Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agung Supriyadi

Nim : C2D019016
Akuntansi Keprilakuan

TUGAS RESUME
Chapter 10

BEHAVIORAL ASPECTS OF ACCUMULATING AND CONTROLLING COSTS

SISTEM BIAYA TRADISIONAL VS STANDAR


Tujuan dan Kegunaan Sistem Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mengidentifikasi, menghitung, mengakumulasi dan melaporkan


berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan barang-barang manufaktur dan jasa yang
diberikan. Hal ini memiliki tujuan ganda. Melalui mengakumulasi biaya untuk valuasi
persediaan dan penentuan laba, hal ini melayani kebutuhan dari pengguna eksternal seperti
pemegang saham dan kreditor. Dengan menyediakan manajemen informasi biaya yang
relevan dan sesuai dengan jangka waktu, ini membantu dalam perencaaan, pengendalian, dan
mengevaluasi aktivitas operasional dari hari ke hari serta orang-orang yang bertanggung
jawab untuk mereka. Data biaya juga memiliki peran dalam analisis dan penaksiran dari
profitabilitas relatif atau keinginan dari alternatif keputusan.

Sistem Biaya Tradisional


Istilah tradisional mengacu ke sistem biaya yang membatasi input ke biaya historis dan
mencoba menyerap secara penuh biaya tetap dan variabel per unit dari produk atau jasa.
Sistem biaya historis atau tradisional utamanya bersangkutan dengan identifikasi dan
akumulasi biaya unit dari produk atau jasa.
Kelemahan dari sistem biaya tradisional adalah:
1. Persyaratan akuntansi keuangan meminta untuk biaya unit produk atau jasa memasukkan
semua biaya; semua yang dapat dilacak ke sebuah produk atau jasa dan semua yang
terjadi untuk periode waktu tertentu.
2. Dasar untuk pengendalian adalah perbandingan antara kinerja saat ini degan kinerja dari
periode yang lalu.
Dengan ini menjadi cukup jelas bahwa informasi yang disediakan oleh sistem biaya
tradisional tidak cocok dengan sasaran pengendalian modern. Hal ini juga menyediakan
kegunaan informasi yang kecil untuk perencanaan manajerial dan pembuatan keputusan.
Diberi alternatif, mengambil keputusan yang tepat dari berbagai informasi.

Sistem Biaya Standar


Cakupan Sistem Biaya Standar
Sistem biaya standar menggambarkan pencampuran efektif yang potensial dari
akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya standar adalah
secara ilmiah telah ditentukan biaya tujuan per unit dari produk atau jasa yang mana telah
berkembang melalui penelitian akuntansi dan tekhnik. Aspek pengendalian yang melekat dari
biayating standar adalah kapasitasnya untuk membandingkan, sebagai bagian dari aliran data
regular, kinerja aktual dengan standar yang telah ditemtukan dan untuk menyorot variansi
diantara dua level biaya. Sistem standar biaya bahkan sanggup untuk menentukan penyebab
untuk penyimpangan.
Sistem biaya standar didesain untuk menyediakan secara bersamaan sumber
informasi, saluran komunikasi, dan pengendalian dan alat evaluasi kinerja. Suatu sistem
biaya standar yang baik juga menyediakan kepastian yang informasi yang dibutuhkan akan,
faktanya, mencapai individu yang akuntabel. Sistem standar biaya memiliki potensi untuk
digunakan baik sebagai bantuan dalam meningkatkan motivasi dan keselarasan tujuan atau
sebagai alat untuk mencapai level tinggi dari pengendalian otokratis dan koersif.

Biaya berdasarkan aktivitas = aktivi

Activity based manajemen = mana yang bernilai tambah mana yang tidak
Biaya inpeksi, Biaya kegagalan (asuransi) harus dihindari,

BIAYA LANGSUNG ATAU VARIABEL


Biaya langsung atau variabel membedakan antara biaya memproduksi (bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan bagian variabel overhead) dan biaya yang sudah siap
dan dapat memproduksi (overhead tetap dan biaya periode).

Dorongan Perilakunya
Membagi biaya kedalam komponen variabel dan tetap menyediakan dasar yang lebih
baik dalam biaya pengendalian. Hal ini memungkinkan persiapan laporan laba marjin
kontribusi, yang menekankan pola perilaku biaya dan menyediakan manajemen dengan detail
untuk biaya perencanaan, komitmen, dan diskresioner. Perbedaan ini penting untuk
manajemen karena setiap tipe biaya membutuhkan prosedur pengendalian yang berbeda.

