Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER MANAJEMEN DAN KESEHATAN SAPI BALI

REVIEW JURNAL PENYAKIT BALI ZIEKTE

Oleh

Anggota kelompok 5 Kelas D:

Fauzia Hadista Anjani (2009511109)

Dewa Ayu Sinthya Devi (2009511123)

Muhammad Alpaini (2009511132)

Ni Made Charmenitha A.D.A (2009511135)

I Nyoman Bagus Tri Aribawa (2009511136)

Made Vidia Saraswati Devi (2009511142)

Iwan Ramdani (2009511145)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
1. Pendahuluan

Gambar 1. Baliziekte Pada Sapi


Baliziekte adalah penyakit yang disebabkan akibat keracunan tanaman Lantana
camara. Penyakit ini secara khas menyerang sapi bali dengan menunjukkan gejala klinis
yaitu terjadinya dermatitis pada kulit sapi bali hingga lesi melepuh. Kondisi pulau Bali
yang panas dengan kontur tanah yang kering menyebabkan sapi bali sulit untuk
mendapatkan hijauan yang segar, sehingga sapi bali cenderung digembalakan dan
memakan seadanya hijauan terutama tumbuhan perdu seperti Lantana camara.
Tanaman Lantana camara ini sejenis tanaman perdu, berdaun kecil dan kasar dan
berbau khas yang tidak sedap, serta terdapat biji-biji kecil dan bulat.
Tanaman ini mengandung Lantadene-A yang bersifat toksik sehingga sapi bali
yang mengkonsumsi tanaman ini akan menyebabkan reaksi alergi dengan munculnya
banyak kadar histaminnya. Dan sapi yang memakan tanaman ini akan menunjukkan
gejala klinis seperti nafsu makan menurun, gatal-gatal dan kulit mengelupas secara
simetris. Jika tanaman lantana camara yang dimakan cukup banyak serat diikuti infeksi
sekunder yang diakibatkan dari efek toksik Lantana Camara maka akan akan sangat
fatal akibatnya sehingga bisa menimbulkan kematian pada Sapi Bali tersebut dan juga
dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat penurunan produktivitas sapi bali.

2. Patologi
Kerusakan pada kulit akibat serangan penyakit bali ziekte terutama terjadi
dibagian tubuh sapi yang tidak ditumbuhi bulu atau yang bulunya jarang. Kulit sapi
yang sedikit atau tidak berpigmen dan yang terus menerus terkena sinar matahari,
seperti bagian telinga, muka, punggung, perut, paha bagian dalam, skrotum, dan cermin
pantat juga sering mengalami luka-luka. Pada awalnya, luka-luka tersebut timbul secara
simetris, yaitu terjadi pada tubuh bagian kanan dan kiri pada organ yang sama. Luka
yang timbul menyebabkan rasa gatal, sehingga sapi akan menjilat-jilat bagian yang luka
tersebut sehingga semakin melebar.
Belatung (larva lalat) dan kuman sering menyebabkan infeksi sekunder dan
membuat luka semakin parah dan bernanah. Umumnya tingkat mortalitas penyakit ini
rendah, kerugian timbul karena laju pertambahan bobot badan yang sangat rendah,
kematian akan timbul bila terjadi infeksi general (sepsis) akibat adanya infeksi sekunder
pada luka-luka terbuka. Perkembangan luka radang biasanya akan diikuti oleh
timbulnya larva lalat yang bertelur pada luka (myasis), keadaan ini akan semakin
memperparah kondisi sapi yang sakit.

3. Etiologi
Bali merupakan sebuah pulau di Indonesia dengan iklim yang cenderung kering,
hal ini menyebabkan hijauan di Bali cenderung tidak beragam. Kondisi cuaca yang
kering membuat tumbuhan perdu cenderung lebih mudah tumbuh dibandingkan
dengan tumbuhan rumputan. Salah satu tumbuhan perdu yang tumbuh dengan lebat
adalah tumbuhan Lantana camara yang sering dimakan oleh sapi saat digembalakan.
Tumbuhan Lantana camara menyebabkan penyakit bernama Bali Ziekte yang khas
menyerang di sapi bali dengan ciri-ciri adanya eksim kulit atau dermatitis. Bali Ziekte
merupakan istilah penyebutan penyakit hyperfotosensitisasi yang khas pada sapi bali
akibat konsumsi tumbuhan Lantana camara yang mengandung Lantadane-A yang
bersifat hepatotoksik, keracunan lantana ini menimbulkan intrahepatic choeleostatsis
sehingga phylloerythrin yang seharusnya dikeluarkan di saluran empedu menjadi
tertahan, sehingga menimbulkan photosensitisasi dan kulit menjadi semakin peka
terhadap sinar matahari.

