Komunikasi Dasar Keperawatan
Komunikasi Dasar Keperawatan
Dosen Pengampu :
Ns. Luri Mekeama S.Kep., M.Kep.
Fadliyana Ekawaty, M.Kep., Ns. Sp. Kep.An
Ns. Meinarsa, S.Kep., M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
JUNITA ANJELA BOKRIPOK
G1B122091
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Rumusan masalah.................................................................................... 2
B. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Apa pengertian trend dan issu dalam pelayanan kesehatan.................. 3
B. Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan............................................ 3
C. Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan......................... 4
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi.............................................. 6
E. Peran Perawat dalam Menghadapi Trend dan Issu............................... 6
F. Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Hubungan
perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi............ 8
A. Kesimpulan............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat
manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat
mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat
(Potter dan Perry, 2005).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila
memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah
dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)
dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi
pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada
komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna
bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan
(Muharamiatul, 2012).
Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi
tenagakesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang
unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,
berkelanjutan, koordinatifdan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan
standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral.
Perawat dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sangat
dituntutmemiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik yang dapat
menunjanztindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan, keterampilan, dan sika
p yang baIk akan dapat diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang
memiliki komitmen yang kat untukmencetak perawat yang profesional. Trend
1
praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktek
dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-
menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim
asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikakan keperawatan
sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan kode etik.
Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan seluruh
trend dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Akhirnya seluruh hal yang
mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan
kontemporer (Potter dan Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian trend dan issu dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa saja komunikasi yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
4. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi komunikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui trend dan issu dalam pelayanan keehatan.
2. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan.
3. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi.
5. Untuk mengetahui trend dan issu dalam pelayanan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian
pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk
berkolaborasi dengan dokter. Pada kenyataannya profesi keperawatan masih
kurang berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan
sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasama dan kolaborasi dengan dokter
perlu pengetahuan, kemauan dan keterampilan, maupun sikap yang
professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, maupun
dengan mitra kerjanya. sampai pada keterampilan dalam mengambil
keputusan (Mundakir, 2006).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila
memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah
dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)
dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi
pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada
komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna
bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan
(Muharamiatul. 2012). serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan (Muharamiatul. 2012).
Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu:
4
mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social
(Muharamiatul, 2012).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan
dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun
kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada
buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti
rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial
mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen
dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu:
1. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang
bekerja. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan
kepada konsumennya. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan
antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal Hubungan yang terjalin antar
tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur
adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen
internal.
2. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa
pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang
terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya
sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut
(Mundakir, 2006).
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik
saatmelakukan intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi
dua arah secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih
terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang
dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan
kliennya, Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual
sebagai dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai
contoh adalah melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan
model konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).
5
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Menurut Muharamiatul (2012). faktor yang mempengaruhi
komunikasiantara lain:
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi
tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan
kalimat yang jelas.
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif
yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi
yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan
pasien.
6
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul
jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American
Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit
melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin
dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat
hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas
hasil yang didapatkan pasien.
7
dokter. fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab
dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain, Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter
memiliki peran utama dalam mendiagnosis. mengobati dan mencegah penyakit.
Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat
dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.
8
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya 3.
Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas. 4.
Meningkatnya
kohensifitas antar professional 5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar
professional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
perawat periu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan
dokter menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga
akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek
medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun
para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari perawat, dokter
maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan
memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan. Komunikasi
dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien
secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota
team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan
status kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi
secara efektif. Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan
kesenjangan professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan.
Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan
formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan keahlian perawat.
9
memahami dan menerima keilmuan masingmasing, memiliki citra diri positif,
memiliki kematangan professional yang setara yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman, mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, keinginan untuk
bemnegoisasi. Apapun bentuk dan tempatnya. kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator Kolaborasi tidak dapat didefinisikan atau dijelaskan dengan mudah.
Kolaborasi adalah dimana dokter dan perawat merencanakan praktek bersama
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan batasan lingkup
praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai
terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses embuatan keputusan bilateral
didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi (Shortridge, 1986 dalam
Paryanto, 2006). Pelaksanaan kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi pasien
tetapi juga akan memberikan kepuasan kepada tenaga kesehatan karena kolaborasi
akan meningkatkan dan mengoptimalkan peran serta aktif antara perawat dan
dokter dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan perawatan berfokus
pada kebutuhan pasien secara komprehensif dengan memperhatikan kontribusi
masing-masing (Herbert, 2005 & Ushiro, 2009). Kerjasama interprofesi dokter
dan perawat yang efektif memerlukan adanya pemahaman yang benar tentang
kolaborasi interprofesi dan penguasaan kompetensi adalah inti praktek kolaborasi.
Elemen dalam koloaborasi efektif meliputi saling menghargai, komunikasi,
assertive, tanggung jawab, kerjasama, tanggung jawab dan otonomi, Melalui
kolaborasi efektif perawat-dokter dalam tim,adanya pengetahuan dan skill atau
keahlian dari dokter dan perawat akan saling melengkapi. Pasien akan mendapat
keuntungan dari koordinasi yang lebih baik melalui kolaborasi interprofesi Kerja
sama tim dalam kolaborasi adalah proses yang dinamis yang melibatkan dua atau
lebih profesi kesehatan yang masing-masing memiliki pengetahuan dan keahlian
yang berbeda, membuat penilaian dan perencanaan bersama, serta mengevaluasi
bersama perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal tersebut dapat dicapai
melalui kolaborasi yang independen, komunikasi yang terbuka, dan berbagi dalam
pengambilan keputusan (Xyrinchis& Ream, 2008: WHO, 2010) Pendekatan
kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional collaboration
(IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif
antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini
dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa Pendidikan
kesehatan. Sebuah grand design tentang pembentukan karakter kolaborasi dalam
praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu interprofessional education (IPE) (WHO,
2010, Department of Human Resources for Health).IPC merupakan wadah
kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang
didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi,
ahli gizi, dan fisioterapi (Health Professional Education Quality (HPEQ), 2011).
Hambatan dalam petugas kesehatan kolaborasi antar terutama antara dokter dan
10
perawat menjadi penyebab kejadian yang akan menimbulkan kerugian dan
bahaya, bahkan dapat mengancam jiwa pasien, Hambatan dalam kolaborasi dapat
menjadi penyebab utama terjadinya medical error, nursing error atau kejadian
tidak diharapkan (KTD).
11
3. Perawat sebagai penyedia layanan keperawatan (caring) untuk semua klien
tanpa terbatas ruang (tempat) dan waktu. Ini berarti layanan caring yang
menjadi prinsip dan ciri dari keperawatan akan tetap tercurah untuk klien
dimanapun dan kapanpun tenaga keperawatan dibutuhkan. Meskipun
penggunaan teknologi dan sistem informasi dalam pemberian layanan
keperawatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, tetapi layanan
tersebut tidak menghalangi pemberian pelayanan caring dari perawat.
4. Perawat sebagai profesi yang mampu meningkatkan profesionalitasnya
dalam bidangnya. Tekonologi e-health atau telemedika yang telah dikuasai
dan telah diaplikasikan oleh perawat akan menjadi bukti fionalismenya
dalam pemberian layanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Perawat sebagai monitoring kesehatan bagi pasien. Dengan menggunakan
kemajuan teknologi dan sistem informasi seperti teknologi telemedika dan
e-health, perawat dengan mudah memberikan pendidikan atau edukasi
kesehatan sekaligus promosi kesehatan pada klien guna sebagai alat
informasi dalam pencegahan penyakit.
6. Perawat sebagai penyedia layanan komunikasi interkatif bagi klien atau
pasien. Dengan menggunakan teknologi dan sistem informasi seperti e-
health dan telemedika, perawat akan menyediakan layanan komunikasi
dan informasi kepada klien atau pasien mengenai penyakitnya. Layanan
komunikasi yang disediakan perawat untuk pasien atau klien ini akan
membantu pasien atau klien dalam pemahaman penyakitnya, pasien atau
klien akan secara aktif untuk berpartisipasi dalam mengakses, menerima,
dan mengetahui kelanjutan dari pengobatan medis yang dilakukan pasien
atau klien.
7. Perawat harus mampu dan terampil dalam menggunakan teknologi
informasi, karena saat ini pasien atau konsumen telah banyak yang
terampil dalam mencari informasi tentang penyakit dari berbagai literature
yang tersedia. Sehingga apabila perawat tidak mampu dan tidak terampil
dalam hal perkembangan dan kemajuan teknologi. maka akan
menyebabkan ketidakmampuan perawat dalam menafsirkan berbagai
bentuk pertanyaan kesehatan dari para pasien atau konsumen. Sehingga
dengan demikian, konstribusi peran perawat terhadap perkembangan
teknologi informasi dalam bidang kesehatan akan terasa lebih nyata, aman,
dan lebih efektif untuk meningkatkan kualitas layanan keperawatan yang
diberikan kepada masyarakat pada umumnya. Dengan hal inilah
pemberdayaan kesehatan bagi seluruh masyarakat akan terlaksana dengan
baik.
12
menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses
kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta
budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat
kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat
timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik.
American Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14
Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan
hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami
pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter
perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi
sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam
aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi
dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada
pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik,
sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan
tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat
Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya
pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga
vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang
kurang mendukung. Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan
proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien
dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta
menghambat upaya pengem bangan dari keperawatan sebagai profesi
(Muharamiatul, 2012).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sangat berhubungan dengan komunikasi. komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Maka
komunikasi sangat penting bagi perawat.
B. Saran
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan
orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara
14
sesamanya. 1. Di harapkan agar semua perawat mengerti dengan komunikasi,
komponen dalam komunikasi, dan pentingnya komunikasi. 2. Setelah
mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran
umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
diharapkan mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan
DAFTAR PUSTAKA
15
16