Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SCABIES DI POLI MTBS


PUSKESMAS KEPANJEN KIDUL

Untuk memenuhi tugas

Praktik Klinik Keperawatan Anak

Oleh :

NAMA : ANISA ZELFIA

NIM : P17230203057

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKAS MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di response dan disetujui oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Anak Scabies Di Poli MTBS
Puskesmas Kepanjen Kidul

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Freni Susilo Hananti, S. Kep., Ns Eltrik Setiyawan, S.Kep.,Ns


NIP. 919870116201501201
NIP. 198603092010011004
Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Scabies

BAB I

KONSEP DASAR

1.1 Pengertian
Scabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklikm tropis dan
subtropis,merupakan penyakit kulit yang menular.Scabies dalam bahasa indonesia sering
disebut „‟kudis‟‟,orang jawa menyebutnya „‟gudig‟‟,sedangkan orang sunda menyebutnya
„‟budug‟‟.Penyakit ini juga sering disebut dengan penyakit kutu badan,budukan,gatas
agogo,yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabier varian hominis (sejenis kutu,atau
tungau),ditandai dengan keluhan gatal,terutama pada malam hari dan ditularkan melalui
kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur dan pakainan. Nama Sarcoptes
scabiei adalah turunan dari kata yunani yaitu sarx yang berarti kulit dan koptein yang berarti
potongan dan kata latin scabere yang berarti menganggaruk.
Secara harfiah skabies berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas mengganruk
kulit yang gatal tersebut. Tungau Skabies dapat ditemukan di seluruhdunia dan dapat
mengenai semua ras dan sosial ekonomi di berbagai iklim. Skabies menurutWHO merupakan
suatu penyakit signifikan bagi kesehatan publik karena merupakankontributor yang
substansial bagi morbiditas dan mortalitas global. Tungau menyerang dengan cara
menginfestasi kulit inangnya dan bergerak membuat terowongan dibawah lapisan kulit
(stratum korneum dan lusidium) sehingga menyebabkan gatal,kerontokan rambut,dan
kerusakan kulit (Rahmadayani 2021). Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai
penularan dan memberi obat yang tepat. (Sivalingam 2017)
1.2 Etiologi
Skabies disebabkan oleh kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung,
perutnya rata dan tidak bermata. Kelainan kulit yang ditimbulkannya tidak hanya disebabkan
oleh investasi tungau skabiessemata, tetapi juga akibat garukan oleh penderita sendiri. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi.Pada saat itu, terjadilah kelainan kulit
menyerupai dermatitis, dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Sarcoptes scabiei
termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo acarina, super famili sarcoptes. Penyakit
skabies sering berjangkit pada daerah yang padat penduduknya, dengan kondisi sanitasi
lingkungan dan perilaku hygiene perorangan yang tidak baik. Penularan penyakit ini dapat
terjadi karena hubungan erat/ tatacara ekspresi kekerabatan dalam tatanan masyarakat atau
keluarga, misalnya melalui kebiasaan berjabat tangan, hubungan antara suami dan istri, ibu
dan anak, serta anggota keluarga lainnya. (Sivalingam 2017)
1.3 Tanda Dan Gejala
Gejala kudis umumnya muncul dalam 4 – 6 minggu setelah paparan awal dengan tungau.
Jika sudah pernah terkena penyakit ini sebelumnya, gejala dapat muncul lebih cepat, yaitu
sekitar 1 – 4 hari setelah paparan. Pada orang dewasa dan anak yang lebih tua, skabies paling
sering ditemukan di:
1. Antara jari tangan,

2. Sekitar kuku,

3. Ketiak,

4. Sekitar pinggang,

5. Pergelangan tangan,

6. Atas siku bagian dalam,

7. Telapak kaki,

8. Sekitar payudara,

9. Sekitar area kelamin pria,

10. Pantat,

11. Lutut,

12. Atas tulang belikat, serta

13. Area kulit yang ditutupi perhiasan.

Kudis pada bayi dan anak kecil mungkin muncul di:


1. kulit kepala,
2. wajah,
3. leher,
4. telapak tangan, dan

5. telapak kaki.

Tanda dan gejala scabies secara umum adalah sebagai berikut.