4. Gejala Klinis
Pada awalnya, sapi yang mengalami penyakit bali ziekte mengalami demam, pucat
(anemik)mata berlendir dan hidung mengalami peradangan. Peradangan pada selaput
lendir akan berlanjut menjadi luka- luka dangkal yang tertutup oleh keropeng.
kerusakan kulit berupa eksim akan mengering, kemudian mengelupas menyerupai
kerupuk dan akhirnya terlepas meninggalkan luka.
Pertumbuhan laju bobot badan yang rendah. Umumnya tingkat mortalitas
penyakit ini rendah, kerugian timbul karena laju pertambahan bobot badan yang sangat
rendah, kematian akan timbul bila terjadi infeksi general(sepsis) akibat adanya infeksi
sekunder pada luka-luka terbuka. Perkembangan luka radang biasanya akan diikuti oleh
timbulnya larva lalat yang bertelur pada luka (myasis), keadaan ini akan semakin
memperparah kondisi sapi yang sakit.
Pada tindakan nekropsi ditemukan adanya kekuningan di seluruh organ tubuh
bagian dalam. Hal ini dikarenakan sifat toksin dari lantara camara yang tinggi yang
menyerang hepar menyebabkan tingginya kadar bilirubin sehingga menyebar ke
seluruh keadaan iniakan semakin memperparah kondisi sapi yang sakit.

5. Diagnosis
5.1 Pemeriksaan Fisik
Pada kondisi awal, sapi yang mengalami penyakit Bali Ziekte ini mengalami
demam, pucat , mata berlendir, dan hidung mengalami peradangan. Peradangan pada
selaput lendir akan berlanjut menjadi luka-luka dangkal yang tertutup.Terjadinya
kerusakan pada kulit akibat serangan penyakit Bali Ziekte terutama terjadi dibagian
tubuh sapi yang tidak ditumbuhi bulu atau yang bulunya jarang. Kulit sapi yang sedikit
atau tidak berpigmen dan yang terus menerus terkena sinar matahari, seperti bagian
telinga, muka, punggung, perut, paha bagian dalam, scrotum, dan cermin pantat juga
sering mengalami luka- luka. Pada awalnya, luka-luka tersebut timbul secara simetris,
yaitu terjadi pada tubuh bagian kanan dan kiri pada organ yang sama. Luka yang timbul
menyebabkan rasa gatal, sehingga sapi akan menjilat- jilat bagian yang luka tersebut
sehingga semakin meluas. Keadaan ini akan lebih parah bila sapi terjemur atau kena
panas matahari secara langsung. Sering terjadi infeksi pada bekas luka, sehingga
lukanya menjadi koreng yang mengeluarkan cairan bahkan bernanah.

Gambar 2. Pemeriksaan Fisik Pada Kulit Sapi


5.2 Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan diagnosa harus dicari keterangan tentang makanan atau
pakan (material) apa yang diberikan kepada ternak. Perhatikan juga gejala klinisnya
yang jelas terlihat adanya eritema atau dermatitis pada daerah telinga, sekitar mulut,
hidung, dan bagian-bagian lain yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu. Ada gejala ikterus
pada membran mukosa. Disamping itu tampak jelas bahwa ternak takut terhadap
cahaya/sinar matahari (Fotopobia) dan berusaha bergerak ke tempat-tempat yang
terlindung dari sinar matahari.
Analisis kadar bilirubin dan enzim-enzim hati seperti SGPT, SGOT dan GDH
dalam serum akan dapat membedakan apakah fotosensitisasi tersebut primer atau
sekunder. Kadar bilirubin dan enzim-enzim hati yang meningkat menandakan
penyebabnya adalah sekunder .

5.3 Pemeriksaan Histopatologi


Histopatologi labia dan lingua sapi Bali diamati menggunakan mikroskop
cahaya (Olympus BX-51) dengan perbesaran 400. Kerusakan sel ditemukan dengan
melihat struktur inti sel dan vakuola. Jumlah sel yang rusak dihitung dengan perangkat
lunak Image Raster (Optilab by Micronos) dan dihitung setiap bidang pandang di
bawah pengamatan mikroskop.
Kerusakan jaringan histologis yang terdapat pada labia dan lingua pada
pengamatan ini adalah nekrosis sel (nucleus pycnotic, karioreksis, kariolisis, dan lisis
sel), kongesti (penyumbatan pembuluh darah), perdarahan jaringan, dan invasi bakteri,
yang terdapat pada lapisan submuskularis dan submukosa,
serta folikel rambut.

Gambar 3. Histologi Organ Labia Sapi Bali


6. Pencegahan dan Pengobatan
6.1 Pencegahan
Pencegahan penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
kesehatan hewan, dapat dilakukan dengan tindakan pengebalan, pengoptimalan
kebugaran hewan, dan biosecurity. Adapun Pencegahannya ialah :
● Jauhkan sapi dari tanaman Lantana Camara terutama dalam keadaan lapar.
● Waspadai Lantana Camara tumbuh subur di lahan kering pada musim kemarau
dimana tanaman hijauan pakan ternak tidak mampu tumbuh.
● Peningkatan produksi pakan hijauan untuk mencegah kasus keracunan.
6.2 Pengobatan
● Sapi ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.
Berikan air minum dan pakan yang cukup dan baik juga jika diberikan minum air
kelapa.
● Luka ditutup dengan campuran kapur + Biji Pinang (Areca catechu) + kunyit
(Curcuma domesticate rhizoma) (2: 1: 2 dalam berat) selama 3 hari berturut-turut.
Semua bahan dihaluskan dan dicampur menjadi satu, kemudian ditambah dengan
sedikit air, hingga berbentuk krim atau lotion.
● Sementara sapi diberikan makanan yang bersifat detoksikatif seperti : rambutan +
garam atau mentimun + garam. (3 kg + 3 sendok makan garam, per hari untuk sapi
dewasa (125 -277 kgm. Bobot Badan) selama 3 hari berturut-turut, atau diberikan
air kelapa sebanyak 5 butir kelapa per hari selama 3 hari berturut-turut.
● Pencegahan infeksi sekunder dilakukan dengan pemberian bawang putih (57 gram
- 177 gram untuk sapi dewasa) yang dihancurkan dan dicampurkan dengan
konsentrat, kemudian dibentuk seperti bolabola kecil dan diberikan per hari selama
5 hari berturut-turut, ramuan ini lebih baik lagi bila ditambah dengan temulawak
(Curcuma xanthorrica) (50 gram untuk sapi dewasa) untuk mempercepat regenerasi
selsel hati. Dosis untuk sapi muda lebih kurang ¼ -1/2 dosis sapi dewasa.

7. Kesimpulan
Baliziekte adalah penyakit yang disebabkan akibat keracunan tanaman Lantana
camara. Penyakit ini secara khas menyerang sapi bali dengan menunjukkan gejala klinis
yaitu terjadinya dermatitis pada kulit sapi bali hingga lesi melepuh.Pada awalnya, sapi
yang mengalami penyakit bali ziekte mengalami demam, pucat (anemik)mata berlendir
dan hidung mengalami peradangan. Peradangan pada selaput lendir akan berlanjut
menjadi luka- luka dangkal yang tertutup oleh keropeng. kerusakan kulit berupa eksim
akan mengering, kemudian mengelupas menyerupai kerupuk dan akhirnya terlepas
meninggalkan luka.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan ada 3 yaitu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
lab, dan pemeriksaan histopatologi. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah Jauhkan
sapi dari tanaman Lamtana Camara dan meningkatkan produksi pakan hijauan untuk
mencegah kasus keracunan. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah Sapi ditempatkan
pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Berikan air minum dan
pakan yang cukup dan baik juga jika diberikan minum air kelapa, serta luka ditutup
dengan campuran kapur + Biji Pinang + kunyit dengan perbandingan 2: 1: 2 (dalam
berat) selama 3 hari berturut-turut.
DAFTAR PUSTAKA
Fahrodi, Deka U. dkk. 2022. Prevalensi Penyakit Baliziekte pada Sapi Potong di
Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Url :
http://ojs.uho.ac.id/index.php/peternakan-tropis/article/download/19470/pdf .
Diakses pada 17 September 2022
Labib Robani. PENYAKIT PADA SAPI (Toro) OLEH BALI ZIEKTE. Url :
https://id.scribd.com/document/363815432/Mengenal-Bali-Ziekte. Diakses pada
18 September 2022
Mardika, K., Setyawati, I., & Yulihastuti, D. A. (2018). Labia and Lingua Histopathology
of Bali Cow (Bos sondaicus) on Hepatogenous Photosensitization Symptoms in
Pakutatan Village, Jembrana, Bali. Advances in Tropical Biodiversity and
Environmental Sciences, 2(2), 31-36.
Marhum, S.Pt. 2021. “Pengendalian Penyakit Bali Ziekte”. Url : PENGENDALIAN
PENYAKIT BALI ZIEKTE (pertanian.go.id) . Diakses pada 19 September 2022
Sobari, S. Kasus Kematian Sapi Bali di Kabupaten Donggala Akibat Keracunan
Lantanan Camara. Hemera Zoa, 71(2), 244440.
,

Anda mungkin juga menyukai