Pengambilan Keputusan
Pengetahuan dari biaya variabel dan berbeda dan marjin kontribusi akan
mempengaruhi perilaku dari manajer dan akan memimpin mereka kepada keputusan yang
lebih baik. Berikut adalah beberapa situasi pengambilan keputusan khas :
 Keputusan bauran produk
 Keputusan pembuatan produk baru
 Penetrasi pasar
 Penghapusan produk
 Pesanan khusus
 Kampanye iklan dan promosi
 Keputusan mereduksi biaya

Aspek Perilaku

- Batas pengendalian =
- Hasil umpan balik =
- Keketatan pemaksaan =
- Struktur penghargaan =

Resume Artikel
Judul Artikel : APAKAH SERTIFIKASI MENDORONG ATAU MENGURANGI
PERILAKU OPORTUNISTIK

Penulis ` : NICOLE ANG, MANDY M. CHENG

Tujuan Penelitian
Penelitian ini meneliti lebih lanjut ke dalam kontrol informal dengan secara eksperimental. Yaitu
menyelidiki efektivitas sertifikasi diri dalam mengekang perilaku oportunistik. Dalam penelitian ini, ''
sertifikasi mandiri '' menggambarkan mekanisme kontrol informal berbasis kepercayaan di mana
manajer menandatangani nama mereka untuk menerima tanggung jawab atas keputusan, tetapi tidak
ada hukuman yang terkait dengan keputusan tersebut karena informasi yang menjadi dasarnya bersifat
pribadi dan tidak dipantau. Penelitian ini juga memeriksa pengendalian informal menggunakan
pengaturan investasi modal dengan dua tahap keputusan, yaitu manajer melanjutkan proyek yang
berkinerja buruk untuk keuntungan pribadi.

Fenomena Penelitian
Literatur sebelumnya tentang kejujuran dan teori keagenan telah menunjukkan bahwa
individu tetap sebagian jujur bahkan dengan adanya insentif keuangan yang mendorong perilaku
oportunistik misalnya, Chow, Cooper, dan Waller 1988 ; Evans, Hannan, Krishnan, dan Moser 2001 ;
Hannan dkk. 2006 ). Penemuan ini mendukung argumen bahwa individu memperoleh kepuasan dari
kejujuran, dan dari mematuhi seperangkat standar moral yang membentuk bagian dari identitas diri
mereka ( Mazar dkk. 2008 ). Leippe dan Eisenstadt (1999) Mengandaikan bahwa individu perlu
membenarkan perilakunya untuk diri mereka sendiri, serta orang lain, dan bahwa perbedaan antara
perilaku individu dan nilai pribadinya menyebabkan disonansi kognitif yaitu ketidaknyamanan
psikologis yang terjadi ketika aspek perilaku seseorang mengancam diri sendiri ( Festinger 1957 ).

Teori yang digunakan


Teori Disonansi Kognitif
Teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat
sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil
langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. (Leon Festinger, 1950)
Asumsinya :
 Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. Teori
ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya
stabilitas dan konsistensi.
 Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak
konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.
 Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan
dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada
dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan
untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.
 Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi
disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan memotivasi
seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.

Hipotesis
H1a : Manajer cenderung tidak melanjutkan proyek berkinerja buruk ketika mereka diminta untuk
menyatakan keputusan mereka sendiri.

H1b : Manajer yang melanjutkan proyek berkinerja buruk di tahap pertama dan mensertifikasi
sendiri keputusan mereka lebih cenderung melanjutkan proyek di tahap dua (meskipun
kinerjanya memburuk) daripada mereka yang melanjutkan, tetapi tidak mensertifikasi sendiri.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain 2 x 2. Yaitu (kinerja proyek yang memadai atau kurang
berkinerja di tahap pertama) x 2 (ada atau tidak ada sertifikasi sendiri) menggunakan desain faktorial
between-subjects untuk menguji hipotesis. Variabel independen pertama adalah kinerja proyek di
tahap pertama (yaitu, kinerja sebelum keputusan pertama): apakah proyek yang menjadi tanggung
jawab peserta berkinerja memadai atau kurang baik. Variabel independen kedua adalah ada atau tidak
adanya sertifikasi diri: semua peserta diminta untuk mencentang kotak untuk menunjukkan bahwa
mereka melanjutkan atau mengakhiri proyek, tetapi ketika ada sertifikasi mandiri, peserta juga
diminta untuk menandatangani inisial mereka pada formulir sertifikasi mandiri.

Manipulasi untuk proyek memadai dan tidak memadai dengan tingkat pengembalian IRR sedangkan
manipulasi sertifikasi diri yaitu dengan mencentang memilih bertanggung jawab atau tidak
bertanggung jawab atas keputusannya tersebut.

Sedangkan untuk variabel dependennya yaitu keputusan investasi baik tahap 1 dan kedua, diukur
berdasarkan skala likert hasil dari keberlanjutan proyek x tadi dari 1-6.

Peserta
Peserta adalah mahasiswa bisnis pascasarjana yang terdaftar dalam kursus akuntansi
manajemen lanjutan yang tidak diajarkan oleh penulis. Semua peserta memiliki pengetahuan tentang
teknik penilaian investasi modal melalui pekerjaan kursus mereka. Partisipasi bersifat sukarela;
namun, setiap peserta menerima kartu hadiah belanja senilai $ 15 sebagai penghargaan atas waktu dan
tenaga mereka. Total ada 103 peserta.
Hasil
H1a merupakan perbandingan sel A vs sel B, yaitu Manajer yang diharuskan menilai sendiri yang
menilai sendiri keputusan mereka / tersertifikasi cenderung tidak melanjutkan proyek yang berkinerja
buruk, dibandingkan dengan manajer yang tidak diharuskan untuk mensertifikasi diri. Hasilnya adalah
peserta yang dihadapkan dengan proyek-proyek yang berkinerja buruk lebih cenderung melanjutkan
investasi tanpa adanya sertifikasi yaitu dengan rata” sel A(4) > sel B (3,094); perbedaan ini signifikan
secara statistik (t = 2.844, p = 0,003), artinya H1a diterima.

H1b merupakan perbandingan sel E vs sel G, yaitu manajer yang melanjutkan proyek berkinerja
buruk di tahap pertama, mereka yang mensertifikasi keputusan investasi ulang mereka akan lebih
mungkin untuk melanjutkan proyek berkinerja buruk di tahap dua daripada mereka yang tidak
mengesahkan keputusan mereka. Hasilnya adalah ada sertifikasi rata” sel E(4,667) dan tidak ada
sertifikasi rata” sel G(4,111) artinya sel E > sel G. Peserta yang melanjutkan proyek berkinerja buruk
di tahap pertama lebih mungkin untuk melanjutkan di tahap dua.

Kesimpulannya
Manajer secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk melanjutkan proyek yang
berkinerja buruk jika mereka diminta untuk mengesahkan sendiri keputusan mereka untuk pertama
kalinya pada tahap pertama, mendukung H1a. Namun, efek dari persyaratan serti fi kasi kemudian
berbalik pada tahap kedua. Manajer yang memilih untuk melanjutkan proyek berkinerja buruk di
tahap pertama secara signifikan lebih kemungkinan besar akan melanjutkan proyek itu di tahap kedua
jika mereka memiliki persyaratan sertifikasi diri daripada yang tidak memiliki sertifikasi diri.

Dalam experimen tambahan peneliti menambahkan variabel audit internal acak dalam desainnya.
Menimbulkan pertanyaan penelitian
RQ1 : Apakah manajer lebih melanjutkan atau tidak melanjutkan pada investasi yang berkinerja
buruk ketika mereka diminta untuk menilai sendiri keputusan mereka di hadapan audit internal acak?
Desain penelitiannya 2 x 2. Manipulasinya yaitu (ada audit internal acak atau tidak ada) dan (ada
sertifikasi diri dan tidak ada).

Hasilnya menunjukkan efek interaksi yang signifikan dan tidak ada efek utama. T-tes tindak
lanjut menunjukkan bahwa ketika sertifikasi diri tidak ada, partisipan secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya untuk melanjutkan proyek berkinerja buruk ketika kemungkinan audit internal acak
hadir daripada ketika tidak ada (3,208 vs 4,000). Sebaliknya, dengan adanya persyaratan sertifikasi
diri, peserta sedikit lebih mungkin untuk melanjutkan ketika audit internal acak dimungkinkan (3.640
vs 3.094. Ini memberikan beberapa bukti bahwa meskipun sertifikasi diri dan audit internal acak
secara individual membantu perilaku oportunistik manajer yang lebih rendah, kombinasi dari dua
mekanisme kontrol ini berpotensi memiliki efek yang berlawanan.

Penelitian dimasa depan dengan topik yang sama


1. Efek dari teori disonansi bisa di aplikasikan kepada penelitian kinerja bisa dengan gaya
kepemimpinan yang dimanipulasi dengan otoriter dan gaya kepemimpinan yang demokratis.
2. Sertifikasi diri bisa diaplikasikan ke dalam penelitian terhadap keputusan pertanggung jawaban.

Anda mungkin juga menyukai