Anda di halaman 1dari 11

FALSAFAH KUALITAS DAN SISTEM KUALITAS MODERN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Manajemen Mutu

Dosen Pengampu: Feti Fatimah S, SE., MM. S

Disusun oleh:

Sofyan Hidayatullah (2010411044)

Bunga Roes Mala Dewi (2010411041)

Ahmad Faydur Robani (2010411045)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan makalah ini


jauh lebih baik. namun apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, maka kami sangat mengharapkan adanya masukan maupun kritikan
yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi bacaan para pembaca agar
lebih mengerti dan memahami tentang falsafah kualitas dan juga sistem modern di
dalamnya.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Jember, 25 September 2021

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini membuat orang semakin
berlomba-lomba dalam menciptakan inovasi dalam membuat suatu produk baik
berupa barang maupun jasa.
Mereka bersaing secara ketat demi mendapatkan perhatian lebih dari setiap
konsumennya serta mencapai kepuasan pelanggan yang nantinya diharapkan agar
munculnya loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Dengan memberikan kualitas
pelayanan terbaik dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfication
tidak akan cukup.
Tetapi kualitas barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan
jaminan mutu, sehingga mau tidak mau dapat memenuhi tuntutan konsumen
tersebut. Penerapan Sistem Manajemen Kualitas tidak dapat dihindari lagi.1
Kualitas setidaknya menjadi salah satu acuan utama dalam suatu proses.
Dengan melihat kulaitas maka espektasi awal yang kita tanam akan terealisasi
dengan baik.
Walaupun di sisi lain kita juga harus memperhatikan kuantitas dari proses
tersebut tetapi kualitas memiliki peranan penting dalam menentukan hasil yang akan
diperoleh.
2) Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud falsafah kualitas?
2. Bagaimana sistem kualitas modern?
3. Bagaimana karakteristik dari falsafah modern?
3) Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian falsafah
2. Untuk mengetahui kualitas modern
3. Untuk mengatahui karakteristik falsafah modern

1
Anonim. (n.d). Sistem manajemen kualitas (QMS) : definisi dan tahapan penerapan manajemen kualitas.
Diakses pada 10 April 2014 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/sistem-manajemen-kualitas-qms-
definisi.html
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Falsafah Kualitas


Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk
dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan
sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
ditetapkan. Dalam mendefinisikan kualitas produk, ada lima pakar utama dalam
manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) yang saling berbeda
pendapat, tetapi maksudnya sama. Di bawah ini dikemukakan pengertian
kualitas dari lima pakar TQM (Nasution, 2001: 15-16):
A. Menurut Juran (1993: 32)
Kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu
didasarkan pada lima ciri utama berikut:
a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status.
c. Waktu, yaitu kehandalan.
d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
e. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur.

Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai


daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau 7 status konsumen
yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika
bila digunakan. Khusus untuk jasa diperlukan pelayanan kepada pelanggan yang
ramah, sopan serta jujur sehingga dapat menyenangkan atau memuaskan
pelanggan.

2. Menurut Crosby (1979: 58)

Kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang


disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai

4
dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan
baku, proses produksi dan produk jadi.

B. Menurut Deming (1982: 176)


Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran
mendefinisakan kualitas sebagai fitness for use dan Crosby sebagai
conformance to requirement, maka Deming mendefisinikan kualitas sebagai
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-
benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk
yang akan dihasilkan.
B. Sistem Kualitas Modern
Manajemen merupakan usaha mencapai tujuan melalui orang lain.
Dalam mencapai tujuan tersebut kegiatan manajemen mempunyai beberapa
fungsi yang harus dilaksanakan, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian. Manajemen juga mempunyai peran yang
harus dimainkan. Menurut Robbins (1996) peran manajemen tersebut
meliputi:
1. peran interpersonal, yang meliputi peran kepemimpinan, peran
kepemimpinan yang hanya menggunakan nama pemimpin sebagai simbol,
dan peran penghubung dengan pihak eksternal organisasi;
2. peran informatif, yang meliputi peran untuk memonitor kegiatan
dalam organisasi, peran penyebaran informasi kepada pihak internal dan
eksternal organisasi, dan peran sebagai juru bicara ke pihak eksternal
organisasi;
3. peran pengambilan keputusan, yang meliputi peran kewirausahaan,
peran penanganan gangguan baik dari dalam maupun dari luar organisasi,
peran pengalokasian sumber daya, dan peran sebagai negosiator dengan
pihak eksternal. baik peran maupun fungsi manajemen tersebut memang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan melalui orang lain2
1) Hal-hal apa saja yang perlu ditekankan dalam organisasi yang
menggunakan prinsip-prinsip dalam manajemen kualitas

2
Al-Darrab, I.A. (2000). Relationship Between Productivity, Efficiency, Utilization, and Quality. Work
Study, 49 (3), 97-103
5
2) Sebutkan prinsip dari 14 poin Deming yang berkaitan dengan karyawan
3) Jelaskan sejarah perkembangan manajemen kualitas
4) Apa saja prinsip dari ketiga tokoh manajemen kualitas
5) Jelaskan keempat fungsi penting manajemen kualitas

