Anda di halaman 1dari 13

45

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik balita di Wilayah Puskesmas Bruno berdasarkan usia dan
jenis kelamin
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi balita berdasarkan usia, jenis kelamin
di Wilayah Puskesmas Bruno (N = 86)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia (bulan) 7 7.6
1 2 2.3
2 4 4.7
3 12 14.0
4 11 12.8
5 5 5.8
6 6 7.0
7 7 8.1
8 7 8.1
9 32 37.2
Jumlah 86 100.0
Jenis kelamin
L 34 39.5
P 52 60.5
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil karakteristik responden
berdasarkan usia balita prosentase tertinggi berumur 9bulan sejumlah
32 responden (37.2%), dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 52
responden (60.5%).
b. Dukungan informasional keluarga dalam pemberian imunisasi dasar
pada balita usia 0-9 bulan
Distribusi frekuensi dukungan informasional keluarga dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah
Puskesmas Brunosebagai berikut:

45 Universitas Muhammadiyah Gombong


46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dukungan informasional keluarga


dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9
bulan di Wilayah Puskesmas Bruno(N = 86)
Dukungan informasional Frekuensi (f) %
Baik 56 65.1
Sedang 24 27.9
Buruk 6 7.0
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas prosentase tertinggiadalah balita yang
mendapat dukungan informasional dengan kategori baik yaitu sejumlah
56 responden (65.1%) dan prosentase terendah adalah balita yang
mendapat dukungan informasional dari keluarga dengan kategori buruk
sejumlah 6 responden (7%).
c. Dukungan penilaian atau penghargaan keluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan
Distribusi frekuensi dukungan penilaian atau penghargaan
keluarga dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di
Wilayah Puskesmas Brunosebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dukungan penilaian atau penghargaan
keluarga dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia
0-9 bulan di Wilayah Puskesmas Bruno (N = 86)
Dukungan penilaian atau
penghargaan keluarga Frekuensi (f) %
Baik 74 86.0
Sedang 9 10.5
Buruk 3 3.5
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas prosentase tertinggiadalah balita yang
mendapat dukungan penilaian atau penghargaan dari keluarga yang baik
yaitu sejumlah 74 responden (86.%) dan prosentase terendah adalah
balita yang mendapat dukungan informasional dari keluarga dengan
kategori buruk sejumlah 3responden (3.5%).

Universitas Muhammadiyah Gombong


47

d. Dukungan instrumental dalam pemberian imunisasi dasar pada balita


usia 0-9 bulan
Distribusi frekuensi dukungan instrumental keluarga dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah
Puskesmas Brunosebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi dukungan instrumentaldalam
pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di
Wilayah Puskesmas Bruno (N = 86)
Dukungan instrumental Frekuensi (f) %
Baik 22 25.6
Sedang 57 66.3
Buruk 7 8.1
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas prosentase tertinggiadalah balita yang
mendapat dukungan intrumentaldengan kategori sedang yaitu sejumlah
57 responden (66.3%) dan prosentase terendah adalah balita yang
mendapat dukungan intrumentaldengan kategori buruk sejumlah 7
responden (8.1%).
e. Dukungan emosional dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia
0-9 bulan
Distribusi frekuensi dukungan emosional keluarga dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah
Puskesmas Bruno sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dukungan emosional dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di
Wilayah Puskesmas Bruno (N = 86)
Dukungan emosional Frekuensi (f) %
Baik 73 84.9
Sedang 9 10.5
Buruk 4 4.7
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas prosentase tertinggiadalah balita yang
mendapat dukungan emosional dengan kategori baik yaitu sejumlah 73
responden (84.9%) dan prosentase terendah adalah balita yang
mendapat dukungan emosional dengan kategori buruk sejumlah 4
responden (4.7%).

