Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Gusti Ngurah Putu Krisnu Mahaputra

NIM : 1909511105
Kelas : D
TUGAS ILMU BEDAH UMUM
RADANG DAN TERAPI RADANG

1. Terminologi radang

Edema : cairan yang berlebihan dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh; dapat berupa
eksudat ataupun transudat.
Eksudat : cairan radang ekstravaskular dengan kadar protein yang tinggi dan debris seluler;
berat jenisnya di atas 1,020.
Eksudasi : ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam
jaringan interstisial atau ronggatubuh.
Pus : nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta
debris.
Transudat : cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah
1,012; pada hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena
kenaikan tekanan cairan atau penurunan tekananosmotik di dalam plasma.
2. Proses terjadinya radang

Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah
sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi
saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi
juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian
dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam.
Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu
makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.
Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal. Cairan kaya protein
dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang
disebut eksudat.
3. Gejala klinis radang

A. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami
peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriolayang mensuplai
darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darahmengalir ke
mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuhdengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warnamerah lokal karena
peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh
tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti
histamin.
B. Kalor

Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yanghanya
terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari37 °C yaitu
suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panasdari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yangterkena lebih
banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panaslokal ini tidak
terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh,karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokaltidak menimbulkan
perubahan.
C. Dolor

Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai
cara.Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapatmerangsang
saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan
jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang meradangmengakibatkan
peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapatmenimbulkan rasa sakit .
D. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh


pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudatmeradang. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah
cair,seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan.
Kemudiansel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun
sebagai bagian dari eksudat.
E. Functio Laesa

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
4. Terapi radang :
a. Anti Radang Steroid
Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menghambat fosfolipase, suatu enzim yang
berperan menghambat asam arakhidonat dari membran lipid. Katzung (2006) dalam
Walidah (2014) Beberapa contoh obat golongan ini yaitu hidrokortison, prednison,
betametason, deksametason.
b. Anti Radang Non Steroid
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat enzim COX sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. AINS terbagi menjadi beberapa
turunan diantaranya:
1. Turunan Asam propionate : ibuprofen dan ketoprofen
2. Turunan Indol : indometacin
3. Turunan Asam pirolealkanoat : tolmetin
4. Turunan Asam fenilasetat : diklofenak
5. Turunan Pirazolon : fenilbutazon
6. Klasfenamat : asam meklofenamat
7. Oksikam : piroksikam
8. Prodrug Asam naftilasetat : nabumeton

Anda mungkin juga menyukai