C. Karakteristik Pada Filsafat Periode Modern

Reneisance Eropa yang mengantar babak modern, memicu


berkembangnya filsafat yang bercorak empirik. Akibatnya metodologipun
berkembang ke induksi-eksprimentasi. Tokoh-tokoh yang membuka jalan ke
gerbang ini antara lain adalah, Copernicus, Kepler, Galileo, Isac Newton,
dan lain sebagainya.
Lahirnya metodologi baru pada era ini akibat terjadinya pergeseran
paradigma filsafat. Manusia melihat, merasakan dan menyadari adanya
potensi pada dirinya untuk menentukan kebenaran, tolak ukur dan
validitasnya lewat metode penginderaan-observasi, eksprimen terhadap
realitas fisik melahirkan cara yang selanjutnya disebut metode ilmiah. Efek
metode ini melahirkan teori holosentris (Copernicus), Kepler mengganti
teologi langit skolastisisme dengan fisika langit.
Demikian juga dengan Galileo yang menurunkan derajat alam
sebagai benda yang memiliki kualitas ketuhanan menjadi benda alam yang
matematis-kuantitatif (profan). Newton, sang jenius, berhasil
menumbangkan kosmologi gereja yang menganut paham teologis-skolastik
dengan prinsip determinisme mekanika universal.
Kebebasan dan kreativitas berpikir ini menimbulkan kemarahan
pihak gereja yang merasa otoritasnya terancam sehingga kaum gerejawan
memilih jalan suram dengan menghukum mereka bahkan membunuhnya.
Keberhasilan ilmu-ilmu empirik yang diraih pada masa Reneisans
menjadikan filsafat, terutama epistemologi rasional-intuitif, mengalami
kemunduran. Gereja terjebak dalam reaksi ekstrim dengan memutuskan
kemampuan akal dan ilmu serta membentengi ajarannya dengan perisai
kalbu dan keimanan.
Sesuatu yang sangat apologis. Di sisi lain kegemilangan ilmu-ilmu
alam (fisika) dengan Newton sebagai tokoh utamanya telah membangkitkan
6
semangat empirisme rasional-materialistik dibidang astronomi, biologi,
psikologi, sosiologi, maupun filsafat.
Laplace misalnya, berani mengatakan bahwa teori astronomi yang
dibangunnya tidak membutuhkan hipotesis tentang peran Tuhan untuk
menjelaskan asal-usul alam semesta. Begitu juga Darwin yang menafikan
keterlibatan Tuhan dalam kehidupan organis, yang berjalan sendiri melalui
prinsip mekanika hukum evolusi yaitu seleksi alamiah.
Demikian juga dengan Freud yang memandang konsep Tuhan bagi
orang-orang beragama sebagai ide ilusif karena berasal dari imajinasi
ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi fenomena yang ada diluar
dirinya. Sedangkan bagi Durkheim, kekuatan supranatural atau hal-hal yang
gaib tidak lebih dari kekuatan-kekuatan listrik yang terkonsentrasi dalam diri
manusia, sehingga ia tidak bercaya pada metafisika atau Tuhan.
Menurutnya, yang lebih pantas disebut sebagai Tuhan adalah masyarakat,
karena masyarakat mampu mengakomodasi hal-hal diyakini sebagai sifat-
sifat Tuhan.
Kemudian tak ketinggalan pula Karl Marx mengatakan agama adalah
candu, konsep surga dan kerajaan Tuhan di akhirat adalah refleksi
penderitaan kaum proletar sebagai manuver kaum borjuis untuk
menyembunyikan realitas sosial yang sebenarnya, agar kedudukan mereka
sebagai tuan tanah tetap kukuh dan memonopoli alat-alat produksi hingga
mereka tetap menguasai roda ekonomi sekaligus aman dari kemarahan kaum
proletar.
Agama tidak lain dari konstruk borjuis bukan berasal dari dunia gaib.
Demikianlah dampak dari traumatisasi masyarakat Eropa terhadap agama
yang kemudian mencari penenangnya pada ilmu pengetahuan yang berubah
makna tidak lebih sebagai ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial dengan
menjadikan eksprimen dan observasi sebagai pisau analisis metodologis.
Selanjutnya, Pranarka menjelaskan bahwa zaman modern ini telah
membangkitkan gerakan Aufklarung, suatu gerakan yang meyakini bahwa
dengan bekal pengetahuan, manusia secara natural akan mampu membangun
tata dunia yang sempurna.

7
Optimisme Aufklarung serta perpecahan dogmatik doktriner antara
berbagai macam aliran sebagai akibat dari pergumulan filsafat modern yang
menjadi multi-aplikatif telah menghasilkan krisis budaya.
Semua itu menunjukkan bahwa perkembangan filsafat tampaknya
berjalan dalam dialektika antara pola absolutisasi dan pola relativisasi, yang
ditandai dengan lahirnya aliran-aliran dasar seperti skeptisisme,
dogmatisme, relativisme, dan realisme. Namun, di samping itu, tumbuh pula
kesadaran bahwa pengetahuan itu adalah selalu pengetahuan manusia.
Bukan intelek atau rasio yang mengetahui, manusialah yang mengetahui.
Kebenaran dan kepastian adalah selalu kebenaran dan kepastian di dalam
hidup dan kehidupan manusia.
Peradaban Eropa modern terbentang mulai dari abad -15 hingga abad
ke-19 dengan watak pemberontakannya terhadap periode pertengahan.
Bertrand Russel, sebagaimana dikutip oleh Rodliyah Khuzai,
mengemukakan lima perbedaan antara periode modern dibanding periode
pertengahan.
1. Pertama, berkurangnya otoritas gereja dan meningkatnya otoritas ilmu.
Kedua, kekuasaan gereja yang semula dominan mulai berkurang dan
digantikan fungsinya oleh raja.
Ketiga, jika abad pertengahan manusia berusaha memahami dunia (theorical
science), maka masa modern manusia berusaha mengubah dunia yaitu
(practical Science).
Keempat, jika pada masa pertengahan manusia yang berusaha memahami
dunia dan tidak sesuai dengan isi kitab suci maka akan dihukum. Tetapi
pada masa modern penolakan terhadap kitab suci dianggap sah jika
menemukan sebuah teori yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan.
Kelima, kebebasan dari otoritas gereja menimbulkan individualisme atau
bahkan anarkisme.
Berman mengidentifikasi tiga fase perbedaan secara historis perkembangan
modernitas dari abad ke-13 hingga abad ke-18.
1. Pertama, pengalaman kehidupan modern.

8
2. Kedua, revolusi Prancis dan munculnya pergolakan sosial, politik, serta
kehidupan individu yang berkenaan dengan gelombang revolusi besar pada
1790.
3. Ketiga, kemudian terjadi peleburan proses modernisasi dan perkembangan
budaya dunia modern yang lebih mempercepat perubahan di bidang sosial
dan kehidupan politik yang berdampak munculnya bentuk pengalaman baru.
Berman menyoroti modernitas dari sisi gejolak sosial politik yang terjadi.
Dia melihat struktur masyarakat Eropa modern di bangun dari beberapa
momen perubahan sosial politik yang melanda Eropa dari rentang waktu
abad 13 Masehi hingga abad 18 Masehi. Gejolak sosial politik diyakini
sebagai bagian dari dampak dinamis prinsip-prinsip perkembangan ilmu
pengetahuan.
Modernisasi juga berhubungan dengan industrialisasi. Ia petunjuk
jalan untuk memperlihatkan kunci bagi modernitasi dalam mengubah
kesadaran masyarakat. Dalam artian luas, modernisasi dapat dipahami
sebagai sebuah keberanian dan pengakuan kesadaran sebagai kekuatan
dalam dirinya. Dengan demikian, era modern ditandai dengan usaha
manusia untuk mengoptimalkan potensi diri dalam mengindera, berpikir,
dan melakukan berbagai eksprimen mengelola alam.
Ciri pengetahuan modern tidak terlepas dari dua aliran besar
pemikiran yang dikenal dengan rasionalisme dan empirisme. Kedua aliran
ini, menjadi kerakteristik epistemologi Barat yang memancing lahirnya
pemikiran-pemikiran lain, semisal kritisme, fenomenologi, positivisme,
postpositivisme, strukturalisme, postrukturalisme, posmoderen hingga teori
kritis mazhab Frankfurt.
Ragam kerakteristik pemikiran-pemikiran tersebut sebagai bagian
dari gejala renaisans, dan kaum intelektual Eropa mengalami demam
“kontras – paradigmatik”.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
ditetapkan.

Ciri pengetahuan modern tidak terlepas dari dua aliran besar pemikiran yang
dikenal dengan rasionalisme dan empirisme. Kedua aliran ini, menjadi kerakteristik
epistemologi Barat yang memancing lahirnya pemikiran-pemikiran lain, semisal
kritisme, fenomenologi, positivisme, postpositivisme, strukturalisme,
postrukturalisme, posmoderen hingga teori kritis mazhab Frankfurt.

Ragam kerakteristik pemikiran-pemikiran tersebut sebagai bagian dari gejala


renaisans, dan kaum intelektual Eropa mengalami demam “kontras – paradigmatik”.

B. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah falsafah kualitas dan sistem kualitas modern:. Penulis menyarankan kepada
semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat.
Dengan mempelajari falsafah kualitas dapat menentukan beberapa elemen yang
lebih bik ke depannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d). Sistem manajemen kualitas (QMS) : definisi dan tahapan penerapan
manajemen kualitas. Diakses pada 10 April 2014
dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/sistem-manajemen-kualitas-qms-definisi.html

Al-Darrab, I.A. (2000). Relationship Between Productivity, Efficiency, Utilization, and


Quality. Work Study, 49 (3), 97-103

11

Anda mungkin juga menyukai