Universitas Muhammadiyah Gombong


48

f. Dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9
bulan
Distribusi frekuensi dukungankeluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah Puskesmas
Brunosebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dukungankeluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah
Puskesmas Bruno (N = 86)
Dukungan Keluarga Frekuensi (f) %
Baik 39 45.3
Sedang 41 47.7
Buruk 6 7.0
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas prosentase tertinggiadalah balita yang
mendapat dukungan keluargadalam pemberian imunisasi dasar dengan
kategori sedangyaitu sejumlah 41 responden (47.7%) dan prosentase
terendah adalah balita yangmendapat dukungan keluarga dalam
pemberian imunisasi dasardengan kategori buruk sejumlah 6responden
(7%).
g. Tingkat kepatuhan pemberian imunisasi dasar
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di Wilayah
Puskesmas Bruno (N = 86)
Tingkat Kepatuhan Frekuensi (f) %
Patuh 76 88.4
Tidak Patuh 10 11.6
Jumlah 86 100.0
Berdasarkan tabel di atas didapatkan presentase tertinggi adalah
responden yang patuh dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia
0-9 bulan yaitu sejumlah 76 responden (88.4%) dan responden yang
tidak patuh dalam pemberian imunisasi dasar sejumlah 10 responden
(11.6%).

Universitas Muhammadiyah Gombong


49

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pemberian imunisasi
dasar
Tabel 4.8 Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pemberian imunisasi dasar di Wilayah Puskesmas
Bruno(N = 86)
Dukungan Kepatuhan pemberian Jumlah X² P
keluarga imunisasi dasar
% Tidak %
Patuh Patuh
Baik 37 43 2 2.3 39 32.367 0.000
Sedang 38 44.2 3 3.5 41
Buruk 1 1.2 5 5.8 6
Jumlah 76 88.4 10 11.6 86
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data pada balita yang mendapat
dukungan keluarga baik sebagian besar patuh dalam pemberian imunisasi
dasar yaitu sebanyak 37 responden (43%) sedangkan pada balita yang
mendapat dukungan keluarga yang buruk sebagian besar tidak patuh dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 5 orang (5.8%). Dari
hasil analisa uji chi square dengan nilai X² = 32.367dengan p = 0.000
(p<0,05). Nilai p = 0,000 yang berarti p<0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada dukungan keluarga terhadap kepatuhan pemberian imunisasi
dasar di Wilayah Puskesmas Bruno.

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitianmenunjukanprosentase tertinggi adalah
balita yangberusia9bulan sejumlah 32 responden (37.2%), dengan jenis
kelamin perempuan sejumlah 52 responden (60.5%).
Hasilpenelitian ini sejalan dengan Ritonga, (2014) menunjukan
bahwa jenis kelamin bayi responden terbanyak adalah perempuan
sebanyak 32 orang atau sekitar (61,5%). Hal ini disebabkan karena
mayoritas penduduk di Indonesia adalah perempuan. Menurut Badan Pusat

Universitas Muhammadiyah Gombong


50

Statistik jumlah penduduk perempuan lebih besar diabndingkan dengan


laki-laki.
2. Dukungan informasional keluarga dalam pemberian imunisasi dasar pada
balita usia 0-9 bulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukanprosentase tertinggiadalah
balita yang mendapat dukungan informasional dengan kategori baik yaitu
sejumlah 56 responden (65.1%) dan prosentase terendah adalah balita
yang mendapat dukungan informasional dari keluarga dengan kategori
buruk sejumlah 6 responden (7%). Bentuk dukungan informasional yang
diberikan oleh keluarga dalam hal ini yaitu pemberian pengetahuan,
petunjuk,informasi, saran atau umpan balik tentang pemberian imunisasi
dasar lengkap pada bayi. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk mengatasi masalah dan mengenali dengan lebih mudah
dalam hal imunisasi dasar bayi usia 0-9 bulan.
Hasil penelitian ini didukung pendapat Sitepu (2012), yang
menyatakan bahwa adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua
maupun saudara lainnya) kepada ibu dalam bentuk mendapatkan informasi
dari keluarga tentang imunisasi dasar pada anak menyebabkan ibu akan
merasa bahwa imunisasi sangat penting untk meningkatkankekebalan
tubuh bayinya. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian imunisasi yang diharapkan.
Menurut Arnanda, (2021) semakin kurang baik dukungan keluarga
dalam bentuk dukungan informasional (informational support) maka
pemberian imunisasi dasar lengkap ada bayi akan cenderung semakin
kurang baik. SebaliknyaSemakin baik dukungan keluarga dalam bentuk
dukungan informasional maka pemberian imunisasi dasar lengkap pada
bayi akan semakin baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) yang menjelaskan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian dukungan
informasional yang diberikan suami kepada istri dalam pemanfaatan
layanan kesehatan, termasuk dalam pemberian imunisasi dasar lengkap

