Anda di halaman 1dari 5

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH JAWA TIMUR
RESOR LUMAJANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN KHUSUS
TERHADAP KORBAN DAN PELAKU,
PEREMPUAN DAN ANAK
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SOP-PPA- 00 1/5
TANGGAL TERBIT : JANUARI 2022
DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISAHKAN OLEH
KANIT PPA KASAT RESKRIM KAPOLRES LUMAJANG

IRDANI ISMA, SE FAJAR BANGKIT SUTOMO, S.Kom. EKA YEKTI HANANTO SENO, S.I.K., M.Si
IPDA NRP 84050713 M.H AKP NRP 89050799 AKBP NRP 79080771

1. Pengertian : Bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak


pidana secara transparan dan akuntabel dengan penerapan SP2HP,
memberikan pelayanan dan perlindungan khusus terhadap korban dan
pelaku, anak dan wanita, menyelenggarakan koordinasi baik di bidang
operasional maupun administrasi penyidikan sesuai ketentuan hukum
dan perundang – undangan.

2. Tujuan : a. Untuk memberikan pelayanan kepolisian kepada warga


masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan /
pengaduan yang disampaikan di Polres Lumajang.

b. untuk menyelenggarakan proses penyelidikan dan penyidikan


tindak pidana sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan
perundang – undangan yang berlaku serta kebijakan yang berlaku
dalam organisasi Polri;

3. Kebijakan Pedoman : a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4168);

b. Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHP;

c. Peraturan Pemerintah Nomor : 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan


KUHAP;

d. Surat keputusan Kapolri Nomor : Skep / 1205 / IX / 2000 tentang


revisi juklak dan juknis proses penyidikan tindak pidana;

e. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi


Kepolisian Negara Republik Indonesia.

f. Peraturan Kapolri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi


Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2

4. Peralatan : a. Meja dan kursi;


b. ATK (kertas folio, bolpoin, map, amplop, dll);
c. Komputer beserta printer;
d. AC;
e. Alat dokumentasi;
f. Alat kebersihan.

5. Prosedur :

5.1. a. Sesuai KUHAP penyidikan tindak pidana merupakan sub sistem


atau bagian yang tidak terpisahkan dari sistem peradilan pidana
terpadu, proses penegakan hukum pidana merupakan suatu
rangkaian di mulai dari tindakan penyidikan dilanjutan ke
penuntutan dan keputusan hakum disidang pengadilan.

b. penyidikan tindak pidana berawal dari terjadinya suatu peristiwa


yang diketahui atau disampaikan kepada penyidik melalui adanya :
- Informasi;
- Laporan / Laporan Polisi;
- Pengaduan;
- Tertangkap tangan;
- Penyerahan tersangka / pelaku dan atau barang bukti dari
masyarakat atau lembaga diluar Polri.

c. Proses penyidikan tindak pidana dibagi dalam 3 (tiga) tahap :


- Tahap penyelidikan;
- Tahap penindakan dan pemeriksaan;
- Tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara;

d. untuk kepentingan pembuktian dalam rangka pelaksanaan


penyidikan secara ilmiah diperlukan dukungan teknis dan ahli
tertentu antara lain :
- Identifikasi;
- Laboratorium Forensik;
- Kedokteran Kehakiman;
- Psycologi Forensik.

e. Penyelenggaraan administrasi penyidikan tindak pidana


berpedoman pada ketentuan administrasi penyidikan.

5.2.1 Wewenang penggeledahan :


a. Penyidik, dan ;
b. Penyidik Pembantu yang berwenang.
c. Penyelidik, pada saat menangkap tersangka hanya berwenang menggeledah pakaian,
termasuk benda yang dibawa apabila terdapat dugaan keras ada sangkut pautnya terhadap
perkara pidana.
5.2. Proses Penggeledahan
a. Yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penggeledahan adalah Penyidik.
b. Sasaran penggeledahan adalah
1) Rumah atau Bangunan dan tempat–tempat tertutup lainnya;
3

2) Pakaian;
3) Badan;
4) Sarana angkutan.
c. Menunjukkan surat perintah tugas dan/ atau kartu identitas petugas serta memberitahukan
tentang kepentingan dan sasaran penggeledahan.
d. Penggeledahan rumah dilakukan dengan Surat Perintah Penggeledahan setelah mendapat
Surat Ijin Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam keadaan mendesak.
e. Dalam melakukan tindakan penggeledahan orang, petugas wajib memberitahukan
kepentingan tindakan penggeledahan dengan sopan dan bahasa yang mudah dimengerti.
f. Memperhatikan dan menghargai hak-hak orang dan tempat yang akan digeledah.
g. Kecuali dalam hal tertangkap tangan Penyidik, tidak diperkenankan memasuki :
1) Ruang sedang berlangsung Sidang MPR, DPR atau DPD;
2) Tempat dimana sedang berlangsung ibadah atau upacara keagamaan;
3) Ruang dimana sedang berlangsung Sidang Pengadilan.
h. Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak, bilamana Penyidik harus segera
bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan Surat Ijin terlebih dahulu, Penyidik
dapat melakukan penggeledahan :
1) Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau berada dan yang ada
diatasnya;
2) Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;
3) Di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya;
4) Di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.
i. Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak, penyidik tidak diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan
lain yang tidak ada kaitannya dengan tindak pidana yang terjadi.
j. “Keadaan yang sangat perlu dan mendesak” ialah bilamana ditempat yang akan digeledah
diduga keras terdapat tersangka yang patut dikhawatirkan segera melarikan diri atau
mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat disita dikhawatirkan segera
dimusnahkan atau dipindahkan, sedangkan Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri tidak
mungkin diperoleh dengan cara yang layak dan dalam waktu yang singkat.
k. Dalam hal Penyidik harus melakukan penggeledahan rumah diluar wilayah hukumnya,
maka penggeledahan tersebut harus diketahui oleh ketua pengadilan negeri setempat dan
didampingi oleh penyidik dari daerah hukum dimana penggeledahan itu dilakukan.
4

l. Pada waktu menangkap tersangka, atau tersangka ditangkap dan dibawa kepada
penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan atau badan termasuk benda
yang dibawa serta, apabila terdapat dugaan keras bahwa pada tersangka terdapat benda
yang dapat disita. Bila mana yang akan digeledah seorang wanita, maka yang melakukan
penggeledahan adalah petugas wanita.
m. Penyidik harus membuat Berita Acara Penggeledahan Rumah, dan harus membacakan
terlebih dahulu Berita Acara Penggeledahan rumah
tersebut kepada yang bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditanda tangani oleh
penyidik maupun tersangka atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua lingkungan
dan 2 (dua) orang saksi.
n. Paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari Penyidik harus membuat Berita Acara
penggeledahan dan turunannya harus disampaikan kepada pemilik yang menjadi sasaran
penggeledahan.

5.3. Hal–hal yang perlu diperhatikan :


a. Penggeledahan pakaian dan atau badan terhadap wanita dilakukan dalam ruangan
tertutup oleh Polisi Wanita atau wanita yang diminta bantuannya oleh Pejabat Polri yang
berwenang.
b. Penggeledahan dilakukan dengan disaksikan oleh dua orang warga lingkungan yang
bersangkutan bila tersangka/ keluarga tersangka/ penghuni menyetujui, dalam hal
tersangka atau keluarga/penghuni tidak menyetujui atau tidak hadir, maka oleh kepala
desa atau ketua lingkungan dan dua orang warga yang bersangkutan / tetangga (sebagai
saksi).
c. Penggeledahan terhadap anak penyidik wajib mempertimbangkan faktor-faktor
psikologis bagi anak.
5

6. Mekanisme

SURAT PERINTAH LENGKAP MELAKUKAN PENGGELEDAHAN TERHADAP TERSANGKA YANG TERCANTUM PADA SURAT PERI

DILAKUKAN DENGAN KEADAAN SANGAT PERLU DAN MENDESAK TANPA MENGAJUKAN KEPADA

ERMINTAAN IJIN KEPADA PENGADILAN NEGERI SEDAERAH HUKUM DIMANA PENGGELEDAHAN DILAKUKAN

PENGGELEDAHAN RUMAH /
TEMPAT TERTUTUP
LAINNYA DAN ATAU
PENGGELEDAHAN
PENYIDIK/PENYIDIK PENANDA TANGANAN BERITA ACARA
PEMBANTU PENGGELEDAHAN OLEH YANG
MEMBUAT BERITA MELAKUKAN PENGGELEDAHAN DAN
ACARA YANG DIGELEDAH

SETELAH MELAKUKAN
PENGGELEDAHAN MENGAJUKAN
PERMINTAAN IJIN KEPADA PENGADILAN
NEGERI SEDAERAH HUKUM DIMANA
PENGGELEDAHAN DILAKUKAN KHUSUS
UNTUK YANG DILAKUKAN DALAM

Anda mungkin juga menyukai