1. Gatal
Rasa gatal pada kulit biasanya sangat kuat, dan cenderung semakin parah saat
malam sehingga membuat susah tidur. Gatal di kulit akibat skabies berkusta rasanya pun
jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kudis biasa.
2. Ruam
Ruam kulit akibat kudis biasanya berupa benjolan keras yang sering kali
membentuk garis seperti terowongan. Benjolan ini bisa terlihat seperti bekas gigitan
serangga yang kecil berwarna merah atau bahkan seperti jerawat. Sebagian orang bahkan
mengalami ruam di tangan dengan bercak bersisik seperti gejala eksim.
3. Luka
Luka kerap muncul di pagi hari karena tanpa sadar penderita menggaruk kulitnya
dengan keras saat sedang tidur. Jika dibiarkan, luka dapat berkembang menjadi infeksi
berupa sepsis. Sepsis adalah infeksi yang masuk ke aliran darah dan merupakan kondisi
nedis yang mengancam nyawa.
4. Kerak tebal pada kulit
Kerak biasanya muncul ketika Anda memiliki kudis berkrusta atau Norwegian
scabies karena jumlah tungau yang hidup di kulit bisa mencapai ribuan. Kerak ini
tersebar luas di kulit, berwarna keabu-abuan, dan mudah hancur saat disentuh. Kadang,
kerak muncul di satu atau beberapa area tubuh yang terkena, seperti kulit kepala,
punggung, atau kaki. Anda perlu berhati-hati terhadap scabies berkrusta karena kerak
pada kulit pengidapnya bisa dengan mudah jatuh. Kerak ini sangat menular sebab juga
mengandung tungau di dalamnya. Oleh sebab itu, jangan menyentuh atau mengorek
rontokan kerak pada orang yang memiliki Norwegian scabies jika tidak ingin tertular.
1.4 Patofisiologi
Sarcoptes scabiei tinggal di dalam stratum korneum (lapisan tanduk) kulit dan memakan
cairan sel. Tungau menggali hanya dilapisan bagian atas kulit dan tidak pernah sampai di
bawah stratum korneum. Terowongan yang dihasilkan tampak sebagai garis tipis yang
berkelok-kelok yang berwarna abu- abu atau seperti kulit dengan panjang dapat mencapai
lebih dari 1 cm, yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga menjadi tungau dewasa memerlukan waktu
10-14 hari, sedangkan tungau betina mampu hidup pada inangnya hingga 30 hari. Tungau
betina menggali terowongan di bawah permukaan kulit dan meletakkan 2 - 3 telur setiap
harinya selama 6 hari berturut-turut, sehingga menyebabkan timbulnya papule pada kulit.
Telur akan menetas setelah 2 - 3 hari. Perkembangan instar (bentuk) meliputi telur, larva,
protonimfa, dan tritonimfa. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit dan
menggali area stratum korneum yang masih utuh menghasilkan terowongan pendek yang
hampir tidak terlihat yang disebut sebagai moulting pounch (kantung untuk berganti kulit).
Setelah berumur 3-4 hari, larva Sarcoptes scabiei, yang berkaki 3 pasang akan berganti kulit,
menghasilkan protonimfa berkaki 4 pasang. Kemudian protonimfa akan berganti kulit lagi
menjadi tritonimfa sebelum benar-benar menjadi tungau dewasa.
Larva dan nimfa biasanya dapat ditemukan di dalam moulting pounch atau pada folikel
rambut. Tritonimfa akan menjadi dewasa dan berubah spesifik menjadi jantan atau betina
dalam waktu 3-6 hari. Setelah dewasa, tungau akan segera keluar dari moulting pounch ke
permukaan kulit untuk mencari area stratum korneum yang masih utuh dan membuat
terowongan kembali. Tungau jantan dewasa jarang ditemukan di permukaan kulit, karena
mereka berada di dalam lubang sempit dan makan sampai mereka siap untuk kawin. Setelah
siap kawin, tungau jantan dewasa akan mencari tungau betina dewasa yang berada di dalam
moulting pounch. Perkawinan terjadi ketika tungau jantan dewasa melakukan penetrasi ke
dalam moulting pounch berisi tungau betina dewasa fertil. Perkawinan hanya terjadi sekali.
Meskipun masih diperdebatkan, tetapi diyakini bahwa tungau jantan akan mati setelah
melakukan perkawinan. Tungau betina yang mengandung telur akan meninggalkan moulting
pounch dan berada di permukaan kulit sampai menemukan tempat yang cocok untuk
menggali terowongan permanen untuk meletakkan telur telurnya. Setelah bertelur, tungau
betina dewasa akan hidup sampai 1-2 bulan sebelum kemudian mati(Putri Marminingrum
2018). Ketika tungau masuk ke dalam lapisan kulit seseorang, maka ia mulai mengalami
gejala skabies. Lesi primer yang terbentuk akibat infeksi skabies pada umumnya berupa
terowongan yang berisi tungau Sarcoptes scabiei, telur, dan hasil metabolisme/ekskresinya.
Terowongan dapat ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Ketika menggali
terowongan, tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret dan
produk eksresi tersebut akan menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan lesi sekunder,
berupa papul, vesikel, yang dapat ditemukan di ujung terowongan dan terkadang berupa
pustule dan bula. Selain itu, dapat pula terbentuk lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi,
dan pioderma. Namun, tungau hanya dapat ditemukan pada lesi primer. (Sivalingam 2017)
1.5 Faktor yang mempengaruhi
1. Sanitasi
Penyakit scabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan
hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh,
kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di daerah kumuh dengan
sanitasi yang sangat jelek. Scabies juga dapat disebabkan karena sanitasi yang buruk.
2. Pengetahuan
Scabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia terutama
dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan
sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan
pengendalian sangat sulit.
3. Kepadatan penduduk
Penyakit gudik (scabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang
dalam sebuah keluarga.
4. Perilaku
Perilaku penderita penyakit scabies, ada hubungan antara kepadatan penghuni,
kebiasaan mandi, kebiasaan ganti baju, kebiasaan menggunkan alat-alat bersama dengan
penderita penyakit scabies
5. Pemakaian alat mandi, pakaian dan alat sholat bergantian
Penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur,
pakaian, atau handuk memegang peranan penting dan ada hubugan yang signifikan antara
kebiasaan pemakaian sabun mandi, kebiasaan pemakaian handuk, kebiasaan berganti
pakaian, kebiasaan tidur bersama, kebiasaan pemakaian selimut tidur dan kebiasaan
mencuci pakaian bersama dengan penderita skabies dengan kejadian skabies.
6. Air
Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya
produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum, masak,
mandi, dan lain-lain). Promosi yang meningkat dari penyakit-penyakit infeksi yang bisa
mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang tercemar.
Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang terinvestasi oleh
parasit. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air bersifat menular, penyakit-penyakit
tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai aspek lingkungan yang dapat
diintervensi oleh manusia
7. Perekonomian yang rendah
Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan
yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa
gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat
tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika
hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun
yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
8. Hygiene perorangan
Manusia dapat terinfeksi oleh tungau scabies tanpa memandang umur, ras atau
jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi, tetapi hygiene yang buruk
dan prokmiskuitas meningkatkan infeksi (Pawening 2009). GBHN tahun 1993
diamanatkan perlunya upaya agar perbaikan kesehatan masyarakat ditingkatkan, antara
lain melalui kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kebersihan adalah keadaan bebas dari
kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah
kebersihan selalu menjadi polemik yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut
masalah kebersihan setiap tahunnya selalu meningkat.
(Putri Marminingrum 2018)
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium bisa melakukan pemeriksaan:
1. Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun baru.
a. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek
b. Ditetesi dengan KOH 10%
c. Kemudian ditutup dengan kaca penutup
d. Diperiksa di bawah mikroskop.
e. Diagnosis skabies positif apabila ditemukan tungau, nimfa, larva, telur atau kotoran
Sarcoptes scabiei.
2. Tes tinta
Tes tinta pada trowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara:
a. Menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta.
b. Papul yang telah tertutup dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh
menit
c. Kemudian tinta diusap atau dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol.
d. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk kedalam terowongan dan membentuk
gambaran khas berupa garis berliku-liku
(Sivalingam 2017)
1.7 Penatalaksanaan
Pencegahan scabies dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli meganjurkan dengan cara direbus handuk, sprei,
maupun baju penderita scabies, kemudia menjemurnya hingga kering
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama sama
3. Mengobati seluruh anggota keluarga atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutudkan
penularan
4. Mendi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa sisa kulit yang mengelupas
dan kemudian kulit dibiarkan kering
5. Gunakan pakian dan sprei yang bersih, semua perangat tidur, handuk dan pakaian yang
habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalua perlu direbus dan
dikeringkan dengan alat pengering panas
6. Cegah datangnya lagi scabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan
diri dan anggota keluarga yang lain dengan baik.

Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif aka dapat dilakukan
penatalaksanaan medis. Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara pengobatannya adalah seluruh anggota
keluaga harus diobati. Jenis obat topical, sebagai berikut :

a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4 – 20% dalam bentuk salep/ krim


b. Emulsi benzil benzoate 20 – 25%
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan = gammexane) 1% dalam bentuk krim atau losio
tidak berbau dan tidak berwarna
d. Benzilbenzoat (krotamiton)tersedia 10% dan 25% dalam krim atau losio.
e. Permethrin, dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal
f. PATHWAY/POHON MASALAH

Tungau Sarcoptes
Scabei
v

Kontak Kulit Kuat

Timbulnya reaksi alergi pada kulit Reaksi Inflamasi

Pelepasan mediator kimia


Prostaglandin
(histamine, kinin, mengiritasi ujung –
prostaglandin) ujung syaraf nyeri

Nyeri Akut
Vasodilatasi pembuluh Peningkatan
darah permeabilitas kapiler

Gangguan Pola Gatal


Aliran di pembuluh Perpindahan IV ke IS tidur
darah dermis naik

Masuk ke Edema Vesikel timbul erosi,


Plak merah ekskoriasi krusta
jaringan

Papule
Garukan

Papule pecah

Resiko infeksi Gangguan integritas


kulit dan jaringan
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Identitas
- Nama
- Usia
- Alamat
- Pekerjaan
- No. Register
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi di telapak tangan dan bokong, merasakan gatal
dan bernanah di tangan
- Riwayat kesehatan saat ini
Pasien mulai merasakan gatal serta nyeri yang hebat
- Riwayat kesehatan dahulu
Tidak memiliki riwayat penyakit
- Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami
c. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi terhadap kesehatan
Saat sakit pasien berobat kerumah sakit dan membeli obat di apotek
b) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengurangi bermain karena takut menular ke yang lain
c) Pola istirahat dan tidur
Pasien mengalami gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat dan nyeri pada
malam hari
d) Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam nutrisi
e) Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari dengan konsisten lembek, warna kuning, bau khas dan BAK 4
– 5x sehari dengan bau khas warna kuning jernih
f) Pola kognitif perseptual
Saat datang ke puskesmas pasien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran
dan penglihatan normal
g) Pola peran hubungan
h) Pola konsep diri
i) Pola seksual reproduksi
j) Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien merasa gatal
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, BB, GCS, tanda tanda vital
e. Pemeriksaan diagnostik
2.2 Diagnosa keperawatan
1) Gangguan integritas kulit b.d kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas kulit d.d kerusakan integritas kulit, nyeri,
kemerahan
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit
tidur

(Dikutip dari PPNI-SDKI,2018)

2.3 Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Hasil
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas Observasi
kulit/jaringan b.d kurang tindakan kulit (1.11353) 1. Untuk
terpapar informasi tentang keperawatan selama Observasi mengetahui
upaya 1 jam diharapkan 1. Indentifikasi penyebab
mempertahankan/melindungi integritas kulit penyebab gangguan gangguan
integritas kulit d.d kerusakan meningkat dengan integritas kulit integritas kulit
integritas kulit, nyeri, kriteria hasil Terapeutik Terapeutik
kemerahan - Kerusakan 2. Ubah posisi tiap 2 2. Untuk
lapisan kulit jam jika tirah mengurangi
menurun baring trauma
- Nyeri menurun Edukasi Edukasi
- Kemerahan 3. Anjurkan 3. Untuk mencukupi
menurun meningkatkan asupan nutrisi
- Tekstur asupan nutrisi 4. Untuk mencegah
membaik 4. Anjurkan mandi terjadinya infeksi
dan menggunakan
sabun secukupnya
Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
fisik d.d mengeluh nyeri, tindakan (1.08238) 1. Mengetahui
tampak meringis, gelisah, sulit keperawatan selama Observasi lokasi,
tidur 1 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tingkat nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : kualitas, intensitas intensitas nyeri
- Keluhan nyeri nyeri 2. Mengetahui skala
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Meringis nyeri 3. Untuk
menurun 3. identifikasi respons mengetahui
- Gelisah menurun nyeri non verbal mimic wajah
- Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang
menurun yang memperberat diperilhatkan
- Pola tidur dan memperingan pasien saat nyeri
membaik nyeri muncul
5. Idemtifikasi 4. Mengetahui
pengetahuan dan faktor apa saja
keyakinan tentang yang
nyeri memperberat dan
6. Identifikasi memperingan
pengaruh budaya nyeri
terhadap respon 5. Untuk
nyeri mengetahui
7. Identifikasi pengetahuan dan
pengaruh nyeri keyakinan
terhadap kualitas tentang nyeri
hidup 6. Mengetahui
8. Monitor pengaruh budaya
keberhasilan terapi terhadap respon
komplementer nyeri
yang sudah 7. Untuk
diberikan mengetahui
9. Monitor efek pengaruh nyeri
samping terhadap kualitas
pemberian hidup
analgetik 8. Untuk
Terapeutik mengetahui
10. Berikan teknik perkembangan
nonfarmakologis terapi yang
untuk mengurangi diberikan
raa nyeri (mis, 9. Untuk membantu
TENS, hypnosis, mengurangi
akupresur, terapi komplikasi
musik, Terapeutik
biofeedback, terapi 10. Membantu pasien
pijat, aromaterapi, untuk istirahat
teknik imajinasi lebih efektif
terbimbing, 11. Mengtahui
kompres hangat/ lingkungan yang
dingin, terapi bisa menjadi
bermain) pemicu
11. Control lingkungan meningkatnya
yang derajad nyeri
mempernberat rasa 12. Untuk
nyeri (mis, suhu mengurangi rasa
ruangan, nyeri yang
pencahayaan, dirasakan pasien
kebisingan) 13. Untuk
12. Fasilitasi istirahat menentukan jenis
dan tidur dan sumber nyeri
13. Pertimbangkan dalam memilih
jenis dan sumber strategi
nyeri dalam meredakan nyeri
pemilihan strategi Edukasi
meredakan nyeri 14. Untuk
Edukasi mengurangi
14. Jelaskan penyebab, faktor pemicu
periode, dan munculnya nyeri
pemicu nyeri 15. Membantu pasien
15. Jelaskan strategi mengatasi saat
meredakan nyeri rasa nyeri muncul
16. Anjurkan 16. Pasien dapat
memonitor nyeri mengetahui
secara mandiri sendiri
17. Anjurkan karakteristik
menggunakan penyebab lokasi
analgetik secara saat nyeri muncul
tepat 17. Untuk mengurang
18. Ajarkan teknik rasa nyeri
nonfarmakologis 18. Memudahkan
untuk mengurangi pasien untuk
raa nyeri mengenal nyeri
Kolaborasi dengan cara
19. Kolaborasi sederhana
oemberian Kolaborasi
analgetik, jika perlu 19. Mengurangi dan
menghilangkan
rasa nyeri yang
dirasakan pasien
(Dikutip dari PPNI-SLKI,SIKI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Andini, widya citra. 2020. “Kudis (Scabies): Penyebab, Gejala, Hingga Pengobatan.” Retrieved
May 20, 2022 (https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/kudis/).

Apriliyanti. n.d. “(DOC) Lp Skabies | April Iyanti - Academia.Edu.” Retrieved May 20, 2022
(https://www.academia.edu/36748168/Lp_skabies).

PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan,Edisi 1 Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Putri Marminingrum, Pratiwi. 2018. “Skripsi ‘Analisis Faktor Skabies Pada Santri Laki-Laki Di
Pondok Pesantren Al-Hasan Ponorogo.’” Tesis 2–4.

Rahmadayani, Awaliya. 2021. “KARYA TULIS ILMIAH ‘GAMBARAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI TINGGINYA PENULARAN PENYAKIT SCABIESPADA SANTRI/
SANTRIWATI DIPONDOK PESANTREN.’” 6.

Sivalingam, Santiya. 2017. “Skripsi ‘Gambaran Kejadian Skabies, Gejala Klinis, Faktor Risiko
Dan Penatalaksanaannya Di Kalangan Anak-Anak Di Desa Nelayan Kecamatan Medan
Marelan.’” Skabies, Gambaran Kejadian Klinis, Gejala Desa, Anak-Anak Marelan,
Kecamatan Medan 23–24.

Anda mungkin juga menyukai