Universitas Muhammadiyah Gombong


51

pada bayi yang merupakan kebutuhan pokok untuk bayi agar memiliki
sistem imun yang baik agar terhindar dari berbagai serangan penyakit.Hal
sejalandengan hasil penelitian Meilin (2015) dukungan informasional yang
diberikan suami kepada istri menjadi pertimbangan penting untuk
menentukan tindakan dalam memilih layanan kesehatan, termasuk layanan
kesehatan untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.
3. Dukungan penilaian atau penghargaan keluarga dalam pemberian
imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukanprosentase tertinggiadalah
balita yang mendapat dukungan penilaian atau penghargaan dari keluarga
yang baik yaitu sejumlah 74 responden (86.%) dan prosentase terendah
adalah balita yang mendapat dukungan informasional dari keluarga dengan
kategori buruk sejumlah 3 responden (3.5%). Dukungan yang diberikan
keluargaini berupapenghargaan atau apresiasi dan bimbingan seperti
memberikan hukuman atau pujian terhadap segala upaya yang harus
dilakukan untuk berperilaku secara konsisten danbaik dan tentunya
mengarahkan atau membimbing dalam segala tindakan untuk memelihara
memiliki perilaku yang baik dalam memberikan respon terhadap stimulus
yang diberikan termasuk dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada
bayi.
Menurut Arnanda, (2021) semakin baik dukungan suami dalam
bentuk dukungan penilaian (appraisal support) maka akan semakin baik
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Sebaliknya, semakin kurang
baik dukungan suami dalam bentuk dukungan penilaian maka akan
cenderung semakin kurang baik pemberian imunisasi dasar lengkap pada
bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Arnanda, (2021) juga menunjukkan bahwa sebanyak 17 orang responden
(32,1%) memberikan dukungan dalam bentuk dukungan penilaian
(appraisal support) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
dalam kategori sedang. Hasil ini juga didukung penelitian Wahyuni (2014)

Universitas Muhammadiyah Gombong


52

yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara


pemberian dukungan penilaian yang diberikan suami kepada istri dalam
pemanfaatan layanan kesehatan, termasuk dalam pemberian imunisasi
dasar lengkap pada bayi yang merupakan kebutuhan pokok untuk bayi
agar memiliki sistem imun yang baik agar terhindar dari berbagai serangan
penyakit.
4. Dukungan instrumental keluarga dalam pemberian imunisasi dasar pada
balita usia 0-9 bulan
Berdasarkan hasil penelitian menujukan prosentase tertinggi adalah
balita yang mendapat dukungan intrumentaldengan kategori sedang yaitu
sejumlah 57 responden (66.3%) dan prosentase terendah adalah balita
yang mendapat dukungan instrumental dengan kategori buruk sejumlah 7
responden (8.1%).
Bentuk dukungan yang diberikan dalam hal ini keluarga
menyediakan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti
pemberian barang, penyediaan makanan, uang, serta pelayanan. Dalam
penelitian ini menurut hasil rekapitulasi kuesioner Anggota keluarga
seperti suami, atau mertua menganjurkan ibu untuk membawa anaknya
kefasilitas kesehatan (Puskesmas/Posyandu) agar mendapatkan imunisasi
dasar lengkap, memberikan perhatian dengan mengingatkan ibu jadwal
untuk melakukan imunisasi untuk mencegah penyakit TBC, difteri,
campak, polio dengan cara imunisasi dasar lengkap dan menyediakan obat
apabila anak mengalami sakit setelah mendapatkan imunisasi.
Arnanda, (2021) menjelaskan semakin kurang baik dukungan suami
dalam bentuk dukungan instrumental (instrumental support) maka
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi akan cenderung semakin
kurang baik.Semakin baik dukungan suami dalam bentuk dukungan
instrumental maka pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi akan
semakin baik.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014)
terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian dukungan

