas posyandu
Macam-macam
6) Lingkungan
Dukungan Keluarga Dukungan
7) Dukungan Keluarga
Keluarga
a. Informasional
a. P
b. Penghargaan
e c. Emosional
d. Instrumental
n
d
i
d
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
i
Sumber : Friedman (2010) (Fitriani, 2018), Harmasdiyani
k (2015),
Wong (2004) dalam Hidayat (2008)a
n

2.

3.

Universitas Muhammadiyah Gombong


29

Kerangka Konsep Penelitian


Variabel bebas Variabel terikat

Dukungan Keluarga Kepatuhan Pemberian


Imunisasi Dasar
a. Informasional
b. Penilaian atau
Penghargaan
c. Emosional
d. Instrumental

Variabel Pengganggu
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Sikap

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian


Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara peneliti yang kebenarannya akan
dibuktikan pada penelitian tersebut (Notoatmojo, 2012)
Ha: Ada hubungandukungan keluarga dalam pemberian imunisasi dasar
pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah Puskesmas Bruno.
H0: Tidak adanya hubungan dukungan keluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah Puskesmas
Bruno.

Universitas Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai