Gaukoma Fix
Gaukoma Fix
Abstrak
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah Katarak . Pada
penyakit Glaukoma terjadi kerusakan saraf optik akibat terhambatnya aliran humour aqueous.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di Rumah
Sakit Mata Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis glaukoma,
tekanan intraokular, dan riwayat penyakit sebelumnya. secara deskripsi retropektif cross
sectional menggunakan data rekam medis pasien glaukoma di Rumah Sakit Mata Provinsi Nusa
Tenggara Barat periode Periode Januari 2021 – Desember 2021. Jumlah populasi terjangkau
adalah 454 subjek yang dinyatakan sebagai sampel. Data dianalisis secara univariat dan
ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan glaukoma lebih
banyak terdistribusi pada kelompok jenis kelamin perempuan (62%) dan usia ≥ 61 tahun ( 58% ).
Berdasarkan klasifikasi sudut glaukoma, hasil penelitian menunjukan pasien didominasi oleh
glaukoma sudut terbuka (97,6%), memiliki TIO lebih dari 21 mmHg (70,5%), dan memiliki
riwayat penyakit sebelumnya (80,2%).
Abstract
Glaucoma is the second most common cause of blindness in the world after cataracts. Glaucoma
is caused by damage to the optic nerve due to obstruction of the outflow of aqueous humor. This
study was conducted to determine the characteristics of glaucoma sufferers at the Eye Hospital of
West Nusa Tenggara Province based on age, gender, type of glaucoma, intraocular pressure, and
previous medical history. in a retrospective cross sectional description using medical record data
of glaucoma patients at the Eye Hospital of West Nusa Tenggara Province for the period January
2021 – December 2021. The number of affordable population was 454 subjects who were
declared as samples. Data were analyzed univariately and presented in a frequency distribution
table. The results of this study showed that glaucoma was more widely distributed in the female
sex group (62%) and age 61 years (58%). Based on the classification of angle glaucoma, the
results showed that the patient was dominated by open angle glaucoma (97.6%), had an IOP of
more than 21 mmHg (70.5%), and had a history of previous disease (80.2%).
PENDAHULUAN data World Health Organization (WHO)
tahun 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta
orang mengalami kebutaan akibat
Glaukoma merupakan penyebab glaukoma.3
kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah
katarak. Berdasarkan studi meta analisis, di Glaukoma adalah sekelompok
tahun 2020, penderita glaukoma mencapai kondisi yang ditandai oleh kerusakan saraf
76 juta dan Pada tahun 2040 diperkirakan optik dan kehilangan lapang pandang. Dua
sekitar 111,8 juta orang akan menderita tipe utama glaukoma ialah glukoma sudut
glaukoma. Data nasional mengenai besaran terbuka primer dan glukoma sudut tertutup
masalah gangguan pengelihatan dan primerGlaukoma tidak lazim di kalangan
kebutaan didapat dari berbagai survei, antara orang-orang di bawah usia 40 tahun, tetapi
lain survei Kesehatan Mata, Riset Kesehatan prevalensi meningkat dengan bertambahnya
Dasar. 1 usia. Faktor risiko lain termasuk yang dapat
meningkatkan tekanan di dalam mata
Prevalensi kebutaan di Indonesia (tekanan intraokular) dihubungkan dengan
dari hasil survey kesehatan mata pada tahun jenis kelamin, ras, penyakit vaskular dan
1993 -1996 di dapatkan sebesar 1,5% , pada sejarah keluarga yang ada riwayat
Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) glaukoma. Tujuan dari penelitian ini adalah
SKRT didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% untuk mengetahui karakteristik penderita
dan hasil Riskesdas tahun 2013 didapatkan glaukoma di Rumah Sakit Mata Nusa
angka 0.4% ( validasi PERDAMI 0,6%). Tenggara Barat. Hal ini dilakukan
Data Rapid Asssessment of Cataract mengingat jumlah kasus glaukoma yang
Surgical Services (RACCS) di Provinsi masih tinggi di Indonesia dan perlunya data-
Nusa Tenggara Barat tahun 2005 didapatkan data epidemiologi untuk membantu upaya
prevalensi kebutaan 4,03% pada populasi perbaikan dan penanganan oleh organisasi
usia > 50 tahun dan dari hasil RAAB di terkait.
Nusa Tenggara Barat tahun 2013 angka
prevalensi kebutaan 4%.1,2 METODOLOGI PENELITIAN
Angka gangguan pengelihatan dan Penelitian ini menggunakan data
kebutaan dari hari ke hari semakin sekunder berupa rekam medis dari Rumah
meningkat. Pada tahun 2013, prevalensi Sakit Mata Provinsi Nusa Tenggara Barat
kebutaan di Indonesia pada usia 55-64 tahun dengan jenis penelitian deskriptif
sebesar 1,1%, usia 65-74 tahun sebesar 3,5% retrospektif menggunakan pendekatan cross
dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%. sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Meskipun pada semua kelompok umur Sakit Mata Nusa Tenggara Barat melibatkan
prevalensi kebutaan di Indonesia tidak rekam medis Rumah Sakit Mata Provinsi
tinggi, namun di usia lanjut masih jauh di Nusa Tenggara Barat sebagai sumber rekam
atas 0,5% yang berarti masih menjadi medis yang merupakan data sekunder yang
masalah kesehatan masyarakat. Berbeda digunakan pada penelitian ini.
dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan
glaukoma bersifat permanen atau tidak dapat Data yang digunakan adalah data
diperbaiki. Hal ini menjadi tantangan sekunder dari rekam medis pemeriksaan
tersendiri dalam upaya pencegahan dan pasien di Rumah Sakit Mata Provinsi Nusa
penanganan kasus glaukoma. Berdasarkan
Tenggara Barat. Populasi Target dalam - ≥ 61 tahun 263 58%
penelitian ini adalah seluruh rekam medis
pasien glaukoma yang melakukan
pengobatan di Rumah Sakit Mata Provinsi Klasifikasi Glaukoma
Nusa Tenggara Barat pada periode Januari Berdasarkan Sudut
2021 - Desember 2021 baik pasien baru - Glaukoma 443 97,6 %
atau lama. Sampel pada penelitian ini adalah sudut terbuka 11 2,4 %
rekam medis pasien glaukoma yang - Glaukoma
memenuhi kriteria sampel. sudut tertutup