Universitas Muhammadiyah Gombong


53

instrumental yang diberikan suami kepada istri dalam pemanfaatan


layanan kesehatan, termasuk dalam pemberian imunisasi dasar lengkap
pada bayi yang merupakan kebutuhan pokok untuk bayi agar memiliki
sistem imun yang baik agar terhindar dari berbagai serangan penyakit. Hal
serupa disampaikan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Meilin (2015)
dukungan instrumental yang diberikan suami kepada istri menjadi
pertimbangan penting untuk menentukan tindakan dalam memilih layanan
kesehatan, termasuk layanan kesehatan untuk memberikan imunisasi dasar
lengkap pada bayi.
5. Dukungan emosional dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-
9 bulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukanprosentase tertinggiadalah
balita yang mendapat dukungan emosional dengan kategori baik yaitu
sejumlah 73 responden (84.9%) dan prosentase terendah adalah balita
yang mendapat dukungan emosional dengan kategori buruk sejumlah 4
responden (4.7%). Bentuk dukungan emosional yang diberikan keluarga
ini berupa rasa empati, ada yang selalu mendampingi, adanya suasana
kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, diperdulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan
sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap
tidak dapat dikontrol, termasuk dalam hal pemberian imunisasi pada bayi.
Arnanda, (2021) Semakin baik dukungan suami dalam bentuk
dukungan emosional (emotional support) maka pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin
kurang baik dukungan suami dalam bentuk dukungan emosional
(emotional support) maka pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
akan cenderung semakin kurang baik.
Hasil ini didukung penelitian Arnanda, (2021) menunjukkan bahwa
sebanyak 42 orang responden (79,2%) sudah memberikan dukungan dalam
bentuk dukungan emosional (emotional support) terhadap pemberian

Universitas Muhammadiyah Gombong


54

imunisasi dasar lengkap pada bayi dalam kategori yang baik. Sejalan
dengan penelitian Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian dukungan emosional yang
diberikan suami kepada istri dalam pemanfaatan layanan kesehatan,
termasuk dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang
merupakan kebutuhan pokok untuk bayi agar memiliki sistem imun yang
baik agar terhindar dari berbagai serangan penyakit.
6. Dukungan keluargadalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9
bulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukanprosentase tertinggiadalah
balita yang mendapat dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi dasar
dengan kategori sedang yaitu sejumlah 41 responden (47.7%) dan
prosentase terendah adalah balita yangmendapat dukungan keluarga dalam
pemberian imunisasi dasar dengan kategori buruk sejumlah 6 responden
(7%).
Hal ini didukung Teori yang menyatakan lingkungan kebudayaan
dimana orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan sekitarnya.
Pengaruh keluarga terhadap pembentukan sikap sangat besar karena
keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan anggota keluarga
yang lain. Jika sikap keluarga terhadap imunisasi kurang begitu respon dan
bersikap tidak menghiraukan atau bahkan pelaksanaan kegiatan imunisasi.
Maka pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena
tidak ada dukungan oleh keluarga (Suparyanto, 2011).

7. Tingkat kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-9 bulan di
Wilayah Puskesmas Bruno.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukanpresentase tertinggi adalah
responden yang patuh dalam pemberian imunisasi dasar pada balita usia 0-
9 bulan yaitu sejumlah 76 responden (88.4%) dan responden yang tidak
patuh dalam pemberian imunisasi dasar sejumlah 10 responden (11.6%).
Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian ini diketahui mayoritas

Universitas Muhammadiyah Gombong


55

umur responden adalah dewasa (20-35 tahun) yaitu sebanyak 80 orang


(93%). Dimana pada usia tersebut pola pikir seseorangsudah cukup
dewasa, sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang
imunisasi dasar lengkap.
Rizqiawan (2008), menjelaskan bahwa usia ibu yang mengalami
peningkatan dalam batas tertentu maka dapat meningkatkan pengalaman
ibu dalam mengasuh anak, sehingga akan berpengaruh dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan timbulnya penyakit.
Dalam penelitian ini masih terdapat 10 responden yang yang tidak
patuh dalam pemberian imunisasi dasar hal ini disebbabkan krena
Responden yang tidak lengkap melakukan imunisasi bayikebanyakan
dikarenakan lupa jadwal imunisasi atau anak sedang sakit pada saat harus
imunisasi sehingga imunisasi pada bayi di tunda, akan tetapi kebanyakan
setelah bayi sembuh ibu tidak langsung membawa bayinya ke petugas
imunisasi atau bidan setempat, tetapi ibu menunggu sampai jadwal
imunisasi selanjutnya. Namun pada waktu jadwal imunisasi
selanjutnyabayi hanya mendapatkan imunisasi yang sesuai dengan jadwal
umurnya ketika itu, dengan kata lain imunisasi yang tertunda tetap
dibiarkan, atau tidak diberikan pada bayi.
Peran orang tua diperlukan untuk mencegah masalah kesehatan pada
anak. Oleh karena itu sebagai orang tua tidak boleh melupakan imunisasi
bagi anakdan bayi karena imunisasi ini amat berguna untuk melindungi
anak dari berbagai virus yang mengancam kehidupannya.Orang tua adalah
kunci dalam menjaga dan merawat anak. Anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat baik secara mental maupun fisik tergantung pada
orang tua. Dalam mewujudkan hal ini tentu orang tua harus turut berperan
merawat, memperhatikan, dan mengawasi, anak terutama di awal
kehidupan anak khususnya pada masa bayi(Ningsih, 2016).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Isnayni, (2016)
menunjukan didasarkan pada buku KMS dan wawancara pada ibu bayi
tentang status imunisasi dasar bayi, didapatkan bahwa sebagian besar bayi

Universitas Muhammadiyah Gombong


56

memiliki status imunisasi dasar lengkap yaitu 36 bayi (78,3%), dan 10


bayi (21,7%) dengan status imunisasi dasar tidak lengkap.
8. Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pemberian imunisasi
dasar
Hasil penelitian menunjukanpada balita yang mendapat dukungan
keluarga baik sebagian besar patuh dalam pemberian imunisasi dasar yaitu
sebanyak 37 responden (43%) sedangkan pada balita yang mendapat
dukungan keluarga yang buruk sebagian besar tidak patuh dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 5 orang (5.8%). Dari
hasil analisa uji chi square dengan nilai X² = 32.367dengan p = 0.000
(p<0,05). Nilai p = 0,000 yang berarti p<0,05 sehingga ada hubungan
antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan pemberian imunisasi dasar
di Wilayah Puskesmas Bruno.
Lingkungan disekitar responden sangat mempengaruhi pengmbilan
keputusan untuk melakukan imunisasi kepada bayi seperti dukungan dari
keluarga ataupun suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya
mengenai imunisasi. Istri atau ibu membutuhkan informasi penting yang
berkaitan dengan imunisasi misalnya tentangjadwal imunisasi, izin dari
suami, dan suami harus secara aktif memberikan informasi serta
membaginya kepada istrinya.Lingkungan keluarga adalah tempat paling
lama nya ibu untuk berinteraksi dengan yang lain nya,sehingga untuk
bertukar pikiran dan saling berbagi informasi, ibu lebih banyak berdiskusi
dengan keluarga dan suami.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Supriatin, (2015) menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemeberian imunisasi campak
dengan p value 0,0027. Hasil penelitian jugadidukung penelitian
Rahmawati (2014) mengatakan bahwa keluarga yang memiliki bayi atau
balita dengan status imunisasi lengkap terbanyak mendapatkan dukungan
dari keluarga untuk memberikan imunisasi bagi bayi atau balita mereka
sebesar 97,7%. Sedangkan keluarga yang tidak mendukung pemberian

Universitas Muhammadiyah Gombong


57

imunisasi pada bayi atau balitanya pada keluarga yang memiliki bayi atau
balita dengan status imunisasi tidak lengkap sebesar 81,8%. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p 0,000 (p < α) yang berarti ada hubungan antara
dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi pada bayi atau balita.
OR = 193,500 artinya keluarga yang tidak mendukung bayi atau balitanya
diberikan imunisasi beresiko 193,500 kali menyebabkan ketidaklengkapan
imunisasi pada bayi atau balita dibandingkan keluarga yang mendukung
bayi atau balitanya untuk diberikan imunisasi.

Universitas Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai